Oleh:
Mailatullia Khariri
(16020200050)
2019
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penyusunan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Studi Formulasi Tablet Hisap Antidiabetes
Extra Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.) dengan Pemanis
Stevia (Stevia rebaudiana Bertonii). dapat diselesaikan. Karya Tulis Ilmiah ini
untuk memenuhi salah satu syarat tugas farmasetika sediaan.
Penulis
COVER ............................................................................................................... i
2.1 Tablet............................................................................................................. 9
2.2 Tablet hisap .................................................................................................. 11
2.3 Macam Tablet Hisap ..................................................................................... 13
2.4 Evaluasi Preformulasi tablet hisap ............................................................. 15
2.5 Evaluasi Tablet hisap .................................................................................... 16
2.6 Uraian bahan Aktif tanaman Rosella (Hibiscus sabdarifaa) .................... 19
2.7 Uraian bahan Pemanis daun Stevia ............................................................ 21
2.8 Tinjauan tentang Extrak .............................................................................. 24
2.9 Tinjauan Bahan tambahan .......................................................................... 25
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tablet
2.1.1 Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (DEPKES
RI, 1979). Tablet merupakan bentuk sediaan yang menguntungkan, karena masanya
dapat dibuat secara masinel dan harganya murah. Tablet takarannya tepat, dikemas
secara baik, praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan serta stabilitas obatnya
terjaga dalam sediaannya dan mudah ditelan (Voight, 1994). Tablet tidak hanya
memiliki keuntungan yang besar, tetapi juga memiliki keterbatasan seperti,
beberapa zat aktif menahan atau menolak pengempaan menjadi kompak padat
karena sifat amorf yang kepadatannya rendah, zat aktif dengan pembasahan yang
buruk, sifat disolusi yang rendah, tingkat dosis yang besar, atau kombinasi sifat-
sifat tersebut mungkin sulit atau tidak mungkin diformulasi dan dibuat sebagai
sediaan tablet yang akan memberikan ketersediaan hayati yang memadai (Siregar
& Wikarsa, 2010).
10 | K a r y a T u l i s I l m i a h
1994). Keuntungan metode ini yaitu dapat memperbaiki sifat alir granul,
mencegah memisahnya campuran serbuk, permukaan hidrofobik menjadi
lebih hidrofilik dan dapat mengurangi debu. Kerugian metode ini yaitu
membutuhkan waktu yang lama, biaya yang mahal, kehilangan bahan
selama beberapa proses, dan tahapan multiproses lebih rumit sehingga
membuat validasi dan pengendalian sulit (Siregar & Wikarsa, 2010).
B. Granulasi Kering
Bahan ditimbang seluruhnya kecuali bahan pelicin kemudian
dicampurkan menjadi satu, serbuk di slugging / dicetak menjadi tablet
dengan ukuran besar. Tablet dikempa dengan tekanan yang cukup keras
agar tablet tidak mudah menjadi sebuk lagi. Tablet selanjutnya dipecah
dengan alat atau tangan dan siayak dengan ayak yang sesuai, kemudian
ditambahkan pelicin dan dicetak menjadi tablet (Ansel, 1989). Keuntungan
metode ini yaitu digunakan sebagai granulasi bila zat aktif tidak tahan/stabil
terhadap panas, dan digunakan untuk zat aktif yang tidak memiliki sifat alir
yang bebas. Kerugian metode ini yaitu memerlukan alat khusus untuk
membentuk slug, hasil tablet warna tidak seragam, dan menghasilkan
banyak debu yang menyebabkan kontaminasi silang (Siregar & Wikarsa,
2010).
C. Cetak Langsung
Merupakan metode pencetak tablet yang paling hemat biaya.
Metode ini biasanya digunakan pada tablet yang cepat hancur karena
availabilitas dari eksipien terutama superdisintegran (Bhowmik, et al,
2009). Keuntungan metode ini yaitu biaya lebih murah dan waktu yang
dibutuhkan untuk mencetak tablet lebih cepat. Kerugian dari metode ini
yaitu membutuhkan sejumlah besar bahan pengisi untuk mempermudah
proses pengempaan yang dapat mengakibatkan tabletmenjadi tidak layak
karena mengalami peningkatan ukuran tablet (Siregar & Wikarsa, 2010).
2.2 Tablet Hisap (Lozengess)
Tablet hisap atau yang lebih dikenal lozenges adalah bentuk lain dari tablet
untuk pemakaian dalam rongga mulut, dimaksudkan untuk memberi efek lokal pada
11 | K a r y a T u l i s I l m i a h
mulut atau kerongkongan. Tablet hisap biasanya mengandung anastesi lokal,
antiseptik, antibakteri, demulsen, astrigen dan antitusif. Lozenges biasanya dibuat
dengan menggabungkan obat dalam suatu bahan dasar gula yang keras dan
beraroma, dapat dibuat dengan mengempa, tetapi biasanya dibuat dengan cara
peleburan atau dengan proses penuangan kembang gula. Lozenges dirancang agar
tidak mengalami kehancuran didalam mulut, tetapi larut atau terkikis secara
perlahan dalam jangka waktu 30 menit atau kurang (Lachman&Lieberman, 1986).
Tablet hisap yaitu bentuk sediaan obat tablet yang ditambahkan dengan rasa
pemanis untuk dihisap di (Kulum) dan ditahan didalam mulut atau faring
(Siregar,2010). Perbedaan dari tablet biasa dengan tablet hisap yaitu bahan yang
tidak digunakan penghancur, dan bahan yang digunakan sebagaian besar yaitu
bahan yang dapat larut dalam air. Tablet hisap memiliki kadar pemanis yang tinggi
yaitu (50% atau lebih dari berat tablet sebelumnya) seperti sukrosa,
laktosa,manitol,sorbitol. Tablet hisap memiliki diameter lebih besar yaitu >18mm.
Tablet hisap memiliki kekerasan 10-20 kg/cm2 (Gatiningsi,2008).
2.2.1 Bahan tambahan pembuatan tablet hisap (Lozengess)
2.2.1.1 Bahan pengisi (filler)
Bahan pengisi merupakan dasar dari sediaan compress lozenges. Bahan
yang digunakan adalah bahan yang dapat diformulasikan pada granulasi
basah dan kompres langsung, sehingga harus tahan panas dan memiliki
kompresibilitas yang tinggi (Peters, 1989). Bahan pengisi yang biasa
digunakan dalam pembuatan tablet antara lain : laktosa, dekstrosa, manitol,
sorbitol, sukrosa atau gula dan derivat-derivatnya, selulosa mikrokristal
(Avicel) (Banker dan Anderson, 1994).
2.2.1.2 Bahan pengikat (Binder)
Zat ini ditambahkan dalam bentuk kering atau cairan selama granulasi
basah untuk membentuk granul atau menaikkan kekompakan kohesi bagi
tablet yang dicetak langsung (Banker dan Anderson, 1994). Bahan pengikat
yang biasa digunakan adalah akasia, tragakan, gelatin (pengikat dari alam),
polivinilpirolidon, HPMC, CMC-Na, etil selulosa (polimer
sintetik/semisintetik), sukrosa, larutan glukosa (gula).
12 | K a r y a T u l i s I l m i a h
2.2.1.3 Bahan pelicin (Lubricant)
Bahan pelicin ini bertujuan untuk memicu aliran serbuk atau granul
dengan jalan mengurangi gesekan diantara partikel-partikel. Beberapa bahan
pelicin yang sering digunakan dalam pembuatan tablet antara lain : talk,
magnesium stearat, asam stearat, garam-garam asam stearat dan kalsium
(Banker dan Anderson, 1994).
2.2.1.4 Bahan aktif (Medicaments)
Bahan aktif merupakan zat berkhasiat dalam compress lozenges.Dalam
compress lozenges komposisi zat aktif biasanya antara 0,45-1,2 gram (Peters,
1989).
2.2.1.5 Flavour
Flavour adalah bahan yang biasanya digunakan untuk memberi rasa,
meningkatkan rasa pada tablet yang hendak larut atau hancur dimulut
sehingga lebih dapat diterima oleh konsumen. Untuk compress lozenges
sebaiknya dipilih dalam bentuk spray-dried flavour atau bentuk liqiud flavour
(Peters, 1989).
2.2.1.6 Sweetener
Bahan pemberi rasa sangat penting dalam pembuatan tablet hisap
(lozenges). Apa yang dirasa oleh mulut saat menghisap tablet sangat terkait
dengan acceptability-nya dan berarti juga sangat berpengaruh terhadap
kualitas produk. Dalam formula tablet hisap, bahan yang digunakan biasanya
juga merupakan bahan pengisi tablet hisap tersebut, seperti manitol atau
sorbitol (Peters, 1989).
2.2.1.7 Coloring
Pewarna biasanya digunakan sebagai identitas suatu produk farmasi.
Selain lain itu, pewarna juga dapat digunakan sebagai penambah nilai estetika
suatu sediaan (Rowe dkk., 2006). Pewarna larut air dan lokalene dyes biasa
digunakan untuk compress lozenges (Peters, 1989).
2.3 Macam – macam bentuk tablet hisap (Lozengess)
Ada dua tipe lozenges yang telah banyak digunakan menurut metode
pembuatan tablet hisap, yaitu :
13 | K a r y a T u l i s I l m i a h
1) Compress Tablet Lozenges
Prinsipnya sama dengan pembuatan tablet kompresi biasa. Perbedaan yang
mendasar adalah pada dosis sediaannya. Compress lozenges dengan area
aktifitasnya yang berada di membran mukosa mulut dan kerongkongan,
biasanya memiliki diameter yang lebar (antara 5/8-3/4 inchi), dikempa dengan
bobot tablet antara 1,5-4,0 gram dan diformulasi agar mengalami disintegrasi
dalam mulut secara perlahan-lahan (Peters, 1989).
2) Molded lozenges
Molded lozenges dibuat dengan cara meleburkan basisnya. Molded lozenges
memiliki tekstur lebih lembut karena mengandung gula dengan konsentrasi
tinggi atau karena adanya kombinasi antara gelatin dengan gula. Contohnya
adalah soft lozenges yang biasa disebut dengan pastilles dan chewable lozenges
yaitu lozenges dengan basis gelatin yang biasa disebut dengan gummy. Soft
lozenges biasanya dibuat dengan menggunakan basis polyethylene glycol
(PEG) (Allen, 2002).
Menurut komposisi bahannya, lozenges terbagi menjadi tiga jenis, yaitu hard
lozenges, soft lozenges dan lozenges basis gelatin yang biasa disebut chewable
lozenges atau gummy.
1) Hard Lozenges
Hard candy lozenges adalah campuran gula dan karbohidrat dalam bentuk
amorf dan kristal. Bentuk ini dapat berupa sirup gula padat yang secara umum
mempunyai kandungan air 0,5%-1,5%. Bahan dasar hard candy lozenges
adalah gula (sakarosa), sirup jagung, gula invert, gula pereduksi, acidulents
(pembuat asam), pengaroma, bahan-bahan cair dan padat, serta bahan obat
(Peters, 1989).
2) Soft Lozenges
Soft lozenges merupakan salah satu jenis lozenges dengan basis PEG, acasia,
dan beberapa bahan lainnya. Soft lozenges yang sudah banyak dikenal
masyarakat adalah pastiles (Allen, 2002), tetapi lebih umum disebut cough
14 | K a r y a T u l i s I l m i a h
drops (Gunsel dan Kanig, 1976). Soft lozenges biasa dibuat berwarna dan
memiliki rasa dan dapat secara perlahan melarut atau dikunyah pada mulut dan
tergantung pada efek obat yang diinginkan (Allen, 2002).
3) Chewable lozenges
Chewable lozenges biasanya memiliki rasa yang mencolok dan sedikit rasa
asam. Lozenges jenis ini cocok diperuntukkan bagi pasien pediatri dan efektif
untuk penggunaan pengobatan pada absorbsi gastrointestinal dan sistemik
(Allen, 2002).
2.4 Evaluasi Preformulasi Tablet hisap
Sebelum tablet diproses pada mesin pencetak tablet, massa granul terlebih
dahulu harus diuji apakah telah memenuhi persyaratan granul untuk dicetak
tablet apa belum. Uji preformulasi ini menggambarkan sifat massa sewaktu
pencetak tablet, meliputi waktu alir, sudut diam, dan indeks taps.
15 | K a r y a T u l i s I l m i a h
Tabel I. Hubungan antara Sudut Diam dengan Aliran Serbuk
(Aulton, 1988)
2.4.3 Kompresibilitas
Indeks kompresibilitas adalah ukuran suatu serbuk atau granul untuk
dimampatkan. Indeks kompresibilitas mempunyai hubungan dengan interaksi
antar partikel. Hal ini mempengaruhi sifat alir suatu serbuk atau granul.
Serbuk atau granul yang mengalir bebas, umumnya kurang terjadi interaksi
antar partikel, begitu juga sebaliknya (USP, 2007).
16 | K a r y a T u l i s I l m i a h
2.5 Evaluasi tablet Hisap
2.5.1 Keseragaman bobot
Keseragaman bobot pada tablet dilakukan pada tablet yang tidak
bersalut dengan bobot 50 mg atau lebih zat aktif tunggal yang merupakan
50% atau lebih dari bobot satuan sediaan (Siregar & Wikarsa, 2010).
Evaluasi dilakukan dengan menimbang 10 tablet satu per satu, kemudian
dari hasil penetapan kadar , yang diperoleh seperti yang tertera dalam
masing – masing monografi, dihitung jumlah zat aktif dari masing –
masing dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif telah terdistribusi
homogen (FI. Ed. IV, halaman 999). Berikut ini persyaratan keragaman
bobot menurut FI IV:
Bobot rata – rata Penyimpangan bobot rata – rata dalam %
tablet A B
15 30
< 25 mg
10 20
26 – 150 mg
7,5 15
151 – 300 mg
5 10
> 300 mg
17 | K a r y a T u l i s I l m i a h
Gambar 2.6 Uji Kekerasan tablet
2.5.3 Friabilitas
Adanya capping atau hancur akibat adanya goncangan dan gesekan,
hal ini dapat menyebabkan adanya variasi pada berat dan keseragaman
isi tablet. Pengujian ini dilakukan pada kecepatan 25 rpm, dengan
menjatuhkan tablet pada ketinggian 6 inchi pada tiap putaran, dijalankan
sebanyak 100 putaran. Batas kehilangan berat yaitu antara 0,5 sampai 1%
(Lachman, dkk., 1994).
18 | K a r y a T u l i s I l m i a h
untuk waktu penghancuran tablet dibawah kondisi yang telah
ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan mesh 10
(Lachman, dkk., 1994).
19 | K a r y a T u l i s I l m i a h
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Dilleniidae
Order : Malvales
Family : Malvaceae
Genus : Hibiscus L.
Species : Hibiscus sabdariffa L. (McMillian, 2010)
20 | K a r y a T u l i s I l m i a h
sabdariffa Linn. merupakan bunga tunggal dan berwarna merah. Kelopak
bunga ini sering dianggap bunga oleh masyarakat. Buahnya berbentuk kotak
kerucut, berambut, terbagi menjadi 5 ruang, berwarna merah (Maryani,
2008).
Menurut Duke (1998) kandungan zat gizi dalam setiap 100 gram
kelopak rosela merah segar terdiri dari moisture, protein, lemak, serat,
kalsium, fosfor, zat besi, karoten, tiamin, riboflavin, niasin, asam askorbat
dan vitamin D dengan komposisi zat aktif terbanyak yakni kalsium.
Sedangkan komposisi kimiawi yang terdapat pada bunga rosela adalah
senyawa antosian, asam organik, vitamin C dan karbohidrat.
21 | K a r y a T u l i s I l m i a h
Sejak tahun 1970, stevia digunakan di jepang. Ekstrak stevia
menjadi sangat popular secara komersial dipasaran diatas 50%. Stevia
digunakan sebagai pemanis mulai dari saus kedelai, sayur-sayuran hingga
minuman ringan. Sebagai pemanis alami tanpa kalori, tanpa panambahan
bahan kimia, dan tidak menimbulkan efek samping yang serius, kini stevia
menjadi popular diseluruh dunia karena khasiatnya (Raini dkk., 2011).
Penanaman stevia sudah menyebar dari daerah asalnya, seperti
tersebar di beberapa Negara di Asia, Eropa, dan Kanada. Namun, karena
adanya kesulitan teknis untuk menghilangkan rasa pahit bersamaan
dengan hambatan dibidang regulasi akibat kurangnya informasi mengenai
spesifikasi daun stevia maka pemasaran stevia tidak berkembang, terutama
di Amerika Serikat (Carakostas et al., 2008 di dalam Djajadi, 2014).
Genus stevia jumlahnya sekitar 200 spesies termasuk famili
Astereacea. Diantara spesies tersebut, yang paling banyak ditanam adalah
Stevia rebaudiana yang mengandung senyawa pemanis diterpenoid
glycoside (Montoro et al., 2013)
Tanaman ini tergolong tanaman tahunan berbentuk perdu dengan
batang yang mudah patah dan mempunyai sistem perakaran yang
menyebar serta mempunyai daun kecil berbentuk elips (Shock, 1982).
Daunnya tidak bertangkai dan memilik panjang antara 3-4 cm.
Bentuk daun memanjang dengan bagian tengah lebar dan bagian dari
ujung daun mengecil dengan ujung daun yang tumpul. Batangnya berkayu
dan berbulu serta pada pangkal batangnya akan menjadi lunak saat
tanaman sudah tua. Perakaran stevia ini masuk ke dalam kategori rhizoma
dengan sedikit percabangan (Lemus-Mondaca et al., 2012).
Klasifikasi tanaman stevia adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae.
Sub kingdom : Tracheobionta.
Super divisi : Spermatophyta.
Divisi : Magnoliophyta.
Kelas : Magnoliopsida.
22 | K a r y a T u l i s I l m i a h
Sub kelas : Asteridae.
Ordo : Asterales.
Famili : Asteraceae.
Genus : Stevia.
Spesies : Stevia rebaudiana Bertoni (Lemus-Mondaca
et al., 2012).
2.7.1 Kandungan Kimia
Menurut Buchori (2007), daun Stevia berisi glycoside yang
mempunyai rasa manis tapi tidak menghasilkan kalori. Stevioside dan
rebaudioside merupakan konstituen utama dari glycoside dengan
gabungan dari seperti yang terdapat pada tanaman stevia. Glycoside yang
digunakan secara komersial dinamakan stevioside yang memberikan rasa
manis 250-300 kali dari gula. Daun stevia selain mengandung pemanis
glycoside (stevioside, rebauside, dan dulcosida) juga mengandung protein,
fiber, karbohidrat, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, natrium, besi,
vitamin A, vitamin C, dan juga minyak. Rasa manis pada stevia
disebabkan karena dua komponen yaitu stevioside (3-10% berat kering
daun) dan rebaudioside (1-3%) yang dapat dinaikkan 250 kali manisnya
dari sukrosa. Stevioside mempunyai keunggulan dibandingkan pemanis
buatan lainnya, yaitu stabil pada suhu tinggi (100°C), range pH 3-9, dan
tidak menimbulkan warna gelap pada waktu pemasakan.
Senyawa manis yang berupa campuran glikosida diterpen yang
terkandung didalam tanaman stevia disebut steviol glikosida yang
merupakan campuran dari rebaudioside A, rebaudioside B, rebaudioside
C, rebaudioside D, rebaudioside E, dulcoside-A, steviolboside dan
stevioside. Rebaudioside A merupakan komponen yang paling manis,
stabil dan kurang memiliki rasa pahit dibandingkan dengan stevioside.
Rebaudioside E semanis stevioside. Rebaudioside D semanis rebaudioside
A, sedangkan glikosida lain kurang manis daripada stevioside (Kinghorn
et al., 1982).
23 | K a r y a T u l i s I l m i a h
2.8 Tinjauan tentang ekstrak
2.8.1 Pengertian ekstrak
Ekstrak adalah sediaan yang berbentuk kering, kental atau cair,
dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang
sesuai, diluar pengaruh cahaya matahari secara langsung (Anonim, 1979).
Kriteria cairan penyari yang baik harus memenuhi syarat antara lain:
murah dan mudah didapat, stabil secara kimia dan físika, bereaksi netral,
tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, juga selektif yaitu hanya
menarik zat berkhasiat (Anonim, 1986).
Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat
dari bahan obat dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode
ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna
(Ansel, 1989). Pembuatan ekstrak memiliki tiga metode yang umum
digunakan yaitu maserasi, perkolasi dan sokletasi.
2.8.2 Metode ekstraksi yang terpilih
Pemilihan terhadap metode tersebut disesuaikan dengan
kepentingan dalam memperoleh sari yang baik. Metode pembuatan ekstrak
yang dipilih adalah maserasi. Maserasi merupakan proses paling tepat
untuk simplisia yang sudah halus dan memungkinkan direndam hingga
meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zatnya akan larut.
Proses ini dilakukan dalam bejana bermulut lebar, serbuk ditempatkan lalu
ditambah pelarut dan ditutup rapat, isinya dikocok berulang-ulang
kemudian disaring. Proses ini dilakukan pada temperatur 15°-20º C selama
tiga hari (Ansel, 1989).
Menurut penelitian Lestari dkk (2009), maserasi merupakan metode
ekstraksi yang baik untuk menyari senyawa antosian yang terkandung
dalam bunga rosela dan dapat menghasilkan rendemen yang banyak jika
dibandingkan dengan sokhletasi. Hasil penelitian Rahmawan dkk (2010),
menyebutkan bahwa pelarut terbaik yang dapat mengekstrak pigmen
senyawa antosianin paling tinggi ialah kombinasi pelarut etanol 95 % :
aquadest : asam sitrat 0,75 %, dengan kecerahan sebesar 27,5, warna
24 | K a r y a T u l i s I l m i a h
merah 28,0 dan warna kuning sebesar 11,4. Absorbansi yang diperoleh
pada pH 1,0 sebesar 0,4127 pada panjang gelombang maksimum 520,5 nm
dengan kadar antosianin 30,36 mg/L.
2.9 Tinjauan bahan tambahan
2.9.1 Laktosa
Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu, dalam bentuk anhidrat
atau mengandung satu molekul anhidrat. Pemerian serbuk atau massa
hablur keras, putih atau putih krem, tidak berbau dan sedikit manis, stabil
diudara, tetapi mudah menyerap bau. Kelarutan mudah larut (dan pelan-
pelan) larut dalam air dan lebih larut dalam air mendidih, sangat sukar larut
dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter. Laktosa
monohidrat (C11H22O11-H2O) memiliki berat molekul 360,31.
Kegunaan sebagai bahan pengisi tablet (Anonim, 1995).
25 | K a r y a T u l i s I l m i a h
Kegunaan : Sebagai bahan pelicin dalam tablet.
Magnesium Stearat memiliki sifat seperti lemak dan tersedia dalam
ukuran partikel kecil, merupakan lubrikan yang paling efisien dan lazim
digunakan. Pada umumnya, lubrikan ini tidak reaktif, tetapi bersifat basa
(kecuali zink stearat) dan memiliki sifat yang merugikan, yaitu dengan
memperlambat disintegran dan disolusi zat aktif dari tablet karena sifatnya
yang hidrofobik. Magnesium stearat merupakan logam stearat yang umum
dipakai dan dapat juga berfungsi sebagai glidan dan antiadheren.
Magnesium stearat paling baik digunakan sebagai lubrikan dan
antiadheren, dan tidak cocok digunakan sebagai glidan. Konsentrasi
magnesium stearat yang lazim digunakan dengan rentang 1% atau
dibawahnya (Siregar & Wikarsa).
2.9.3 Talk
26 | K a r y a T u l i s I l m i a h
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
27 | K a r y a T u l i s I l m i a h
3.3 Variabel bebas
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah penggunaan amylum
manihot yang divariasikan konsentrasinya.
3.3.2 Variabel Terikat
28 | K a r y a T u l i s I l m i a h
10% dari bobot
rata-ratanya.
29 | K a r y a T u l i s I l m i a h
Skrining Fitokimia extra daun Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.)
dan daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertonii) dilakukan di Laboratorium
kimia organik Stikes Rumah Sakit Anwar Medika, Jl. Raya By Pass Km
33 Balongbendo- Sidoarjo. Proses Skrining Fitokimia dilakukan sebagai
berikut :
3.5.3.1.1 Uji Alkaloid
30 | K a r y a T u l i s I l m i a h
b. Tabung 2 + Mg + HCl pekat → Terbentuk warna
merah +
3.5.3.1.5 Uji Triterpenoid dan Streoid
0,5 gr sampel + 2 ml etanol Sebentar dinginkan, saring,
filtrate diuapkan sampai kental + eter + 3 tetes asam
anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat.
Hasil :
31 | K a r y a T u l i s I l m i a h
Mg stearat Lubrikan 3
Talk Antiadheren 5
Total (mg) 750
mucilago amili terlebih dahulu, yaitu siapkan air murni hangat dan tambahkan
amylum manihot masukan ke dalam beaker glass aduk selama 5 menit. Lalu
lakukan pembuatan tablet hisap, yaitu masukkan laktosa, extra daun stevia dan
ekstrak daun rosella, aduk selama 5 menit lalu tambahkan mucilago amili aduk
sampai terbentuk massa yang dapat dikepal yang kemudian diayak dengan
dalam oven suhu 40oC selama 3 jam. Setelah di oven, granul diayak kembali
evaluasi tablet.
32 | K a r y a T u l i s I l m i a h
Ditimbang 100 g granul dimasukkan ke dalam corong yang ujung
tangkainya ditutup. Penutup corong dibuka dan granul dibiarkan
mengalir sampai habis. Diukur laju alir granul, diulang sebanyak 3 kali
(Wicaksono dan Syifa, 2008).
10 Bebas Mengalir
4 – 10 Mudah Mengalir
1,6 – 4 Kohesif
< 1,6 Sangat Kohesif
Tg Ɵ = 2h / D
Keterangan:
Ɵ = sudut diam
h= tinggi kerucut (cm)
D= diameter (cm)
Syarat: 20o˂Ɵ˂40o
25 – 30 Baik
30 – 40 Cukup
33 | K a r y a T u l i s I l m i a h
> 40 Sangat Buruk
Tabel Uji sudut diam
I = V1-V2/V1 × 100%
Keterangan:
I = Indeks taps
V1 = volume sebelum hentakan
V2 = volume sesudah hentakan
34 | K a r y a T u l i s I l m i a h
syarat waktu hancur yaitu terkikis perlahan-lahan dalam jangka waktu
30 menit atau kurang (Lachman, 1994).
pada keranjang lalu jalankan alatnya. Gunakan air bersuhu 37oC ± 2oC
sebagai media. Pada akhir batas waktu yang ditetapkan, angkat keranjang
dan amati semua tablet. Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau
2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet
lainnya. Tidak boleh kurang 16 tablet dari 18 tablet yang harus hancur
sempurna (Lachman, 1994).
35 | K a r y a T u l i s I l m i a h
kesempatan yang sama untuk merasakan sampel. Tanggapan rasa
dikelompokan dari tingkat suka, kurang suka, dan tidak suka. Kemudian
data disajikan dalam bentuk tabel menurut nilai responden dengan
tanggapan yang diberikan
36 | K a r y a T u l i s I l m i a h
DAFTAR PUSTAKA
37 | K a r y a T u l i s I l m i a h
Guy,2009, Handbook of Pharmaceutical Excipient,6th ed., The Pharmaceutical
Press, London,pp,129-123
Harismah, K., Mutiara, S., Shofi., A dan Rahmawati, N.F. 2014. Pembuatan Sirup
Rosella rendah Kalori dengan pemanis daun stevia (stevia rebaudiana//bertoni)
Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2. ISSN: 2339-028X:44-47.
Lachman, L., Lieberman, H.A., & Kaning, J.L. 1994. Teori dan praktek Farmasi
Industri I (Edisi II). Penerjemah : S. Suyatmi. Jakarta: Penerbit Universitas
Andalas.
Laund, W. 1994. The Pharmaceutical Codex, 12th. Pharmaceutical Press. London.
Mardiah, dkk.2009. Budidaya dan pengelolahan Rosella Si Merah Segudang
Manfaat. Jakarta:Agromedia Pustaka
Parrot., E.L. 1970. Pharmaceutical tecnology Fundamental pharmaceutica Third
Ed., 82. Burgesss Pub 6. Mineapolis.
Rowe. R.C et Al. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipient, 5th Ed, the
Pharmaceutical Press, London
Siregar. C.J.P. dan Wikarsa S. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-
dasar praktis. Jakarta: EGC
Soekami, R.A Tanuwijaya, J. Aminah F. dan Usman, S. 1897. Tablet. Medan: PT.
Mayang Kencana Halaman 15.
Subroto, 2006. Penatalaksanaan diabetes. http://www.google.com., Diakses tanggal
21 mei 2019
Trevor, A.J., Katzung, B,G., dan Masters, S.B. 2005. Pharmacology Examination
& Board Riview. New York: Mc- Graw Hill. Hal 307-313.
Tan, H.T., dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan
Efek-Efek sampingnya Edisi keenam. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo. Halaman 280-281.
Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Formulasi Edisi kelima. Penerjemah.
S. Noerono. Yogyakarta. Penerbit Universitas Gajah Mada.
38 | K a r y a T u l i s I l m i a h