Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FARMAKOLOGI BAHAN ALAM

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN HERBAL ANTING –ANTING


(Acalypha indica (L), Indian nettle) DAN SIDAGURI (Sida rhombifolia (L))
PADA PENDERITA PENYAKIT HIPERURISEMIA

Disusun oleh :
Kelompok III
Kelas III D

Amelia Sapitri SF21141


Nadiya Nurul Wafa SF21157
Rosalinda SF21161
Fatma Wati SF20023
Muhammad Fadhil kamil SF21149

PROGRAM STUDI S1-FARMASI


UNIVERSITAS BORNEO LESTARI
BANJARBARU
2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah
SWT. karena berkat ridho, rahmat, dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas kelompok untuk
mata kuliah Farmakologi Bahan Alam.

Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu apt.
Revita Saputri, M.Farm selaku dosen pengampu kuliah
Farmakologi Bahan Alam.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih


jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan
pengetahuan yang kami miliki, oleh karena itu kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak dalam rangka penyempurnaan untuk
pembuatan makalah selanjutnya.

Demikianlah yang dapat kami tuliskan pada kata pengantar


ini apabila terdapat kekurangan ataupun kesalahan dalam penulisan
maupun makalah ini kami berharap untuk memaklumi karena kami
masih dalam proses pembelajaran. Terima kasih.

Banjarbaru, 21 Oktober 2022

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. Hiperurisemia................................................................................................6
B. Pengobatan Hiperurisemia............................................................................6
C. Pengobatan Alternatif Dengan Herba Anting-Anting dan Sidaguri.............7
D. Kandungan Senyawa Herba Sidaguri Dalam Mengatasi Hiperurisemia......9
E. Kandungan Senyawa Herba Anting-Anting Dalam Mengatasi
Hiperurisemia.....................................................................................................10
BAB III..................................................................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................12
A. Kesimpulan.................................................................................................12
B. Saran............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia, penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional semakin


meningkat akhir-akhir ini bahkan beberapa bahan alam diproduksi secara
besar-besaran. Penggunaan obat tradisional diyakini memiliki efek
samping yang lebih sedikit dibandingkan obat yang berasal dari bahan
kimia, serta harga yang murah, ketersediaan bahan baku yang mudah, dan
harga yang relatif murah turut berkontribusi terhadap penggunaan obat
tradisional.

Hiperurisemia adalah akibat dari overdosis zat purin. Purin diproses oleh
tubuh menjadi asam urat, tetapi jika kadar asam urat terlalu tinggi, ginjal
tidak dapat mengeluarkannya, dan kristal asam urat terbentuk di
persendian. Terakumulasi. Akibatnya, persendian menjadi nyeri, bengkak,
dan meradang. Asam urat merupakan produk akhir pemecahan purin
dalam tubuh dan dianggap sebagai produk buangan karena tidak memiliki
fungsi fisiologis. Dalam kondisi patofisiologis, kadar asam urat dalam
darah dapat meningkat di atas kisaran normal, yang disebut hiperurisemia.
Hiperurisemia menyebabkan kristal asam urat menumpuk di persendian,
menyebabkan rasa sakit dan nyeri yang dikenal sebagai asam urat
(Wikipedia, 2012; Katrin et al., 2009).

Gout dikaitkan dengan hiperurisemia, dengan kadar asam urat melebihi


batas kelarutan asam urat 6,8 mg per desiliter pada suhu dan pH fisiologis.
Salah satu obat generik yang tersedia dengan berbagai merek adalah
allopurinol. Allopurinol saat ini merupakan salah satu obat modern yang
paling umum digunakan untuk menghambat sintesis asam urat, tetapi
allopurinol dikaitkan dengan risiko seperti nefropati, reaksi alergi, dan
peningkatan toksisitas 6-mercaptoporin.dapat menyebabkan efek samping
yang serius. Oleh karena itu, diperlukan obat penurun asam urat yang
sangat efektif dan aman.
Rumusan Masalah
1. Apa penyebab terjadinya hiperurisemia pada manusia?
2. Pengobatan apa yang digunakan untuk hiperurisemia?
3. Apakah herba Anting-Anting (Acalypha indica (L), Indian
nettle) dan Sidaguri (Sida rhombifolia (L)) dapat menjadi
pengobatan alternatif hiperurisemia?
4. Kandungan senyawa herba Sidaguri dalam mengatasi
hiperurisemia?
5. Kandungan senyawa herba Anting-Anting dalam mengatasi
hiperurisemia?

B. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penyebab hiperurisemia pada manusia.
2. Untuk mengetahui pengobatan yang akan di aplikasikan pada
penderita hiperurisemia.
3. Untuk mengetahui kandungan senyawa herba Anting-Anting
(Acalypha indica (L), Indian nettle) dan Sidaguri (Sida
rhombifolia (L)) sebagai pengobatan alternatif hiperurisemia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hiperurisemia
Penyakit gout adalah salah satu penyakit inflamasi sendi
yang paling sering ditemukan ditandai dengan penumpukan kristal
monosodium urat didalam ataupun disekitar persendian, atau akibat
adanya supersaturasi asam urat didalam cairan ekstraseluler dan
ditandai dengan adanya nyeri dan pegal-pegal, terutama didaerah
persendian tulang (Alpiansyah, 2015).
Ada beberapa keadaan yang dapat menyebabkan
hiperurisemia adalah ekskresi asam urat menurun (90% pasien)
atau sintesis asam urat meningkat (10% pasien). Secara garis besar,
terdapat 2 faktor resiko untuk pasien dengan penyakit atritis gout,
yaitu faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat
dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia dan
jenis kelamin. Sedangkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi
adalah pekerjaan, Glomerular Filtration Rate (GFR), kadar asam
urat dan penyakit-penyakit penyerta lainnya seperti Diabetes
Melitus (DM), hipertensi, dan dislipidemia yang membuat individu
tersebut memiliki resiko lebih besar untuk terserang penyakit atritis
gout (Alpiansyah, 2015).

B. Pengobatan Hiperurisemia
Obat yang mempengaruhi kadar asam urat (urikostatik).
Obat golongan urikostatik menghambat kerja enzim xantin
oksidase yang mengubah hipoxantin menjadi xantin dan xantin
menjadi asam urat. Dengan demikian produksi asam urat
berkurang dan produksi xantin maupun hipoxantin meningkat.
Contoh obatnya adalah allopurinol.
Namun, penggunaan allopurinol dapat menyebabkan efek
samping seperti alergi, demam, dan gangguan pencernaan. Efek
samping dari obat sintetik seperti allopurinol membuat masyarakat
memilih pengobatan herbal yang lebih aman dan lebih efektif.
Tumbuhan sidaguri (Sida rhombifolia L.) secara empirik
telah digunakan sebagai obat bahan alam oleh masyarakat dalam
pengobatan asam urat. Flavonoid yang terkandung dari ekstrak
daun sidaguri secara memiliki efek inhibitor xantin oksidase
sehingga dapat mengurangi produksi asam urat yang berlebih.
Selain itu, tumbuhan sidaguri memiliki efek diuretik sehingga
kadar asam urat mudah dieksresikan melalui urin dengan proses
diuresis (Alpiansyah, 2015).

C. Pengobatan Alternatif Dengan Herba Anting-Anting dan


Sidaguri
Anting-anting Acalypha indica (L), Indian Nettle termasuk
suku Euphorbiaceae. Nama daerah Anting-anting, lateng, akar
kucing, rumput bolong-bolong, rumput kokosongan. Bagian yang
digunakan adalah Akar. Tinggi tanaman sekitar 1,5 meter 60 cm
dengan batang tegak, bulat, berambut halus, dan berwarna hijau.
Daunnya merupakan daun tunggal berbentuk belah ketupat dengan
pangkal membulat, tepi bergerigi, ujung-ujungnya runcing dan
pertulangan menyirip. Panjang daun 3-4 cm dan lebarnya 2-3 cm.
Tangkai daun berbentuk silindris dengan panjang 3-4 cm berwarna
hijau. Bunganya merupakan bunga majemuk berbentuk bulir dan
berkelamin satu, terletak di ketiak daun dan ujung cabang.
Mahkota bunga berbentuk bulat telur, berambut, dan berwarna
hijau merah. Buahnya berbentuk kotak berwarna hitam dengan biji
bulat panjang berwarna coklat. Akarnya merupakan akar tunggang
berwarna putih kotor. Kandungan kimia Akar anting-anting
mengandung senyawa-senyawa dari golongan alkaloid
(pyranoquinolinone alkaloid flindersin), tannin (antara lain tri-O-
methyl ellagic acid), sterol, flavonoid (biorobin, kaempferol
derivatives nicotiflorin, clitorin, mauritianin) dan glikosida
sianogenik (acalyphin 0,3%, turunan 3 cyanopyridone).
acalyphamide, aurantiamide, succinimide. Senyawa dari akar yang
diduga dapat menurunkan kadar asam urat adalah tanin sebagai
penghambat xantin oksidase. Data keamanan Pada uji toksisitas
akut, nilai LD50 ekstrak air herba A. indica Linn. pada mencit per
oral adalah 8,13 g/kg BB, Toksisitas subkronik rebusan akar
anting-anting dengan dosis 13,5; 27; dan 54 g/kg BB tikus selama
90 hari maupun pada hari ke-115 tidak mempengaruhi fungsi organ
jantung, hati, ginjal, dan hematologinya, baik pada kelompok tikus
jantan maupun betina. Data manfaat Uji praklinik: Pemberian
rebusan akar anting-anting dosis 2,7; 5,4 dan 10,8 g/200 g BB
selama 15 hari pada tikus putih yang diinduksi dengan kafein dapat
menurunkan kadar asam urat darah. Penelitian pada tikus yang
mengalami hiperurisemia yang diinduksi dengan kalium oksonat,
pemberian rebusan akar anting-anting dengan dosis 2,7; 5,4 dan
10,8 g/200 g BB selama 2 minggu dapat menurunkan kadar asam
urat darah. Namun efek tersebut masih lebih rendah dibandingkan
dengan alopurinol 36 mg/200 g BB. Indikasi: Hiperurisemia
(PERMENKES, 2016).
Sidaguri Sida rhombifolia (L) Suku : Malvaceae. Nama
daerah Sadaguri, sidaguri, guri, saliguri, otok-otok, taguri, kahindu,
dikira, hutugamu, bitumu, digo, sosapu. Bagian yang digunakan
berupa herba. Sidaguri tumbuh liar di tepi jalan, halaman
berumput, hutan, ladang, dan tempat-tempat dengan sinar matahari
cerah atau sedikit terlindung. Perdu tegak bercabang ini tingginya
dapat mencapai 2 m dengan cabang kecil berambut rapat. Daun
tunggal, letak berseling, bentuknya bulat telur atau lanset, tepi
bergerigi, ujung runcing, pertulangan menyirip, bagian bawah
berambut pendek warnanya abu-abu, panjang 1,5-4 cm, lebar 1–1,5
cm. Bunga tunggal berwarna kuning cerah yang keluar dari ketiak
daun, mekar sekitar pukul 12 siang dan layu sekitar tiga jam
kemudian. Buah dengan 8-10 kendaga, diameter 6-7 mm.
Kandungan kimia Sidagori memiliki sifat khas manis dan
mendinginkan. Kandungan utama tanaman adalah tanin, flavonoid,
saponin, alkaloid dan glikosida. Di samping itu juga ditemui
kalsium oksalat, fenol, steroid, efedrine dan asam amino. Kadar
kimia zat tersebut ditemui pada kisaran yang berbeda-beda pada
jaringan tanaman. Pada akar ditemui alkaloid, steroid dan efedrin.
Pada daun ditemui juga alkaloid, kalsium oksalat, tanin, saponin,
fenol, asam amino dan minyak atsiri, pada batang ditemui kalsium
oksalat dan tanin. Data keamanan LD50: ekstrak air pada tikus per
oral 8,5 g/kg BB. Ekstrak air bersifat non toksik pada tikus sampai
dengan dosis 10 g/kg BB. Toksisitas subkronik peroral pada tikus
dengan dosis 300, 600 dan 1200 mg/kg BB tidak menimbulkan
perubahan pada organ. Data manfaat Uji praklinik: Ekstrak
gabungan sidaguri dengan seledri dapat digunakan sebagai antigout
dengan mekanisme menghambat aktivitas enzim xantin oksidase.
Ekstrak etanol daun Sida rhombifolia menunjukkan aktivitas anti-
inflamasi.

D. Kandungan Senyawa Herba Sidaguri Dalam Mengatasi


Hiperurisemia
Kandungan kimia Sidaguri memiliki sifat khas manis dan
mendinginkan. Kandungan utama tanaman adalah tanin, flavonoid,
saponin, alkaloid dan glikosida. Di samping itu juga ditemui
kalsium oksalat, fenol, steroid, efedrine dan asam amino. Kadar
kimia zat tersebut ditemui pada kisaran yang berbeda-beda pada
jaringan tanaman. Pada akar ditemui alkaloid, steroid dan efedrin.
Pada daun ditemui juga alkaloid, kalsium oksalat, tanin, saponin,
fenol, asam amino dan minyak atsiri, pada batang ditemui kalsium
oksalat dan tanin.
Ekstrak gabungan sidaguri dengan seledri dapat digunakan
sebagai antigout dengan mekanisme menghambat aktivitas enzim
xantin oksidase (PERMENKES, 2016).
Aktivitas antihiperurisemia dari flavonoid berasal dari
tanaman herbal. Sida rhombifolia L. memiliki efek farmakologis
seperti antioksidan, antikanker, anti-malaria, antibakteri, anti-viral,
hepatoprotektif, antiinflamasi dan analgesik.
Flavonoid yang terkandung dari ekstrak daun sidaguri
memiliki efek inhibitor xantin oksidase sehingga dapat mengurangi
produksi asam urat yang berlebih. Kadar asam urat yang
dieksresikan melalui urin dengan proses diuresis, dalam hal ini
tumbuhan sidaguri memiliki efek diuretik. Umumnya sifat-sifat
farmakologis tanaman untuk mengobati asam urat adalah diuretik
(untuk membantu pembuangan kelebihan asam urat dalam darah
agar tidak terus menumpuk di dalam tubuh), inhibitor xantin
oksidase (menghambat kerja enzim xantin oksidase), anti radang
(untuk mengurangi pembengkakan akibat penumpukan kristal
asam urat), begitu juga dalam pengobatan modern sifat-sifat obat
sintetis yang dimanfaatkan untuk mengobati asam urat adalah
diuretik, inhibitor xantin oksidase dan anti radang (Alpiansyah,
2015).

E. Kandungan Senyawa Herba Anting-Anting Dalam Mengatasi


Hiperurisemia
Kandungan kimia Akar anting-anting mengandung
senyawa-senyawa dari golongan alkaloid (pyranoquinolinone
alkaloid flindersin), tannin (antara lain tri-O-methyl ellagic acid),
sterol, flavonoid (biorobin, kaempferol derivatives nicotiflorin,
clitorin, mauritianin) dan glikosida sianogenik (acalyphin 0,3%,
turunan 3 cyanopyridone), acalyphamide, aurantiamide,
succinimide. Senyawa dari akar yang diduga dapat menurunkan
kadar asam urat adalah tanin sebagai penghambat xantin oksidase.
Data manfaat Uji praklinik: Pemberian rebusan akar anting-
anting dosis 2,7; 5,4 dan 10,8 g/200 g BB selama 15 hari pada tikus
putih yang diinduksi dengan kafein dapat menurunkan kadar asam
urat darah. Penelitian pada tikus yang mengalami hiperurisemia
yang diinduksi dengan kalium oksonat, pemberian rebusan akar
anting-anting dengan dosis 2,7; 5,4 dan 10,8 g/200 g BB selama 2
minggu dapat menurunkan kadar asam urat darah (PERMENKES,
2016).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit gout adalah salah satu penyakit inflamasi sendi
akibat adanya supersaturasi asam urat didalam cairan ekstraseluler
dan ditandai dengan adanya nyeri dan pegal-pegal.
Secara garis besar, terdapat 2 faktor resiko untuk pasien
dengan penyakit atritis gout, yaitu faktor yang tidak dapat
dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi.
Tumbuhan sidaguri (Sida rhombifolia L.) telah digunakan
sebagai obat bahan alam oleh masyarakat dalam pengobatan asam
urat. Flavonoid yang terkandung dari ekstrak daun sidaguri secara
memiliki efek inhibitor xanthine oksidase sehingga dapat
mengurangi produksi asam urat yang berlebih dan efek diuretik
sehingga dapat membantu dalam sekresi asam urat melalui urin.
Sidaguri dapat menjadi pengobatan alternatif untuk penyakit gout.
Pada tumbuhan Anting-Anting terdapat senyawa dari akar yang
diduga dapat menurunkan kadar asam urat berupa tanin sebagai
penghambat xantin oksidase.

B. Saran
Tentunya kami sebagai mahasiswa sudah menyadari jika
dalam penyusunan makalah di atas masih banyak ada kesalahan
serta jauh dari kata sempurna.

Adapun nantinya kami sebagai penulis akan segera


melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun
dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Alpiansyah, A. (2015). ANTIHYPERURICEMIA POTENTIAL OF Sida


rhombifoliaL. AS A TREATMENT FOR GOUT. 9-10.
PERMENKES. (2016). PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG
NOMOR 6 TAHUN 2016. PERMENKES.

Anda mungkin juga menyukai