Oleh:
Mailatulullia Khariri
(16020200050)
2019
1|Page
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penyusunan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Studi Formulasi Tablet Hisap Antidiabetes
Extra Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.) dengan Pemanis
Stevia (Stevia rebaudiana Bertonii). dapat diselesaikan. Karya Tulis Ilmiah ini
untuk memenuhi salah satu syarat tugas farmasetika sediaan.
Penulis
2|Page
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................5
2.1 Tablet.............................................................................................................9
2.2 Tablet hisap ...................................................................................................11
2.3 Macam Tablet Hisap.....................................................................................13
2.4 Evaluasi Preformulasi tablet hisap.............................................................15
2.5 Evaluasi Tablet hisap....................................................................................16
2.6 Uraian bahan Aktif tanaman Rosella (Hibiscus sabdarifaa)....................19
2.7 Uraian bahan Pemanis daun Stevia.............................................................21
2.8 Tinjauan tentang Extrak..............................................................................24
2.9 Tinjauan Bahan tambahan...........................................................................25
3|Page
3.8 Evaluasi Granul............................................................................................32
3.9 Evaluasi Tablet Hisap..................................................................................34
4|Page
BAB I
PENDAHULUAN
5|Page
Kelopak bunga rosela secara tradisional telah digunakan sebagai obat
antidiabetes. Kandungan dalam kelopak bunga rosela adalah flavonoid yang dapat
menurunkan kadar glukosa darah. Kadar antioksidan dalam kelopak bunga rosela
sangat tinggi. Zat aktif yang paling berperan dalam kelopak bunga rosela meliputi
gossypetin, antosianin, dan glucoside hibiscin. Kadar antioksidan yang tinggi pada
kelopak rosela dapat menghambat radikal bebas. Beberapa penyakit kronis yang
banyak ditemui saat ini banyak disebabkan oleh paparan radikal bebas yang
berlebihan, diantaranya kerusakan ginjal, diabetes melitus, jantung koroner,
hingga kanker (Reindi, 2009). Kelopak bunga rosela juga dapat digunakan untuk
mencegah perkembangan atherosclerosis dan komplikasi kardiovaskuler akibat
diabetes (Farombi et al, 2007). Di antara banyak khasiatnya, kelopak bunga rosela
diunggulkan sebagai herba antikanker, antihipertensi, dan antidiabetes (Mardiah
dkk, 2009).
Di zaman sekarang ini, Industri makanan, minuman dan suplemen sering
menggunakan pemanis baik pemanis alami maupun pemanis sintetis sebagai
penambah cita rasa pada produknya. Bahan pemanis alami yang biasa digunakan
adalah gula sukrosa atau gula tebu. Sukrosa mempunyai kandungan kalori relatif
besar 346,0 kalori/100g bahan, tetapi bagi sebagian orang ternyata sukrosa dapat
menimbulkan berbagai masalah terutama mereka yang kelebihan kalori,
kegemukan, menyebabkan kerusakan pada gigi dan sangat berbahaya bagi
penderita diabetes (Harismah dkk, 2014).
Kehadiran gula stevia dapat dijadikan alternatif yang tepat untuk
menggantikan kedudukan pemanis buatan atau pemanis sintetis yang memiliki
nilai kalori rendah dengan tingkat kemanisan 100-200 kali kemanisan sukrosa dan
tidak mempunyai efek karsinogenik yang dapat ditimbulkan oleh pemanis buatan
(Harismah dkk, 2014). Tanaman Stevia mengandung kalori yang rendah sehingga
banyak digunakan sebagai gula diet bagi penderita diabetes karena stevia
memiliki rasa manis yang dihasilkan oleh stevia berasal dari rasa manis yang
dihasilkan oleh stevia berasal dari senyawa steviosida yang merupakan pemanis
alami non karsinogenik sehingga dapat dikonsumsi dalam jangka waktu yang
lama (Kusumaningsih., dkk 2015).
