Anda di halaman 1dari 39

KARYA TULIS ILMIAH

STUDI FORMULASI TABLET HISAP ANTIDIABETES


EXTRA KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa
Linn.) DENGAN PEMANIS STEVIA (Stevia rebaudiana Bertonii)

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Farmasetika Solida

Oleh:

Mailatulullia Khariri
(16020200050)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES RUMAH SAKIT ANWAR MEDIKA

2019

1|Page
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penyusunan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Studi Formulasi Tablet Hisap Antidiabetes
Extra Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.) dengan Pemanis
Stevia (Stevia rebaudiana Bertonii). dapat diselesaikan. Karya Tulis Ilmiah ini
untuk memenuhi salah satu syarat tugas farmasetika sediaan.

Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan atas bimbingan, pengarahan, da


bantuan banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu ( Yani Ambari, S.Farm, M. Farm.,Apt) Selaku Kaprodi S1 Farmasi

2. Ibu (Marthy Meliana Ariyanti Jalmav., S.Farm.,Apt) Selaku Dosen


Farmasi Farmasetika Sediaan Solida

3. Ibu (Ferry Fitriani Putri., S.Farm.,Apt) Selaku Dosen Farmasi Farmasetika


Sediaan Solida
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis ilmiah ini masih jauh
dari sempurna karena itu saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi phak yang membutuhkan.
Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda kepada semua pihak
yang membantu penulis. Selain itu semoga ilmu yang penulis peroleh dapat
bermanfaat bagi penulis, masyarakat, dn ilmu pengetahuan. Aamiiin
Sidoarjo, April 2019

Penulis

2|Page
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................5

1.1 Latar Belakang..............................................................................................5


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................8
1.3 Tujuan ...........................................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................9

2.1 Tablet.............................................................................................................9
2.2 Tablet hisap ...................................................................................................11
2.3 Macam Tablet Hisap.....................................................................................13
2.4 Evaluasi Preformulasi tablet hisap.............................................................15
2.5 Evaluasi Tablet hisap....................................................................................16
2.6 Uraian bahan Aktif tanaman Rosella (Hibiscus sabdarifaa)....................19
2.7 Uraian bahan Pemanis daun Stevia.............................................................21
2.8 Tinjauan tentang Extrak..............................................................................24
2.9 Tinjauan Bahan tambahan...........................................................................25

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN.........................................................27

3.1 Depkripsi Objek penelitian..........................................................................27


3.2 Alat & Bahan................................................................................................27
3.3 Variabel bebas..............................................................................................28
3.4 Definisi Operasional Variabel.....................................................................28
3.5 Pengumpulan data .......................................................................................29
3.6 Formulasi......................................................................................................31
3.7 Cara Pembuatan...........................................................................................32

3|Page
3.8 Evaluasi Granul............................................................................................32
3.9 Evaluasi Tablet Hisap..................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................37

4|Page
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki banyak keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan
sebagai salah satu pengobatan herbal. Salah satu tanaman yang berkhasiat yang
ada di indonesia yaitu tanaman rosela (Hibiscus sabdariffa Linn). Tanaman rosela
banyak digunakan untuk kebutuhan pengobatan, karena memiliki kandungan
senyawa kimia yang dapat memberikan manfaat bagi manusia (Mardiah dkk,
2009). Tanaman rosela memiliki kelopak yang bewarna merah yang mempunyai
manfaat untuk kesehatan. Warna merah pada tanaman rosela mengandung pigmen
antosianin yang berfungsi sebagai antioksidn. Kelopak bunga rosela memberikan
sensasi bunga dan rasa asam yang menyegarkan (Mardiah dkk, 2009). Semakin
pekat warna merah pada kelopak bunga rosela, maka semakin banyak kandungan
antosianin sebagai antioksidan semakin tinggi (Reinidi, 2009).
Diabetes melitus adalah suatu kelainan metabolik kronis serius yang memiliki
dampak signifikan terhadap kesehatan seseorang, kualitas hidup, harapan hidup
pasien, dan pada sistem layanan kesehatan. Diabetes melitus adalah kondisi
dimana konsentrasi glukosa dalam darah secara kronis lebih tinggi daripada nilai
normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin atau fungsi insulin tidak
efektif (subroto,2006). Pengobatan dan pemeliharaan kesehatan diabetes melitus
telah menyedot dana yang sangat besar tiap tahunnya. Dengan makin banyaknya
obat paten untuk penderita diabetes melitus, biaya pengobatan pun makin mahal
dan tidak terjangkau terutama bagi penderita di negara-negara berkembang seperti
Indonesia (Subroto, 2006).
Komisi diabetes World Health Organization (WHO) merekomendasikan
metode tradisional untuk pengobatan diabetes agar diteliti lebih lanjut. Tanaman
dengan efek hipoglikemik dapat memberikan sumber yang bermanfaat untuk
komponen baru antidiabetik yaitu kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa
Linn) (Ogundipe et al., 2003).

5|Page
Kelopak bunga rosela secara tradisional telah digunakan sebagai obat
antidiabetes. Kandungan dalam kelopak bunga rosela adalah flavonoid yang dapat
menurunkan kadar glukosa darah. Kadar antioksidan dalam kelopak bunga rosela
sangat tinggi. Zat aktif yang paling berperan dalam kelopak bunga rosela meliputi
gossypetin, antosianin, dan glucoside hibiscin. Kadar antioksidan yang tinggi pada
kelopak rosela dapat menghambat radikal bebas. Beberapa penyakit kronis yang
banyak ditemui saat ini banyak disebabkan oleh paparan radikal bebas yang
berlebihan, diantaranya kerusakan ginjal, diabetes melitus, jantung koroner,
hingga kanker (Reindi, 2009). Kelopak bunga rosela juga dapat digunakan untuk
mencegah perkembangan atherosclerosis dan komplikasi kardiovaskuler akibat
diabetes (Farombi et al, 2007). Di antara banyak khasiatnya, kelopak bunga rosela
diunggulkan sebagai herba antikanker, antihipertensi, dan antidiabetes (Mardiah
dkk, 2009).
Di zaman sekarang ini, Industri makanan, minuman dan suplemen sering
menggunakan pemanis baik pemanis alami maupun pemanis sintetis sebagai
penambah cita rasa pada produknya. Bahan pemanis alami yang biasa digunakan
adalah gula sukrosa atau gula tebu. Sukrosa mempunyai kandungan kalori relatif
besar 346,0 kalori/100g bahan, tetapi bagi sebagian orang ternyata sukrosa dapat
menimbulkan berbagai masalah terutama mereka yang kelebihan kalori,
kegemukan, menyebabkan kerusakan pada gigi dan sangat berbahaya bagi
penderita diabetes (Harismah dkk, 2014).
Kehadiran gula stevia dapat dijadikan alternatif yang tepat untuk
menggantikan kedudukan pemanis buatan atau pemanis sintetis yang memiliki
nilai kalori rendah dengan tingkat kemanisan 100-200 kali kemanisan sukrosa dan
tidak mempunyai efek karsinogenik yang dapat ditimbulkan oleh pemanis buatan
(Harismah dkk, 2014). Tanaman Stevia mengandung kalori yang rendah sehingga
banyak digunakan sebagai gula diet bagi penderita diabetes karena stevia
memiliki rasa manis yang dihasilkan oleh stevia berasal dari rasa manis yang
dihasilkan oleh stevia berasal dari senyawa steviosida yang merupakan pemanis
alami non karsinogenik sehingga dapat dikonsumsi dalam jangka waktu yang
lama (Kusumaningsih., dkk 2015).

6|Page
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
farmasi mendorong para farmasis untuk membuat suatu formulasi yang tepat
untuk mengolah bahan alam menjadi suatu bentuk sediaan yang acceptable atau
mudah diterima oleh masyarakat. Karena itu perlu dikembangkan bentuk sediaan
ekstrak kelopak bunga rosella merah (Hibiscus sabdariffa Linn) dengan pemanis
stevia yang lebih praktis sebagai obat antidiabetes yang berefek lokal di mulut
dan tenggorokan yaitu tablet hisap (Banker,1989).
Tablet hisap atau yang lebih dikenal lozenges adalah bentuk lain dari tablet
untuk pemakaian dalam rongga mulut, dimaksudkan untuk memberi efek lokal
pada mulut atau kerongkongan. Tablet hisap biasanya mengandung anastesi lokal,
antiseptik, antibakteri, demulsen, astrigen dan antitusif. Lozenges biasanya dibuat
dengan menggabungkan obat dalam suatu bahan dasar gula yang keras dan
beraroma, dapat dibuat dengan mengempa, tetapi biasanya dibuat dengan cara
peleburan atau dengan proses penuangan kembang gula. Lozenges dirancang agar
tidak mengalami kehancuran didalam mulut, tetapi larut atau terkikis secara
perlahan dalam jangka waktu 30 menit atau kurang (Lachman&Lieberman, 1986).
Dalam formulasi sediaan tablet hisap juga memerlukan bahan tambahan
untuk menunjang bahan aktif akan sampai kepada tujuan yang diinginkan seperti
kelopak bunga rosela yang digunakan sebagai antidiabetes. Bahan tambahan yang
terdapat dalam pembuatan tablet hisap dan harus ada dalam tablet hisap yaitu
bahan pengisi (diluent) misalnya avicel pH 102, mannitol,; bahan pengikat
(binder) misalnya gelatin,; bahan lubrikan misalnya Mg Stearat,; bahan pemanis
yaang digunakan stevia, bahan anti adheren atau lubrikan misalnya talk (Rowe et
al, 2009).
Pada pembuatan tablet, penambahan bahan pengikat sangat penting karena
bahan pengikat berfungsi untuk menyatukan partikel serbuk dalam butir granulat
dan berfungsi untuk meningkatkan kekompakan dan kekerasan tablet. Pada
pembuatan tablet hisap digunakan gelatin sebagai bahan pengikat dengan metode
granulasi basah. Bahan pengikat gelatin diformulasikan menjadi tablet hisap yang
baik dan memenuhi persyaratan terutama kekerasan tablet hisap. Persyaratan

7|Page
kekerasan tablet hisap minimal 10kg/cm dan maksimal 20kg/cm lebih tinggi
daripada tablet biasa 4-8 kg/cm (Parrot,1970).
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin merancang formulasi
sediaan tablet hisap tanaman kelopak bunga rosela dengan pemanis stevia untuk
penderita antidiabetes.
1.2 Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pemanis stevia pada pembuatan
tablet hisap?
2. Untuk mengetahui formulasi pembuatan tablet hisap dari kelompak rosela
dengan pemanis daun stevia ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan
formulasi sediaan tablet hisap dari kelopak bunga rosella dengan pemanis
daun stevia.
1.4 Manfaat
1. Memberikan informasi proses pembuatan formulasi tablet hisap pada
kelopak bunga rosella.

8|Page
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tablet
2.1.1 Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (DEPKES
RI, 1979). Tablet merupakan bentuk sediaan yang menguntungkan, karena
masanya dapat dibuat secara masinel dan harganya murah. Tablet takarannya
tepat, dikemas secara baik, praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan serta
stabilitas obatnya terjaga dalam sediaannya dan mudah ditelan (Voight, 1994).
Tablet tidak hanya memiliki keuntungan yang besar, tetapi juga memiliki
keterbatasan seperti, beberapa zat aktif menahan atau menolak pengempaan
menjadi kompak padat karena sifat amorf yang kepadatannya rendah, zat aktif
dengan pembasahan yang buruk, sifat disolusi yang rendah, tingkat dosis yang
besar, atau kombinasi sifat-sifat tersebut mungkin sulit atau tidak mungkin
diformulasi dan dibuat sebagai sediaan tablet yang akan memberikan ketersediaan
hayati yang memadai (Siregar & Wikarsa, 2010).

2.1.2 Bahan Tambahan Sediaan Tablet


Dalam pembuatan tablet komposisi secara umumnya adalah bahan aktif,
bahan pengikat, bahan pengisi, bahan penghancur dan bahan pelicin. Tetapi dapat
juga ditambahkan bahan pewangi, bahan pewarna, dan pemanis (Ansel, 1989).
a. Pengisi
Merupakan bahan yang digunakan untuk menambah massa tablet
yang mengandung bahan aktif agar tablet memiliki ukuran. Syarat bahan
pengisi tablet sifatnya harus netral secara kimia dan harus dapat dicerna
dengan baik (Voight, 1995). Selain itu pengisi juga dapat ditambahkan
apabila digunakan untuk memperbaiki daya alir pada saat tablet dicetak
secara kempa langsung. Contoh bahan pengisi yaitu: laktosa, sukrosa,

9|Page
manitol, sorbitol, amilum, bolus alba, kalsium sulfat, natrium sulfat, natrium
klorida, dan magnesium karbonat (Soekemi, dkk., 1987).
b. Pengikat
Merupakan bahan yang digunakan untuk menyatukan bahan
tambahan dari bahan aktif dan juga sebagai daya tahan tablet. Bahan
pengikat ini menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam butir
granul (Voight, 1994). Contoh bahan pengikat yaitu: amilum, gelatin,
glukosa, gom arab, natrium alginat, CMC, polivinilpirolidon, dan veegum
(Soekemi, dkk., 1987).
c. Penghancur
Merupakan bahan yang berfungsi untuk menjamin pecahnya tablet
ketika bertemu dengan cairan saluran pencernaan dan juga
mempermudahabsorbsinya (Lachman, dkk, 1994). Contoh bahan
penghancur yaitu: amilum, gom, derivat selulosa, dan alginat (Soekemi,
dkk., 1987) .
d. Pelicin
Merupakan bahan yang ditambahkan untuk meningkatkan daya alir
granul pada corong pengisi, mencegah granul menempel pada dinding
punch dan die, mengurangi gesekan antara butir-butir granul, dan
mempermudah keluarnya tablet pada dinding die. Contoh bahan pelicin
yaitu: Mg stearat, talk, asam stearat, senyawa lilin dengan titik lebur tinggi,
dan amilum maydis (Soekemi, dkk., 1987).

2.1.3 Metode Pembuatan Tablet


Metode pembuatan tablet dapat dilakukan dengan cara:
A. Granulasi Basah
Metode ini dilakukan dengan cara mencampurkan bahan aktif,
bahan pengisi, bahan penghancur terlebih dahulu sampai homogen,
kemudian dibasahi dengan bahan pengikat, bila perlu dapat ditambahkan
pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam oven atau lemari
pengering lainnya pada suhu 40-50oC. Setelah granul kering maka diayak

10 | P a g e
lagi untuk memperoleh granul yang lebih baik yang memiliki ukuran sama
dan ditambahkan peicin kemudian dicetak dengan mesin cetak tablet
(Anief, 1994). Keuntungan metode ini yaitu dapat memperbaiki sifat alir
granul, mencegah memisahnya campuran serbuk, permukaan hidrofobik
menjadi lebih hidrofilik dan dapat mengurangi debu. Kerugian metode ini
yaitu membutuhkan waktu yang lama, biaya yang mahal, kehilangan
bahan selama beberapa proses, dan tahapan multiproses lebih rumit
sehingga membuat validasi dan pengendalian sulit (Siregar & Wikarsa,
2010).
B. Granulasi Kering
Bahan ditimbang seluruhnya kecuali bahan pelicin kemudian
dicampurkan menjadi satu, serbuk di slugging / dicetak menjadi tablet
dengan ukuran besar. Tablet dikempa dengan tekanan yang cukup keras
agar tablet tidak mudah menjadi sebuk lagi. Tablet selanjutnya dipecah
dengan alat atau tangan dan siayak dengan ayak yang sesuai, kemudian
ditambahkan pelicin dan dicetak menjadi tablet (Ansel, 1989). Keuntungan
metode ini yaitu digunakan sebagai granulasi bila zat aktif tidak
tahan/stabil terhadap panas, dan digunakan untuk zat aktif yang tidak
memiliki sifat alir yang bebas. Kerugian metode ini yaitu memerlukan alat
khusus untuk membentuk slug, hasil tablet warna tidak seragam, dan
menghasilkan banyak debu yang menyebabkan kontaminasi silang
(Siregar & Wikarsa, 2010).
C. Cetak Langsung
Merupakan metode pencetak tablet yang paling hemat biaya.
Metode ini biasanya digunakan pada tablet yang cepat hancur karena
availabilitas dari eksipien terutama superdisintegran (Bhowmik, et al,
2009). Keuntungan metode ini yaitu biaya lebih murah dan waktu yang
dibutuhkan untuk mencetak tablet lebih cepat. Kerugian dari metode ini
yaitu membutuhkan sejumlah besar bahan pengisi untuk mempermudah
proses pengempaan yang dapat mengakibatkan tabletmenjadi tidak layak
karena mengalami peningkatan ukuran tablet (Siregar & Wikarsa, 2010).

11 | P a g e
2.2 Tablet Hisap (Lozengess)

Tablet hisap atau yang lebih dikenal lozenges adalah bentuk lain dari tablet
untuk pemakaian dalam rongga mulut, dimaksudkan untuk memberi efek lokal
pada mulut atau kerongkongan. Tablet hisap biasanya mengandung anastesi lokal,
antiseptik, antibakteri, demulsen, astrigen dan antitusif. Lozenges biasanya dibuat
dengan menggabungkan obat dalam suatu bahan dasar gula yang keras dan
beraroma, dapat dibuat dengan mengempa, tetapi biasanya dibuat dengan cara
peleburan atau dengan proses penuangan kembang gula. Lozenges dirancang agar
tidak mengalami kehancuran didalam mulut, tetapi larut atau terkikis secara
perlahan dalam jangka waktu 30 menit atau kurang (Lachman&Lieberman, 1986).
Tablet hisap yaitu bentuk sediaan obat tablet yang ditambahkan dengan
rasa pemanis untuk dihisap di (Kulum) dan ditahan didalam mulut atau faring
(Siregar,2010). Perbedaan dari tablet biasa dengan tablet hisap yaitu bahan yang
tidak digunakan penghancur, dan bahan yang digunakan sebagaian besar yaitu
bahan yang dapat larut dalam air. Tablet hisap memiliki kadar pemanis yang
tinggi yaitu (50% atau lebih dari berat tablet sebelumnya) seperti sukrosa,
laktosa,manitol,sorbitol. Tablet hisap memiliki diameter lebih besar yaitu >18mm.
Tablet hisap memiliki kekerasan 10-20 kg/cm2 (Gatiningsi,2008).
2.2.1 Bahan tambahan pembuatan tablet hisap (Lozengess)
2.2.1.1 Bahan pengisi (filler)
Bahan pengisi merupakan dasar dari sediaan compress lozenges. Bahan
yang digunakan adalah bahan yang dapat diformulasikan pada granulasi
basah dan kompres langsung, sehingga harus tahan panas dan memiliki
kompresibilitas yang tinggi (Peters, 1989). Bahan pengisi yang biasa
digunakan dalam pembuatan tablet antara lain : laktosa, dekstrosa, manitol,
sorbitol, sukrosa atau gula dan derivat-derivatnya, selulosa mikrokristal
(Avicel) (Banker dan Anderson, 1994).
2.2.1.2 Bahan pengikat (Binder)
Zat ini ditambahkan dalam bentuk kering atau cairan selama granulasi
basah untuk membentuk granul atau menaikkan kekompakan kohesi bagi
tablet yang dicetak langsung (Banker dan Anderson, 1994). Bahan pengikat

12 | P a g e
yang biasa digunakan adalah akasia, tragakan, gelatin (pengikat dari alam),
polivinilpirolidon, HPMC, CMC-Na, etil selulosa (polimer
sintetik/semisintetik), sukrosa, larutan glukosa (gula).
2.2.1.3 Bahan pelicin (Lubricant)
Bahan pelicin ini bertujuan untuk memicu aliran serbuk atau granul
dengan jalan mengurangi gesekan diantara partikel-partikel. Beberapa bahan
pelicin yang sering digunakan dalam pembuatan tablet antara lain : talk,
magnesium stearat, asam stearat, garam-garam asam stearat dan kalsium
(Banker dan Anderson, 1994).
2.2.1.4 Bahan aktif (Medicaments)
Bahan aktif merupakan zat berkhasiat dalam compress lozenges.Dalam
compress lozenges komposisi zat aktif biasanya antara 0,45-1,2 gram
(Peters, 1989).
2.2.1.5 Flavour
Flavour adalah bahan yang biasanya digunakan untuk memberi rasa,
meningkatkan rasa pada tablet yang hendak larut atau hancur dimulut
sehingga lebih dapat diterima oleh konsumen. Untuk compress lozenges
sebaiknya dipilih dalam bentuk spray-dried flavour atau bentuk liqiud
flavour (Peters, 1989).
2.2.1.6 Sweetener
Bahan pemberi rasa sangat penting dalam pembuatan tablet hisap
(lozenges). Apa yang dirasa oleh mulut saat menghisap tablet sangat terkait
dengan acceptability-nya dan berarti juga sangat berpengaruh terhadap
kualitas produk. Dalam formula tablet hisap, bahan yang digunakan
biasanya juga merupakan bahan pengisi tablet hisap tersebut, seperti manitol
atau sorbitol (Peters, 1989).
2.2.1.7 Coloring
Pewarna biasanya digunakan sebagai identitas suatu produk farmasi.
Selain lain itu, pewarna juga dapat digunakan sebagai penambah nilai
estetika suatu sediaan (Rowe dkk., 2006). Pewarna larut air dan lokalene
dyes biasa digunakan untuk compress lozenges (Peters, 1989).

13 | P a g e
2.3 Macam – macam bentuk tablet hisap (Lozengess)

Ada dua tipe lozenges yang telah banyak digunakan menurut metode
pembuatan tablet hisap, yaitu :

1) Compress Tablet Lozenges


Prinsipnya sama dengan pembuatan tablet kompresi biasa. Perbedaan yang
mendasar adalah pada dosis sediaannya. Compress lozenges dengan area
aktifitasnya yang berada di membran mukosa mulut dan kerongkongan,
biasanya memiliki diameter yang lebar (antara 5/8-3/4 inchi), dikempa
dengan bobot tablet antara 1,5-4,0 gram dan diformulasi agar mengalami
disintegrasi dalam mulut secara perlahan-lahan (Peters, 1989).
2) Molded lozenges
Molded lozenges dibuat dengan cara meleburkan basisnya. Molded lozenges
memiliki tekstur lebih lembut karena mengandung gula dengan konsentrasi
tinggi atau karena adanya kombinasi antara gelatin dengan gula. Contohnya
adalah soft lozenges yang biasa disebut dengan pastilles dan chewable
lozenges yaitu lozenges dengan basis gelatin yang biasa disebut dengan
gummy. Soft lozenges biasanya dibuat dengan menggunakan basis
polyethylene glycol (PEG) (Allen, 2002).

