Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KULIAH KERJA NYATA

BERBASIS PROFESI
DI
PUSKESMAS WISATA KESEHATAN JAMU (WKJ)
KALIBAKUNG

Disusun oleh :
1. Abi Aufa (E0016001)
2. Afina (E0016002)
3. Ajeng Purwaningsih (E0016003)
4. Ana Kartika (E0016005)
5. Anizatun Azizah (E0016006)
6. Aryanto (E0016008)
7. Ayu Sholihati (E0016009)
8. Bella Saskia Febri Pramesti (E0016010)
9. Daisa Mei Yuni Yanti (E0016011)
10. Devon S Buyantoro (E0016012)
11. Dindha Pristika Aulia (E0016013)
12. Eka Apriliyani (E0016014)
13. Fanny Septiyadi Hidayatullah (E0016015)
14. Girly Risma Firsty (E0016016)
15. Ikfina Mustaghis (E0016017)
16. Intan Putrianah (E0016018)

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KULAH KERJA NYATA


BERBASIS PROFESI
DI
PUSKESMAS WISATA KESEHATAN JAMU (WKJ)
KALIBAKUNG

Disusun oleh :
1. Abi Aufa (E0016001)
2. Afina (E0016002)
3. Ajeng Purwaningsih (E0016003)
4. Ana Kartika (E0016005)
5. Anizatun Azizah (E0016006)
6. Aryanto (E0016008)
7. Ayu Sholihati (E0016009)
8. Bella Saskia Febri Pramesti (E0016010)
9. Daisa Mei Yuni Yanti (E0016011)
10. Devon S Buyantoro (E0016012)
11. Dindha Pristika Aulia (E0016013)
12. Eka Apriliyani (E0016014)
13. Fanny Septiyadi Hidayatullah (E0016015)
14. Girly Risma Firsty (E0016016)
15. Ikfina Mustaghis (E0016017)
16. Intan Putrianah (E0016018)

Slawi, Desember 2019

Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing

Dwi Antoro,A.Md.Jamu Osie Listina, M.Sc.,Apt


NIPY . 1984.04.09.13.078

Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi S1

Endang Istriningsih, M.Clin.Pharm.,Apt


NIPY . 1983.02.09.11.066
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNYA kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kuliah kerja nyata berbasis profesi ini dengan baik.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi di STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi. Dalam penyusunan
laporan ini, penulis mendapatkan bantuan berupa pemikiran, bimbingan, motivasi
serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan tersusunnya laporan ini,
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Risnanto,M.Kes selaku Ketua STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi.
2. Ibu Endang Istriningstih, M.Clin.Pharm.,Apt selaku Ketua Program Studi S1
Farmasi STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi.
3. Ibu Osie Listina, M.Sc.,Apt selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa bersedia
memberikan petunjuk, pengarahan dalam menyelesaikan laporan
4. Bapak Dwi Antoro, A.Md.Jamu selaku pembimbing lapangan yang selalu
memberikan pengarahan dan perbaikan dalam menyelesaikan laporan.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi S1 Farmasi STIKes Bhakti Mandala Husada
Slawi yang telah memberikan bekal dalam penyusunan laporan.
6. Teman–teman apotek putri yang sudah membantu dan memberikan ilmu kepada
kami selama menjalankan KKN.
7. Teman-teman S1 Farmasi STIKes Bhamada Slawi yang senantiasa memberikan
semangat dan motivasi dalam menyelesaikan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih banyak kesalahan
dan kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat
mengarahkan ketingkat yang lebih baik. Semoga proposal ini bermanfaat bagi semua
pihak yang membacanya.