6|Page
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
farmasi mendorong para farmasis untuk membuat suatu formulasi yang tepat
untuk mengolah bahan alam menjadi suatu bentuk sediaan yang acceptable atau
mudah diterima oleh masyarakat. Karena itu perlu dikembangkan bentuk sediaan
ekstrak kelopak bunga rosella merah (Hibiscus sabdariffa Linn) dengan pemanis
stevia yang lebih praktis sebagai obat antidiabetes yang berefek lokal di mulut
dan tenggorokan yaitu tablet hisap (Banker,1989).
Tablet hisap atau yang lebih dikenal lozenges adalah bentuk lain dari tablet
untuk pemakaian dalam rongga mulut, dimaksudkan untuk memberi efek lokal
pada mulut atau kerongkongan. Tablet hisap biasanya mengandung anastesi lokal,
antiseptik, antibakteri, demulsen, astrigen dan antitusif. Lozenges biasanya dibuat
dengan menggabungkan obat dalam suatu bahan dasar gula yang keras dan
beraroma, dapat dibuat dengan mengempa, tetapi biasanya dibuat dengan cara
peleburan atau dengan proses penuangan kembang gula. Lozenges dirancang agar
tidak mengalami kehancuran didalam mulut, tetapi larut atau terkikis secara
perlahan dalam jangka waktu 30 menit atau kurang (Lachman&Lieberman, 1986).
Dalam formulasi sediaan tablet hisap juga memerlukan bahan tambahan
untuk menunjang bahan aktif akan sampai kepada tujuan yang diinginkan seperti
kelopak bunga rosela yang digunakan sebagai antidiabetes. Bahan tambahan yang
terdapat dalam pembuatan tablet hisap dan harus ada dalam tablet hisap yaitu
bahan pengisi (diluent) misalnya avicel pH 102, mannitol,; bahan pengikat
(binder) misalnya gelatin,; bahan lubrikan misalnya Mg Stearat,; bahan pemanis
yaang digunakan stevia, bahan anti adheren atau lubrikan misalnya talk (Rowe et
al, 2009).
Pada pembuatan tablet, penambahan bahan pengikat sangat penting karena
bahan pengikat berfungsi untuk menyatukan partikel serbuk dalam butir granulat
dan berfungsi untuk meningkatkan kekompakan dan kekerasan tablet. Pada
pembuatan tablet hisap digunakan gelatin sebagai bahan pengikat dengan metode
granulasi basah. Bahan pengikat gelatin diformulasikan menjadi tablet hisap yang
baik dan memenuhi persyaratan terutama kekerasan tablet hisap. Persyaratan
7|Page
kekerasan tablet hisap minimal 10kg/cm dan maksimal 20kg/cm lebih tinggi
daripada tablet biasa 4-8 kg/cm (Parrot,1970).
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin merancang formulasi
sediaan tablet hisap tanaman kelopak bunga rosela dengan pemanis stevia untuk
penderita antidiabetes.
1.2 Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pemanis stevia pada pembuatan
tablet hisap?
2. Untuk mengetahui formulasi pembuatan tablet hisap dari kelompak rosela
dengan pemanis daun stevia ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan
formulasi sediaan tablet hisap dari kelopak bunga rosella dengan pemanis
daun stevia.
1.4 Manfaat
1. Memberikan informasi proses pembuatan formulasi tablet hisap pada
kelopak bunga rosella.
8|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tablet
2.1.1 Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (DEPKES
RI, 1979). Tablet merupakan bentuk sediaan yang menguntungkan, karena
masanya dapat dibuat secara masinel dan harganya murah. Tablet takarannya
tepat, dikemas secara baik, praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan serta
stabilitas obatnya terjaga dalam sediaannya dan mudah ditelan (Voight, 1994).
Tablet tidak hanya memiliki keuntungan yang besar, tetapi juga memiliki
keterbatasan seperti, beberapa zat aktif menahan atau menolak pengempaan
menjadi kompak padat karena sifat amorf yang kepadatannya rendah, zat aktif
dengan pembasahan yang buruk, sifat disolusi yang rendah, tingkat dosis yang
besar, atau kombinasi sifat-sifat tersebut mungkin sulit atau tidak mungkin
diformulasi dan dibuat sebagai sediaan tablet yang akan memberikan ketersediaan
hayati yang memadai (Siregar & Wikarsa, 2010).