Menurut komposisi bahannya, lozenges terbagi menjadi tiga jenis, yaitu


hard lozenges, soft lozenges dan lozenges basis gelatin yang biasa disebut
chewable lozenges atau gummy.

1) Hard Lozenges
Hard candy lozenges adalah campuran gula dan karbohidrat dalam bentuk
amorf dan kristal. Bentuk ini dapat berupa sirup gula padat yang secara umum
mempunyai kandungan air 0,5%-1,5%. Bahan dasar hard candy lozenges
adalah gula (sakarosa), sirup jagung, gula invert, gula pereduksi, acidulents
(pembuat asam), pengaroma, bahan-bahan cair dan padat, serta bahan obat
(Peters, 1989).

14 | P a g e
2) Soft Lozenges
Soft lozenges merupakan salah satu jenis lozenges dengan basis PEG, acasia,
dan beberapa bahan lainnya. Soft lozenges yang sudah banyak dikenal
masyarakat adalah pastiles (Allen, 2002), tetapi lebih umum disebut cough
drops (Gunsel dan Kanig, 1976). Soft lozenges biasa dibuat berwarna dan
memiliki rasa dan dapat secara perlahan melarut atau dikunyah pada mulut
dan tergantung pada efek obat yang diinginkan (Allen, 2002).
3) Chewable lozenges
Chewable lozenges biasanya memiliki rasa yang mencolok dan sedikit rasa
asam. Lozenges jenis ini cocok diperuntukkan bagi pasien pediatri dan efektif
untuk penggunaan pengobatan pada absorbsi gastrointestinal dan sistemik
(Allen, 2002).
2.4 Evaluasi Preformulasi Tablet hisap

Sebelum tablet diproses pada mesin pencetak tablet, massa granul


terlebih dahulu harus diuji apakah telah memenuhi persyaratan granul untuk
dicetak tablet apa belum. Uji preformulasi ini menggambarkan sifat massa
sewaktu pencetak tablet, meliputi waktu alir, sudut diam, dan indeks taps.

2.4.1 Kecepatan alir


Kecepatan alir yaitu kecepatan yang diperlukan sejumlah granul atau
serbuk untuk mengalir per satuan waktu. Campuran serbuk dikatakan
memiliki sifat alir baik jika kecepatan alirnya lebih dari 10 gram/detik (Sheth
dkk., 1980).

2.4.2 Sudut diam

Sudut diam adalah sudut maksimum yang terbentuk pada


permukaan serbuk dengan permukaan horizontal pada waktu berputar. Bila
sudut diam lebih kecil atau sama dengan 30 o maka menunjukkan bahwa
bahan dapat mengalir bebas, bila sudutnya lebih besar atau sama dengan 40 o
biasanya daya mengalirnya kurang baik (Banker dan Anderson, 1986).

15 | P a g e
Hubungan antara sudut diam dengan aliran serbuk menurut (Aulton,
1988) terlihat pada tabel I.

Tabel I. Hubungan antara Sudut Diam dengan Aliran Serbuk

(Aulton, 1988)

Sudut Diam (derajat) Tipe Aliran


<25 Sangat baik
25 – 30 Baik
30 – 40 Sedang
> 40 Sangat buruk

2.4.3 Kompresibilitas
Indeks kompresibilitas adalah ukuran suatu serbuk atau granul untuk
dimampatkan. Indeks kompresibilitas mempunyai hubungan dengan
interaksi antar partikel. Hal ini mempengaruhi sifat alir suatu serbuk atau
granul. Serbuk atau granul yang mengalir bebas, umumnya kurang terjadi
interaksi antar partikel, begitu juga sebaliknya (USP, 2007).

Hubungan antara aliran serbuk dan persentase kompresibilitas


menurut (Aulton, 1988) terlihat pada tabel II.

Tabel II. Hubungan antara Aliran Serbuk dan % Kompresibilitas


(Aulton, 1988)

% Kompresibilitas Tipe Aliran


5-15 Sangat baik
12-16 Baik
18-21 Cukup baik
23-35 Buruk
35-38 Sangat buruk
>40 Amat sangat buruk

2.5 Evaluasi tablet Hisap


2.5.1 Keseragaman bobot

16 | P a g e
Keseragaman bobot pada tablet dilakukan pada tablet yang tidak
bersalut dengan bobot 50 mg atau lebih zat aktif tunggal yang
merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan (Siregar &
Wikarsa, 2010). Evaluasi dilakukan dengan menimbang 10 tablet satu
per satu, kemudian dari hasil penetapan kadar , yang diperoleh seperti
yang tertera dalam masing – masing monografi, dihitung jumlah zat
aktif dari masing – masing dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif
telah terdistribusi homogen (FI. Ed. IV, halaman 999). Berikut ini
persyaratan keragaman bobot menurut FI IV:

Penyimpangan bobot rata – rata dalam %


Bobot rata – rata
tablet
A B

< 25 mg 15 30

26 – 150 mg 10 20

151 – 300 mg 7,5 15

> 300 mg 5 10

Tabel 2.1 Persyaratan bobot rata – rata tablet

2.5.2 Kekerasan tablet


Massa tablet bergantung kepada ketahanan terhadap goncangan
saat pengangkutan, pengemasan dan peredaran. Semakin keras tablet
maka semakin bagus, dan tidak rapuh tetapi ini menyebabkan
berkurangnya porositas dari tablet sehingga tablet susah untuk
kemasukan air sehingga berpengaruh terhadap waktu hancur tablet.
Kekerasan dinyatakan dalam kg tenaga yang diperlukan untuk
memecahkan tablet. Kekerasan untuk tablet secara umum yaitu 4-8 kg,
tablet hisap 10-20 kg, dan tablet kunyah 3 kg (Soekemi, dkk., 1987).

17 | P a g e
Gambar 2.6 Uji Kekerasan tablet

2.5.3 Friabilitas
Adanya capping atau hancur akibat adanya goncangan dan
gesekan, hal ini dapat menyebabkan adanya variasi pada berat dan
keseragaman isi tablet. Pengujian ini dilakukan pada kecepatan 25 rpm,
dengan menjatuhkan tablet pada ketinggian 6 inchi pada tiap putaran,
dijalankan sebanyak 100 putaran. Batas kehilangan berat yaitu antara
0,5 sampai 1% (Lachman, dkk., 1994).

Gambar 2.7 Uji Kerapuhan tablet


2.5.4 Waktu hancur
Waktu hancur merupakan uji yang dilakukan untuk menentukan
berapakah waktu hancur yang dihasilkan oleh tablet yang telah
diformulasikan untuk pecah menjadi partikel-partikel kecil atau
granul sebelum larut dan diabsorbsi. Menyatakan waktu yang

18 | P a g e
dibutuhkan untuk waktu penghancuran tablet dibawah kondisi yang
telah ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan mesh
10 (Lachman, dkk., 1994).

Gambar 2.8 Disetregation Tester


2.5.4 Waktu Melarut Tablet

Waktu melarut adalah waktu yang dibutuhkan tablet hisap untuk


melarut atau terkikis secara perlahan di dalam rongga mulut, karena
sediaan tablet hisap ini diharapkan mampu memberikan efek lokal
pada mulut dan kerongkongan, meskipun dapat juga dimaksudkan
untuk diabsorbsi secara sistemik setelah ditelan. Waktu melarut yang
ideal bagi tablet hisap adalah sekitar 5-10 detik (Banker dan
Anderson, 1986).

