Anda di halaman 1dari 27

UNIVERSITAS PANCASILA

PROGRAM MAGISTER ILMU KEFARMASIAN


PEMINATAN KOSMETIKA BAHAN ALAM

TUGAS FORMULASI KOSMETIKA I


FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK PERMANEN

DISUSUN OLEH : ASRI WULANDARI


NPM : 5417221061

JAKARTA
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat,
rahmat dan karunia-Nya. Solawat beserta salam tidak lupa penulis curahkan kepada
Nabi Muhammad SAW karena atas ridhoNya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah dengan judul “Formulasi Sediaan Lipstik” sebagai syarat
untuk mengikuti mata kuliah Formulasi Kosmetik 1. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas bagi pembaca dan dalam penyusunan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya berharap
kepada Dosen Pengampu dan para pembaca untuk memberi masukan, kritik dan
saran demi perbaikan pembuatan makalah saya dimasa yang akan datang.

Jakarta, 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1


B. Tujuan ..................................................................................................... 1
C. Rumusan Masalah ................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Anatomi Bibir ......................................................................................... 3
B. Teori Sediaan Lipstik .............................................................................. 5
a) Definisi Sediaan Lipstik .............................................................. 5
b) Kosmetik Dekoratif ..................................................................... 5
c) Lipstik .......................................................................................... 7
C. Jenis-Jenis Lipstik…. .............................................................................. 8
a) Moisturizing Lipstik ................................................................... 9
b) Satin dan Sheer Lipstik ................................................................ 9
c) Cream Lipstik .............................................................................. 9
d) Mate Lipstik................................................................................. 9
e) Soft Lip Rouges ........................................................................... 9
D. Kerusakan Sediaan Lipstik Karena Formulasi ........................................ 9
a) Sweating ...................................................................................... 9
b) Bleeding ....................................................................................... 9
c) Bloming ....................................................................................... 10
d) Streaking ...................................................................................... 10
E. Kerusakan sediaan Lipstik karena Pencetakan ....................................... 10
a) Color Gronding (Penggilingan) .................................................. 10
b) Roller Mill ................................................................................... 10

ii
c) Colloid Mill ................................................................................. 10
d) Melting dan Mixing ..................................................................... 10
e) Molding ....................................................................................... 10
f) Flaming/Pembakaran ................................................................... 10
F. Metode Pembuatan Lipstik ..................................................................... 11
G. Evaluasi Sediaan Lipstik ......................................................................... 12
a) Pemeriksa Warna ......................................................................... 12
b) Penentuan Titik Lebur ................................................................. 12
c) Softening Point ............................................................................ 13
d) Microbial Testing ........................................................................ 13
e) Tes Ketengikan ............................................................................ 13
f) Rupture Test ................................................................................ 13
g) Breaking Load Test ..................................................................... 13
H. Formulasi Sediaan Lipstik ...................................................................... 14

BAB III ISI DAN PEMBAHASAN


A. Kajian Formulasi 1 (F1) ……………………………………………… 19
B. Kajian Formulasi 2 (F2) ……………………………………………… 19
C. Kajian Formulasi 3 (F3) ……………………………………………… 19
D. Kajian Formulasi 4 (F4) ……………………………………………… 19

BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pewarna bibir merupakan sediaan kosmetika yang digunakan untuk
mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan
estetika dalam tata rias wajah. Sediaan pewarna bibir terdapat dalam
berbagai bentuk, seperti cairan, krayon, dan krim. Pewarna bibir modern
yang disukai adalah jenis sediaan pewarna bibir yang jika dilekatkan pada
bibir akan memberikan selaput yang kering. Dewasa ini pewarna bibir yang
banyak digunakan adalah pewarna bibir dalam bentuk krayon. Pewarna
bibir krayon lebih dikenal dengan sebutan lipstik (1).
Lipstik merupakan pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk
batang padat (stick) yang dibentuk dari minyak, lilin dan lemak. Fungsinya
adalah untuk memberikan warna bibir menjadi merah semerah delima, yang
dianggap akan memberikan ekspresi wajah sehat dan menarik (1).
Pemakaian lipstik pada bibir diharapkan dapat meningkatkan kecantikan
terutama bagi wanita dan lipstik dirancang untuk meningkatkan penampilan
alami bibir.
Lipstik merupakan produk kosmetik yang paling luas digunakan dan
sebagai make up bibir yang anatomis dan fisiologisnya agak berbeda dari
kulit bagian badan lainnya maka permasalahan yang dihadapi sekarang
adalah bagaimana mendapatkan formulasi lipstik yang baik dengan
karakteristik lipstik yang dapat meningkatkan kecantikan dan aman dipakai
bagi pemakainya.

