ANALISIS INSTRUMENTAL
MODUL
PEMBELAJARAN
Spektrofotometri
2
POKOK BAHASAN
2 TEORI DASAR
3 INSTRUMENTASI
4 APLIKASI
3
1. PENDAHULUAN
• Definisi Spektrofotometri
• Istilah-istilah Penting
• Spektrum Elektromagnetik
• Interaksi zat dengan Cahaya
• Aspek kuantitatif dari Serapan: Hukum Beer
• Pembagian Metode Spektrofotometri
WR4
• Spektrofotometri
adalah metode analisis instrumental yang
didasarkan atas pengukuran intensitas cahaya pada
panjang gelombang yang hampir monokromatis,
setelah berinteraksi dengan zat uji.
Cahaya monokromatis
Cahaya dengan panjang gelombang tunggal.
Cahaya polikromatis
Cahaya dengan panjang gelombang campuran.
5
Istilah-Istilah Penting
CAHAYA INTERAKSI CAHAYA - ZAT
• Cahaya • Transmitan
• Spektrum elektromagnetis • Serapan
• Spektrum cahaya-tampak • Serapan relatif
• Spektrum ultraviolet • Daya serap
• Warna • Daya serap jenis
• Cahaya monokromatis • Daya serap molar
• Panjang gelombang • Spektrum serapan
• Frekuensi • Spektrum transmisi
• Bilangan gelombang • Spektrum elektromagnetik
WR6
Cahaya
• Gelombang
- Gelombang (Christiaan Huygens, 1629-1695)
- Gelombang elektromagnetik (J.C. Maxwell))
• Partikel
- Foton (Isaac Newton dan Planck)
Partikel foton memiliki energi berbanding lurus dengan
frekuensinya, namun berbanding terbalik dengan panjang
gelombangnya
E = hv = hc/λ. h
WR7
Warna
WR8
Panjang Gelombang,
Frekuensi & Bilangan Gelombang
• Panjang gelombang, λ (nm = 10-9m)
Jarak antara dua puncak atau lembah gelombang.
λ
• Frekuensi, v (cps = Hertz)
Banyaknya gelombang per detik.
_
• Bilangan gelombang, v (cm-1)
Banyaknya gelombang per cm WR9
Spektrum Elektromagnetik
Energy Nuclear Inner shell Ionization of Valence Molec. Vibrations: Spin orientation
changes electrons atoms and electrons stretching, bending in magnetic field
Involved molecules Electrons Nuclei
ESR NMR
Region in
Electro-
Magnetic Gamma X-rays “ Soft” Vacuum Near Vis Near IR Far Micro- Radio
Spcktrum rays X-rays UV UV IR IR waves waves
10
Pembagian Spektrofotometri
• Spektrofotometri Serapan
1. Serapan Molekul
a. Vis Spectrofotometry
b. UV-Vis Spectrofotometry
c. IR Spectrofotometry
2. Serapan Atom
- Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS)
• Spektofotometri Emisi
1. Emisi Molekul
- Spectrofluorometry
2. Emisi Atom
- AFS WR11
Spektrofotometri Spektrofotometri
Serapan Atom Serapan Atom
Spektrofotometri
Serapan
Spektrofotometri Spektrofotometri
Serapan Molekul UV-Vis
Spektrofotometri
Spektrofotometri
IR
Spektrofotometri Spektrofotometri
Emisi Atom Fluoresensi Atom
Spektrofotometri Spektrofotometri
Emisi Emisi Nyala
Spektrofotometri
Spektrofluorometri
12
Emisi Molekul
13
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
WR14
2. TEORI DASAR
a. Interaksi zat dengan cahaya
Hasil interaksi:
-Absorption
I
I0 -Emision
-Scattering
Transmitan,T Serapan, A
T = I / I0 A = - logT
%T = 100 x t = log 1/T = log I0/I
I0= Intensitas cahaya masuk
I = Intensitas cahaya keluar atau yang ditrasmisikan WR15
b. Hubungan E; λ dan v Cahaya
E = h.v
C C
E=h v =
λ λ
E = h. c.v v = 1/λ
- h = tetapan Planck ( 6,62. 10-27 erg .sec ) = = 6.626 x 10-34 J • s
- c = kecepatan cahaya
WR16
c. Spektrum Visibel dan Warna Komplementer
WR17
DIAGRAM WARNA KOMPLEMENTER
J
M K
HK
V
H
B HB
BK
18
d. Energi dan level energi
*LEVEL ENERGI
1. Energi eksternal
2. Energi internal
- energi rotasi
- energi vibrasi
- energi elektronik
WR19
What Happens When A Molecule
Absorbs Light?
20
e. Transisi Energi
Absorpsi dan Emisi Cahaya
• Absorpsi dan emisi cahaya terjadi karena transisi
E1
energi pada atom maupun molekul.
ΔE
Absorpsi adalah transisi energi dari energi tingkat V1
J1
dasar(ground state) ke tingkat energi yang lebih tinggi E0, J0, V0
(excited state). Sebaliknya dinamakan emisi. Absorpsi Gb-1. Level energi molekul
terjadi karena adanya rangsangan cahaya dengan
E1
energi yang sama dengan selisih energi (ΔE) dari
kedua level energi tersebut. A E E1
ΔE
• Besarnya absorpsi atau banyaknya (intensitas) cahaya E0
ΔE
E0
yang diserap berbanding lurus dengan jumlah atom Gb-2. Level energi Gb-3. Level energi
atau molekul yang dilalui oleh cahaya tersebut. Molekul A Molekul B
Peristiwa ini merupakan dasar analisis kuantitatif (lihat
Keterangan
hukum Beer). E0= Level energi elektronik ground state
• Energi cahaya atau λ yang menyebabkan terjadinya E1 = Level energi elektronik excited state
absorpsi tergantung dari selisih energi dari kedua level J = Level energi rotasi A = Absorpsi
energi tersebut. Karena setiap zat mempunyai level V = Level energi vibrasi E = Emisi
energi yang berbeda (spesifik), maka peristiwa ini E >V .> J ∆E = E1-E2
merupakan dasar analisis kualitatif. WR21
σ* ( = anti bonding orbitals = unoccupied orbitals
= excited state energy level)
π* ( = anti bonding orbitals )
E
n ( = non-bonding, paired, outer-shell
electrons: O2, S, N2, halogen anti bonding )
π ( = bonding of double and triple bond electrons)
WR22
• Elektron dalam ikatan kovalen tunggal erat terikat,
untuk eksitasinya memerlukan energi tinggi atau
panjang gelombang pendek.
• Misalnya alkana yang hanya mengandung ikatan
tunggal C – H dan C-C tidak memperlihatkan
absorbansi di atas 160 nm. Metan menunjukkan
puncak pada 122 nm, yang menyatakan suatu transsisi
-*. Ini berarti bahwa satu elektron dalam orbital ikatan
sigma dieksitasi ke orbital antibonding-sigma.
• Elektron dalam ikatan rangkap dua atau tiga cukup
mudah tereksitasi ke orbital pi lebih tinggi, transisinya
ditandai dengan * (pi-elektron dinaikkan dari orbital pi-
bonding ke orbital pi-antibonding).
• Absorbsi energi dalam π - π* lebih kuat dari σ-σ*.
23
*Note:
Most compound (including solvents!)
absorb UV
WR24
f.Kromofor, auksokrom dan transisi elektronik
-KROMOFOR :
adalah gugus fungsional dari molekul yang mengabsorbsi cahaya dan
mengandung satu atau lebih ikatan rangkap
contoh : benzen atau Gugus kovalen tidak jenuh yang menyebabkan
terjadinya serapan elektronik -C=C , C = O , N=N , N=O
-AUKSOKROM :
adalah gugus fungsional yang tidak mampu menyerap cahaya,tapi dapat
merubah intensitas serapan, menggeser λ maks dari gugus kromofor suatu
molekul
contoh :-OH , -NH2 , –Cl, -OCH3 Atau gugus fungsional jnuh yang terikat pada
kromofor dan menyebabkan perubahan intensitas serapan maupun λmaks.
WR26
Empat efek kemungkinan perubahan pita absorpsi
WR27
Ilustrasi efek batokromik, hipsokromik,
hiperkromik, dan hipokromik pada spektrum
serapan ultraviolet – cahaya tampak
28
g. Aspek Kuantitatif dari Serapan
Hukum Beer
Hukum Beer (Bouguer ’s-Beer , Lamber t – Beer )
Besarnya serapan dari larutan suatu zat berbanding lurus
dengan tebal larutan dan konsentrasinya.
A = abc
A = serapan
a = daya serap (absorptivity)
b = tebal larutan, cm (Bouguer 1729, Lambert 1768)
c = konsentrasi, g/L (Beer 1859) WR29
Hukum Beer (lanjutan)
• Hukum Beer dapat ditulis dengan 3 cara:
2. A = (A1%,1cm)bc c = konsentrasi, %
A1%,1cm = daya serap jenis
c c
A = abc = kc
WR31
Keakuratan Fotometrik
• Penyimpangan hukum Beer juga terjadi berkaitan dengan
kemampuan detektor untuk mendeteksi cahaya yang berasal
dari larutan yang terlalu pekat atau terlalu encer.
• Kesalahan terkecil bila serapan A= 0,4343 atau T=36,8%.
• Kesalahan masih dapat diterima bila serapan A= 0,2-0,7 atau
T=20-60%.
• Keakuratan fotometrik dapat digambarkan dengan grafik berikut.
0,7 0,2 A
Kesalahan relatif, % (ΔT=1%)
WR32
0 20 40 60 80 %T
CONTOH SOAL
Transmitan larutan zat A yang diukur pada
panjang gelombang 540 nm dalam sel setebal 1
cm adalah 58%; hitung absorben larutan
tersebut dan hitung transmitannya bila diukur
dengan sel setebal 2 cm dan 5 cm pada panjang
gelombang yang sama.
33
CONTOH SOAL
Suatu larutan zat berbobot molekul 200 dengan
konsentrasi 100 bpj ternyata menunjukkan
serapan sebesar 0,430 pada λ 370 nm dan tebal
sel 1cm. Hitunglah persen transmitan, daya
serap, daya serap jenis, daya serap molar dari
larutan zat tersebut!
34
FAKULTAS FARMASI UP JAKARTA
35
3. INSTRUMENTASI
SISTEM OPTIK:
1. Single beam
2. Double beam
Keuntungan sistem optik double beam :
- Untuk menghilangkan faktor absorpsi oleh pelarut
- Menghindari perbedaan intesitas yang mungkin terjadi
selama pengukuran
WR36
SINGLE – BEAM
1 2 3 4 5 6
4
DOUBLE – BEAM
M 3 M 6
3
C HM
1 2 S 4 5
1. Sumber cahaya
2. Monokromator
-kisi difraksi (grating)
-prisma
3. Tempat sampel ( sample compartement )
4. Detektor
5. Amplifier
6. Rekorder
WR38
Sumber Cahaya (Sources)
• Deuterium lamp (D2)
-good source for UV continue radiation
-widely used in UV spectrophotometers
WR39
Monokromator
Purpose of monochromator:
Separation of multi-λlight into individual λ’s
WR40
Apabila seberkas cahaya melewati antar muka dua medium
yang berbeda,seperti udara dan gelas, pembelokan
berlangsung yang disebut refraksi.
WR41
MONOKROMATOR
42
Sample Containers / Compartement / Cuvette
Material:
• Ultra-Violet quart
• Visible quartz, glass,
plastic
BUT ……..
• Photomultiplier tubes are used for
low light intensity
WR45
http://laxmi.nuc.ucla.edu:8248/M248_99/autorad/Scint/pmt.htm
OUTPUT HASIL PENGUKURAN DENGAN
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
Spektrum serapan
46
Grafik hubungan antara Serapan terhadap Panjang Gelombang (nm)
- Panjang gelombang
Spektrofotometri UV –Vis melibatkan energi
elektronik yang cukup besar
Berdasarkan gambar:
0,6 - Konsentrasi 1 (X1) atau
X1 2 (X2) yang lebih besar ??
0,4 X2
- Tentukan λ max zat X ???
0,2
0 λ (nm)
200 300 400 500 600 700
49
λmax1 λmax2
PRINSIP DASAR INTERPRETASI SPEKTRA
-Pada penentuan panjang gelombang serapan maksimum
didasarkan atas perhitungan pergeseran panjang gelombang
serapan maksimum karena adanya penambahan gugus pada
sistem kromofor induk kromofor berbeda λ maks berbeda.
WR50
4. APLIKASI DALAM ANALISIS OBAT
Dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik, obat harus dijamin mutunya memenuhi
standar yang ditentukan dalam Farmakope
Uji Mutu meliputi Bahan Baku maupun bentuk sediaan Obat. Secara Umum uji
mutu meliputi analisis Kualitatif dan Kuantitatif
Dalam Farmakope metode uji mutu obat yang banyak digunakan baik dalam
analisis kualitatif maupun kuantitatif salah satunya adalah
metode Spektrofotometri UV-Vis
51
4. APLIKASI
52
PARAMETER YANG DIGUNAKAN DALAM ANALISIS OBAT
PADA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
Analisis kualitatif
1. Spektrum serapan profil spektrum dan λmaks
2. Harga: A(1%,1cm), a, ε
3. Serapan relatif
4. Titik isosbestik
Analisis kuantitatif
Perbandingan Serapan uji dan serapan BP pada panjang
gelombang serapan maksimum dengan
memperhitungkan thdp konsentrasi BP WR53
ANALISIS KUANTITATIF
1. Zat tunggal
WR54
* Analisis kuantitatif.
WR55
ANALISIS MULTIKOMPONEN
a. Spektrofotometri simultan
b. Spektrofotometri derivatif
56
X
y
A
1.
λ1 λ2 λnm
A P
Q Dari ketiga gambar
Disamping, manakah
2.
yang dapat dianalisis
λ1 λ2 λnm Secara simultan ????
R
S
A
3.
λ1 λ2 λnm WR57
a. Spektrofotometri Simultan
• Misal:
2 analit R dan S ditentukan secara spektrofotometri
simultan
Persamaan: A1 = aR1 b cR1 + as1 b cs1
59
*SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIV
Menggambarkan turunan-turunan dari spektra manipulatif
Sasaran :
untuk memperbesar atau memperlebar suatu spektrum dari
struktur halus.( matematik berperan )
WR60
SPEKTRA
• Pada spektrofotometri UV-VIS konvensional
plot serapan (A) thd panjang gelombang (λ)
61
• Spektrum derivatif ke-nol hingga
ke-dua
62
* Analisis Kuantitatif spektrum derivativ dilakukan dengan jalan
membuat kurva baku antara beda absorban (∆A) puncak atau
lembah spektrum dari garis dasar terhadap konsentrasi zat tsb.
-untuk 2 komponen yang tumpang tindih perlu dicari λm panjang
gelombang yang bebas ( tidak terganggu) untuk tiap-tiap komponen
yang akan ditentukan.
• Kegunaan :
- membedakan spektra yang mirip satu sama lain yaitu dengan
meningkatkan discremenating effect
- analisis kuantitatif campuran 2 komponen yang keruh
- analisi kuantitatif campuran 2 komponen yang merupakan
isomeri ( kecuali isomer optis atau rasemik )
- Analisis kualitatif data pendukung
WR63
• Panjang gelombang serapan maksimum pada suatu
senyawa akan menjadi panjang gelombang zero-
crossing pada spektrogram derivatif pertama
64
65
TAHAPAN ANALISIS KUANTITATIF
• Penetapan panjang gelombang serapan
maksimum secara spektrofotometri normal
dalam pelarut tertentu
• Penentuan stabilitas serapan kedua komponen
dalam pelarut yang digunakan
• Uji linearitas dan perhitungan garis regresi dari
spektrum normal
• Penentuan panjang gelombang zero-crossing
kedua analit secara spektrofotometri derivatif
dengan konsentrasi
• Penentuan optimum berdasarkan
linearitas kurva baku
• Pembuatan kurva standar untuk menghitung
kadar
• Penetapan kadar
66
CONTOH SOAL
67
CONTOH SOAL
2. suatu obat dalam sampel berbentuk larutan ditetapkan
kadarnya secara spektrofotometri ultraviolet-cahaya tampak
menggunakan kurva kalibrasi. Larutan sampel tersebut
memberikan serapan 0,680 bila diukur pada panjang
gelombang 325 nm menggunakan sel setebal 2 cm. Kurva
kalibrasi dibuat dengan cara mengukur satu seri larutan
baku pembanding X dengan konsentrasi 100; 200; 300; 400
dan 500 bpj dalam sel setebal 1 cm pada panjang
gelombang 325 nm diperoleh serapan berturut-turut 0,250;
0,430; 0,605; 0,801 dan 1,002. Dari data tersebut tuliskan
jenis sel dan sumber radiasi yang digunakan, buat kurva
kalibrasi, tentukan daya serap dan konsentrasi zat X
berdasarkan kurva kalibrasi!
68
3. Kurva kalibrasi suatu larutan baku pembanding
memiliki persamaan garis regresi A = 4C bila
diukur pada panjang gelombang 275 nm.
• Gambarkan kurva kalibrasi dari larutan
tersebut bila transmitan dari satu seri larutan
baku berturut-turut sebagai berikut: 20%, 40%,
50%, 60%, dan 70%.
• Tuliskan jenis lampu dan sel yang digunakan
pada pengukuran tersebut!
69
TERIMA KASIH
70