9|Page
manitol, sorbitol, amilum, bolus alba, kalsium sulfat, natrium sulfat, natrium
klorida, dan magnesium karbonat (Soekemi, dkk., 1987).
b. Pengikat
Merupakan bahan yang digunakan untuk menyatukan bahan
tambahan dari bahan aktif dan juga sebagai daya tahan tablet. Bahan
pengikat ini menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam butir
granul (Voight, 1994). Contoh bahan pengikat yaitu: amilum, gelatin,
glukosa, gom arab, natrium alginat, CMC, polivinilpirolidon, dan veegum
(Soekemi, dkk., 1987).
c. Penghancur
Merupakan bahan yang berfungsi untuk menjamin pecahnya tablet
ketika bertemu dengan cairan saluran pencernaan dan juga
mempermudahabsorbsinya (Lachman, dkk, 1994). Contoh bahan
penghancur yaitu: amilum, gom, derivat selulosa, dan alginat (Soekemi,
dkk., 1987) .
d. Pelicin
Merupakan bahan yang ditambahkan untuk meningkatkan daya alir
granul pada corong pengisi, mencegah granul menempel pada dinding
punch dan die, mengurangi gesekan antara butir-butir granul, dan
mempermudah keluarnya tablet pada dinding die. Contoh bahan pelicin
yaitu: Mg stearat, talk, asam stearat, senyawa lilin dengan titik lebur tinggi,
dan amilum maydis (Soekemi, dkk., 1987).
10 | P a g e
lagi untuk memperoleh granul yang lebih baik yang memiliki ukuran sama
dan ditambahkan peicin kemudian dicetak dengan mesin cetak tablet
(Anief, 1994). Keuntungan metode ini yaitu dapat memperbaiki sifat alir
granul, mencegah memisahnya campuran serbuk, permukaan hidrofobik
menjadi lebih hidrofilik dan dapat mengurangi debu. Kerugian metode ini
yaitu membutuhkan waktu yang lama, biaya yang mahal, kehilangan
bahan selama beberapa proses, dan tahapan multiproses lebih rumit
sehingga membuat validasi dan pengendalian sulit (Siregar & Wikarsa,
2010).
B. Granulasi Kering
Bahan ditimbang seluruhnya kecuali bahan pelicin kemudian
dicampurkan menjadi satu, serbuk di slugging / dicetak menjadi tablet
dengan ukuran besar. Tablet dikempa dengan tekanan yang cukup keras
agar tablet tidak mudah menjadi sebuk lagi. Tablet selanjutnya dipecah
dengan alat atau tangan dan siayak dengan ayak yang sesuai, kemudian
ditambahkan pelicin dan dicetak menjadi tablet (Ansel, 1989). Keuntungan
metode ini yaitu digunakan sebagai granulasi bila zat aktif tidak
tahan/stabil terhadap panas, dan digunakan untuk zat aktif yang tidak
memiliki sifat alir yang bebas. Kerugian metode ini yaitu memerlukan alat
khusus untuk membentuk slug, hasil tablet warna tidak seragam, dan
menghasilkan banyak debu yang menyebabkan kontaminasi silang
(Siregar & Wikarsa, 2010).
C. Cetak Langsung
Merupakan metode pencetak tablet yang paling hemat biaya.
Metode ini biasanya digunakan pada tablet yang cepat hancur karena
availabilitas dari eksipien terutama superdisintegran (Bhowmik, et al,
2009). Keuntungan metode ini yaitu biaya lebih murah dan waktu yang
dibutuhkan untuk mencetak tablet lebih cepat. Kerugian dari metode ini
yaitu membutuhkan sejumlah besar bahan pengisi untuk mempermudah
proses pengempaan yang dapat mengakibatkan tabletmenjadi tidak layak
karena mengalami peningkatan ukuran tablet (Siregar & Wikarsa, 2010).
11 | P a g e
2.2 Tablet Hisap (Lozengess)
Tablet hisap atau yang lebih dikenal lozenges adalah bentuk lain dari tablet
untuk pemakaian dalam rongga mulut, dimaksudkan untuk memberi efek lokal
pada mulut atau kerongkongan. Tablet hisap biasanya mengandung anastesi lokal,
antiseptik, antibakteri, demulsen, astrigen dan antitusif. Lozenges biasanya dibuat
dengan menggabungkan obat dalam suatu bahan dasar gula yang keras dan
beraroma, dapat dibuat dengan mengempa, tetapi biasanya dibuat dengan cara
peleburan atau dengan proses penuangan kembang gula. Lozenges dirancang agar
tidak mengalami kehancuran didalam mulut, tetapi larut atau terkikis secara
perlahan dalam jangka waktu 30 menit atau kurang (Lachman&Lieberman, 1986).
Tablet hisap yaitu bentuk sediaan obat tablet yang ditambahkan dengan
rasa pemanis untuk dihisap di (Kulum) dan ditahan didalam mulut atau faring
(Siregar,2010). Perbedaan dari tablet biasa dengan tablet hisap yaitu bahan yang
tidak digunakan penghancur, dan bahan yang digunakan sebagaian besar yaitu
bahan yang dapat larut dalam air. Tablet hisap memiliki kadar pemanis yang
tinggi yaitu (50% atau lebih dari berat tablet sebelumnya) seperti sukrosa,
laktosa,manitol,sorbitol. Tablet hisap memiliki diameter lebih besar yaitu >18mm.
Tablet hisap memiliki kekerasan 10-20 kg/cm2 (Gatiningsi,2008).
2.2.1 Bahan tambahan pembuatan tablet hisap (Lozengess)
2.2.1.1 Bahan pengisi (filler)
Bahan pengisi merupakan dasar dari sediaan compress lozenges. Bahan
yang digunakan adalah bahan yang dapat diformulasikan pada granulasi
basah dan kompres langsung, sehingga harus tahan panas dan memiliki
kompresibilitas yang tinggi (Peters, 1989). Bahan pengisi yang biasa
digunakan dalam pembuatan tablet antara lain : laktosa, dekstrosa, manitol,
sorbitol, sukrosa atau gula dan derivat-derivatnya, selulosa mikrokristal
(Avicel) (Banker dan Anderson, 1994).
2.2.1.2 Bahan pengikat (Binder)
Zat ini ditambahkan dalam bentuk kering atau cairan selama granulasi
basah untuk membentuk granul atau menaikkan kekompakan kohesi bagi
tablet yang dicetak langsung (Banker dan Anderson, 1994). Bahan pengikat
12 | P a g e
yang biasa digunakan adalah akasia, tragakan, gelatin (pengikat dari alam),
polivinilpirolidon, HPMC, CMC-Na, etil selulosa (polimer
sintetik/semisintetik), sukrosa, larutan glukosa (gula).
2.2.1.3 Bahan pelicin (Lubricant)
Bahan pelicin ini bertujuan untuk memicu aliran serbuk atau granul
dengan jalan mengurangi gesekan diantara partikel-partikel. Beberapa bahan
pelicin yang sering digunakan dalam pembuatan tablet antara lain : talk,
magnesium stearat, asam stearat, garam-garam asam stearat dan kalsium
(Banker dan Anderson, 1994).
2.2.1.4 Bahan aktif (Medicaments)
Bahan aktif merupakan zat berkhasiat dalam compress lozenges.Dalam
compress lozenges komposisi zat aktif biasanya antara 0,45-1,2 gram
(Peters, 1989).
2.2.1.5 Flavour
Flavour adalah bahan yang biasanya digunakan untuk memberi rasa,
meningkatkan rasa pada tablet yang hendak larut atau hancur dimulut
sehingga lebih dapat diterima oleh konsumen. Untuk compress lozenges
sebaiknya dipilih dalam bentuk spray-dried flavour atau bentuk liqiud
flavour (Peters, 1989).
2.2.1.6 Sweetener
Bahan pemberi rasa sangat penting dalam pembuatan tablet hisap
(lozenges). Apa yang dirasa oleh mulut saat menghisap tablet sangat terkait
dengan acceptability-nya dan berarti juga sangat berpengaruh terhadap
kualitas produk. Dalam formula tablet hisap, bahan yang digunakan
biasanya juga merupakan bahan pengisi tablet hisap tersebut, seperti manitol
atau sorbitol (Peters, 1989).
2.2.1.7 Coloring
Pewarna biasanya digunakan sebagai identitas suatu produk farmasi.
Selain lain itu, pewarna juga dapat digunakan sebagai penambah nilai
estetika suatu sediaan (Rowe dkk., 2006). Pewarna larut air dan lokalene
dyes biasa digunakan untuk compress lozenges (Peters, 1989).
13 | P a g e
2.3 Macam – macam bentuk tablet hisap (Lozengess)
Ada dua tipe lozenges yang telah banyak digunakan menurut metode
pembuatan tablet hisap, yaitu :
1) Hard Lozenges
Hard candy lozenges adalah campuran gula dan karbohidrat dalam bentuk
amorf dan kristal. Bentuk ini dapat berupa sirup gula padat yang secara umum
mempunyai kandungan air 0,5%-1,5%. Bahan dasar hard candy lozenges
adalah gula (sakarosa), sirup jagung, gula invert, gula pereduksi, acidulents
(pembuat asam), pengaroma, bahan-bahan cair dan padat, serta bahan obat
(Peters, 1989).
14 | P a g e
2) Soft Lozenges
Soft lozenges merupakan salah satu jenis lozenges dengan basis PEG, acasia,
dan beberapa bahan lainnya. Soft lozenges yang sudah banyak dikenal
masyarakat adalah pastiles (Allen, 2002), tetapi lebih umum disebut cough
drops (Gunsel dan Kanig, 1976). Soft lozenges biasa dibuat berwarna dan
memiliki rasa dan dapat secara perlahan melarut atau dikunyah pada mulut
dan tergantung pada efek obat yang diinginkan (Allen, 2002).
3) Chewable lozenges
Chewable lozenges biasanya memiliki rasa yang mencolok dan sedikit rasa
asam. Lozenges jenis ini cocok diperuntukkan bagi pasien pediatri dan efektif
untuk penggunaan pengobatan pada absorbsi gastrointestinal dan sistemik
(Allen, 2002).
2.4 Evaluasi Preformulasi Tablet hisap
15 | P a g e
Hubungan antara sudut diam dengan aliran serbuk menurut (Aulton,
1988) terlihat pada tabel I.
(Aulton, 1988)
2.4.3 Kompresibilitas
Indeks kompresibilitas adalah ukuran suatu serbuk atau granul untuk
dimampatkan. Indeks kompresibilitas mempunyai hubungan dengan
interaksi antar partikel. Hal ini mempengaruhi sifat alir suatu serbuk atau
granul. Serbuk atau granul yang mengalir bebas, umumnya kurang terjadi
interaksi antar partikel, begitu juga sebaliknya (USP, 2007).
16 | P a g e
Keseragaman bobot pada tablet dilakukan pada tablet yang tidak
bersalut dengan bobot 50 mg atau lebih zat aktif tunggal yang
merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan (Siregar &
Wikarsa, 2010). Evaluasi dilakukan dengan menimbang 10 tablet satu
per satu, kemudian dari hasil penetapan kadar , yang diperoleh seperti
yang tertera dalam masing – masing monografi, dihitung jumlah zat
aktif dari masing – masing dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif
telah terdistribusi homogen (FI. Ed. IV, halaman 999). Berikut ini
persyaratan keragaman bobot menurut FI IV:
< 25 mg 15 30
26 – 150 mg 10 20
> 300 mg 5 10
17 | P a g e
Gambar 2.6 Uji Kekerasan tablet
2.5.3 Friabilitas
Adanya capping atau hancur akibat adanya goncangan dan
gesekan, hal ini dapat menyebabkan adanya variasi pada berat dan
keseragaman isi tablet. Pengujian ini dilakukan pada kecepatan 25 rpm,
dengan menjatuhkan tablet pada ketinggian 6 inchi pada tiap putaran,
dijalankan sebanyak 100 putaran. Batas kehilangan berat yaitu antara
0,5 sampai 1% (Lachman, dkk., 1994).
18 | P a g e
dibutuhkan untuk waktu penghancuran tablet dibawah kondisi yang
telah ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan mesh
10 (Lachman, dkk., 1994).
19 | P a g e
Tanaman (Hibiscus sabdariffa Linn.), atau dikenal dengan nama
bunga rosela mempunyai ciri taksonomi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Dilleniidae
Order : Malvales
Family : Malvaceae
Genus : Hibiscus L.
Species : Hibiscus sabdariffa L. (McMillian, 2010)
20 | P a g e
sabdariffa Linn. juga memiliki daun tunggal, berbentuk bulat telur,
pertulangan menjari, ujung tumpul, tepi bergerigi, dan pangkal
berlengkuk. Bunga H. sabdariffa Linn. merupakan bunga tunggal dan
berwarna merah. Kelopak bunga ini sering dianggap bunga oleh
masyarakat. Buahnya berbentuk kotak kerucut, berambut, terbagi menjadi
5 ruang, berwarna merah (Maryani, 2008).
Menurut Duke (1998) kandungan zat gizi dalam setiap 100 gram
kelopak rosela merah segar terdiri dari moisture, protein, lemak, serat,
kalsium, fosfor, zat besi, karoten, tiamin, riboflavin, niasin, asam askorbat
dan vitamin D dengan komposisi zat aktif terbanyak yakni kalsium.
Sedangkan komposisi kimiawi yang terdapat pada bunga rosela adalah
senyawa antosian, asam organik, vitamin C dan karbohidrat.
21 | P a g e
Amerika Utara dan 200 spesies alami di Amerika Selatan, namun hanya
Stevia rebaudiana yang diproduksi sebagai pemanis (Raini dkk., 2011).
Sejak tahun 1970, stevia digunakan di jepang. Ekstrak stevia
menjadi sangat popular secara komersial dipasaran diatas 50%. Stevia
digunakan sebagai pemanis mulai dari saus kedelai, sayur-sayuran hingga
minuman ringan. Sebagai pemanis alami tanpa kalori, tanpa panambahan
bahan kimia, dan tidak menimbulkan efek samping yang serius, kini
stevia menjadi popular diseluruh dunia karena khasiatnya (Raini dkk.,
2011).
Penanaman stevia sudah menyebar dari daerah asalnya, seperti
tersebar di beberapa Negara di Asia, Eropa, dan Kanada. Namun, karena
adanya kesulitan teknis untuk menghilangkan rasa pahit bersamaan
dengan hambatan dibidang regulasi akibat kurangnya informasi
mengenai spesifikasi daun stevia maka pemasaran stevia tidak
berkembang, terutama di Amerika Serikat (Carakostas et al., 2008 di
dalam Djajadi, 2014).
Genus stevia jumlahnya sekitar 200 spesies termasuk famili
Astereacea. Diantara spesies tersebut, yang paling banyak ditanam adalah
Stevia rebaudiana yang mengandung senyawa pemanis diterpenoid
glycoside (Montoro et al., 2013)
Tanaman ini tergolong tanaman tahunan berbentuk perdu dengan
batang yang mudah patah dan mempunyai sistem perakaran yang
menyebar serta mempunyai daun kecil berbentuk elips (Shock, 1982).
Daunnya tidak bertangkai dan memilik panjang antara 3-4 cm.
Bentuk daun memanjang dengan bagian tengah lebar dan bagian dari
ujung daun mengecil dengan ujung daun yang tumpul. Batangnya
berkayu dan berbulu serta pada pangkal batangnya akan menjadi lunak
saat tanaman sudah tua. Perakaran stevia ini masuk ke dalam kategori
rhizoma dengan sedikit percabangan (Lemus-Mondaca et al., 2012).
Klasifikasi tanaman stevia adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae.
22 | P a g e
Sub kingdom : Tracheobionta.
Super divisi : Spermatophyta.
Divisi : Magnoliophyta.
Kelas : Magnoliopsida.
Sub kelas : Asteridae.
Ordo : Asterales.
Famili : Asteraceae.
Genus : Stevia.
Spesies : Stevia rebaudiana Bertoni (Lemus-
Mondaca et al., 2012).
2.7.1 Kandungan Kimia
Menurut Buchori (2007), daun Stevia berisi glycoside yang
mempunyai rasa manis tapi tidak menghasilkan kalori. Stevioside dan
rebaudioside merupakan konstituen utama dari glycoside dengan
gabungan dari seperti yang terdapat pada tanaman stevia. Glycoside yang
digunakan secara komersial dinamakan stevioside yang memberikan rasa
manis 250-300 kali dari gula. Daun stevia selain mengandung pemanis
glycoside (stevioside, rebauside, dan dulcosida) juga mengandung
protein, fiber, karbohidrat, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, natrium,
besi, vitamin A, vitamin C, dan juga minyak. Rasa manis pada stevia
disebabkan karena dua komponen yaitu stevioside (3-10% berat kering
daun) dan rebaudioside (1-3%) yang dapat dinaikkan 250 kali manisnya
dari sukrosa. Stevioside mempunyai keunggulan dibandingkan pemanis
buatan lainnya, yaitu stabil pada suhu tinggi (100°C), range pH 3-9, dan
tidak menimbulkan warna gelap pada waktu pemasakan.
Senyawa manis yang berupa campuran glikosida diterpen yang
terkandung didalam tanaman stevia disebut steviol glikosida yang
merupakan campuran dari rebaudioside A, rebaudioside B, rebaudioside
C, rebaudioside D, rebaudioside E, dulcoside-A, steviolboside dan
stevioside. Rebaudioside A merupakan komponen yang paling manis,
stabil dan kurang memiliki rasa pahit dibandingkan dengan stevioside.
23 | P a g e
Rebaudioside E semanis stevioside. Rebaudioside D semanis
rebaudioside A, sedangkan glikosida lain kurang manis daripada
stevioside (Kinghorn et al., 1982).
24 | P a g e
Menurut penelitian Lestari dkk (2009), maserasi merupakan
metode ekstraksi yang baik untuk menyari senyawa antosian yang
terkandung dalam bunga rosela dan dapat menghasilkan rendemen yang
banyak jika dibandingkan dengan sokhletasi. Hasil penelitian Rahmawan
dkk (2010), menyebutkan bahwa pelarut terbaik yang dapat mengekstrak
pigmen senyawa antosianin paling tinggi ialah kombinasi pelarut etanol
95 % : aquadest : asam sitrat 0,75 %, dengan kecerahan sebesar 27,5,
warna merah 28,0 dan warna kuning sebesar 11,4. Absorbansi yang
diperoleh pada pH 1,0 sebesar 0,4127 pada panjang gelombang
maksimum 520,5 nm dengan kadar antosianin 30,36 mg/L.
2.9 Tinjauan bahan tambahan
2.9.1 Laktosa
25 | P a g e
O
O-
Mg2+
O
O-
26 | P a g e
dan jika digunakan sebagai lubrikasi harus dalam kuantitas yang besar.
Talkum sifatnya tidak menguntungkan karena dapat memperlambat
proses disintegrasi. Talkum dalam kuantitas kecil dapat digunakan
bersama dengan lubrikan lain. Talk yang digunakan sebagai lubrikan
harus bebas asbes, dan pemasok harus menyertakan analisis mutunya
terutama analisis asbes (Siregar & Wikarsa, 2010).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
27 | P a g e
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat
Alat alat yang digunakan dalam penelitian yaitu Mortir, Stamper,
Ayakan, Batang pengaduk, Sudip, Inkubator/Oven, Timbangan
digital, pencetak tablet, Disintegration Tester,Alat ukur waktu hancur,
alat ukur kekerasan tablet, alat ukur kerapuhan tablet, stopwatch.
3.2.2 Bahan
Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu ekstrak daun
Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.) dan daun Stevia (Stevia
rebaudiana Bertonii) , Amilum Manihot, Manitol, Magnesium Stearat,
Talkum.
3.3 Variabel bebas
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah penggunaan amylum
manihot yang divariasikan konsentrasinya.
3.3.2 Variabel Terikat
28 | P a g e
No Variabel Definisi Operasional Kategori Skala
29 | P a g e
3.5.1 Determinasi tumbuhan
30 | P a g e
Diambil 1 gram sampel kemudian ditambah 10 ml air
panas didinginkan 1 jam kemudian disaring filtrat
ditambah 1 tetes FeCl 3 1% dan akan terbentuk warna
biru tua atau hijau kehitaman.
3.5.3.1.4 Uji Flavonoid
0,5gr sampel ke dalam labu colf 50 ml + 10 methanol
kemudian disaring ke dalam corong pemisah + 5 ml
petroleum bensin, lapisan bawah dimasukkan ke dalam
pinggan penguap panaskan pada suhu 40oC, larutan
kental + etil asetat, cairan dibagi menjadi dua bagian :
31 | P a g e
cairan kental + 2 ml methanol ke dalam tabung reaksi.
Tambahkan 3 + 2,9 ml methanol + Baljet → terbentuk
warna merah jingga (+) Glikosida jantung.
3.6 Formulasi
3.6.1 Formulasi Tablet Hisap
Formulasi tablet extra daun rosella dan extra daun stevia sebagai
pemanis
mucilago amili terlebih dahulu, yaitu siapkan air murni hangat dan tambahkan
amylum manihot masukan ke dalam beaker glass aduk selama 5 menit. Lalu
lakukan pembuatan tablet hisap, yaitu masukkan laktosa, extra daun stevia
dan ekstrak daun rosella, aduk selama 5 menit lalu tambahkan mucilago amili
aduk sampai terbentuk massa yang dapat dikepal yang kemudian diayak
o
dikeringkan dalam oven suhu 40 C selama 3 jam. Setelah di oven, granul
32 | P a g e
talk dan magnesium stearat. Setelah itu lakukan evaluasi pada granul,. Setelah
10 Bebas Mengalir
4 – 10 Mudah Mengalir
1,6 – 4 Kohesif
< 1,6 Sangat Kohesif
3.8.2 Uji
Tg Ɵ = 2h / D
33 | P a g e
Keterangan:
Ɵ = sudut diam
h= tinggi kerucut (cm)
D= diameter (cm)
Syarat: 20o˂Ɵ˂40o
o
Sudut Diam ( ) Sifat aliran
< 25 Istimewa
25 – 30 Baik
30 – 40 Cukup
I = V1-V2/V1 × 100%
Keterangan:
I = Indeks taps
V1 = volume sebelum hentakan
V2 = volume sesudah hentakan
34 | P a g e
4
3.9.2 Uji keseragaman bobot
35 | P a g e
Percobaan dilakukan pada 20 tablet dengan masing-masing tablet
ditimbang dan dicatat beratnya (W1), kemudian dilakukan pemutaran
selama 6 menit 30 detik. Setelah itu ditimbang beratnya (W2). Hitung
nilai kerapuhan dengan persamaan:
Rumus : F=(W1-W2)/W1x100%
Syarat : kehilangan bobot tidak boleh lebih dari 0,8% (x ≤ 0,8%).
36 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
37 | P a g e
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia (Edisi
3). Jakarta: KORPRI Sub Unit Direktoral Jenderal.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia (Edisi
4). Jakarta: KORPRI Sub Unit Direktorat Jenderal.
Ditjen POM . 1995. Farmakope Indonesia (Edisi 5). Jakarta KORPRI Sub Unit
Direktoral Jenderal.
Farombi, E.,O.,A. Adelowo and Y.R. Ajimoko, 2007. Biomakers of oxidative
stress and heavy metal levels as indicators of environmental pollution in
african cat fish (Clarias gariepinus) from Nigeria Ogun River int. J. Environ.,
Res., Public Health, 4:158-165.
Rowe. R.C et Al. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipient, 5th Ed, the
Pharmaceutical Press, London
Siregar. C.J.P. dan Wikarsa S. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-
dasar praktis. Jakarta: EGC
38 | P a g e
Soekami, R.A Tanuwijaya, J. Aminah F. dan Usman, S. 1897. Tablet. Medan: PT.
Mayang Kencana Halaman 15.
Subroto, 2006. Penatalaksanaan diabetes. http://www.google.com., Diakses
tanggal 21 mei 2019
Trevor, A.J., Katzung, B,G., dan Masters, S.B. 2005. Pharmacology Examination
& Board Riview. New York: Mc- Graw Hill. Hal 307-313.
Tan, H.T., dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan
Efek-Efek sampingnya Edisi keenam. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo. Halaman 280-281.
Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Formulasi Edisi kelima. Penerjemah.
S. Noerono. Yogyakarta. Penerbit Universitas Gajah Mada.
39 | P a g e