B. Tujuan
1. Memahami karakteristik sediaan lipstick secara umum.
2. Mengetahui komponen bahan pembuat sediaan lipstik.
3. Membuat formulasi sediaan lipstik.
4. Memahami metode pembuatan lipstik.
5. Mempelajari evaluasi sediaan lipstik.

1
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik sediaan lipstick yang baik?
2. Apa saja komponen bahan pembuat sediaan lipstik?
3. Bagaimana cara membuat formulasi sediaan lipstik?
4. Apa saja metode yang digunakan untuk membuat sediaan lipstik?
5. Apa saja evaluasi yang harus dilakukan pada sediaan lipstik?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Bibir
Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri tersendiri, karena lapisan
jangatnya sangat tipis. Stratum germinativum tumbuh dengan kuat dan korium
mendorong papila dengan aliran darah yang banyak tepat di bawah permukaan
kulit. Pada kulit bibir tidak terdapat kelenjar keringat, tetapi pada permukaan
kulit bibir sebelah dalam terdapat kelenjar liur, sehingga bibir akan nampak
selalu basah. Sangat jarang terdapat kelenjer lemak pada bibir, menyebabkan
bibir hampir bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering
lapisan jangat akan cenderung mengering, pecah-pecah, yang memungkinkan
zat yang melekat padanya mudah berpenetrasi ke statum germinativum.
Karena ketipisan lapisan jangat, lebih menonjolnya stratum germinativum, dan
aliran darah lebih banyak mengaliri di daerah permukaan kulit bibir, maka bibir
menunjukkan sifat lebih peka dibandingkan dengan kulit lainnya. Karena itu
hendaknya berhati-hati dalam memilih bahan yang digunakan untuk sediaan
pewarna bibir, terutama dalam hal memilih lemak, pigmen dan zat pengawet
yang digunakan untuk maksud pembuatan sediaan itu (2).
Warna merah pada bibir disebabkan warna darah yang mengalir di
dalam pembuluh di lapisan bawah kulit bibir, pada bagian ini warna itu terlihat
lebih jelas karena pada bibir tidak ditemukan satu lapisan kulit paling luar,
yaitu lapisan stratum corneum. Jadi kulit bibir lebih tipis dari kulit wajah,
karena itu bibir jadi lebih muda luka dan mengalami pendarahan. Disamping
itu, karena kulitnya yang tipis, saraf yang mengurus sensasi pada bibir menjadi
lebih sensitive (2).
Anatomi bibir normal akan terbentuk keseimbangan antara hidung,
dasar hidung dan bibir. Lubang kanan dan kiri simetris ditopang oleh kartilago
ala nasi, ditengah membentuk kolumela. Bibir atas orbicularis oris mempunyai
cekukan di bagian tengah yang disebut philtrum yang dibatasi oleh pinggir
philtrum. Pada bagian bawah tengah bibir atas membentuk busur cupid (cupid

3
bow) yang dibatasi oleh garis mukokutaneous dengan merah bibir . Dalam
posisi tertutup normal bibir atas sedikit eversi serta sedikit didepan bibir
bawah.

Kosmetika rias bibir selain untuk merias bibir ternyata disertai juga
dengan bahan untuk meminyaki dan melindungi bibir dari lingkungan yang
merusak, misalnya sinar ultraviolet. Ada beberapa macam kosmetika rias bibir,
yaitu lipstik, krim bibir (lip cream), pengkilap bibir (lip gloss), penggaris bibir
(lip liner), dan lip sealer (3).
Ciri-ciri bibir yang sehat yaitu berwarna merah alami, tampak halus dan
sehat, kulit bibir tampak lembab alami dengan elastisitas yang baik, bibir tidak
mengering dan mengelupas dan tidak ada penyakit pada bibir. Ciri-ciri bibir
tidak sehat dan penyebabnya antara lain:
1. Bibir berwarna kurang cerah dan sedikit menghitam. Penyebabnya :
a. Kebiasan merokok. Saat di hisap, panas rokok mengenai bibir
sehingga sel-sel darah merah jadi “terpanggang” dan mengalami
kematian. Sel-sel darah merah yang mati tadi akan memproduksi
pigmen yang kemudian tertimbun di bibir dan memicu warna hitam
pada lapisan luar bibir. Selain itu, setiap hasil pembakaran pada ujung
rokok akan menimbulkan karbon, yang juga akan menambah pekat
warna bibir.
b. Keseimbangan hormon estrogen yang terganggu (terlalu banyak atau
terlalu sedikit).

4
2. Bibir tampak pecah-pecah dan kering. Penyebabnya :
a. Penggunaan pasta gigi yang salah.
b. Berada lama di ruangan AC karena kelembaban udara yang rendah.
c. Merokok
d. Kebiasaan minum kopi ataupun minuman beralkohol.
e. Menderita penyakit tertentu seperti dehidrasi karena diare,
defisiensi vitamin ataupun kelainan akibat sistemik lainnya.
f. Kurang mengonsumsi buah atau sayuran serta minum air.

B. Teori Sediaan Lipstik


a) Definisi Sediaan Lipstik
Lipstik adalah sediaan yang mengandung bahan essesial dari
minyak-lilin yang cukup keras untuk dibentuk menjadi stik dengan zat
warna celup merah yang dilarutkan atau didispersikan ke dalam minyak
dan pigmen merah disuspensikan ke dalamnya, dengan farfum dan
pengaroma yang sesuai dan di cetak serta dikemas di dalam wadah (4).
Definisi lain dari lipstik adalah sediaan kosmetika yang
digunakan untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat
meningkatkan estetika dalam tata rias wajah yang dikemas dalam bentuk
batang padat. Hakikat fungsinya adalah untuk memberikan warna bibir
menjadi merah, yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah sehat
dan menarik (5).
b) Kosmetik Dekoratif
Kosmetik dekoratif bertujuan untuk mengubah penampilan agar
tampak lebih cantik dan kelainan pada kulit tertutupi. Kosmetik dekoratif
tidak perlu menambah kesehatan kulit dan dianggap memadai jika tidak
merusak kulit atau sesedikit mungkin merusak kulit. Kosmetik dekoratif
terbagi dalam dua golongan besar yaitu:
1) Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan
dan pemakaiannya sebentar, misalnya lipstik, bedak, perona pipi dan
eye shadow.

5
2) Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu
lama baru luntur, misalnya whitening, cat rambut, pengeriting rambut
dan preparat penghilang rambut.
Zat pewarna memiliki peranan penting dalam kosmetik dekoratif. Zat
warna untuk kosmetik dekoratif berasal dari berbagai kelompok:
1. Zat warna alam yang larut
Dampak zat warna alam pada kulit lebih baik daripada zat warna
sintetis, tetapi kekuatan pewarnaannya relative lemah, tidak tahan
cahaya dan relative mahal.
2. Zat warna sintetis yang larut
Sifat zat warna sintetis perlu diperhatikan seperti tone warna dan
intensitas warna harus kuat, larut dalam air, alkohol, minyak, atau
salah satunya, sifat pewarna yang harus larut dalam pH asam atau basa
dan memiliki daya lekat yang baik terutama untuk kulit dan rambut.
3. Pigmen alam
Pigmen alam adalah pigmen warna yang ada pada tanah seperti
alumunium silikat, warna yang dihasilkan tergantung pada kandungan
besi oksida atau mangan oksidanya yang menghasilkan warna kuning
oker, coklat, merah bata dan coklat tua.
4. Pigmen sintetis
Besi oksida sintetis dan oker sintetis menggantikan zat warna alam
dengan pilihan warna kuning, coklat sampai merah dan macam-
macam violet. ZnO, bismuth carbonat dan titanium dioksida berperan
sebagai pigmen warna putih, sedangkan bismuth oxyklorida
digunakan untuk pigmen warna putih mutiara. Senyawa cobalt dan
ultramarine digunakan sebagai pigmen warna biru. Beberapa pigmen
warna yang dilarang penggunaannya karena toksik misalnya cadmium
sulfide dan prussian blue.
5. Lakes alam dan sintetis
Lakes dibuat dengan mempresipitasikan satu atau lebih zat warna
yang larut air di dalam satu atau lebih substrat yang tidak larut dan

6
mengikatnya sedemikian rupa (umumnya dengan reaksi kimia)
sehingga produk akhirnya menjadi bahan pewarna yang hampir tidak
larut dalam air, minyak dan pelarut air. Umumnya lakes dibuat dari
zat warna sintetis, kecuali Florentine lake yang diperoleh dari
presipitasi carmin dan brasilin (zat warna dari sayuran) di dalam
alumunium hidroksida (6).
c) Lipstik
1. Persyaratan Lipstik
Persyaratan lipstik yang dituntut oleh masyarakat antara lain (6):
1) Melapisi bibir secara mencukupi.
2) Dapat bertahan di bibir selama mungkin.
3) Cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket.
4) Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir.
5) Melembapkan bibir dan tidak mengeringkannya.
6) Memberikan warna yang merata pada bibir.
7) Penampilan harus menarik, baik warna maupun bentuknya.
8) Tidak meneteskan minyak, permukaan mulus, tidak berbintik-
bintik, atau memperlihatkan hal lain yang tidak menarik.
2. Komposisi Lipstik
Menurut Latifah dan Tranggono (6) komponen utama dalam
sediaan lipstik antara lain:
1) Lilin digunakan untuk memberi struktur batang yang kuat pada
lipstik dan menjaganya tetap padat walau keadaan hangat. Lilin
yang biasa digunakan antara lain carnauba wax, paraffin waxes,
ozocerite, beeswax, candelila wax, spermaceti dan ceresin.
2) Minyak digunakan sebagai medium pendispersi, memberi
kelembutan dan efek glossy. Minyak dalam lipstik dipilih
berdasarkan kemampuannya melarutkan zat warna eosin. Minyak
yang digunakan antara lain minyak castor, tetrahidrofurfuryl
alcohol, fatty acid alkiloamid, dihydric alcohol beserta monoeter

7
dan monofatty acid, isopropyl miristat, isopropyl palmitat, butyl
stearate dan paraffin oil.
3) Lemak yang digunakan adalah campuran lemak padat yang
berfungsi untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi
tekstur yang lembut, meningkatkan kekuatan lipstik, mengikat fase
minyak dan fase lilin, mengurangi efek berkeringat dan pecah pada
lipstik. Contoh lemak yang digunakan antara lain cetylalkohol,
oleyl alcohol dan lanolin.
4) Acetogliserida direkomendasikan untuk memperbaiki sifat alir
batang lipstik sehingga meskipun suhu berfluktuasi, kepadatan
lipstik konstan.
5) Zat pewarna yang dipakai secara universal di dalam lipstik adalah
eosin yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna lipstik,
yaitu kelekatan pada kulit dan kelarutannya dalam minyak. Pelarut
terbaik untuk eosin adalah castor oil, furfural alcohol beserta
esternya terutama stearate dan ricinoleat memiliki daya melarutkan
eosin yang lebih besar. Fatty acid alkiloamid jika dipakai sebagai
sebagai pelarut eosin akan memberi warna yang intensif pada bibir.
6) Surfaktan terkadang ditambahkan dalam pembuatan lipstik untuk
memudahkan pembasahan dan disperse partikel pigmen warna
yang padat.
7) Bahan pengawet digunakan untuk melindungi sediaan dari
kontaminasi bakteri yang dapat merusak kestabilan sediaan bahkan
menyebabkan gangguan kulit ketika digunakan. Pengawet yang
umum digunakan adalah nipagin dan nipasol.
8) Parfum digunakan untuk menutupi bau dan rasa yang kurang sedap.
9) Antioksidan digunakan untuk melindungi minyaki dan bahan tak
jenuh lain yang rawan terhadap reaksi oksidasi. BHA, BHT dan
vitamin E. Antioksidan digunakan harus memenuhi syarat yaitu
tidak berbau agar tidak mengganggu wangi parfum dalam

8
kosmetika, tidak berwarna, tidak toksik, dan tidak berubah
meskipun disimpan lama (7).

C. Jenis – Jenis Lipstik (8)


a) Moisturizing lipstik
Jenis lipstikk yang cocok untuk orang yang memiliki bibir kering
karena menjaga bibir tetap lembut dan mengkilap dengan bahan
seperti vitamin E, aloe vera, dan gliserin serta moisturizing.
b) Satin dan sheer lipstik
Mengandung minyak yang tinggi dan merupakan pilihan untuk orang
berbibir kering. Lipstik ini membuat bibir berkilau, mengkilap dan
menjaga kelembaban. Karena memiliki komponen minyak yang tinggi
maka bibir akan terlihat lebih gelap bila digunakan pada bibir.
c) Cream lipstik
Lipstik ini tidak mengkilap, mengandung lebih banyak lilin
disbanding formula lainnya, dapat mneyebabkan bibir terasa kering.
Lipstik cocok untuk bibir kecil.
d) Mate lipstik
Lipstick yang tahan lama, tidak mengkilap, mengandung pelembab,
memberi efek halus pada bibir dan tersedia dalam bentuk stik.
e) Soft lip rouges (pewarna bibir lunak) :
Banyak dari formula lipstik yang diberikan mungkin diubah kedalam
pewarna bibir lunak dengan mengurangi isi lilin dan meningkatkan
isi minyak. Sebagai pewarnabibir lunak dikemas dalam wadahPan
kecil atau flat jar
f) Liquid lip rouges (pewarna bibir cair)
Penggunaan pada bibir dari pembentuk lapisan di dalam
pelarut yang mudah menguap setelahdioleskan. Ini juga y a n g
d i b e r i k a n padanya. dikemas dalam aplikator roll-o n
dengan ketetapan tekanan.

9
D. Kerusakan Sediaan Lipstik Karena Formulasi
a) Sweating
Keluarnya cairan dari permukaan lipstik disebabkan karena kadar
minyak yang tinggi ataupun rendahnya kualitas campuran minyak dan
lilin dalam komposisi. Dapat diatasi dengan variasi suhu atau range
temperatur.
b) Bleeding
Berpisahnya cairan pewarna dari basis lilin. Ini menyebabkan distribusi
pewarna menjadi tidak rata.
c) Blooming
Ketika permukaan lipstik lebih tumpul dari yang diinginkan disebut
sebagai blooming atau pemekaran pada ujung lipstik. Ini terjadi karena
konsentrasi tinggi dari cetil alkohol lebih dari 5%

d) Streaking
Sebuah garis tipis atau pita yang berbeda warna atau subtansi yang
nampak pada permukaan pada saat akhir dari produk. Masalah ini terjadi
karena pemisahan partikel tersuspensi.

E. Kerusakan Sediaan Lipstik Karena Pencetakan


a) Laddering
Produk nampak berjenjang, tidak terlihat lembut dan homogen setelah
dibekukan melainkan tampak lapisan ganda, kerusakan terjadi karena
salah satu cetakan berada pada temperatur rendah atau sebagian besar
formulasi tidak cukup panas atau kecepatan pengisian yang lambat.
b) Deformation
Bentuk lipstik terlihat rusak, terlihat sangant jelas pada formula yang
lunak, dapat nampak pada salah satu samping lipstik atau kedua
sampingnya.
c) Catering
Terlihat pada waktu proses flaming dimana stik membentuk lubang
(noda). Penyebab utamanya adalah adanya sedikit jumlah minyak

10
silikon atau minyak mesin lubrikasi dari proses pencampuran atau dari
mesin pencampur.
d) Mushy failure
Inti pusat stik tidak memiliki struktur dan patah, masalahnya tidak
terkait dengan formula tertentu atau bentuk tertentu, lilin carnauba dapat
menjadi alasan dari masalah ini.

F. Metode Pembuatan Lipstik (8)


a) Color-grinding (Penggilingan)
1) Langkah pertama dalam pembuatan lipstik adalah mendispersikan
pewarna ke dalam minyak atau dalam campuran basis sebagai
kandungan yang homogen hingga terbentuk massa yang lembut secara
menyeluruh.
2) Pigmen yang digunakan dalam lipstik diberikan dalam bentuk serbuk
yang ukuran partikel pada umumnya sangat kecil.
3) Operasi penggilingan tidak ditujukan untuk maksud mengurangi ukuran
partikel itu sendiri tetapi untuk memecah agglomerasi.
4) Umumnya ini diberikan dengan roller mill (penggilingan rol) atau
colloid mill (penggilingan koloid).
5) Penggiling ini digunakan untuk membentuk lapisan tipis bahan-bahan
baku tertentu sampai ke alat hight suction/shear equipment yang
digunakan untuk mendispersikan gums dan gelling agent lainnya ke
dalam suatu batch.
6) Peralatan-peralatan ini menjamin terbentuknya lapisan bahan baku yang
seragam, sehingga dapat dihasilkan produk yang homogen, bebas dari
gumpalan-gumpalan
b) Roller Mill
Dalam roller mill, suspensi pigmen dalam minyak dilewatkan diantara
silinder yang berputar pada kecepatan yang berbeda, satu dari yang lainnya,
jarak ruang menjadi sangat kecil untuk bergabung menjadi agglomerat.

11
c) Colloid Mill
Dalam colloid mill, campuran ditekan diantara dua piringan yang berjarak
dan tertutup, dimana salah satu dari putarannya pada kecepatan tinggi.

d) Melting dan Mixing


1) Basis lemak mula-mula dilebur dalam bejana stainless-steel. Beberapa
penambahan minyak jarak dan pigmen ditambahkan kemudian diaduk.
2) Kemudian terakhir ditambahkan parfum, antioksidan, pengawet yang
dimasukkan kedalam wadah untuk disiapkan sebelum dibentuk.

e) Molding
1) Peleburan massa lipstik dimasukkan melalui dasar cetakan yang hangat
yang kemudian dilewatkan pada wadah yang dingin sebagai tempat
produk.
2) Wadah kemudian dapat dihilangkan dan lipstik dapat dipindahkan untuk
proses akhir sebelum dibakar dan dilabel.

f) Flaming / Pembakaran
1) Ini umumnya dikerjakan dengan melewatkan pada gas flame, meskipun
itu juga memungkinkan menggunakan elemen pemanas elektrik.
2) Jika biasa pemanas digunakan, api berasal dari hanya satu arah, lipstik
harus diputar sekali-kali melewati api sehingga seluruh permukaan
terbentuk.

G. Evaluasi Sediaan Lipstik


a) Pemeriksaan warna
Pemeriksaan warna lipstik sangat penting, dan menyadari hal ini maka
pilihan berbagai warna yang tersedia dari produsen harus diperhatikan.
Dispersi pigmen tersebut akan diperiksa ketat ketika batch baru diproduksi,
dan warna harus hati-hati dikendalikan ketika massa lipstik telah
dipanaskan.

12
b) Penentuan titik lebur
Penentuan titik lebur pada Basis lipstik berkisar antara 55 - 750C dan
idealnya 600 C.
c) Softening Point
Softening point lipstik harus mampu menahan pada berbagai kondisi yang
akan dikenakan konsumen (misal dalam tas tangan). Lipstik harus tahan
terhadap berbagai suhu yang bervariasi & hanya sebagai mudah untuk
menerapkan dalam panas seperti dalam cuaca dingin. Softening point
berkisar antara 50-550C.

d) Microbial Testing
Pengujian kontaminasi mikroba termasuk jamur dilakukan terhadap bahan
baku atau wadah lipstik yang dapat menyebabkan pertumbuhan mikroba.
Pengujian pertumbuhan bakteri & jamur dilakukan untuk jangka waktu
tertentu untuk memungkinkan pengembangan koloni visual untuk
menghitung. Batas tersebut, tidak lebih dari 100 cfu / gram.
e) Tes ketengikan
Tengik adalah penguraian lemak, minyak dan lemak lain dengan hidrolisis
atau oksidasi seperti oksidasi minyak jarak atau bahan lilin atau lipoidal
lainnya. Ini menyebabkan bau menjengkelkan, rasa tidak enak dan produk
lengket dan kadang-kadang mengubah warna produk. Pengujian ketengikan
dapat dilakukan dengan menentukan angka peroksida nya.
f) Rupture Test
Lipstik diletakkan dalam dua pemegang, dalam posisi diperpanjang. Berat
ditambahkan kepada pemegang pada bagian lipstik pada 30-detik interval
sampai pecah lipstik. Tekanan yang dibutuhkan untuk pecah lipstik ini
kemudian diperiksa terhadap standar pabrikan,masing-masing produsen
menetapkan parameter sendiri.
g) Breaking Load Test
Tes ini untuk mengetahui nilai beban maksimum yang dapat menahan
lipstik sebelum rusak.

13
H. Formulasi Sediaan Lipstik
Formula
Jumlah (% b/b) Bentuk Fungsi Keterangan
Bahan
F1 F2 F3 F4
Minyak jarak 20 1,655 3,304 15 Cairan Emoliens Kelarutan
jernih, tidak dapat
berwarna, bercampur
sampai dengan
kuning, kloroform,
tidak berbau dietil eter,
dan tidak asam asetat
berasa. glasial dan
metanol,
mudah larut
dalam etanol
dan petroleum
eter, praktis
tidak larut
dalam air dan
mineral oil.
Lanolin 5 1,655 3,04 6 Lemak Stiffening Kelarutan
berwarna agent praktis tidak
kuning larut dalam
muda atau air, agak sukar
kuning larut dalam
pucat, agak etanol 95%,
tembus mudah larut
cahaya, bau dalam
khas kloroform dan
aromatic eter.
lemah.
Lanolin
mengandung
senyawa pro
oksidan dan
tidak stabil
bila
bercampur
dengan obat
aktif.

14
Setil alkohol 2 1,241 2,28 3 Lilin Agen Tititk leleh 45-
pengeras 520 C.
berwarna
(2-10%)
putih, Tidak stabil
bila disatukan
bentuknya dengan agen
granul atau oksidator kuat.
kubus, tidak Mudah larut
berbau dan dalam etanol
tidak 95% dan eter,
berasa. kelarutan
meningkat bila
suhu tinggi,
dapat
bercampur
dengan lemak,
paraffin padat
dan paraffin
cair, serta
isopropyl
miristat.

Oleum cacao 15 - - 13 Lemak Basis Sukar larut


padat dalam etanol,
berwarna mudah larut
putih dalam
kekuningan, kloroform,
bau khas dalam eter,
aromatic. dan eter
minyak tanah.
Tititk leleh 31-
340 C.

15
Carnauba 5 1,034 1,90 4 Berwarna Agen Melting point
0
wax cokelat pengeras 80-88 C,
terang, (4-10%) memberikan
bentuk tidak dan coating kekakuan dan
beraturan, agent kekerasan
tidak berbau
dan tidak
berasa.
Beeswax, 5 - - 3 Setengah Agen Melting point
white padat pengeras 62-640C,
berwarna 3-10% konsentrasi 5-
putih 20 %,
mengikat
minyak dan
waxes dengan
melting point
yang tinggi
Propilenglikol 10 1,5 - 10 Cairan Humektan Larut dalam
kental, air, etanol
jernih, tidak 95%,
berwarna, kloroform,
tidak larut dalam 6
berbau, rasa bagian eter,
manis, tidak larut
higroskopis. dalam minyak
tanah dan
minyak lemak.

Cera alba 20 7,864 14,45 - Setengah Basis Melting point


padat 62-640C,
berwarna konsentrasi 5-
putih 20 %,
mengikat
minyak dan
waxes dengan

16
melting point
yang tinggi
Metil paraben 0,5 0,03 0,05 0,02 Hablur Pengawet Sukar larut
padat kecil, dalam air,
tidak
berwarna dalam benzene
atau serbuk dan dalam
hablur,
tetraklorida,
putih, tidak
berbau atau mudah larut
berbau khas dalam etanol
lemah
dan dalam
eter.

BHT 0,1 0,03 0,05 0,1 Hablur Antioksidan Praktis tidak


padat larut dalam air
berwarna dan
putih dan propilenglikol,
bau khas mudah larut
lemah. dalam etanol,
kloroform dan
eter.
Titik leleh
700C
BHT menjadi
rusak ketika
terpapar
cahaya,
lembab dan
panas
menyebabkan
perubahan
warna dan
penurunan
aktivitas.
Agen
pengoksidasi
kuat seperti
peroksida dan

17
permanganate,
interaksi
dengan garam
besi
menyebabkan
perubahan
warna dan
hilangnya
aktivitas
Oleum green 0,4 - - - Cairan Parfum -
tea
Parafin liq Ad - 2,50 Ad Cairan Basis -
100 100
Vaselin - 7,036 12,93 - Setengah Basis -
padat
Oleum rosa - 0,5 0,25 0,5 Cairan Parfum -
Tween 80 - - 0,50 - Cairan Surfaktan -
Color 3106 - - - 35,5 Padat Pewarna -
D.&C. Red merah
No.6
(*Pigment
Concentrate)

18
BAB III
PEMBAHASAN

Dalam Bab ini akan dibahas kajian tiap formula dan dasar pembuatan formula 4.
A. Kajian Formula 1 (F1)
Formula 1 disadur dari hasil penelitian Handayani dkk (9) dengan
formula terbaik dengan metode pembuatan lipstik Melting dan mixing.
Evaluasi sediaan yang dilakukan meliputi uji organoleptik, uji kehomogenan
sediaan lipstik, uji bobot sediaan, uji suhu lebur, uji pH, uji intensitas warna,
uji iritasi, uji kesukaan dan uji stabilitas. Hasil evaluasi memenuhi syarat,
namun daya lekatnya tidak sempurna. Diduga basis yang digunakan untuk
kelekatan menjadi lebih baik yaitu dengan candelila wax dibandingkan
beeswax dan carnauba wax.
B. Kajian Formula 2 (F2)
Formula 2 disadur dari hasil penelitian Adliani dkk (10) dengan
formula terbaik dengan metode pembuatan lipstik Melting dan mixing.
Evaluasi sediaan meliputi pemeriksaan titik lebur, breaking point, stabilitas,
daya oles, pH, uji iritasi dan uji kesukaan.
C. Kajian Formula 3 (F3)
Formula 3 disadur dari hasil penelitian Risnawati dkk (11) dengan
formula terbaik dengan metode pembuatan lipstik Melting dan mixing.
Evaluasi sediaan meliputi pemeriksaan homogenitas, titik lebur, kekuatan
lipstik, dan stabilitas sediaan yang mencakup pengamatan terhadap perubahan
bentuk, warna dan bau dari sediaan, uji oles dan pemeriksaan pH.
D. Kajian Formula 4 (F4)
Formula 4 dibuat didasarkan hasil penelitian terbaik F1, F2 dan F3.
Pada formula 4 lipstik yang dibuat terdiri atas carnauba wax, setil alkohol dan
beeswax yang merupakan wax. Wax berfungsi untuk membentuk lapisan
berkilat karena fungsinya sebagai coating agent dan agen pengeras agar lipstick
membentuk struktur ketika dicetak serta tidak mudah mencair pada suhu
hangat karena wax memiliki titik leleh yang tinggi.

19
Minyak tumbuhan ditambahkan sebagai pelumas, untuk mengurangi
efek pengeringan dan untuk menurunkan titik lebur. Minyak jarak merupakan
minyak yang diambil dari biji jarak, pada suhu ruang berbentuk cair dan stabil
pada suhu rendah atau sangat tinggi, berfungsi pelumas atau bisa melembabkan
bila menempel pada bibir. Minyak tumbuhan banyak digunakan dalam sediaan
karena dapat menyerap cahaya UV pada panjang gelombang tertentu.
Disamping itu, minyak tumbuhan merupakan pelarut yang baik dalam
melarutkan zat warna dan pengawet yang larut dalam minyak zat warna yang
digunakan berupa padatan.
Lanolin merupakan basis minyak yang berfungsi sebagai bahan pelicin
dan membuat tekstur lipstick lebih lunak serta dapat melindungi kulit. Namun
lanolin bertendensi menjadi tengik dan baunya kurang menyenangkan, serta
banyak orang yang alergi terhadap adeps lanae. Penggunaan BHT ditujukan
sebagai antioksidan agar sediaan tidak rusak oleh proses oksidasi dan metil
paraben sebagai pengawet untuk meminimalisir adanya mikroba atau
kerusakan sediaan oleh mikroba.
Metode pembuatan yang digunakan adalah Color grinding karena
pigmen warna merah yang digunakan berupa padatan serbuk yang harus
didispersikan terlebih dahulu kedalam minyak atau basis yang telah dilelehkan
untuk mencegah penggumpalan yang menyebabkan sediaan akhir yang
dihasilkan memiliki karakteristik warna yang tidak merata, hal tersebut
merupakan salah satu kerusakan lipstik. Evaluasi yang dilakukan terhadap
lipstik tersebut adalah pemeriksaan warna dengan colorimeter, penentuan titik
lebur, softening point, microbial testing dan tes ketengikan, uji pH.
Hasil evaluasi menunjukan bahwa karakteristik sediaan berupa lipstik
permanen yang berwarna merah cabai dimana sebagai pewarna digunakan
pigmen Color 3106 D.&C. Red No.6 (*Pigment Concentrate) dengan aroma
rose yang soft dengan warna yang merata dan homogen. Titik lebur yang
dihasilkan 580C-600C, softening point 50-550C, microbial testing tidak lebih
dari 100 cfu/gram, tidak menunjukan adanya ketengikan dan pH sediaan
memenuhi syarat yaitu 5,5.

20
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Karakteristik sediaan berupa lipstik berwarna merah cabai, aroma rose yang
soft, titik lebur yang dihasilkan 580C-600C, softening point 50-550C,
microbial testing tidak lebih dari 100 cfu/gram, tidak menunjukan adanya
ketengikan dan pH sediaan memenuhi syarat yaitu 5,5.
2. Adapun yang menyebabkan lipstik tersebut permanen adalah wax.
3. Komponen bahan pembuatan lipstik terdiri dari wax, minyak, lemak, zat
pewarna, antioksidan, pengawet dan parfum.
4. Metode pembuatan lipstik yang digunakan adalah Color grinding.
5. Evaluasi sediaan akhir meliputi pemeriksaan warna dengan colorimeter,
penentuan titik lebur, softening point yaitu ketahanan terhadap berbagai
variasi suhu, microbial testing, tes ketengikan dan uji pH.

21
DISKUSI

1. Apa perbedaan kandungan minyak dan lemak dalam komponen sediaan


lipstick?
Jawab : Komponen lemak berfungsi untuk membentuk struktur pada lipstick,
menurunkan titik leleh dan meningkatkan stabilitas lapisan film sedangkan
komponen minyak digunakan sebagai media pendispersi pigmen pewarna yang
larut minyak serta sebagai pelembap pada sediaan lipstik.
2. Apa saja karakteristik pewarna untuk sediaan lipstik?
Jawab : Harus memenuhi syarat memiliki daya lekat yang baik dan larut dalam
lemak.
3. Bagaimana cara pengukuran konsentrasi warna agar tetap konsisten dan
reproduksibel?
Jawab : Dilakukan pembuatan skala lab dan pilot plan dan dibuat standar warna
yang akan dibuat per batch sehingga bisa konsisten dan reproduksibel.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Ditjen POM. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI. 1985. Hal. 83-86, 195-197.
2. Formulasi Sediaan Lipstik Menggunakan Ekstrak Beras Ketan Hitam (Oryza
sativa L var Furma Glutinosa) sebagai Pewarna http://
repository.usu.ac.id/handle/123456789/29637. Diakses : 21 April 2018.
3. Syarif M. Wasitaatmaja. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas
Indonesia. 1997.
4. Andre O B, Marc Paye, Howard I M. Handbook Cosmetic Science and
Technology. 2009. USA: Informa Business.
5. Ditjen POM. Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. 1985. Hal. 189.
6. Tranggono RI, Latifah F. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama. 2007. Hal. 90-93, 100-101.
7. Fennema OR. Food Chemistry. New York; Marcel Dekker Inc. 1996.
8. Lipstik (Kosmetika) 2. http:// es.scibd.com/doc/87832644/Lipstik-Kosmetika-
2. Diakses : 20 April 2018.
9. Handayani P A, Rahmawati A. Pemanfaatan Kulit Buah Naga (Dragon Fruit)
Sebagai Pewarna Alami Makanan Pengganti Pewarna Sintetis. JBAT. 2012; 1
(2): 19-24.
10. Adliani N, Nazliniwaty, Purba D. Formulasi Lipstik Menggunakan Zat Warna
Dari Ekstrak Bunga Kecombang (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm). Journal Of
Pharmaceutics and Pharmacology. 2012; 1 (2): 87 – 94.
11. Risnawati, Nazliniwaty, Purba D. Formulasi Lipstik Menggunakan Ekstrak Biji
Coklat (Theobroma cacao L.) Sebagai Pewarna. Journal of Pharmaceutics and
Pharmacology. 2012 Vol. 1 (1): 78 – 86.

23

Anda mungkin juga menyukai