2.5.5 Uji tanggapan rasa


Tanggapan rasa sangat penting untuk meningkatkan
keberhasilan suatu formulasi tablet hisap.Tablet hisap mengalami
kontak pertama kali didalam mulut dan mengalami proses
penghancuran secara mekanis juga didalam mulut.Tablet hisap harus
mempunyai rasa enak agar dapat diterima dan disukai oleh pasien
(Lachman dkk., 1986).

2.6 Uraian Bahan Aktif


2.6.1 Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.)

19 | P a g e
Tanaman (Hibiscus sabdariffa Linn.), atau dikenal dengan nama
bunga rosela mempunyai ciri taksonomi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Dilleniidae
Order : Malvales
Family : Malvaceae
Genus : Hibiscus L.
Species : Hibiscus sabdariffa L. (McMillian, 2010)

2.6.2 Nama Lain atau Sinonim

Tanaman Hibiscus sabdariffa Linn. mempunyai habitat asli di


daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Di Inggris dan di negara
berbahasa inggris lainnya, tanaman ini dikenal dengan nama roselle,
rozelle, sorrel, red sorrel, white sorrel, dan florida cranberry. Di Spanyol,
tanaman ini dikenal dengan nama quimbombó chino, sereni, rosa de
jamaica, flor de jamaica, dan viñuela. Di Perancis, tanaman ini dikenal
dengan nama oseille rouge atau oseille de guinée (Maryani, 2008).

Tanaman ini dikenal dengan nama rosela di Indonesia. Mrambos


hijau adalah nama umum atau nama dagangnya. Beberapa daerah di
Indonesia, contohnya di daerah Sunda, rosela dikenal sebagai gomet
balonda (Maryani, 2008).

2.6.3 Morfologi Tanaman

Hibiscus sabdariffa Linn. merupakan herba tahunan yang dapat


mencapai ketinggian 0,5-3 meter. Hibiscus sabdariffa Linn. memiliki
batang yang tegak, bulat, berkayu dan berwarna merah. Hibiscus

20 | P a g e
sabdariffa Linn. juga memiliki daun tunggal, berbentuk bulat telur,
pertulangan menjari, ujung tumpul, tepi bergerigi, dan pangkal
berlengkuk. Bunga H. sabdariffa Linn. merupakan bunga tunggal dan
berwarna merah. Kelopak bunga ini sering dianggap bunga oleh
masyarakat. Buahnya berbentuk kotak kerucut, berambut, terbagi menjadi
5 ruang, berwarna merah (Maryani, 2008).

2.6.4 Kandungan Kimia

Menurut Duke (1998) kandungan zat gizi dalam setiap 100 gram
kelopak rosela merah segar terdiri dari moisture, protein, lemak, serat,
kalsium, fosfor, zat besi, karoten, tiamin, riboflavin, niasin, asam askorbat
dan vitamin D dengan komposisi zat aktif terbanyak yakni kalsium.
Sedangkan komposisi kimiawi yang terdapat pada bunga rosela adalah
senyawa antosian, asam organik, vitamin C dan karbohidrat.

2.6.5 Khasiat dan Manfaat

Kelopak bunga rosela mempunyai efek farmakologis yang cukup


lengkap, seperti diuretik, antelmintik, antibakteri, antiseptik, antiradang,
menurunkan panas, mencegah gangguan jantung, kanker darah, dan
menstimulasi gerak peristaltik usus (Widyanto dan Anne, 2000). Selain itu
juga berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Duke (1998) kelopak
bunga rosela berkhasiat sebagai antioksidan.

2.7 Uraian Daun Stevia


Salah satu tanaman pemanis selain tebu adalah daun stevia (Stevia
rebaudiana Bertonii). Tanaman berbentuk perdu yang tingginya sekitar 1
m ini berasalah dari Amambay yaitu daerah bagian Timur Laut Paraguay
(Lemus-Mondaca et al., 2012).
Pada tahun 1887 peneliti ilmiah Amerika Antonio Bertoni
menemukan tanaman stevia dan menamakannya Eupatorium
rebaudianum Bertoni, kemudian dimasukkan dalam genus stevia pada
tahun 1905. Diduga lebih dari 80 jenis spesies stevia tumbuh liar di

21 | P a g e
Amerika Utara dan 200 spesies alami di Amerika Selatan, namun hanya
Stevia rebaudiana yang diproduksi sebagai pemanis (Raini dkk., 2011).
Sejak tahun 1970, stevia digunakan di jepang. Ekstrak stevia
menjadi sangat popular secara komersial dipasaran diatas 50%. Stevia
digunakan sebagai pemanis mulai dari saus kedelai, sayur-sayuran hingga
minuman ringan. Sebagai pemanis alami tanpa kalori, tanpa panambahan
bahan kimia, dan tidak menimbulkan efek samping yang serius, kini
stevia menjadi popular diseluruh dunia karena khasiatnya (Raini dkk.,
2011).
Penanaman stevia sudah menyebar dari daerah asalnya, seperti
tersebar di beberapa Negara di Asia, Eropa, dan Kanada. Namun, karena
adanya kesulitan teknis untuk menghilangkan rasa pahit bersamaan
dengan hambatan dibidang regulasi akibat kurangnya informasi
mengenai spesifikasi daun stevia maka pemasaran stevia tidak
berkembang, terutama di Amerika Serikat (Carakostas et al., 2008 di
dalam Djajadi, 2014).
Genus stevia jumlahnya sekitar 200 spesies termasuk famili
Astereacea. Diantara spesies tersebut, yang paling banyak ditanam adalah
Stevia rebaudiana yang mengandung senyawa pemanis diterpenoid
glycoside (Montoro et al., 2013)
Tanaman ini tergolong tanaman tahunan berbentuk perdu dengan
batang yang mudah patah dan mempunyai sistem perakaran yang
menyebar serta mempunyai daun kecil berbentuk elips (Shock, 1982).
Daunnya tidak bertangkai dan memilik panjang antara 3-4 cm.
Bentuk daun memanjang dengan bagian tengah lebar dan bagian dari
ujung daun mengecil dengan ujung daun yang tumpul. Batangnya
berkayu dan berbulu serta pada pangkal batangnya akan menjadi lunak
saat tanaman sudah tua. Perakaran stevia ini masuk ke dalam kategori
rhizoma dengan sedikit percabangan (Lemus-Mondaca et al., 2012).
Klasifikasi tanaman stevia adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae.

22 | P a g e
Sub kingdom : Tracheobionta.
Super divisi : Spermatophyta.
Divisi : Magnoliophyta.
Kelas : Magnoliopsida.
Sub kelas : Asteridae.
Ordo : Asterales.
Famili : Asteraceae.
Genus : Stevia.
Spesies : Stevia rebaudiana Bertoni (Lemus-
Mondaca et al., 2012).
2.7.1 Kandungan Kimia
Menurut Buchori (2007), daun Stevia berisi glycoside yang
mempunyai rasa manis tapi tidak menghasilkan kalori. Stevioside dan
rebaudioside merupakan konstituen utama dari glycoside dengan
gabungan dari seperti yang terdapat pada tanaman stevia. Glycoside yang
digunakan secara komersial dinamakan stevioside yang memberikan rasa
manis 250-300 kali dari gula. Daun stevia selain mengandung pemanis
glycoside (stevioside, rebauside, dan dulcosida) juga mengandung
protein, fiber, karbohidrat, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, natrium,
besi, vitamin A, vitamin C, dan juga minyak. Rasa manis pada stevia
disebabkan karena dua komponen yaitu stevioside (3-10% berat kering
daun) dan rebaudioside (1-3%) yang dapat dinaikkan 250 kali manisnya
dari sukrosa. Stevioside mempunyai keunggulan dibandingkan pemanis
buatan lainnya, yaitu stabil pada suhu tinggi (100°C), range pH 3-9, dan
tidak menimbulkan warna gelap pada waktu pemasakan.
Senyawa manis yang berupa campuran glikosida diterpen yang
terkandung didalam tanaman stevia disebut steviol glikosida yang
merupakan campuran dari rebaudioside A, rebaudioside B, rebaudioside
C, rebaudioside D, rebaudioside E, dulcoside-A, steviolboside dan
stevioside. Rebaudioside A merupakan komponen yang paling manis,
stabil dan kurang memiliki rasa pahit dibandingkan dengan stevioside.

