Anda di halaman 1dari 7

1.

Pengaruh Bentuk partikel terhadap sifat alir, pengemasan, luas permukaan


partikel
- Bentuk atau ukuran partikel dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Sangat kecil atau halus : tidak terlihat oleh mikroskop biasa. Contoh : disperse koloid
2. Partikel atau serbuk halus : dalam jangkauan mikroskop optic. Contoh : emulsi, suspense
3. Partikel atau serbuk kasar : kisaran ayakan. Contoh : butiran serbuk, granul, garam granular.
Sifat-sifat serbuk meliputi :
1. Sifat dasar : distribusi ukuran dan luas permukaan serbuk.
2. Sifat turunan : porositas, susunan pengepakan, kerapatan partikel, bulkiness, dan sifat aliran.
Ukuran partikel dan distribusi ukuran
Dalam suatu kumpulan partikel lebih dari satu ukuran (yakni dalam suatu sampel polidispers),
dua sifat penting yaitu :
1. Bentuk dan luas permukaan partikel.
2. Kisaran ukuran dan banyaknya atau berat partikel-partikel yang ada, dan karenanya luas
permukaan total.

BENTUK PARTIKEL DAN LUAS PERMUKAAN

Pengetahuan mengenai bentuk partikel dan luas pemukaan sangat


diperlukan. Bentuk partikel mempengaruhi aliran dan sifat-sifat pengemasan dari
suatu serbuk, juga mempunyai beberapa pengaruh terhadap luas permukaan.

Luas permukaan per satuan berat atau volume merupakan suatu karakteristik
serbuk yang penting jika kita akan mempelajari adsorpsi permukaan dan laju
disolusi. Bentuk Partikel Suatu bola mempunyai luas permukaan minimum per
satuan volume. Makin tidak simetris suatu partikel, makin besar luas permukaan per
satuan volumenya. Seperti telah dibicarakan sebelumnya, suatu partikel berbentuk
bola diberi ciri sempurna dengan garis tengahnya. Jika partikel menjadi lebih tidak
simetris, semakain sulit untuk menetapkan garis tengah yang berarti bagi partikel
tersebut. Oleh karena itu seperti telah kita lihat, perlu sekali garis tengah bola
ekuivalen dengan partikel tersebut. Adalah suatu hal yang mudah untuk
memperoleh luas permukaan atau volume dari suatu bola, karena untuk partikel
seperti itu :
luas permukaan = p d2 (9) dan volume = (10)

dimana d adalah garis tengah (diameter) partikel. Oleh karena itu luas permukaan
dan volume dari partikel bulat (berbentuk bola) berbanding lurus dengan garis
tengah kuadrat (d2) dan garis tengah pangkat tiganya (d3). Namun demikian untuk
mendapatkan suatu perkiraan dari luas permukaan atau voume suatu partikel (atau
sekumpulan partikel) yang bentuknya tidak bulat, seseorang harus memilih suatu
garis tengah yang merupakan karakteristik dari partikel tersebut dab
menghubunkan garis tengah ini dengan luas permukaan atau volumenya, dengan
menggunakan suatu faktor koreksi. Misalkan partikel-partikel tersebut dilhat di
bawah mikroskop, dan diingikan untuk menghitung luas permukaan dan voume dari
garis tengah yang diproyeksikan, dp, dari partikel tersebut. Kuadrat atau pangkat
tiga dari dimensi yang dipilih ini (dalam hal ini dp) berturut-turut sebanding dengan
luas permukaan dan volume. Dengan memakai konstanta perbandingan, maka kita
dapat menuliskan :

luas permukaan = asdp2 = pds2 (11)

dimana as adalah faktor luas permukaan dan ds adalah diameter permukaan


ekivalen (equivalent surface diameter).

Untuk volume kita tuliskan : Volume = avdp3 = (12) dimana av adalah faktor
volume dan dv adalah diameter volume ekivalen. Faktor bentuk dari luas
permukaan dan volume dalam kenyataannya adalah perbandingan dari garis
tengah yang satu dengan garis tengah yang lainnya. Jadi untuk sebuah bola,
dan faktor volume dan faktor bentuk ini ada sebanyak pasangan garis tengah
ekuivalen. Rasio/perbandingan as/av jga digunakan untuk mengkarakterisasi bentuk
partikel. Bila partikel berbentuk bola, maka as/av = 6,0. Makin asimetris suatu
partikel, makin jauh harga perbandingan ini melampaui harga minimum 6,0.
Luas Permukaan Spesifik, Luas permukaan spesifik adalah luas permukaan per
satuan volume (Sv) atau per satuan berat (Sw) dan bisa diturunkan dari persamaan
(11) dan (12). Dengan mengambil kasus umum untuk partikel-partikel asimetris di
mana dimensi karakteristiya belum ditentukan, maka : (13) di mana n adalah
jumlah partikel . Luas permukaan per satuan berat menjadi : (14) dimana r
adalah kerapatan partikel sebenarnya. Dengan mensubstitusi pers (13) dalam
persamaan (14) diperoleh persamaan umum : (15) dimana dimensinya sekarang
sebagai dvs (diameter karakteristik volume-permukaan). Bila partikelnya berbentuk
bola atau mendekati bulat, maka pers (15) dapat disederhanakan menjadi :
(16) karena as/av = 6,0 untuk sebuah bola. Contoh 5. Berapakah luas
permukaan spesifik, Sw dan Sv dari partikel-partikel yang dianggap bulat, di mana r
= 3,0 g/cm3, dan dvs dari tabel adalah 2,57 mm Jawab : Metode
Untuk Menentukan Luas Permukaan Luas permukaan suatu sampel serbuk dapat
dihitung dari hasil distribusi ukuran partikel yang diperoleh dengan menggunakan
salah satu metode yang telah dibicarakan diatas. Ada dua metode yang biasa
digunakan untuk menghitung luas permukaan secara langsung. Metode pertama,
didasarkan atas jumlah gas atau solut dari cairan yang diabsorpsi pada sampel
serbuk untuk membentuk lapisan tunggal (monolayer) yang merupakan fungsi
langsung dari luas permukaan. Metode kedua berdasarkan pada kenyataan, bahwa
kecepatan gas atau cairan merembes (fermeasi) melalui suatu bentangan (bed)
serbuk yang berhubungan dengan luas permukaan serbuk tersebut. Sifat-Sifat
Serbuk Telah dibicarakan sebelumya tertama berhubungan dengan distribusi ukuran
dan luas permukaan serbuk, ini merupakan dua sifat dasar dari tiap kmpulan
partikel. Sebagai tambahan pada dua sifat tersebut, ada banyak sifat turunan yang
berhubungan dengan farmasi, sebagai berikut : Porositas, misalkan suatu serbuk
sebagai contoh zink oksid, ditempatkan dalam glas ukur dan volume totalnya
dicatat. Volume yang ditempatkan dikenal sebagai volume bulk,Vb. Jika serbuk
tidak berpori, yakni tidak mempunyai pori-pori dalam (pori-pori internal) atau ruang
kapiler, voume serbuk bulk terdiri dari volume partikel-partikel padat sebenarnya
ditambah volume ruang antara partikel-partikel tersebut. Volume ruang tersebut
dikenal sebagai volume rongga v, diberikan oleh persamaan : v = Vb - Vp dimana
Vp adalah volume sebenarnya dari partikel-partikel tersebut. Porositas atau rongga
e dari serbuk tersebut didefinisikan sebagai perbandigan volume rongga terhadap
volume bulk dari pengepakan tersebut : porositas seringkali dinyatakan dalam
persen, e x 100 (%) Contoh 6. Sebuah sampel serbuk kalsium oksida dengan
kerapatan (r) sebenarnya 3,203 dan berat 131,3 g ternyata mempunyai volume
bulk 82,0 cm3 jika ditempatkan dalam gelas ukur 100 ml. Hitung porositasnya.
Jawab : Volume partikel adalah : 131,3 g/(3,203 g/cm3) = 41,0 cm3. Dari pers (22)
volume ruang kosong adalah : v = 82,0 41,0 = 41,0 cm3 dan porositas dari pers
(23) adalah : e = (82 41)/ 82 = 0,5 atau 50% Susunan Packing Serbuk
Kumpulan serbuk terdiri dari bola-bola berukuran sama (uniform) dapat membentuk
salah satu dari dua susunan packing serbuk yang ideal yaitu (1) rapat atau
rhomohedral dan (2) lebih loggar, renggang atau cubic packing. Prositas teoritis
dari suatu serbuk yang mengandung bola-bola uniform, dalam packin yang rapat
adalah 26 persen dan untuk pakcing yang longgar 48 persen. Penyusunan partikel-
partikel bola dalam packing yang rapat dan yang longgar ditunjukkan dalam gbr-12
Gbr 12 Penyajian secara skematis dari (a) partikel-partikel yang tersusun dalam
packing yang rapat dan (b) partikel-partikel dalam packing yang longgar. Kerapatan
Partikel Kerapatan partikel-partikel dalam suatu keadaan tertentu dapat
keras atau lunak dan dalam keadaan ain kasar atau seperti spon, mk hendakya hati-
hati dalam menyatakan kerapatannya. Kerapatan secara universal didefinisikan
sebagai bobot per satuan volume. Kesukaran timbul jika seseorang mau
menentukan volume partikel yang mengandung microscopic cracks, pori-pori
internal dan ruang-ruang kapler. Pada umumnya dapat didefinisikan tiga tipe
kerapatan yaitu : (a) kerapatan sesungguhnya dari bahanya sendiri tidak
termasuk void-void dan pori-pori interpartike yang lebih besar dari dimensi
molekuler atau dimensi atomik di dalm kisi-kisi kristal. (b) Kerapatan granular
seperti yang ditentukan dengan jalan pemindahan mercuri yang tidak merembes
pada tekanan-tekanan biasa didalam pori-pori yang lebih kecil dari 10 mikron.
(c) Kerapatan bulk serbuk seperti yang ditentkan dari volume bulk dn bobr suatu
serbuk kering didalam gelas ukur silindris. Bilamana zat padat tidak porous, maka
kerapatan sesungguhnya dan kerapatan granulya adalah identik dan dua-duanya
dapat diperoleh dengan jalan memindahkan helium atau zat cair seperti mercuri,
benzena atau air. Sifat alir Serbuk Serbuk bulk agak analog dengan cairan
non-Newton yang menunjukkan aliran plasik dan kadang-kadang aliran dilatan,
diamana partikel-partikelnya dipengaruhi daya tarik menarik sampai derajat yang
bervariasi. Oleh karena itu serbuk bisa jadi mengalir bebas (free-flowing) atau
melekat. Neumann telah membicarakan faktor-faktor yang mempengaruhi sifat
aliran dari serbuk. Terutama yang jelas adalah ukuran partikel, porositas dan
kerapatan, dan kehalusan permukaan. Akan halnya partikel-partikel yang relatif
kecil (kurang dari 10 mm), aliran partikel melalui lubang dihambat karena gaya
lekat (kohesif) antar partikel kurang lebih sama dengan gaya gravitasi. Karena gaya
gravitasi ini merupakan fungsi dari diameter pangkat tiga, maka pengaruh gravitasi
akan menjadi lebih jelas jika ukuran partikel bertambah sehingga terjadilah aliran.
Kecepatan alir maksimum dapat tercapai, kemudian berkurang jika ukuran partikel
mendekati ukuran lubang. Jika serbuk mengandung partikel-partikel kecil yang
jumlahnya cukup banyak, sifat alir serbuk itu dapat diperbaiki dengan
menghilangkan fines atau mengabsorpsinya pada partikel-partikel yang lebih
besar. Kadang-kadang aliran yang jelek disebabkan adanya kelembaban, dalam hal
ini pengeringan partikel akan mengurangi sifat kohesifnya. Serbuk yang
mengalir bebas menyerupai debu disebut dustibility kebalikan dari kelekatan
(stickiness). Likoposium menunjukkan derajat dustibilty yang besar , jika dinyatakan
dengan angka 100%, talk mempunyai nilai 37%, amilim solani 27%, arang halus
23% dan kalomel mempunyai dustability 0,7%

Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef

2. Pengenceran larutan

Pengenceran adalah proses mengurangi konsentrasi zat terlarut dalam larutan,


biasanya dengan menambahkan pelarut yang berlebih. Hubungan ini dirumuskan
oleh persamaan

Konsentrasi adalah jumlah zat terlarut yang hadir terhadap jumlah pelarut tertentu atau
terhadap jumlah larutan tertentu. (Dalam hal ini kita mengasumsikan zat terlarut berwujud
cair atau padat, sedangkan pelarutnya berwujud cair) Konsentrasi dapat diungkapkan
dengan beragam cara, salah satunya yang paling sering dipakai, dan memang akan kita
gunakan sekarang ini adalah Molaritas (M), atau konsentrasi molar. Molaritas adalah
jumlah mol terlarut setiap liter larutan. Atau bias diungkapkan dengan rumus:

Atau juga bisa diungkapkan sebagai

Dimana n menunjukan jumlah mol zat terlarut (ingat ya zat terlarut) dan V menunjukan
volume larutan dalam liter (jangan lupa larutan dalam liter). Nah jika yang diketahuinya
bukan mol melainkan gram zat terlarut, rumus tadi bisa juga diungkapkan dengan:
Satu lagi, jika yang diketahui massa jenis larutan ( ) dan kadar/persen massa (%), maka
Molaritas dapat dicari dengan rumus:

Prinsip Cara Mengencerkan

1. Lakukan perhitungan pengenceran

2. Masukan larutan pekat ke labu takar (dengan pemipetan)

3. Tambahkan pelarut sampai leher labu takar

4. Gojok hingga homogen

5. Tambahkan pelarut sampai batas

6. Tutup dan gojok lagi

3. Cara menentukan ukuran partikel


Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel:
Mikroskopi Optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan atau
tidakdiencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas mekanik. Di
bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat, diletakkan mikrometer
untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut. Pemandangan dalam mikroskop dapat
diproyeksikan ke sebuah layar di mana partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau
pemotretan bisa dilakukan dari slide yang sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar
untuk diukur.
Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya dari dua
dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak ada perkiraan yang
bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel dengan memakai metode ini.
Tambahan lagi, jumlah partikel yang harus dihitung (sekitar 300-500) agar mendapatkan
suatu perkiraan yang baik dari distribusi , menjadikan metode tersebut memakan waktu
dan jelimet. Namun demikian pengujian mikroskopis dari suatu sampel harus selalu
dilaksanakan, bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel lainnya, karena
adanya gumpalan dan partikel-partikel lebih dari satu komponen seringkali bisa dideteksi
dengan metode ini.
Pengayakan
Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan ukuran partikel
adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya adalah pengukuran geometrik partikel.
Sampel diayak melalui sebuah susunan menurut meningginya lebarnya jala ayakan
penguji yang disusun ke atas. Bahan yang akan diayak dibawa pada ayakan teratas
dengan lebar jala paling besar. Partikel, yang ukurannya lebih kecil daripada lebar jala
yang dijumpai, berjatuhan melewatinya. Mereka membentuk bahan halus (lolos).
Partikel yang tinggal kembali pada ayakan, membentuk bahan kasar. Setelah suatu waktu
ayakan tertentu (pada penimbangan 40-150 g setelah kira-kira 9 menit) ditentukan
melalui penimbangan, persentase mana dari jumlah yang telah ditimbang ditahan kembali
pada setiap ayakan (Martin, 1990).
4. Parameter kelarutan

KELARUTAN
Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan
pelarut, juga bergantung pada factor temperature, tekanan, pH larutan dan untuk
jumlah yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.
PRINSIP UMUM
Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut
dalam larutan jenuh pada tempertaur tertentu, dan secara kualihtatif didefinisikan
sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk disspersi
molekuler homogen.
Berdasarkan zat terlarutnya, di bedakan menjadi 3:
Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam
kesetimbangan dengan fase padat(zat terlarut)
larutaan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang
mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan
untuk penjenuhan sempurna pada temperature tertentu
larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam
konsentrasi lebih banyak daipada yang seharusnya ada pada temperature tertent,
terdapat juga zat terlarut yang tidak larut

Kelarutan. Kelarutan obat dapat dinyatakan dalam beberapa cara. Menurut U.S
pharmacopela dan National Formulary. Kelarutan obat adalah jumlah ml pelarut
dimana akan larut 1 gram zat terlarut.

INTERAKSI PELARUT-ZAT TERLARUT

Pelarut Polar.kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut,
yaitu oleh dipole momennya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionic dan zat
polar lain. Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alcohol dalam segala
perbandingan dan melarutkan gula dan senyawa polihidroksi yang lain.
Singkatnya, pelarut polar sebagai air bertindak sebagai pelarut menurut mekanisme
berikut ini
disebabkan karena tingginya tetapan dielektrik yaitu sekitar 80 untuk air,
pelarut polar menguragi gaya tarik menarik antara ion dalam Kristal yang
bermuatan berlawanan seperti natrium klorida. Kloroform mempunyai tetapan
dielektrik 5 dan benzene sekitar 1 atau 2, oleh karena itu senyawa ionic praktis
tidak larut dalam pelarut ini
pelarut polar memecahkan ikatan kovalen dari elektrolit kuat dengan reaksi
asam basa karena pelarut ini amfiprotik.
Akhirnya pelarut polar mampu mengsolvasi molekul dan ion adanya gaya
interaksi dipole, terutama pembentukan ikatan hydrogen, yang menyebabkan
kelarutan dari senyawa tersebut

Pelarut nonpolar. Aksi pelarut dari cairan nonpolar, seperti hidrokarbon, berbeda
dengan zat polar. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik
antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik pelarut yang
rendah.
Pelarut semipolar. Pelarut semi polar seperti keton dan alcohol dapat menginduksi
suatu derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut nonpolar, sehingga menjadi
dapat larut dalam alcohol

KELARUTAN GAS DALAM CAIRAN


Kelarutan gas dalam cairan adalah konsentrasi gas terlarut apabila berada dalam
kkeseimbangan dengan gas murrni di atas larutan. Kelarutan terutama bergantung
pada :
Tekanan.pertimbangan yang penting dalam larutan gas karena tekanan
mengubah kalarutan gas terlarut dalam kesetimbangan, laarutan yang sangat
encer, pada temperature konstan, konntraksi gas terlarut sebanding dengan
tekanan parsial gas di atas larutan pada kesetimbangan.
Temperatur.temperatur juga mempunyai pengaruh yang nyata pada kelarutan
gas dalam cairan. Apabila temperature naik, kelarutan gas umumnya turun,
disebabkan karena kecennderungan gas yang besar untuk berekspansi
Pengusiran Garam.pengaruh pengusiran garam dapat diperlihatkan dengan
menambah sejumlah kecil garam ke dalam larutan berkarbon
Pengaruh reaksi Kimia.gas seperti hidroklorida, amonia, dan karbon dioksida
memperlihatkan penyimpangan sebagai akibat adanya reaksi kimia antara gas dan
pelarut,biasanya dengan hasil meningkaatnya kelarutan.
Perhitungan kelarutan. Kelarutan gas dalam cairan dapat dinyatakan baik
dengan tatapan HUKUM HENDRY maupun dengan KOEFISIEN ABSORPSI BUNSEN.

KELARUTAN CAIRAN DALAM CAIRAN

Larutan Ideal dan Larutan Nyata. Campuran dikatakan ideal apabila kedua
komponeen larutan biner mengikuti hokum Roult untuk seluruh komposisi. Jika salah
satu komponen menunjukkan penyimpangan negative, dapat diperlihatkan dengan
penggunaan termodinamika bahwa komponen lain harus juga menunjukkan
penyimpangan negative.

Tercampur Sempurna.bercampur dalam segala perbandingan. Campuran cairan


yang bercampur sempurna umumnya tidak merupakan suatu masalah untuk para
ahli farmasi dan tidak perlu dipermasalahkan lebih lanjut.

Tercampur Sebagian.apabila air dan eter atau air dan fenol dicampur dalam jumlah
tertentu, akan terbentuk 2 lapisan cairan, masing-masing caairan mengandung
cairan lain dalm keadaan terlarut.

Pengaruh Zat Asing.penambahan suatu zat ke dalam system cauran biner


menghasilkan system terner yaitu suatu system yang mempunyai 3 komponen.

Hubungan Molekuler.mempunyai nilai yang bergantung pada gambar struktur dan


gugus fungsi dari molekul tertentu.

KELARUTAN ZAT PADAT DALAM CAIRAN

Laturan ideal.kelarutan zat padat dalam larutan ideal bergantung pada


temperature, titik leleh zat padat, panas peleburan Molar. Panas pelarutan sama
dengan panas peleburan , yang dianggap konstan tidak bergantung pada
temperature.

Larutan nonideal. Keaktifan zat terlarut dalam larutan dinyatakan sebagai


konsentrasi dikalikan dengan koefisian keaktifan.
Larutan tidak ideal dimana persamaan Scatchard-hildebrand diterapkan disebut
larutan regular. Larutan regular dapat lebih dimengerti dengan membandingkan
terhadap beberapa sifat larutan ideal.

Pendekatan Kelarutan Hildebrand yang Diperluas.menghitung kelarutan zat


terlatut polar dan nonpolar sampai pelarut yang sangat polar seperti alcohol,glikol
dan air.
Kelayakan suatu pendekatan teoritis adalah kemampuan menghitung kelarutan
obat dalam pelarut campuran dan pelarut murni, dengan hanya menggunakan sifat
fisika kimia dasar zat terlarut dan pelarut.
Solvasi dan Asosiasi dalam Larutan Senyawa Polar.kombinasi khusus pelarut
dan zat terlarut disebut sebagai solvasi. Sedangkan asosiasi adalah apabila terjadi
interaksi antara molekul sejenis dari salah satu komponen dalam larutan .

Parameter Kelarutan (parsial) Berganda.untuk memperhitungkan sifat polar


pelarut yang di gunakan dalam industry cat, Burell mengelompokkan pelarut
kedalam kapasitas ikatan hydrogen rendah, sedang dan tinggi. Bersama-sama
dengan parameter kelarutan mempermudah pemilihan pelarut untuk cat, cinta,
perekat, dan bahan-bahan peragangan sejenisnya.

Dengan menggunakan parameter kelarutan parsial, para pengamatg dapat


memperkirakan kelarutan naftalen dalam sejumlah pelarut polar dan nonpolar.
Parameter kelarutan naftalen dalam 24 macam pelarut diperoleh dari pustaka dan
diregresi terhadap kuadrat perbedaan parameter kelarutan parsial dari naftalen.
Ringkasnya, konsep parameter kelarutan tidak ragu lagi akan diperpanjang di masa
mendatang untuk memasukkan efek akseptor proton dan donohr proton. Penelitian
ini memberikan perkiraan kuantitatif dari kelarutan obat. Pengetahuan yang di
dapaat dari penerapan pendekatan ini harus juga member andil pada pengerrtian
umum lebih baik tentang interaksi zat terlarut-pelarut.

Kelarutan Garam dalam Air. Kenaikan temperature menaikkan kelarutan zat


padat yang mengabsorpsi panas apabila dilarutkan. Pengaaruh ini sesuai dengan
asa Le, Chatelier, yang mengatakan bahwa system cenderung menyesuaikan diri
dengan cara sedemikian rupa sehingga akan melawan suatu tantangan misalnya
kenaikan temperature
Kelarutan Elektrolit yang Sukar Larut. Apabila elektrolit yang sukar larut
dilarutkan untuk membentuk larutab jenuh, kelarutan digambarkan oleh tetapan
khusus yang dikenal dengan KSP dari senyawa.
Garam-garam yang tidak mempunyai ion yang sejenis dengan elektrolit yang sukar
larut, menghasilkan pengaruh yang berlawanan dengan pengarruh adanya ion
sejenis: pada konsentrasi sedang, garam ini menaikkan dan bukan menurunkan
kelarutan karena adanya penurunan koefisien keaktigfan.

5. Sifat kaligatif larutan

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi hanya
bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarutnya[1]. Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis,
yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit[1].

6. Mikromiretika

Mikromiratika

Anda mungkin juga menyukai