Anda di halaman 1dari 70

MATA KULIAH

ANALISIS INSTRUMENTAL

MODUL
PEMBELAJARAN
Spektrofotometri

Dosen : Dr. Novi Yantih., S.Si., M.Si, Apt


NIDN : 0327117502
Prodi : Strata 1
Fakultas : Farmasi 1
SALAM PANCASILA

2
POKOK BAHASAN

2 TEORI DASAR

3 INSTRUMENTASI

4 APLIKASI
3
1. PENDAHULUAN
• Definisi Spektrofotometri
• Istilah-istilah Penting
• Spektrum Elektromagnetik
• Interaksi zat dengan Cahaya
• Aspek kuantitatif dari Serapan: Hukum Beer
• Pembagian Metode Spektrofotometri

WR4
• Spektrofotometri
adalah metode analisis instrumental yang
didasarkan atas pengukuran intensitas cahaya pada
panjang gelombang yang hampir monokromatis,
setelah berinteraksi dengan zat uji.

Zat Uji: atom atau molekul

Cahaya monokromatis
Cahaya dengan panjang gelombang tunggal.

Cahaya polikromatis
Cahaya dengan panjang gelombang campuran.
5
Istilah-Istilah Penting
CAHAYA INTERAKSI CAHAYA - ZAT
• Cahaya • Transmitan
• Spektrum elektromagnetis • Serapan
• Spektrum cahaya-tampak • Serapan relatif
• Spektrum ultraviolet • Daya serap
• Warna • Daya serap jenis
• Cahaya monokromatis • Daya serap molar
• Panjang gelombang • Spektrum serapan
• Frekuensi • Spektrum transmisi
• Bilangan gelombang • Spektrum elektromagnetik
WR6
Cahaya
• Gelombang
- Gelombang (Christiaan Huygens, 1629-1695)
- Gelombang elektromagnetik (J.C. Maxwell))
• Partikel
- Foton (Isaac Newton dan Planck)
Partikel foton memiliki energi berbanding lurus dengan
frekuensinya, namun berbanding terbalik dengan panjang
gelombangnya
E = hv = hc/λ. h
WR7
Warna

• Warna adalah sensasi psikologik yang merupakan


hasil respon faali maupun psikologik terhadap
panjang gelombang cahaya tampak (380 – 780 nm)
yang jatuh pada selaput jala mata.

WR8
Panjang Gelombang,
Frekuensi & Bilangan Gelombang
• Panjang gelombang, λ (nm = 10-9m)
Jarak antara dua puncak atau lembah gelombang.

λ
• Frekuensi, v (cps = Hertz)
Banyaknya gelombang per detik.
_
• Bilangan gelombang, v (cm-1)
Banyaknya gelombang per cm WR9
Spektrum Elektromagnetik
Energy Nuclear Inner shell Ionization of Valence Molec. Vibrations: Spin orientation
changes electrons atoms and electrons stretching, bending in magnetic field
Involved molecules Electrons Nuclei
ESR NMR

Region in
Electro-
Magnetic Gamma X-rays “ Soft” Vacuum Near Vis Near IR Far Micro- Radio
Spcktrum rays X-rays UV UV IR IR waves waves

0,1 1 10 200 400 800 4x105 25x107 nm


0.8 2.5 25 400 µm

10
Pembagian Spektrofotometri
• Spektrofotometri Serapan
1. Serapan Molekul
a. Vis Spectrofotometry
b. UV-Vis Spectrofotometry
c. IR Spectrofotometry
2. Serapan Atom
- Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS)

• Spektofotometri Emisi
1. Emisi Molekul
- Spectrofluorometry
2. Emisi Atom
- AFS WR11
Spektrofotometri Spektrofotometri
Serapan Atom Serapan Atom

Spektrofotometri
Serapan

Spektrofotometri Spektrofotometri
Serapan Molekul UV-Vis

Spektrofotometri
Spektrofotometri
IR

Spektrofotometri Spektrofotometri
Emisi Atom Fluoresensi Atom

Spektrofotometri Spektrofotometri
Emisi Emisi Nyala

Spektrofotometri
Spektrofluorometri
12
Emisi Molekul
13
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

adalah salah satu teknik analisis spektrofotometri


yang memakai sumber radiasi elektromagnetik
ultraviolet dekat ( 190 – 380 nm ) dan cahaya tampak
( 380 – 780 nm ) dengan memakai instrumen
spektrofotometer.

WR14
2. TEORI DASAR
a. Interaksi zat dengan cahaya
Hasil interaksi:
-Absorption
I
I0 -Emision
-Scattering

Transmitan,T Serapan, A

T = I / I0 A = - logT
%T = 100 x t = log 1/T = log I0/I
I0= Intensitas cahaya masuk
I = Intensitas cahaya keluar atau yang ditrasmisikan WR15
b. Hubungan E; λ dan v Cahaya

E = h.v

C C
E=h  v =
λ λ

E = h. c.v  v = 1/λ
- h = tetapan Planck ( 6,62. 10-27 erg .sec ) = = 6.626 x 10-34 J • s
- c = kecepatan cahaya
WR16
c. Spektrum Visibel dan Warna Komplementer

Warna Warna Komplementer


λ nm
(yang diserap) (yang diobservasi)
400-435 Violet Hijau kekuningan
435-480 Biru Kuning
480-490 Biru kehijauan Jingga
490-500 Hijau kebiruan Red
500-560 Hijau Ungu
560-580 Hijau kekuningan Violet
580-595 Kuning Biru
595-610 Jingga Biru kehijauan
610-750 Merah Hijau kebiruan

WR17
DIAGRAM WARNA KOMPLEMENTER
J
M K

HK

V
H

B HB
BK

18
d. Energi dan level energi

*LEVEL ENERGI
1. Energi eksternal
2. Energi internal
- energi rotasi
- energi vibrasi
- energi elektronik

WR19
What Happens When A Molecule
Absorbs Light?

“When a molecule absorbs a photon, the


energy of the molecule increases.”

20
e. Transisi Energi
Absorpsi dan Emisi Cahaya
• Absorpsi dan emisi cahaya terjadi karena transisi
E1
energi pada atom maupun molekul.
ΔE
Absorpsi adalah transisi energi dari energi tingkat V1
J1
dasar(ground state) ke tingkat energi yang lebih tinggi E0, J0, V0
(excited state). Sebaliknya dinamakan emisi. Absorpsi Gb-1. Level energi molekul
terjadi karena adanya rangsangan cahaya dengan
E1
energi yang sama dengan selisih energi (ΔE) dari
kedua level energi tersebut. A E E1
ΔE
• Besarnya absorpsi atau banyaknya (intensitas) cahaya E0
ΔE
E0
yang diserap berbanding lurus dengan jumlah atom Gb-2. Level energi Gb-3. Level energi
atau molekul yang dilalui oleh cahaya tersebut. Molekul A Molekul B
Peristiwa ini merupakan dasar analisis kuantitatif (lihat
Keterangan
hukum Beer). E0= Level energi elektronik ground state
• Energi cahaya atau λ yang menyebabkan terjadinya E1 = Level energi elektronik excited state
absorpsi tergantung dari selisih energi dari kedua level J = Level energi rotasi A = Absorpsi
energi tersebut. Karena setiap zat mempunyai level V = Level energi vibrasi E = Emisi
energi yang berbeda (spesifik), maka peristiwa ini E >V .> J ∆E = E1-E2
merupakan dasar analisis kualitatif. WR21
σ* ( = anti bonding orbitals = unoccupied orbitals
= excited state energy level)
π* ( = anti bonding orbitals )

E
n ( = non-bonding, paired, outer-shell
electrons: O2, S, N2, halogen anti bonding )
π ( = bonding of double and triple bond electrons)

σ ( = bonding of single bond electron,-absoption in far UV)

WR22
• Elektron dalam ikatan kovalen tunggal erat terikat,
untuk eksitasinya memerlukan energi tinggi atau
panjang gelombang pendek.
• Misalnya alkana yang hanya mengandung ikatan
tunggal C – H dan C-C tidak memperlihatkan
absorbansi di atas 160 nm. Metan menunjukkan
puncak pada 122 nm, yang menyatakan suatu transsisi
-*. Ini berarti bahwa satu elektron dalam orbital ikatan
sigma dieksitasi ke orbital antibonding-sigma.
• Elektron dalam ikatan rangkap dua atau tiga cukup
mudah tereksitasi ke orbital pi lebih tinggi, transisinya
ditandai dengan * (pi-elektron dinaikkan dari orbital pi-
bonding ke orbital pi-antibonding).
• Absorbsi energi dalam π - π* lebih kuat dari σ-σ*.
23
*Note:
Most compound (including solvents!)
absorb UV
WR24
f.Kromofor, auksokrom dan transisi elektronik
-KROMOFOR :
adalah gugus fungsional dari molekul yang mengabsorbsi cahaya dan
mengandung satu atau lebih ikatan rangkap
contoh : benzen atau Gugus kovalen tidak jenuh yang menyebabkan
terjadinya serapan elektronik  -C=C , C = O , N=N , N=O

-AUKSOKROM :
adalah gugus fungsional yang tidak mampu menyerap cahaya,tapi dapat
merubah intensitas serapan, menggeser λ maks dari gugus kromofor suatu
molekul
contoh :-OH , -NH2 , –Cl, -OCH3 Atau gugus fungsional jnuh yang terikat pada
kromofor dan menyebabkan perubahan intensitas serapan maupun λmaks.

Gugus auksokrom sendiri tidak menyerap cahaya.


WR25
*Terikatnya gugus auksokrom oleh gugus kromofor  pergeseran
pita absorpsi ke panjang gelombang yang lebih panjang disebut :
Pergeseran merah / Batokromik
( red shift )

*Pergeseran batokromik juga terjadi pada dua ikatan


rangkap terkonyugasi
–C=C–C=C– butadien

WR26
Empat efek kemungkinan perubahan pita absorpsi

-1.Pergeseran Batokromik ( Red shift ):


pergeseran ke panjang gelombang yang lebih panjang/kearah
frekuensi labih rendah
-2.Pergeseran Hipsokromik ( Blue shift )
- panjang gelombang lebih pendek/ frekuensi lebih tinggi
-3.Efek Hiperkromik :
 kenaikan intensitas
-4.Efek Hipokromik :
 penurunan intensitas

WR27
Ilustrasi efek batokromik, hipsokromik,
hiperkromik, dan hipokromik pada spektrum
serapan ultraviolet – cahaya tampak

28
g. Aspek Kuantitatif dari Serapan
Hukum Beer
Hukum Beer (Bouguer ’s-Beer , Lamber t – Beer )
Besarnya serapan dari larutan suatu zat berbanding lurus
dengan tebal larutan dan konsentrasinya.

A = abc

A = serapan
a = daya serap (absorptivity)
b = tebal larutan, cm (Bouguer 1729, Lambert 1768)
c = konsentrasi, g/L (Beer 1859) WR29
Hukum Beer (lanjutan)
• Hukum Beer dapat ditulis dengan 3 cara:

1. A = abc c = konsentrasi, g/L


a = daya serap

2. A = (A1%,1cm)bc c = konsentrasi, %
A1%,1cm = daya serap jenis

3. A = Єbc c = konsentrasi, molar (M)


Є= daya serap molar
A = serapan
b = tebal larutan, cm
WR30
Grafik Hukum Beer

• Hubungan Serapan vs • Hubungan transmitan vs


Konsentrasi konsentrasi
A T

c c
A = abc = kc

WR31
Keakuratan Fotometrik
• Penyimpangan hukum Beer juga terjadi berkaitan dengan
kemampuan detektor untuk mendeteksi cahaya yang berasal
dari larutan yang terlalu pekat atau terlalu encer.
• Kesalahan terkecil bila serapan A= 0,4343 atau T=36,8%.
• Kesalahan masih dapat diterima bila serapan A= 0,2-0,7 atau
T=20-60%.
• Keakuratan fotometrik dapat digambarkan dengan grafik berikut.
0,7 0,2 A
Kesalahan relatif, % (ΔT=1%)

-8 Gb. Grafik hubungan


%T vs Kesalahan relatif (%)
-6
untuk kesalahan fotometrik
A=0,4343 1% (ΔT = 1%)
-4
36,8%T
-2,8
-2

WR32
0 20 40 60 80 %T
CONTOH SOAL
Transmitan larutan zat A yang diukur pada
panjang gelombang 540 nm dalam sel setebal 1
cm adalah 58%; hitung absorben larutan
tersebut dan hitung transmitannya bila diukur
dengan sel setebal 2 cm dan 5 cm pada panjang
gelombang yang sama.

33
CONTOH SOAL
Suatu larutan zat berbobot molekul 200 dengan
konsentrasi 100 bpj ternyata menunjukkan
serapan sebesar 0,430 pada λ 370 nm dan tebal
sel 1cm. Hitunglah persen transmitan, daya
serap, daya serap jenis, daya serap molar dari
larutan zat tersebut!

34
FAKULTAS FARMASI UP JAKARTA

Manakah instrumen analitik


spektrofotometer UV-VIS?

35
3. INSTRUMENTASI

SISTEM OPTIK:
1. Single beam
2. Double beam
Keuntungan sistem optik double beam :
- Untuk menghilangkan faktor absorpsi oleh pelarut
- Menghindari perbedaan intesitas yang mungkin terjadi
selama pengukuran
WR36
 SINGLE – BEAM

1 2 3 4 5 6
4

1. Sumber Cahaya 3. Sel / Sampel 5. Amplifier


2. Monokromator 4. Detektor 6. Read - Out

 DOUBLE – BEAM
M 3 M 6

3
C HM
1 2 S 4 5

1. Sumber Cahaya 4. Detektor S = sampel M = Mirror (cermin)


2. Monokromator 5. Amplifier R = pembanding HM = Half - Mirror
3. Sel 6. Read - Out C = chopper
WR37
• Komponen penting Spektrofotometer UV-Vis

1. Sumber cahaya
2. Monokromator
-kisi difraksi (grating)
-prisma
3. Tempat sampel ( sample compartement )
4. Detektor
5. Amplifier
6. Rekorder

WR38
Sumber Cahaya (Sources)
• Deuterium lamp (D2)
-good source for UV continue radiation
-widely used in UV spectrophotometers

• Tungsten filament lamp (Wolfram)


- Good source of continue radiation in the 330-2000 nm range
- Common in visible, near-IR colorimeters, spectrophotometers
- Stable light output with regulated power supply.

WR39
Monokromator

Purpose of monochromator:
Separation of multi-λlight into individual λ’s

Radiasi dari sumber difokuskan ke celah masuk,


kemudian dikumpulkan oleh sebuah lensa atau
cermin, sehingga sinar pararel jatuh pada unsur
dispersi yang merupakan suatu prisma atau suatu
kisi difraksi.

WR40
Apabila seberkas cahaya melewati antar muka dua medium
yang berbeda,seperti udara dan gelas, pembelokan
berlangsung yang disebut refraksi.

Besarnya pembelokan tergantung pada indeks bias gelas.


Indeks bias ini berubah-ubah dengan panjang gelombang
cahaya, yang ungu lebih dibelokkan dari yang merah

WR41
MONOKROMATOR

42
Sample Containers / Compartement / Cuvette
Material:
• Ultra-Violet  quart
• Visible  quartz, glass,
plastic

Criteria for Sample Containers


•Transparent to excitation light
•Compatible with samples
•Rugged WR43
Detector
Type of Detectors:
• UV-Visible
–Photon Detectors
–Vacuum Phototubes
–Photomultiplier Tubes
–Photodiode Array Detector  Records all of the
wavelengths at once.
–Linear Photodiode arrays
–Charge-Transfer (Charge Coupled Device, CCD)
WR44
• Phototubes are used for high light
intensity applications

BUT ……..
• Photomultiplier tubes are used for
low light intensity

WR45

http://laxmi.nuc.ucla.edu:8248/M248_99/autorad/Scint/pmt.htm
OUTPUT HASIL PENGUKURAN DENGAN
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

Spektrum serapan
46
Grafik hubungan antara Serapan terhadap Panjang Gelombang (nm)
- Panjang gelombang
Spektrofotometri UV –Vis melibatkan energi
elektronik yang cukup besar

- Spektrum  spektrum pita


- transisi energi tidak sejenis
- terjadi eksitasi elektronik pada lebih dari
satu macam gugus molekul yang kompleks
- Korelasi Absorben (ordinat) dan panjang
gelombang (absis) WR47
*pita spektrum terjadi disebabkan :
- terjadinya tumpang tindih Ee dengan Ev dan Er

*dari spektrum pita diperoleh panjang gelombang


serapan maksimum dimana terjadi serapan yang
maksimum.

*Panjang gelombang serapan maksimum :


- analisis kualitatif
- analisis kuantitatif ( melibatkan energi cukup
besar )
WR48
A (serapan) Spektrum Serapan Zat X pada 2 konsentrasi
0,8 berbeda

Berdasarkan gambar:
0,6 - Konsentrasi 1 (X1) atau
X1 2 (X2) yang lebih besar ??

0,4 X2
- Tentukan λ max zat X ???

0,2

0 λ (nm)
200 300 400 500 600 700
49
λmax1 λmax2
PRINSIP DASAR INTERPRETASI SPEKTRA
-Pada penentuan panjang gelombang serapan maksimum
didasarkan atas perhitungan pergeseran panjang gelombang
serapan maksimum karena adanya penambahan gugus pada
sistem kromofor induk  kromofor berbeda λ maks berbeda.

- Kaidah Woodward dan Fiesher


membahas secara rinci tentang pergeseran λ maks yang
disebabkan substitusi berbagai gugus ke dalam: diena
terkonyugasi, aromatik karbonil, keton tidak jenuh dan poliena.
Dengan demikian setiap substitusi kimia dapat diperhitungkan
terlebih dahulu λmaks dengan memakai tabel yang disusun atas
dasar kaidah Woodward dan Fiesher  Lebih mendalam pd
kuliah Dasar-dasar Elusidasi Struktur

WR50
4. APLIKASI DALAM ANALISIS OBAT

Analisis obat merupakan bagian dari uji mutu produk obat.

Dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik, obat harus dijamin mutunya memenuhi
standar yang ditentukan dalam Farmakope

Uji Mutu meliputi Bahan Baku maupun bentuk sediaan Obat. Secara Umum uji
mutu meliputi analisis Kualitatif dan Kuantitatif

Dalam Farmakope metode uji mutu obat yang banyak digunakan baik dalam
analisis kualitatif maupun kuantitatif salah satunya adalah
metode Spektrofotometri UV-Vis

51
4. APLIKASI

Dasar Analisis kualitatif:


- Eksitasi elektron dari level energi dasar ke level energi yang lebih tinggi
- Energi foton (hv) harus sesuai dengan ∆E
- Energi cahaya atau λ yang menyebabkan terjadinya absorpsi tergantung dari selisih
energi dari kedua level energi tersebut. Karena setiap zat mempunyai level energi
yang berbeda (spesifik), maka peristiwa ini merupakan dasar analisis kualitatif.

Dasar Analisis kuantitatif:


- Interaksi molekul dengan cahaya pada panjang gelombang maksimumnya -
melibatkan energi yang cukup besar.
- Besarnya absorpsi atau banyaknya (intensitas) cahaya yang diserap berbanding
lurus dengan jumlah atom atau molekul yang dilalui oleh cahaya tersebut. Peristiwa
ini merupakan dasar analisis kuantitatif (sesuai hukum Beer).

52
PARAMETER YANG DIGUNAKAN DALAM ANALISIS OBAT
PADA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Analisis kualitatif
1. Spektrum serapan  profil spektrum dan λmaks
2. Harga: A(1%,1cm), a, ε
3. Serapan relatif
4. Titik isosbestik

Analisis kuantitatif
Perbandingan Serapan uji dan serapan BP pada panjang
gelombang serapan maksimum dengan
memperhitungkan thdp konsentrasi BP WR53
ANALISIS KUANTITATIF

1. Zat tunggal

- Penetapan kadar dengan harga daya serap: a, A(1%,1cm)


- Penetapan kadar dengan baku pembanding
Ax. Cp
Cx =
Ap
- Penetapan kadar dengan kurva kalibrasi hubungan A dg C

WR54
* Analisis kuantitatif.

2. Analisis campuran 2 komponen


- Serapan individu
- simultan
- derivatif
- differensial
- pengamatan 3 panjang gelombang

WR55
ANALISIS MULTIKOMPONEN
a. Spektrofotometri simultan
b. Spektrofotometri derivatif

56
X
y
A

1.

λ1 λ2 λnm

A P
Q Dari ketiga gambar
Disamping, manakah
2.
yang dapat dianalisis
λ1 λ2 λnm Secara simultan ????

R
S
A

3.

λ1 λ2 λnm WR57
a. Spektrofotometri Simultan
• Misal:
2 analit R dan S ditentukan secara spektrofotometri
simultan
Persamaan: A1 = aR1 b cR1 + as1 b cs1

A2 = aR2 b cR2 + as2 b cs2

• Bila ada 4 komponen (misalnya zat R, S, T, dan U),


maka akan ada A1, A2, A3, dan A4 dengan persamaan
A1 sbb:
A1 = aR1 b cR1 + as1 b cs1 + aT1 b cT1 + aU1 b cU1

• Untuk A2, A3, dan A4 dirumuskan sama seperti A1. 58


b. SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF

Metode spektrofotometri UV-VIS yang dapat


digunakan untuk menganalisis analit dalam
campuran yang panjang gelombangnya saling
berdekatan secara langsung tanpa pemisahan

59
*SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIV
Menggambarkan turunan-turunan dari spektra manipulatif
Sasaran :
untuk memperbesar atau memperlebar suatu spektrum dari
struktur halus.( matematik berperan )

- didapat dengan cara menggambarkan


kurva selisih serapan 2 λ ( ∆A = A λ1 - A λ2 ) terhadap harga
rata-rata 2 λ :
λm = λ1 – λ2
2
- Alat ini dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan
mendeteksi dan mengukur spektrum yang halus.

WR60
SPEKTRA
• Pada spektrofotometri UV-VIS konvensional
 plot serapan (A) thd panjang gelombang (λ)

• Pada spektrofotometri UV-VIS derivatif


 plot A vs λ ditransformasi menjadi
plot dA/d λ vs λ (derivatif pertama)
plot d2A/d λ2 vs λ (derivatif kedua)

61
• Spektrum derivatif ke-nol hingga
ke-dua

62
* Analisis Kuantitatif spektrum derivativ dilakukan dengan jalan
membuat kurva baku antara beda absorban (∆A) puncak atau
lembah spektrum dari garis dasar terhadap konsentrasi zat tsb.
-untuk 2 komponen yang tumpang tindih perlu dicari λm panjang
gelombang yang bebas ( tidak terganggu) untuk tiap-tiap komponen
yang akan ditentukan.

• Kegunaan :
- membedakan spektra yang mirip satu sama lain yaitu dengan
meningkatkan discremenating effect
- analisis kuantitatif campuran 2 komponen yang keruh
- analisi kuantitatif campuran 2 komponen yang merupakan
isomeri ( kecuali isomer optis atau rasemik )
- Analisis kualitatif  data pendukung

WR63
• Panjang gelombang serapan maksimum pada suatu
senyawa akan menjadi panjang gelombang zero-
crossing pada spektrogram derivatif pertama

• Panjang gelombang tersebut tidak mempunyai serapan


atau dA/d = 0

• Bila panjang gelombang zero crossing masing-masing


senyawa tidak sama, maka penetapan kadar campuran
dua senyawa dapat dilakukan

64
65
TAHAPAN ANALISIS KUANTITATIF
• Penetapan panjang gelombang serapan
maksimum secara spektrofotometri normal
dalam pelarut tertentu
• Penentuan stabilitas serapan kedua komponen
dalam pelarut yang digunakan
• Uji linearitas dan perhitungan garis regresi dari
spektrum normal
• Penentuan panjang gelombang zero-crossing
kedua analit secara spektrofotometri derivatif
dengan konsentrasi
• Penentuan  optimum  berdasarkan
linearitas kurva baku
• Pembuatan kurva standar untuk menghitung
kadar
• Penetapan kadar
66
CONTOH SOAL

1. Jelaskan dengan disertai satu contoh yang dimaksud


dengan:
• Kromofor
• Spektrum Serapan UV
• Hukum Beer
• Serapan (Absorbance)

67
CONTOH SOAL
2. suatu obat dalam sampel berbentuk larutan ditetapkan
kadarnya secara spektrofotometri ultraviolet-cahaya tampak
menggunakan kurva kalibrasi. Larutan sampel tersebut
memberikan serapan 0,680 bila diukur pada panjang
gelombang 325 nm menggunakan sel setebal 2 cm. Kurva
kalibrasi dibuat dengan cara mengukur satu seri larutan
baku pembanding X dengan konsentrasi 100; 200; 300; 400
dan 500 bpj dalam sel setebal 1 cm pada panjang
gelombang 325 nm diperoleh serapan berturut-turut 0,250;
0,430; 0,605; 0,801 dan 1,002. Dari data tersebut tuliskan
jenis sel dan sumber radiasi yang digunakan, buat kurva
kalibrasi, tentukan daya serap dan konsentrasi zat X
berdasarkan kurva kalibrasi!
68
3. Kurva kalibrasi suatu larutan baku pembanding
memiliki persamaan garis regresi A = 4C bila
diukur pada panjang gelombang 275 nm.
• Gambarkan kurva kalibrasi dari larutan
tersebut bila transmitan dari satu seri larutan
baku berturut-turut sebagai berikut: 20%, 40%,
50%, 60%, dan 70%.
• Tuliskan jenis lampu dan sel yang digunakan
pada pengukuran tersebut!
69
TERIMA KASIH

nil voluntibus arduum,


tidak ada yang sukar bagi yang punya kemauan…

70

Anda mungkin juga menyukai