23 | P a g e
Rebaudioside E semanis stevioside. Rebaudioside D semanis
rebaudioside A, sedangkan glikosida lain kurang manis daripada
stevioside (Kinghorn et al., 1982).

2.8 Tinjauan tentang ekstrak


2.8.1 Pengertian ekstrak
Ekstrak adalah sediaan yang berbentuk kering, kental atau cair,
dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang
sesuai, diluar pengaruh cahaya matahari secara langsung (Anonim,
1979). Kriteria cairan penyari yang baik harus memenuhi syarat antara
lain: murah dan mudah didapat, stabil secara kimia dan físika, bereaksi
netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, juga selektif
yaitu hanya menarik zat berkhasiat (Anonim, 1986).
Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat
dari bahan obat dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode
ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna
(Ansel, 1989). Pembuatan ekstrak memiliki tiga metode yang umum
digunakan yaitu maserasi, perkolasi dan sokletasi.
2.8.2 Metode ekstraksi yang terpilih
Pemilihan terhadap metode tersebut disesuaikan dengan
kepentingan dalam memperoleh sari yang baik. Metode pembuatan
ekstrak yang dipilih adalah maserasi. Maserasi merupakan proses paling
tepat untuk simplisia yang sudah halus dan memungkinkan direndam
hingga meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zatnya akan
larut. Proses ini dilakukan dalam bejana bermulut lebar, serbuk
ditempatkan lalu ditambah pelarut dan ditutup rapat, isinya dikocok
berulang-ulang kemudian disaring. Proses ini dilakukan pada temperatur
15°-20º C selama tiga hari (Ansel, 1989).

24 | P a g e
Menurut penelitian Lestari dkk (2009), maserasi merupakan
metode ekstraksi yang baik untuk menyari senyawa antosian yang
terkandung dalam bunga rosela dan dapat menghasilkan rendemen yang
banyak jika dibandingkan dengan sokhletasi. Hasil penelitian Rahmawan
dkk (2010), menyebutkan bahwa pelarut terbaik yang dapat mengekstrak
pigmen senyawa antosianin paling tinggi ialah kombinasi pelarut etanol
95 % : aquadest : asam sitrat 0,75 %, dengan kecerahan sebesar 27,5,
warna merah 28,0 dan warna kuning sebesar 11,4. Absorbansi yang
diperoleh pada pH 1,0 sebesar 0,4127 pada panjang gelombang
maksimum 520,5 nm dengan kadar antosianin 30,36 mg/L.
2.9 Tinjauan bahan tambahan
2.9.1 Laktosa

Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu, dalam bentuk


anhidrat atau mengandung satu molekul anhidrat. Pemerian serbuk atau
massa hablur keras, putih atau putih krem, tidak berbau dan sedikit
manis, stabil diudara, tetapi mudah menyerap bau. Kelarutan mudah larut
(dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih larut dalam air mendidih,
sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam
eter. Laktosa monohidrat (C11H22O11-H2O) memiliki berat molekul
360,31. Kegunaan sebagai bahan pengisi tablet (Anonim, 1995).

2.9.2 Magnesium stearat(FI IV, hal 515)

25 | P a g e
O

O-
Mg2+
O

O-

Gambar 2.5 Struktur Magnesium Stearat


Pemerian : Serbuk hablur putih dan voluminis, mudah melekat dikulit
dan berbau khas.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, etanol dan eter.
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup.
Kegunaan : Sebagai bahan pelicin dalam tablet.
Magnesium Stearat memiliki sifat seperti lemak dan tersedia dalam
ukuran partikel kecil, merupakan lubrikan yang paling efisien dan lazim
digunakan. Pada umumnya, lubrikan ini tidak reaktif, tetapi bersifat basa
(kecuali zink stearat) dan memiliki sifat yang merugikan, yaitu dengan
memperlambat disintegran dan disolusi zat aktif dari tablet karena
sifatnya yang hidrofobik. Magnesium stearat merupakan logam stearat
yang umum dipakai dan dapat juga berfungsi sebagai glidan dan
antiadheren. Magnesium stearat paling baik digunakan sebagai lubrikan
dan antiadheren, dan tidak cocok digunakan sebagai glidan. Konsentrasi
magnesium stearat yang lazim digunakan dengan rentang 1% atau
dibawahnya (Siregar & Wikarsa).
2.9.3 Talk

Pemerian : Serbuk hablur berwarna putih sangat


halus/berwarna putih kelabu berkilat mudah melekat pada kulit dan
bebas butiran.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, etanol dan eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup.
Kegunaan : Sebagai bahan pelicin dalam tablet.
Bahan tambahan yang memiliki fungsi sebagai lubrikan dan glidan
dalam pembuatan tablet. Zat ini kurang efisien daripada logam stearat

26 | P a g e
dan jika digunakan sebagai lubrikasi harus dalam kuantitas yang besar.
Talkum sifatnya tidak menguntungkan karena dapat memperlambat
proses disintegrasi. Talkum dalam kuantitas kecil dapat digunakan
bersama dengan lubrikan lain. Talk yang digunakan sebagai lubrikan
harus bebas asbes, dan pemasok harus menyertakan analisis mutunya
terutama analisis asbes (Siregar & Wikarsa, 2010).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diskripsi Obyek Penelitian


3.1.1 Subyek Penelitian
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini berupa daun
Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.) dan daun Stevia (Stevia rebaudiana
Bertonii).
3.1.2 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini menggunakan ekstrak daun Rosella


(Hibiscus sabdariffa Linn.) dan daun Stevia (Stevia rebaudiana
Bertonii) yang dibuat menjadi 3 formulasi, sediaan tablet hisap dari
ekstrak daun Rosella (Hibiscuc sabdariffa Linn) dan daun Stevia
(Stevia rebaudiana Bertonii) dengan variasi konsentrasi amylum
manihot : 7%, 8%, 9% dan 10%.

3.1.3 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Teknologi


Farmasetika Stikes Rumah Sakit Anwar Medika yang terletak di Jl.
Raya By Pass Krian KM 33 Sidoarjo. Penelitian ini dilaksanaka pada
bulan Maret – April 2019.

27 | P a g e
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat
Alat alat yang digunakan dalam penelitian yaitu Mortir, Stamper,
Ayakan, Batang pengaduk, Sudip, Inkubator/Oven, Timbangan
digital, pencetak tablet, Disintegration Tester,Alat ukur waktu hancur,
alat ukur kekerasan tablet, alat ukur kerapuhan tablet, stopwatch.
3.2.2 Bahan
Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu ekstrak daun
Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.) dan daun Stevia (Stevia
rebaudiana Bertonii) , Amilum Manihot, Manitol, Magnesium Stearat,
Talkum.
3.3 Variabel bebas
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah penggunaan amylum
manihot yang divariasikan konsentrasinya.
3.3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat dari penelitian ini adalah dilakukan evaluasi secara


fisik yaitu uji sifat fisik granul (laju alir granul dan sudut diam), uji sifat
fisik tablet (keseragaman bobot, kekerasan tablet, uji kerapuhan tablet,
uji waktu hancur) dan uji tanggapan rasa.