Slawi, Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................1
1.2 TUJUAN .................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN UMUM ....................................................................................3
2.1 Penertian Apotek .....................................................................................3
2.2 SEJARAH APOTEK ...............................................................................3
2.3 VISI DAN MISI ......................................................................................4
2.4 LOKASI APOTEK ..................................................................................5
2.5 TUGAS DAN FUNGSI ...........................................................................5
2.6 ORGANISASI DAN PERSONALIA .....................................................6
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS .................................................................................7
3.1 STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN .......................................7
3.2 ADMINISTRASI ...................................................................................10
3.3 PELAYANAN ........................................................................................11
BAB 4 TINJAUAN KASUS ...................................................................................15
1.1 Kasus Kelompok ....................................................................................15
1.2 Kasus Individu ........................................................................................20
1.2.1 Kasus 1 ...............................................................................................20
1.2.2 Kasus 2 ...............................................................................................26
1.2.3 Kasus 3 ...............................................................................................28
1.2.4 Kasus 4 ...............................................................................................31
BAB 5 PEMBAHASAN .........................................................................................38
BAB 6 PENUTUP ..................................................................................................43
6.1 KESIMPULAN ......................................................................................43
6.2 SARAN ...................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kuliah kerja nyata merupakan bagian dari penyelenggaraan pendidikan
dalam bentuk kegiatan pengalaman ilmu, tenologi, dan seni oleh mahasiswa
kepada masyarakat. Kuliah kerja nyata dilaksanakan secara melembaga dan
terstruktur sebagai bagian dari pelaksanaan kurikulum pendidikan tinggi, yang
wajib diikuti oleh setiap mahasiswa program studi farmasi strata satu (S1)
dengan status intrakurikuler wajib.
Program Studi S1 Farmasi merupakan institusi pendidikan tinggi swasta
yang berperan dalam membentuk dan mengembangkan kepribadian serta
kemampuan membentuk manusia seutuhnya, membina ilmu pengetahuan dan
teknologi, melestarikan serta mengembangkan secara ilmiah kebudayaan
indonesia maupun lingkungan yang ada didalamnya.
Pendidikan Strata Satu (S1) Farmasi bertujuan menghasilkan sarjana
farmasi yang berkualitas, baik dari pengetahuan dan sikap sesuai dengan standar
tenaga teknis kefarmasian. Untuk mencapai standar tersebut, maka mahasiswa
wajib mengikuti Kuliah Kerja Nyata berbasis profesi di berbagai lahan kerja
kefarmasian diantaranya adalah Rumah Sakit, Apotek, dan Puskesmas untuk
memberikan pengalaman.
Indonesia merupakan Negara urutan kedua setelah Brazil yang memiliki kekayaan
hayati terbesar di dunia. Indonesia memiliki kurang lebih 25.000 sampai dengan 30.000
jenis tumbuhan. Sembilan ribu jenis tanaman diketahui dapat dimanfaatkan sebagai obat
tradisional (Siregar, 2010). Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian atau campuran dari
bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman. Obat tradisional yang biasa digunakan di Indonesia adalah
jamu. Jamu merupakan bahan alam yang diracik secara tradisional untuk menyehatkan
badan, mencegah penyakit, serta menyembuhkan penyakit (BPOM RI, 2014).
Pengolahan hasil tanaman obat dan rempah-rempah di indonesia sudah terjadi
peningkatan setiap tahunnya. Hal ini terbukti dari meningkatnya permintaan konsumen
terhadap hasil olahan rempah-rempah ataupun hasil olahan tanaman obat. Dengan
semakin merebaknya berbagai macam penyakit, hal tersebut membuat sebagian besar
orang berupaya semaksimal mungkin agar dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya
tersebut. Bahkan tidak sedikit orang yang sudah pergi ke banyak dokter, akan tetapi hasil
yang diperoleh tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya. Hal tersebut membuat
sebagian besar orang merasa putus asa, tetapi ada juga yang beralih ke pengobatan
alternatif yang lain.
Ada beberapa persyaratan agar jamu dapat digunakan di fasilitas kesehatan.
Persyaratan tersebut meliputi tersedianya jamu yang aman berdasarkan uji toksisitas,
memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah serta berkualitas. Untuk memenuhi
persyaratan tersebut, kementrian kesehatan RI telah mencanangkan program unggulan
Saintifikasi Jamu pada tahun 2010 di kabupaten Tegal. Program saintifikasi jamu hanya
dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan yang telah mendapatkan izin atau
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Salah satunya telah dilakukan di klinik
saintifikasi jamu yang berada di wisata kesehatan jamu yang terletak di desa kalibakung.
Penggunaan jamu untuk pengobatan hingga saat ini telah cukup banyak menarik
minat masyarakat. Penyakit yang diobati dengan menggunakan jamu cuku beragam dari
penyakit ringan hingga penyakit berat. Jamu yang digunakan berupa racikan simplisia,
serbuk, dan ekstrak tanaman obat yang telah diteliti khasiat dan keamanannya melalui
uji praklinis dan observasi klinis. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan
jamu di Negara Indonesia yaitu harganya yang lebih terjangkau, tersedia dalam jumlah
cukup dibandingkan obat hasil sintesis yang harganya kadang melebihi kemampuan dan
keterjangkauan masyarakat, khususnya yang berpenghasilan rendah (Agoes, 2007).
Terdapat beberapa kelebihan penggunaan obat tradisional dibandingkan obat
modern antara lain efek sampingnya relatif kecil, jika digunakan secara tepat, komponen
dalam satu bahan memiliki efek saling mendukung, pada satu tanaman obat memiliki
beberapa efek farmakologi, serta lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik
degeneratif.
1.2. Tujuan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) berbasis Profesi di WKJ (Wisata Kesehatan Jamu)
Kabupaten Tegal bertujuan:
1. Mengenal dan memahami tentang pelayanan, manajemen, dan administrasi di klinik
saintifikasi yang berada di Wisata Kesehatan Jamu (WKJ) sehingga muncul jiwa
enterpreuner dan profesional ketika memasuki dunia kerja yang sesungguhnya.
2. Mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan jamu untuk pengobatan di
klinik saintifikasi yang berada di Wisata Kesehatan Jamu (WKJ).
3. Mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi faktor kebutuhan pasien dalam
menggunakan jamu untuk pengobatan di klinik saintifikasi yang berada di Wisata
Kesehatan Jamu (WKJ).
BAB 2
TINJAUAN UMUM

2.1. Pengertian
Jamu adalah obat tradisional indonesia yang tercipta dari penggalian kekayaan
dan keanekaragam bahan alam oleh nenek moyang kita sejak ribuan tahun silam.
Ramuan tersebut diwariskan secara turun temurun digunakan untuk memelihara
kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit, memulihkan kesehatan, serta untuk
kecantikan dan kebugaran (Menkes RI, 2011).
Saintifikasi jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis
pelayanan kesehatan. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan
tumbuhan, hewani, mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut
yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Obat tradisional indonesia adalah
jamu (Menkes RI, 2011).
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif,
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah atau
masyarakat. Pengobatan Komplementer - Alternatif adalah pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektivitas yang tinggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik yang belum diterima dalam kedokteran konvensional (Menkes
RI, 2011).
Ilmu pengetahuan biomedik adalah ilmu yang meliputi anatomi, biokimia,
histologi, biologi sel dan molekuler, fisiologi, mikrobiologi, imunologi yang menjadi
dasar ilmu kedokteran klinik.Saintifikasi jamu diutamakan untuk upaya preventif,
promotif, rehabilitatif, paliatif, sedangkan upaya kuratif dilakukan atas permintaan
tertulis pasien.Persyaratan bahan jamu adalah aman berdasarkan uji toksisitas, berkhasiat
berdasarkan data empiris yang dibuktikan dengan uji manfaat praklinik dan berkualitas
sesuai dengan pedoman yang berlaku secara nasional (Menkes RI, 2011).
2.2. Sejarah WKJ
Jamu merupakan obat tradisional Indonesia yang dipakai sejak jaman dahulu
dan sudah terbukti khasiatnya, tidak kalah dengan obat herbal impor yang selama ini
membanjiri pasar Indonesia karena era perdagangan bebas. Potensi alam Indonesia pun
amat besar dengan keanekaragaman etnobotani (tanaman obat) yang dimiliki. Jamu
sendiri adalah sebutan untuk obat tradisional dari Indonesia yang belakangan populer
dengan sebutan herbal. Melalui pengelolaan dan langkah yang tepat, jamu yang dapat
dikembangkan nilai kekayaannya mampu mendorong pengembangan ekonomi rakyat
yang mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Sudah tentu ada keuntungan dari
pemanfaatan jamu untuk kesehatan, meski ada berbagai upaya dengan begitu banyak
penelitian tentang bahan jamu/ tumbuhan yang berefek mencegah atau menyembuhkan
penyakit, dan berjalannya beberapa sentra penelitian yang meneliti bahan jamu/
tanaman berkhasiat bagi kesehatan, tampaknya masih perlu didorong ke arah
terwujudnya jamu yang dapat digunakan masyarakat secara luas untuk kesehatan.
Kabupaten Tegal telah memiliki potensi untuk mewujudkan pelayanan
kesehatan tradisional dengan menggunakan jamu.Konsep yang mewacana yakni
pelayanan kesehatan jamu yang terintegrasi dengan program pariwisata yang telah ada.
Di Kabupaten Tegal yaitu "Obyek Wisata Kalibakung" Kab Tegal dengan ketinggian
kurang lebih 650 m di atas permukaan laut dengan luas lahan sebanyak 3,2 Ha.
Dengan melihat potensi yang ada, pemerintah Kabupaten Tegal ingin
mewujudkan konsep pelayanan kesehatan jamu yang terintegrasi dengan program
pariwisata, melalui sebuah program yang diberi nama “Wisata Kesehatan Jamu (WKJ)
Kalibakung Kabupaten Tegal”. Dasar penyelenggaraan Wisata Kesehatan Jamu (WKJ)
adalah : Perda Kab Tegal no 1 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Wisata Kesehatan
Jamu (WKJ) dan retribusi Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer di
Kalibakung Kabupaten Tegal. Perjanjian Kerja Sama antara Bupati dan B2P2TO-OT
(Balai Besar Pengembangan Penelitian Tanaman Obat dan Obat Tradisional)
Tawangmangu
2.3. Visi Misi WKJ
2.3.1. Visi
Masyarakat sehat dengan Jamu yang aman dan berkhasiat.
2.3.2. Misi
Meningkatkan mutu litbang, mengembangkan hasil litbang dan pemanfaatan
hasil litbang tanaman obat dan obat tradisional.
2.4. Wilayah Kerja WKJ
Lokasi WKJ terletak di desa Kalibakung, Kecamatan Balapulang, dengan jarak
dari Pusat Pemerintahan Kab Tegal (Slawi) kurang lebih 7 km atau terletak di Obyek
Wisata kolam renang, arena outbon serta bumi perkemahan Kalibakung dengan lahan
seluas 3,2 Ha.
Kondisi saat ini WKJ memiliki gedung Pelayanan Klinik saintifikasi jamu,
dengan SDM yang telah tersedia dalam pelayanan WKJ terdiri dari Dokter umum
terlatih, Apoteker, perawat dan Tenaga penyuluh/pemandu Wisata Jamu yang
professional. Selain itu WKJ juga memiliki pelayanan Etalase Tanaman Obat yang telah
dibuat sejak tahun 2010. Jenis tanaman yang telah ditanam beraneka jenis tanaman obat
yang bekerjasama dengan B2P2TO-OT (Balai Besar Pengembangan Penelitian Tanaman
Obat dan Obat Tradisional) Tawangmangu.
2.5. Tugas Dan Fungsi
2.5.1. Tugas Pokok
Melaksanakan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional.
2.5.2. Fungsi
1. perencanaan, pelaksanaan, evaluasi penelitian/pengembangan di
bidang tanaman obat dan obat tradisional.
2. pelaksanaan eksplorasi, inventarisasi, identifikasi, adaptasi, dan koleksi
plasma nutfah tanaman obat.
3. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi konservasi dan pelstarian
plasma nutfah tanaman obat.
4. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi standarisasi tanaman obat
dan bahan baku obat tradisional.
5. pelaksanaan pengembangan jejaring kerjasama dan kemitraan di bidang
tanaman obat dan obat tradisional.
6. pelaksanaan kajian dan diseminasi informasi tanaman obat dan obat
tradisional.
7. pelaksanaan pelatihan teknis di bidang pembibitan, budidaya, pasca panen,
analisa, koleksi spesimen tanaman obat serta uji keamanan dan
kemanfaatan obat tradisional.
8. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

2.6. Organisasi dan Personalia


Kelembagaan klinik saintifikasi yang berada di Wisata Kesehatan Jamu (WKJ)
saat ini masih menginduk pada Puskesmas kalibakung. Sumber Daya Manusia (SDM)
terdiri dari Dokter umum terlatih, Apoteker, Perawat, dan Tenaga Penyuluh/Pemandu
Wisata Jamu yang professional.
Kepala Dinas

Dr. Hendadi Setiaji

Ka. UPTD WKJ

Plt. Dr.Suwaspodo

Kasubag TU

Nur Udi Wahono

Administrasi

Izatul Umami, A.Md

Bendahara Unit Pelayanan Klinis

Eti Setiawan, S.Kep Dr. Indah Hastuti

Unit P4TO
Unit Tanaman Produksi & Etalase
Fahmi Fauzan, A.Md
Dakhori

Pelayanan Saintifikasi Jamu & Tradisional Komplementer

dr. Indah Hastuti

Griya Jamu Laboratorium

Dwi Antoro, A.Md.Jamu Dewi Fitri Astuti

Keamanan
K3
Sulton
Wahyu Taufan

Bagan 2.1 Struktur Organisasi Wisata Kesehatan Jamu


2.7. Alur Pelayanan Pasien

Pasien Datang

Ruang Tunggu Pendaftaran


Pemeriksaan Penunjang
atau Laborat
Pemeriksaan Gula darah
Asam urat
kolesterol
Griya Jamu
Pemeriksaan

Administrasi
Pemeriksaan

Pasien Pulang
Pemeriksaan
Bagan 2.2 Alur Pelayanan Pasien
2.8. Skema Alur Kunjungan Studi dan Wisata

Panitia Rombongan
Pemeriksaan

Surat Pemberitahuan Kunjungan Ke Wkj

informasi

Jumlah Peserta Waktu Pelaksanaan Kebutuhan Fasilitas

Pemandu Wisata

Pelaksanna Kunjungan

Bagan 2.3 Skema Alur Kunjungan Studi dan Wisata


BAB 3
TINJAUAN KHUSUS

Saintifikasi jamu dalam penelitian berbasis pelayanan kesehatan hanya dapat


dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan yang telah mendapatkan izin atau sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat
digunakan untuk saintifikasi jamu dapat diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta
(Menkes RI, 2011).
Fasilitas pelayanan kesehatan saintifikasi jamu meliputi klinik saintifikasi jamu WKJ
di Kalibakung. Klinik jamu merupakan praktek dokter atau dokter gigi baik perorangan
maupun berkelompok, sentra pengembangan dan penerapan pengobatan tradisional (SP3T),
Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat (BKTM) atau Loka Kesehatan Tradisional
Masyarakat (LKTM).
Simplisia yang bermutu baik dan berkualitas, tentunya dibuat dengan
menggunakan cara pembuatan yang baik dan benar pula, sering pembuatan simplisia
yang kurang baik malah akan menjadikan mutu simplisia tidak baik dan tidak tahan
lama sehingga proses pembuatan simplisia yang tidak sebentar terasa percuma
apabila mutu yang dihasilkan nya kurang baik, apalagi simplisia yang dihasilkan dari
tanaman ini memiliki kemampuan untuk mencegah bahkan mengobati penyakit,
apabila pembuatannya tidak memenuhi standar yang baik efek terapi yang dihasilkan
dari tanaman tersebut tidak akan terasa oleh pengkonsumsi. Cara penmbuatan dan
pengolahan simplisia yaitu sebgai berikut :
3.1 Proses Pembuatan Simplisia
3.1.1 Pengumpulan Bahan Baku
Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas bahan
baku. Faktor yang paling berperan dalam tahapan ini adalah masa panen. Panen
daun atau herba dilakukan pada saat proses fotosintesis berlangsung maksimal,
yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak.
Bahan baku yang di ambil dalam pembuatan simplisia seharusnya didapat dari
satu wilayah yang sama dalam satu kali panen dengan kondisi tanah, air dan udara
yang sama agar kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman tersebut tidak
berbeda - beda kadar nya. Pengumpulan bahan baku di Klinik Saintifikasi WKJ
Kalibakung dengan cara melakukan panen sendiri dari tanaman yang ditanam dan
juga melalui pembelian di pasar ataupun di Tawangmangu.
3.1.2 Sortasi Basah
Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar.
Sortasi dilakukan terhadap tanah dan krikil, rumput-rumputan, bahan tanaman
lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan dan bagian tanaman yang
rusak (dimakan ulat dan sebagainya. Pada proses sortasi basah ini bahan baku
tanaman yang akan dibuat simplisia dilakukan sortir atau sortasi langsung setelah
proses pemanenan. Tujuan dilakukannya sortasi basah ini untuk memisahkan
bahan organik asing yang terbawa saat proses pemanenan seperti tanah, pasir,
batu dll yang dapat mengganggu pada proses selanjutnya. Walaupun namanya
sortasi basah tapi proses ini tidak menggunakan air untuk mengerjakannya.
3.1.3 Pencucian
Proses pencucian ini dilakukan menggunakan air yang mengalir agar air
yang membersihkan tanaman yang akan dibuat simplisia selalu baru. Tujuan
dilakukannya pencucian adalah agar lebih membersihkan sisa -sisa bahan organik
asing yang masih menempel pada saat sortasi basah terutama bahan-bahan yang
berasal dari dalam tanah dan juga bahan-bahan yang tercemar pestisida. Proses
pencucian di Klinik Saintifikasi WKJ Kalibakung menggunakan tong dari besi
yang kemudian dimasukan kedalam bak berisi air dan selanjutnya mesin
dinyalakan agar tong berguling-guling ditempat selama kurang lebih 10 menit.
Parameter dikatakan bersih yaitu jika tidak meninggalkan residu pada air yang
digunakan untuk melakukan pencucian.
3.1.4 Pengubahan Bentuk
Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia adalah untuk
memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan maka bahan baku
akan semakin cepat kering. Proses pengubahan bentuk untuk rimpang, daun dan
herba adalah perajangan. Bagian tanaman yang biasa dilakukan proses
perajangan ini misalnya seperti bagian Cortex (Kulit Kayu), Semen (Biji), Fructus
(Buah), Rhizoma (Akar). Tujuan dilakukannya proses perajangan ini untuk
memperluas permukaan bagian tanaman yang digunakan agar pada saat proses
pengeringan dapat mengering secara merata dan dengan waktu yang cepat.
3.1.5 Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan
dengancara mengurangi kadar air, sehingga proses pembusukan dapat terhambat.
Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan
tahan disimpan dalam waktu yang lama Dalam proses ini, kadar air dan reaksi-
reaksi zat aktif dalam bahan akan berkurang, sehingga suhu dan waktu
pengeringan perlu diperhatikan. Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan
yang dikeringkan. pada umumnya suhu pengeringan adalah antara 40-60oC dan
hasil yang baik dari proses pengeringan adalah simplisia yang mengandung kadar
air 10%.
Waktu pengeringan juga bervariasi tergantung pada jenis bahan yang
dikeringkan seperti rimpang, daun, kayu ataupun bunga. Hal lain yang perlu
diperhatikan dalam proses pengeringan adalah kebersihan (khususnya
pengeringan menggunakan sinar matahari), kelembaban udara, aliran udara dan
tebal bahan (tidak saling menumpuk). Pengeringan bahan dapat dilakukan secara
tradisional dengan menggunakan sinar matahari ataupun secara modern dengan
menggunakan alat pengering seperti oven, rak pengering, blower ataupun dengan
fresh dryer.
Pengeringan dapat menyebabkan perubahan-perubahan hidrolisa
enzimatis, pencokelatan, fermentasi dan oksidasi. Ciri-ciri waktu pengeringan
sudah berakhir apabila daun ataupun temu-temuan sudah dapat dipatahkan dengan
mudah. Pada umumnya bahan (simplisia) yang sudah kering memiliki kadar air 8-
10%. Dengan jumlah kadar air tersebut kerusakan bahan dapat ditekan baik dalam
pengolahan maupun waktu penyimpanan. Proses pengeringan simplisia bertujuan
untuk :
a. Mengurangi kadar air, sehingga simplisia tidak mudah terkontaminasi oleh
fungi atau jamur dan bakteri
b. Menghentikan aktivitas atau kerja enzim
c. Mengurangi atau mencegah perubahan kimia terhadap senyawa aktif
3.1.6 Sortasi Kering
Sortasi kering merupakan pemilihan bahan setelah proses pengeringan,
dimana bahan-bahan yang rusak (terlalu gosong) dan kotoran hewan yang
mungkin terdapat didalamnya harus disortasi atau dibuang. Penyortiran dilakukan
bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing yang terdapat pada simplisia.
Proses penyortiran merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia kering
sebelum dilakukan pengemasan, penyimpanan atau pengolahan lebih lanjut.
Setelah penyortiran simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari
proses pasca panen yang dilakukan.
3.1.7 Standardisasi / Pemeriksaan Mutu Simplisia
Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan pemeriksaan
mutu simplisia adalah sebagai berikut :
1. Simplisia harus memenuhi persyaratan umum edisi terakhir dari buku-buku
resmi yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI seperti Farmakope
Indonesia, Ekstrak Farmakope Indonesia dan Materia Medika Indonesia. Jika
tidak tercantum maka harus memenuhi persyaratan seperti yang disebut pada
paparannya (monografi).
2. Tersedia contoh sebagai simplisia pembanding yang setiap periode tertentu
harus diperbarui
3. Harus dilakukan pemeriksaan mutu fisis secara tepat yang meliputi :
a. Kurang kering atau mengandung air
b. Termakan serangga atau hewan lain
c. Ada tidaknya pertumbuhan kapang dan Perubahan warna atau perubahan
bau.
4. Dilakukan pemeriksaan lengkap yang terdiri atas :
a. Identifikasi meliputi pemeriksaan :
1) Organoleptik, yaitu pemeriksaan warna, bau dan rasa dari bahan
simplisia. 0alam buku resmi dinyatakan pemerian yaitu memuat
paparan mengenai bentuk dan rasa yang dimaksudkan untuk dijadikan
petunjuk mengenal simplisia nabati sebagai syarat baku. Reaksi warna
dilakukan terhadap hasil penyarian zat berkhasiat, terhadap hasil
mikrosublimasi atau langsung terhadap irisan atau serbuk simplisia.
2) Mikroskopik, yaitu membuat uraian mikroskopik paparan mengenai
bentuk ukuran, warna dan bidang patahan atau irisan.
3) Tetapan fisika, melipti pemeriksaan indeks bias, bobot jenis, titik
lebur, rotasi optik, mikrosublimasi, dan rekristalisasi.
4) Kimiawi, meliputi reaksi warna, pengendapan, penggaraman, logam,
dan kompleks.
5) Biologi, meliputi pemeriksaan mikrobiologi seperti penetapan angka
kuman, pencemaran, dan percobaan terhadap hewan.
b. Analisis bahan meliputi penetapan jenis konstituen (zat kandungan), kadar
konstituen (kadar abu, kadar sari, kadar air, kadar logam), dan standarisasi
simplisia.
c. Kemurnian, meliputi kromatografi: kinerja tinggi, lapis tipis, kolom,
kertas, dan gas untuk menentukan senyawa atau komponen kimia tungga
dalam simplisia hasil metabolit primer dan sekunder tanaman.
3.1.8 Pengemasan
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah dikeringkan.
Jenis kemasan yang digunakan dapat berupa plastik, kertas maupun karung goni.
Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas,
mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan, dapat melindungi isi pada waktu
pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau boleh
mempunyai bentuk dan rupa yang menarik. Berikan label yang jelas pada tiap
kemasan tersebut yang isinya menuliskan : nama bahan, bagian dari tanaman
bahan yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat
penghasil, berat bersih, metode penyimpanan
3.1.9 Penyimpanan
Penyimpanan simplisia dapat dilakukan diruang biasa (suhu kamar)
ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya
cukup kering dan ber-ventilasi. Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai
udara yang lembab dan panas.perlakuan simplisia dengan iradiasi sinar gamma
dosis 10 kGy dapat menurunkan jumlah patogen yang dapat mengkontaminasi
simplisia selama penyimpanan 3-6 bulan. Jadi sebelum disimpan pokok utama
yang harus diperhatikan adalah cara penanganan yang tepat dan higienes.
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai tempat penyimpanan simplisia
adalah :
1. Gudang harus terpisah dari tempat penyimpanan bahan lainnya ataupun
penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik.
2. Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau kemungkinan
masuk air hujan.
3. Suhu gudang tidak melebihi 30oC.
4. Kelembaban udara sebaiknya diusahakan serendah mungkin (65oC) untuk
mencegah terjadinya penyerapan air. Kelembaban udara yang tinggi dapat
memicu pertumbuhan mikroorganisme sehingga menurunkan mutu bahan
baik dalam bentuk segar maupun kering.
5. Masuknya sinar matahari langsung menyinari simplisia harus dicegah.
6. Masuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang sering memakan
simplisia yang disimpan harus dicegah.
BAB 4

TINJAUAN KASUS

4.1 Resep

KLINIK SAINTIFIKASI JAMU

“WISATA KESEHATAN JAMU” (WKJ)

KALIBAKUNG

Jln. Raya Kalibakung- Kec. Balapulang- Kab. Tegal

Kalibakung, 13 Desember 2019

Diagnosa : Dispepsia

R/ Jahe 2 x II
Kunyit 15 g
Jinten hitam 2g
Teki 5g
Sereh 3g
Kayu Pule 3g
m.f la sig no VII S 3 dd 1

Pro : Tn. Ihsan Fauzi


Umur : 33 th
Alamat : Harjawinangun

4.2 Analisis Bahan


1. Jahe (Zingiber officinale)
Tanaman ini digunaka untuk membantu system pencernaan. Bagian tanaman
yang digunakan adalah pada bagian rimpangnya.
2. Kunyit ( Curcuma domestica)
Bagian tanaman yang digunakan adalah rimpang.
3. Jinten Hitam (Nigella sativa)
Bagian tanaman yang digunakan yaitu biji.
4. Teki (Cyperus rotundus)
Bagian yang digunakan yaitu bunga dan batang yang segar.
5. Sereh (Cymbopogon nardus L.)
Bagian yang digunakan yaitu daunnya
6. Kayu Pule
Bagian yang digunakan yaitu kulit kayu.

4.3 Cara Pembuatan Jamu


Perebusan dilakukan dengan kuali tanah dengan cara 5 gelas air (± 800 mL)
direbus sampai mendidih, kecilkan api dan ditambahkan simplisia. Tutup kuali
hingga air tersisa kurang lebih 3 gelas (± 15 menit). Didiamkan hingga dingin.
Diminum tiga kali sebelum makan.
BAB 5
PEMBAHASAN

Dispepsia merupakan keluhan umum yang dalam waktu tertentu dapat dialami
oleh seseorang. Berdasarkan penelitian pada populasi umum didapatkan bahwa 15-
30% orang dewasa pernah mengalami hal ini dalam beberapa hari. Angka insiden
dispepsia diperkirakan antara 1-8%. Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinik
yang sering dijumpai dalam praktek praktis sehari – hari. Diperkirakan bahwa
hampir 30% kasus pada praktek umum dan 60% pada praktek gastroenterology
merupakan kasus dispepsia (Djojoningrat, 2009).
Di berbagai sarana pelayanan kesehatan prevalensi dispepsia cenderung
meningkat setiap tahun. Dispepsia memang bukanlah suatu penyakit yang
mengancam jiwa, namun nyeri yang dapat datang sewaktu-waktu terasa sangat
mengganggu penderitanya. Penyakit ini juga bukan merupakan suatu penyakit
yang dapat sembuh sendiri (self limited disease), sehingga upaya pengobatan,
mengurangi frekuensi dan intensitas serangan dispepsia akut sangat diperlukan.
Pengobatan farmakologis untuk pasien dispepsia fungsional belum begitu
memuaskan (Horrison, 2001).
Berdasarkan Permenkes No.003/MENKES/PER/I/2010 tentang Saintifikasi
Jamu disebutkan bahwa saintifikasi jamu adalah pembuktian ilmiah khasiat dan
keamanan jamu. Saintifikasi jamu dilakukan melalui observasi klinik yaitu penelitian
berbasis pelayanan kesehatan yang merupakan terobosan Kementerian Kesehatan
dalam upaya memberikan dukungan ilmiah (evidence based) terhadap jamu untuk
dapat dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan formal (PERMENKES, 2010).
Ramuan jamu yang terdiri dari jahe, kunyit, jinten hitam, teki, sereh, dan
kayu pule merupakan ramuan yang digunakan di Klinik Saintifikasi Jamu “Wisata
Kesehatan Jamu” Kalibakung sebagai jamu anti dispepsia. Dan hasil observasi
pada pasien selama ini memberikan respon yang lebih baik jika digunakan secara
kombinasi keenam tanaman tersebut daripada digunakan sendirisendiri, serta
penggunannya pada klinik tersebut selama ini tidak ditemukan gejala dan tanda-
tanda toksisitas akut.
Pada ramuan jamu ini digunakan bahan salah satunya yaitu jahe. Pada sistem
gastrointestinal jahe dapat digunakan untuk mengobati mual, muntah, dispepsia,
spasme abdomen dan ulku (Bhandari UMA,2009). Terdapat penelitian mengenai jahe
yang membandingkan efek gastroprotektif pada ekstrak jahe dengan H2 reseptor
didapatkan bahwa jahe dapat melindungi mukosa lambung dengan cara meningkatkan
sekresi mukus dan jahe memiliki efek perlindungan yang lebih tinggi dari ranitidin
terhadap agen iritasi (Chantharangsikul, 2016).
Jahe memiliki beberapa kandungan senyawa kimia yang bermanfaat bagi
lambung. Gingerol memiliki efek sebagai antiinflamasi, antipiretik, gastroprotektif,
kardiotonik, hepatotoksik, antioksidan, anti kanker, antiangiogenesis dan anti
arterosklerotik. Gingerol dan zingerone dapat melindungi mukosa lambung dengan
cara menghambat H+K+ -ATPase sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung.
Flavonoid yang terkandung dalam jahe dapat meningkatkan prostaglandin yang
merupakan faktor defensif dari lambung. Aseton dan methanol dapat melindungi
lambung dengan cara menurunkan asam lambung dan mencegah iritasi pada mukosa
lambung (Setyawan, 2015 ; Dharmesh, 2011).
Kunyit (C. domestica) memiliki indikasi sebagai gastritis dan ulkus peptikum.
Efek C. domestica terhadap ulkus peptikum dilakukan dengan menghambat reseptor
H2 (H2R) tikus (pylorus-ligated). Didapat hasil C. domestica melindungi mukosa
gaster sama efektif seperti ranitidine. Penelitian lain mendapatkan bahwa ekstrak
etanol per oral menghambat asam lambung, sekresi gaster dan pembentukan ulkus
yang setara dengan efek ranitidine. C. domestica juga menekan produksi cAMP yang
diinduksi histamin, dengan inhibisi langsung H2R.
Dari data diperoleh adanya peningkatan dari kesembuhan penyakit maag dalam
jangka waktu 1 bulan. Hal ini disebabkan oleh adanya interaksi dari zat yang
terkandung di dalam kunyit yang berperan sebagai obat untuk menghilangkan atau
melapisi dinding mukosa lambung dari luka serta menurunkan kadar asam lambung
yang terdapat pada lambung. Zat tersebut disebut dengan kurkuminoid.
Jinten hitam (Nigella sativa) merupakan anti maag yang efektif karena dapat
menurunkan sekresi asam lambung dan memiliki efektivitas setara dengan simetidin
(Rajkapoor, et al 2002; Khalil, et al 2010).
Menurut penelitian fitokimia yang telah dilakukan sebelumnya didapatkan hasil
bahwa kandungan dari rumput teki (Cyperus rotundusL.) adalah minyak atsiri,
flavonoid, terpenoid dan monosesquiterpenes. Untuk zat kimia yang menyusunnya
terdiri dari cyprotene, acopaene, cyperene,aselinene, rotundene, valencene, cyperol,
gurjunene, transcalamenene, kadalena, amuurolone, gmuurolene, cyperotundone,
mustakone, isocyperol dan acyperone.
Peran minyak atsiri sebagai antioksidan dibuktikan dengan penelitian
sebelumnya secara Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP) yang secara
signifikan terlihat peningkatan absorbansi dan hasil ini bisa menjadi bukti bahwa
minyak atsiri umbi rumput teki bisa menyebabkan pengurangan kompleks Fe3+ atau
ferricyanide ke bentuk Fe2+ dan menyumbangkan satu elektronnya ke radikal bebas
reaktif agar menjadi stabil. Selain itu potensi minyak atsiri dari suatu tumbuhan bisa
dilihat dengan cara 2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) assay yaitu dengan
adanya transfer elektron hydrogen menjadi ikatan yang kuat dengan pelarutnya
seperti etanol dan methanol sehingga lebih stabil dan tidak reaktif dan bisa
menghentikan reaksi pengikatan radikal bebas (Kololu et al., 2014; Hu et al., 2017;
Miguel, 2010). Dengan demikian, fungsi minyak atsiri sebagai antioksidan yang
dapat menghambat ROS akan berguna untuk mencegah pembentukan
megamitokondria dan mencegah teroksidasi protein sulfhydryl dan mengurangi
kerusakan mukosa lambung.
Sereh (Cymbopogon nardus L) biasanya digunakan sebagai bumbu dapur untuk
mengharumkan makanan. Selain itu, sereh bermanfaat sebagai anti radang,
menghilangkan rasa sakit dan melancarkan sirkulasi darah. Manfaat lain yaitu untuk
meredakan sakit kepala, otot, batuk, nyeri lambung, haid tidak teratur dan bengkak
setelah melahirkan. Akar tanaman sereh digunakan sebagai peluruh air seni, peluruh
keringat, peluruh dahak, bahan untuk kumur, dan penghangat badan. Sedangkan
minyak sereh banyak digunakan sebagai bahan pewangi sabun, spray, disinfektan,
dan bahan pengkilap. Sereh wangi mengandung saponin, flavonoid, polifenol,
alkaloid, dan minyak atsiri. Saponin merupakan kelompok glikosida yang tersusun
oleh aglikon bukan gula yang berikatan dengan rantai gula. Sifat antimikroba dari
senyawa saponin disebabkan oleh kemampuan senyawa tersebut berinteraksi dengan
sterol pada membrane sehingga menyebabkan kebocoran protein dan enzim‐enzim
tertentu.
BAB 6
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Sistem pelayanan di WKJ masih mengacu pada B2P2TOOT Tawangmangu Solo dan
bekerja sama dalam pengadaan bibit tanaman dan simplisia kering untuk membantu stok
bahan simplisia untuk pengobatan di klinik saintifikasi jamu. Pelayanan kesehatan
tradisional di WKJ yang sudah berjalan adalah klinik saintifikasi jamu. Pasien yang
datang ke klinik meningkat setiap harinya. Rata-rata pasien datang kurang lebih 300
pasien per bulan. Sebagian besar pasien yang datang ke klinik saintifikasi jamu ini
merasa tidak puas terhadap pengobatan konvensional karena efek samping yang tinggi,
selain itu ada beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan dengan obat kimia, seperti
batu ginjal dan hemoroid.
6.2 Saran
1. Untuk STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi waktu KKN berbasis profesi yang
dilakukan di WKJ sebaiknya di tambah agar lebih mendalami pengobatan saintifikasi
jamu.
2. Untuk WKJ perlu meningkatkan promosi dan sosialisasi saintifikasi jamu ke
masyarakat luas karena masih banyak masyarakat khususnya Kabupaten Tegal yang
belum mengetahui adanya WKJ.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G. 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung: ITB Press.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2014. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan
Mutu Obat tradisional. Jakarta.
Bhandari UMA. Protective Effect of Ginger oil on Aspirin and Pylorus Ligation-
Induced Gastric Ulcer model in Rats. Indian J Pharm Sci. 2009;71(5):554-58.
Chantharangsikul G,Kitpati W, Soonthornchareonnon N. Mucus secretion
stimulation : A mechanism in gastroprotective effect of Zingiber officinale.
TJPS. 2016;40:1-8.
Dharmesh SM, Nanjundaiah SM, Annaiah HNM. Gastroprotective effect of ginger
rhizome (Zingiber officinale) extract: Role of gallic acid and cinnamic acid in H
+, K+-ATPase/H. pylori inhibition and anti-oxidative mechanism. Evidence-
based Complement Altern Med. 2011.
Horrison Principles of Internal Medicine, 2001.15 th edition, Mc Grow Hill, New
York
Kementrian Kesehatan Republik Indonesi. 2011. Integrasi Pengobatan Tradisional
dalam Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.
Khalil, J., Akhter, S., Bhatti, S.A., & Bukhari, M.H. 2010. Gastric Ulcer Healling
Effects of Nigella Sativa, A Cmparative Experimental Study with Cimetidine.
Biomedica. 26(1): 61-65.
Nurul, Chofizah. 2018. Study Kinetika Reaksi : Ekstrak Kunyit Kuning Dalam
Penyembuhan Penyakit Maag. Padang Sumatera Barat: FMIPA Universitas
Negeri Padang.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 Tentang
Formularium Obat Herbal Asli Indonesia. Jakarta: Menkes RI.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor: 003/MENKES/PER /I/
2010 tentang Saintifikasi Jamu dalam Penelitian Berbasis Pelayanan
Kesehatan. Jakarta. 2010.
Rajkapoor, B., Anandan, R., & Jayakar, B. 2002. Anti-Ulcer Effect of Nigella sativa
Linn. Against Gastric Ulcers in Rats. Curr Sci, 8(2): 177-179.
Setyawan B. Peluang Usaha Budidaya Jahe. Edisi ke-1. Editor: Mona.Yogyakarta:
Pustaka Baru Press; 2015:17-24.
Siregar, Amarullah H. 2010. Jamu Tanaman Obat Indonesia dari Tradisional Menuju
Era Biomolekular. Kendal: Makalah dipresentasikan pada Pencanangan
Saintifikasi Jamu Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai