Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan salah satu dari 8 pusat keanekaragaman genetik khususnya
jenisbuah-buahan tropik, salah satunya adalah durian. Ada sekitar 30 jenis durian di
seluruh dunia dan sebagian besar masih tumbuh liar di hutan indonesia (Mansur, 2007).
Durian (Durio zibhetinus) merupakan buah yang banyak diminati masyarakat, dan
menurut riset badan statistik pada tahun 2011, Indonesia mampu mencapai 1.818.949
ton untuk produksi durian. di sumatra barat, khususnya di kayu tanam populasi durian
sangat banyak khususnya di bulan junidan juli merupakan puncak musim durian di
daerah tersebut. Sepanjang jalan raya padang-bukittinggi akan dibanjiri para pedagang
durian. Ketika musim durian, di daerah kayu tanam akan dibanjiri sampah kulit durian.
Daging buah durian memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk kesehatan namun
bukan hanya dagingnya saja yang bermanfaat, kulit durian juga mengandung manfaat
yang baik. Di dalam kulit buah durian memiliki kandungan lignin sebanyak 5%,
selulose sebanayk 50 hingga 60% serta kandungan patinya sebesar 5%.. salah satu
pemanfaatan kulit buah durian dalaam bidang farmasi diolah sebagai
antihiperglikemia .
Dari segi struktur, durian terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian dari daging durian sekitar
20-30 %, biji durian sekitar 5-15 % dan bagian terbesar adalah kulit durian sekitar 60-
75 %. Pada saat musim durian, maka masalah lingkunganpun terjadi akibat dari limbah
kulit durian yang dianggap tidak memiliki nilai ekonomis.
Saat ini pemanfaatan kulit buah durian belum banyak, khususnya digunakkan untuk
mencegah masalah kulit seperti jerawat. Hasil penelitian Arlofa (2015) menunjukan
bahwa Kulit bagian dalam buah durian mengandung senyawa tanin, alkaloid,
triterpenoid dan flavonoid sebagai bahan anti bakteri dan saponin zat yang mengandung
buih, oleh karena itu kulit buah durian bisa dijadikan agen penghambat bakteri pada
jerawat khususnya digunakan secara topikal.
Negara indonesia merupakan negara tropis, ini merupakan salah satu faktor memgapa
banyak masalah kulit yang dialami orang indonesia. Prevelensi jerawat di Indonesia
berkisar 80-85% pada remaja dengan puncak insidens usia 15-18 tahun, 12% pada
wanita usia >25 tahun dan 3% pada usia 35-44 tahun. Orang asia lebih banyak terpapar
sinar matahari sehingga kulitnya cenderung berminyak dan mudah berjerawat, paparan
sinar matahari juga menyebabkan kulit brwarna gelap, muncul flek hitam dan tampak
lebih tua. Terdapat dua jenis pengobatan yang biasa digunakan untuk menanggulangi
jerawat yaitu pengobatan topikal yang langsung digunakan pada daerah berjerawat
sehingga menghasilkan efek lokal dan pengobatan oral dengan cara diminum untuk
mengobati jerawat melewati jalur sistemik. Antibiotik topikal dan oral secara rutin
digunakan untuk mengobati jerawat. Wajah yang sudah terlanjur berjerawan disarankan
agar menggunakan krim antitibiotil jerawat, baik untuk membasmi bakteri penyebab
jerawat maupun juga menghilangkan flek dan bopeng yang disebabkan oleh jerawat
tersebut. Patofisiologi jerawat terjadi karena adanya empat faktor yang berpengaruh
yaitu hiperkeratinisasi folikuler, kolonisasi bakteri, peningkatan produksi sebum dan
inflamasi.Salah satu cara untuk mwngobati jerawat yang cukup banyak diminati adalah
dengan menggunakan krim antibiotik jerawat, antibiotik dianggap ampuh untuk
menghilangkan jerawat secara cepat dan dalam waktu singkat, namun penggunaan
antibiotik berbahan dasar kimia mempunyai banyak menyebabkan efek samping yang
berbahaya bagi tubuh salah satunya adalah reaksi alergi, menyebabkan bakteri lebih
tahan pada antibiotik, dan memyebabkan jerawat muncul lebih banyak. Namun jika
penggunaan antibiotik dengan benar maka jerawat akan hilang dengan cepat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh formulasi krim ekstrak kulit durian terhadap bakteri penyebab
jerawat?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh formulasi krim ekstrak kulit durian terhadap aktivitas bakteri
penyebab jerawat

Anda mungkin juga menyukai