3.3.3 Variabel terkendali


Varibel terkendali dalam penelitian ini menggunakan konsentrasi
ekstrak daun Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.) dan daun Stevia
(Stevia rebaudiana Bertonii).
3.4 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional formulasi tablet hisap ekstrak daun Rosella
(Hibiscus sabdariffa Linn.) dan daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertonii).
dengan amylum manihot sebagai bahan pengikat menggunakan metode
granulasi basah (Tabel. 3.1)

28 | P a g e
No Variabel Definisi Operasional Kategori Skala

1 Tablet hisap Tablet Hisap Memenuhi semua Rasio


merupakan objek kriteria pengujian
yang diteliti

2 Keseragaman Jumlah bobot yang Dua tablet yang Ordinal


Bobot menyimpang dari menyimpang tidak
ketentuan lebih dari 5% dan
tidak ada satu pun
tablet lebih dari
10% dari bobot
rata-ratanya.

3 Kekerasan Kekerasan yang 10 – 20 kg Ordinal


dihasilkan tablet

4 Kerapuhan Presentase kerapuhan Kurang dari 1% Ordinal


tablet setelah
dilakukan pengujian

5 Waktu hancur Waktu yang ≤ 30 menit Ordinal


dibutuhkan tablet
untuk larut
seluruhnya pada
mulut

6 Tanggapan Tanggapan dan Suka, Kurang Ordinal


Rasa penerimaan rasa Suka atau Tidak
terhadap tablet hisap Suka

3.5 Pengumpulan data

29 | P a g e
3.5.1 Determinasi tumbuhan

Sebelum dilakukan proses ekstraksi, sampel ekstrak daun Rosella


(Hibiscus sabdariffa Linn.) dan daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertonii)
yang berasal dari PT. Tri Rahardja (Java Plant) sudah di determinasi.

3.5.2 Pembuatan Extra


Ekstrak kering daun Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.) dan daun
Stevia (Stevia rebaudiana Bertonii) yang berasal dari PT. Tri Rahardja
(Java Plant).
3.5.3 Skrining fitokimia
Skrining Fitokimia extra daun Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.)
dan daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertonii) dilakukan di Laboratorium
kimia organik Stikes Rumah Sakit Anwar Medika, Jl. Raya By Pass Km
33 Balongbendo- Sidoarjo. Proses Skrining Fitokimia dilakukan sebagai
berikut :
3.5.3.1.1 Uji Alkaloid

0,5 gr sampel + 1 ml HCl 2N + 9 ml aquades panas 2


menit dinginkan, saring filtratnya dibagi ke dalam dua
tabung :

a. Tabung 1 + Pereaksi Bauchardat → Endapan


coklat-hitam (+).
b. Tabung 2 + Pereaksi Dragendrauf → Endapan
putih (+).
3.5.3.1.2 Uji Saponin
0,5 gr sampel + 10 ml air panas, dinginkan, kocok
sampai muncul buih, diamkan 2 menit + 1 tetes HCl
2N, kocok lagi sampai terbentuk buih yang mantap
selama ± 10 me
3.5.3.1.3 Uji tanin

30 | P a g e
Diambil 1 gram sampel kemudian ditambah 10 ml air
panas didinginkan 1 jam kemudian disaring filtrat
ditambah 1 tetes FeCl 3 1% dan akan terbentuk warna
biru tua atau hijau kehitaman.
3.5.3.1.4 Uji Flavonoid
0,5gr sampel ke dalam labu colf 50 ml + 10 methanol
kemudian disaring ke dalam corong pemisah + 5 ml
petroleum bensin, lapisan bawah dimasukkan ke dalam
pinggan penguap panaskan pada suhu 40oC, larutan
kental + etil asetat, cairan dibagi menjadi dua bagian :

a. Tabung 1 + Zn + 1 ml HCl 2N + HCl pekat


→ terbentuk warna merah +

b. Tabung 2 + Mg + HCl pekat → Terbentuk warna


merah +
3.5.3.1.5 Uji Triterpenoid dan Streoid
0,5 gr sampel + 2 ml etanol Sebentar dinginkan, saring,
filtrate diuapkan sampai kental + eter + 3 tetes asam
anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat.
Hasil :

Triterpenoid (+) → Terbentuk warna merah atau ungu.

Steroid (+) → Terbentuk warna hijau.

3.5.3.1.6 Uji Glikosida


Timbang 3 gr contoh ke dalam labu colf 50 ml + 30 ml
(campuran 21 ml etanol + 9 ml air) 10 menit setelah
mendidih dinginkan, saring filtrate + 25 ml Pb asetat
5%, diamkan 5 menit, saring ke dalam corong pemisah
dan tambah campuran chloroform + isopropanol dengan
3 x 3 ml lapisan bawah dimasukkan ke dalam cawan
pinggan penguap, panaskan pada suhu 40oC. setelah

31 | P a g e
cairan kental + 2 ml methanol ke dalam tabung reaksi.
Tambahkan 3 + 2,9 ml methanol + Baljet → terbentuk
warna merah jingga (+) Glikosida jantung.
3.6 Formulasi
3.6.1 Formulasi Tablet Hisap
Formulasi tablet extra daun rosella dan extra daun stevia sebagai
pemanis

Nama Bahan Fungsi F1


Extra daun Rosella Zat aktif 50
Amilum manihot Pengikat 7
Laktosa Pengisi 5
Extra daun Stevia Pemanis 30
Mg stearat Lubrikan 3
Talk Antiadheren 5
Total (mg) 750

3.7 Cara pembuatan Tablet Hisap


Pembuatan tablet hisap ini dilakukan dengan metode granulasi basah.

Semua bahan-bahan yang digunakan ditimbang dan lakukan pembuatan

mucilago amili terlebih dahulu, yaitu siapkan air murni hangat dan tambahkan

amylum manihot masukan ke dalam beaker glass aduk selama 5 menit. Lalu

lakukan pembuatan tablet hisap, yaitu masukkan laktosa, extra daun stevia

dan ekstrak daun rosella, aduk selama 5 menit lalu tambahkan mucilago amili

aduk sampai terbentuk massa yang dapat dikepal yang kemudian diayak

dengan ayakan no mesh 16 sehingga didapat granul yang selanjutnya

o
dikeringkan dalam oven suhu 40 C selama 3 jam. Setelah di oven, granul

diayak kembali dengan ayakan no mesh 18, kemudian ditambahkan dengan

32 | P a g e
talk dan magnesium stearat. Setelah itu lakukan evaluasi pada granul,. Setelah

dilakukan evaluasi, kemudian dikempa sehingga terbentuk tablet dan

dilakukan evaluasi tablet.

3.8 Evaluasi granul


3.8.1 Uji Alir
Laju alir adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan
sejumlah granul atau serbuk pada alat yang terpakai. Faktor-faktor yang
mempengaruhi waktu alir adalah bentuk, ukuran dan kelembaban
granul. Bentuk granul yang tidak seragam dan ukuran partikel yang
semakin kecil menyebabkan granul mudah menggumpal dan sifat
alirnya jelek (Lachman, 2008).

Ditimbang 100 g granul dimasukkan ke dalam corong yang ujung


tangkainya ditutup. Penutup corong dibuka dan granul dibiarkan
mengalir sampai habis. Diukur laju alir granul, diulang sebanyak 3 kali
(Wicaksono dan Syifa, 2008).

Laju Alir (g/detik) Sifat aliran

10 Bebas Mengalir
4 – 10 Mudah Mengalir
1,6 – 4 Kohesif
< 1,6 Sangat Kohesif

3.8.2 Uji

Penentuan sudut diam dilakukan dengan menggunakan corong .


100 gram granul dimasukkan kedalam corong, permukaan atas corong
diratakan, kemudian penutup bawah corong dibuka dan biarkan granul
mengalir melalui corong dan ditentukan besar sudut diamnya dengan
rumus:

Tg Ɵ = 2h / D

33 | P a g e
Keterangan:
Ɵ = sudut diam
h= tinggi kerucut (cm)
D= diameter (cm)
Syarat: 20o˂Ɵ˂40o

o
Sudut Diam ( ) Sifat aliran
< 25 Istimewa

25 – 30 Baik

30 – 40 Cukup

> 40 Sangat Buruk


Tabel Uji sudut diam

3.8.3 Uji Indeks Tap

Granul dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 mL dan diukur volume


awalnya (V1) kemudian dihentakkan sehingga diperoleh volume
akhirnya (V2) yang konstan. Indeks taps dapat dihitung dengan rumus:

I = V1-V2/V1 × 100%

Keterangan:
I = Indeks taps
V1 = volume sebelum hentakan
V2 = volume sesudah hentakan

Syarat: I ≤ 20% (Cartensen, 1977).

3.9 Evaluasi Tablet Hisap


3.9.1 Uji Organoleptis

Tablet yang dihasilkan dinilai secara keseluruhan baik bentuknya


maupun warna, aroma dan rasanya.

34 | P a g e
4
3.9.2 Uji keseragaman bobot

Sebanyak 20 tablet yang diambil secara acak masing-masing


ditimbang, kemudian dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Bila bobot
rata-rata lebih dari 300 mg, jika ditimbang satu per satu tidak lebih dari
2 buah tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang 5% dari
bobot rata-ratanya, dan tidak ada satu pun tablet yang bobotnya
menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-ratanya (Depkes RI, 1995).

3.9.3 Uji waktu hancur

Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sediaan untuk


melarut/terkikis perlahan-lahan di dalam mulut. Untuk tablet hisap,
syarat waktu hancur yaitu terkikis perlahan-lahan dalam jangka
waktu 30 menit atau kurang (Lachman, 1994).

Ambil 6 tablet, masukkan 1 tablet ke dalam masing-masing cakram


o o
pada keranjang lalu jalankan alatnya. Gunakan air bersuhu 37 C ± 2 C
sebagai media. Pada akhir batas waktu yang ditetapkan, angkat
keranjang dan amati semua tablet. Semua tablet harus hancur sempurna.
Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12
tablet lainnya. Tidak boleh kurang 16 tablet dari 18 tablet yang harus
hancur sempurna (Lachman, 1994).

3.9.4 Uji kekerasan tablet

Pemeriksaan kekerasan tablet menggunakan alat digital hardness


tester. Sebuah tablet diletakkan pada alat dengan posisi horizontal, alat
dikalibrasi hingga posisi 0,00. Alat diputar hingga tablet patah. Skala
yang tertera pada alat dibaca. Percobaan dilakukan 10 kali dan dihitung
harga putarannya (Voigt, 1994). Pada umumnya tablet hisap dikatakan
baik jika mempunyai kekerasan antara 10-20 kg (Cooper and Gunn,
1975).

3.9.5 Uji kerapuhan obat

35 | P a g e
Percobaan dilakukan pada 20 tablet dengan masing-masing tablet
ditimbang dan dicatat beratnya (W1), kemudian dilakukan pemutaran
selama 6 menit 30 detik. Setelah itu ditimbang beratnya (W2). Hitung
nilai kerapuhan dengan persamaan:
Rumus : F=(W1-W2)/W1x100%
Syarat : kehilangan bobot tidak boleh lebih dari 0,8% (x ≤ 0,8%).

3.9.6 Uji Tanggapan rasa


Uji tanggapan rasa dilakukan dengan teknik sampling acak
(random sampling) dengan populasi heterogen sejumlah 20 responden
dengan mengisi kuisioner yang disediakan. Setiap responden
mendapatkan kesempatan yang sama untuk merasakan sampel.
Tanggapan rasa dikelompokan dari tingkat suka, kurang suka, dan tidak
suka. Kemudian data disajikan dalam bentuk tabel menurut nilai
responden dengan tanggapan yang diberikan

36 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

America Society for Hospital-System Pharmacist.2008. AHFS Drug Information


Handbook. ASHP Inc. USA : Bethesda MD
Anonim, 2018. Alat Uji waktu hancur tablet,
http://upload.ecvv.com/upload/Product.20123/China BJ3 Disentegration
tester2012361504574.jpg.
Anonim, 2018. Alat Uji Kekerasan Tablet, http://m.indiamart.com/proddetail.php?
i=815512930.
Anonim,2018.Alat Uji Kerapuhan Tablet
http://st288346.sitekno.com/page/6073/lab-tablet.html
Anief, M. 1994. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal 107.
Ansel, H.C.1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi (Edisi 4) penerjemah F. Ibrahim.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Bhowmik D, Chiranjib B, Krishnakanth, Pankaj, Chandira RM, 2009, Fast
Dissolving Tablet: An Overview, J. Chem Pharm Res 1(1) : 163—177
Cartensen, J.T. 1977. Pharmaceuticl of Solid Dosage Forms. New York: A Wiley
Interscience Publication John Wiley and Son. Halaman 133-135, 209, 216 –
218.

37 | P a g e
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia (Edisi
3). Jakarta: KORPRI Sub Unit Direktoral Jenderal.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia (Edisi
4). Jakarta: KORPRI Sub Unit Direktorat Jenderal.
Ditjen POM . 1995. Farmakope Indonesia (Edisi 5). Jakarta KORPRI Sub Unit
Direktoral Jenderal.
Farombi, E.,O.,A. Adelowo and Y.R. Ajimoko, 2007. Biomakers of oxidative
stress and heavy metal levels as indicators of environmental pollution in
african cat fish (Clarias gariepinus) from Nigeria Ogun River int. J. Environ.,
Res., Public Health, 4:158-165.

Guy,2009, Handbook of Pharmaceutical Excipient,6th ed., The Pharmaceutical


Press, London,pp,129-123
Harismah, K., Mutiara, S., Shofi., A dan Rahmawati, N.F. 2014. Pembuatan Sirup
Rosella rendah Kalori dengan pemanis daun stevia (stevia
rebaudiana//bertoni) Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2.
ISSN: 2339-028X:44-47.
Lachman, L., Lieberman, H.A., & Kaning, J.L. 1994. Teori dan praktek Farmasi
Industri I (Edisi II). Penerjemah : S. Suyatmi. Jakarta: Penerbit Universitas
Andalas.
Laund, W. 1994. The Pharmaceutical Codex, 12th. Pharmaceutical Press. London.
Mardiah, dkk.2009. Budidaya dan pengelolahan Rosella Si Merah Segudang
Manfaat. Jakarta:Agromedia Pustaka
Parrot., E.L. 1970. Pharmaceutical tecnology Fundamental pharmaceutica Third
Ed., 82. Burgesss Pub 6. Mineapolis.

Rowe. R.C et Al. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipient, 5th Ed, the
Pharmaceutical Press, London
Siregar. C.J.P. dan Wikarsa S. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-
dasar praktis. Jakarta: EGC

38 | P a g e
Soekami, R.A Tanuwijaya, J. Aminah F. dan Usman, S. 1897. Tablet. Medan: PT.
Mayang Kencana Halaman 15.
Subroto, 2006. Penatalaksanaan diabetes. http://www.google.com., Diakses
tanggal 21 mei 2019

Trevor, A.J., Katzung, B,G., dan Masters, S.B. 2005. Pharmacology Examination
& Board Riview. New York: Mc- Graw Hill. Hal 307-313.
Tan, H.T., dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan
Efek-Efek sampingnya Edisi keenam. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo. Halaman 280-281.
Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Formulasi Edisi kelima. Penerjemah.
S. Noerono. Yogyakarta. Penerbit Universitas Gajah Mada.

39 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai