Anda di halaman 1dari 22

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Gambaran lokasi pengkajian


Ruang rawat inap Puskesmas Petarukan Kabupaten Pemalang di
buka pada bulan Desember 2017, dengan jumlah tempat tidur 12. Jumlah
SDM: 18 orang terdiri dari dokter umum 3 orang, perawat profesi 8 orang,
DIII Keperawatan 4 orang, analis 1 orang, 1 orang sopir ambulance, dan
cleaning servis 1 0rang.

2. Pengkajian
Bab ini membahas tentang hasil dari studi kasus pengelolaan
hipertermi pada pasien anak dengan typhoid di Puskesmas Petarukan
Kabupaten Pemalang. Dalam melakukan pengelolaan terhadap dua pasien
dengan diagnosa keperawatan dan diagnosa medis yang sama,
menggunakan tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan. Kasus
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pasien An. A
Pada tanggal 30 Maret 2019 pukul 06.30 WIB An. A. masuk
Ruang Rawat Inap Puskesmas Petarukan dengan keluhan demam, Pada
pukul 07.00 WIB penulis melakukan pengkajian pada An A, umur 6
tahun, jenis kelamin laki-laki, Agama Islam, alamat Widodaren 49 / 07
Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang. Penanggung jawab klien
nama Tn. H., umur 45 tahun, jenis kelamin laki – laki, agama Islam,
alamat Widodaren 49 / 07 Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang,
hubungan dengan klien ayah.
Riwayat penyakit sekarang: Ibu klien mengatakan tanggal 26
Maret 2019 An. A. badannya demam, kemudian diberi paracetamol 250
mg namun tidak sembuh, sehingga pada tanggal 27 Maret 2019 An. A.
39

di bawa untuk berobat ke Puskesmas rawat jalan dan mendapatkan obat:


Cipro 2 x 250 mg, paracetamol 3 x 1/2 tab, tetapi sampai tanggal 30
Maret 2019 belum sembuh juga, akhirnya pada tanggal 30 Maret 2019
dibawa ke Ruang Rawat Inap Puskesmas Petarukan Kabupaten
Pemalang dengan keluhan utama demam.
Berdasarkan pemeriksaan fisik: Keadaan Umum sedang,
kesadaran coposmetis, klien tampak menggigil, palpasi kulit hangat,
kulit tampak kemerahan, mukosa bibir kering, tanda – tanda vital: suhu
38,9 0C, nadi: 124x / menit, RR: 28x / menit.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 30 Maret 2019: Widal:
Salmonella. Typhi O 1/320, Salmonella Typhi A 1/320 dan Salmonella
para typhi AO 1/180

b. Pasien An. M
Pada tanggal 1 April 2019 jam 10.00 WIB An. M. masuk Ruang
Rawat Inap Puskesmas Petarukan dengan keluhan demam. Pukul 11.00
WIB penulis melakukan pengkajian pada An. M, umur 4 tahun, jenis
kelamin perempuan, Agama Islam, alamat Iser 008/ 002 Kecamatan
Petarukan, Kabupaten Pemalang. Penanggung jawab klien nama Tn. S.
umur 44 tahun, jenis kelamin laki – laki, agama Islam, alamat Iser rt
008 / 002 Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang, hubungan
dengan klien ayah.
Riwayat penyakit sekarang: Ibu klien mengatakan sejak tanggal
29 Maret 2019 An. M. badannya demam, pada tanggal 30 Maret 2019
diperiksakan ke puskesmas dan mendapatkan obat Cefadroxil 2 x 250
mg, paracetamol syrup 3 x 10 ml, tetapi An. M. masih demam akhirnya
pada tanggal 1 April 2019 dibawa ke Ruang Rawat Inap Puskesmas
Petarukan Kabupaten Pemalang dengan keluhan utama demam.
Berdasarkan pemeriksaan fisik: Keadaan Umum sedang,
kesadaran composmetis, kulit teraba hangat, kulit tampak kemerahan,
mukosa bibir kering, tanda – tanda vital: suhu 39 0C, nadi: 132x / menit,
RR: 32x / menit.
40

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 1 April 2019 Widal:


Salmonella. Typhi O 1/320, Salmonella Typhi A 1/320 dan Salmonella
para typhi AO 1/160

3. Diagnosa Keperawatan

a. Pasien an. A
Berdasarkan data pengkajian yang telah dilakukan pada an. A,
didapatkan data antara lain, data subyektif yaitu ibu klien mengatakan
an. A. sudah 5 hari demam. Data obyektif yaitu klien tampak
menggigil, kulit tampak kemerahan, palpasi kulit teraba hangat, mucosa
bibir kering, suhu 38,9 0C, nadi 124x/ mnt, RR 28 x/ mnt. Pemeriksaan
penunjang: Salmonella typhi A 1/320, Salmonella typhi O 1/320,
Salmonella typhi A/O 1/80.
Diagnosa Keperawatan yang muncul berdasarkan data subyektif dan
data obyektif dari pasien diatas adalah: Hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi salmonella typhosa.

b. Pasien an. M
Berdasarkan data pengkajian yang telah dilakukan pada an. M,
didapatkan data antara lain: data subyektif yaitu ibu klien mengatakan
An.M. sudah 3 hari mengalami demam. Data obyektif: Pasien tampak
menggigil, kulit tampak kemerahan, kulit teraba hangat, mukosa bibir
kering, suhu 39 0C, nadi 132x/ mnt, RR 32 x/ mnt. Pemeriksaan
penunjang: Salmonella typhi A 1/320, Salmonella typhi O 1/320,
Salmonella typhi A/O 1/60.
Diagnosa Keperawatan yang muncul berdasarkan data subyektif dan
data obyektif dari pasien diatas adalah Hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi salmonella typhosa.
41

4. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan yang penulis susun untuk mengatasi
masalah keperawatan hipertermi meliputi perencanaan tujuan dan
perencanaan tindakan:

a. Perencanaan tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
suhu tubuh pasien An. A. dan An. M. dalam rentang normal (36 –
370C), nadi dalam rentang normal (anak usia 1 - 6 tahun 70 - 120x /
menit), RR rentang normal (anak umur 1 - 3 tahun: 24 - 40x/
menit,anak umur 3 – 10 tahun: 22 - 34x/ menit), tidak ada perubahan
warna kulit, suhu kulit tidak teraba hangat, turgor kulit normal, mukosa
bibir tidak kering, tidak tampak lemas.

b. Perencanaan tindakan
Perencanaan tindakan yang akan dilakukan pada an. A. dan An. M.
yaitu monitor suhu tubuh, nadi dan RR 2 - 4 jam sekali, monitor tanda –
tanda hipertermi dan hipotermi, beri tindakan kompres air hangat pada
lipatan paha dan axila, anjurkan banyak minum (Rekomendasi
European Hydration Institute anak umur 4 - 8 tahun: 1,6 liter perhari
selama 24 jam), Anjurkan klien untuk bedrest total, Anjurkan klien
memakai pakaian tipis yang menyerap keringat, kolaborasi dengan
dokter pemberian obat antibiotik.

5. Implementasi
Setelah menentukan rencana tindakan keperawatan, maka tindakan
keperawatan dapat dilakukan sesuai dengan rencana yang sudah dibuat.
Pada tahap implementasi ini terdiri dari tindakan keperawatan yang
dilakukan secara independen atau mandiri, maupun tindakan dependen
kolaborasi yang ditujukan kepada klien dan juga terdapat respon klien
setelah dilakukan tindakan keperawatan. Pelaksanaan dilakukan selama 3x
24 jam dari An. A. juga An. M. dan dalam pelaksanaan tindakan
42

keperawatan untuk masalah yang telah ditemukan, penulis melibatkan


peran serta pasien, keluarga pasien dan perawat ruangan.
a. Pasien an. A
1) Implementasi hari pertama Sabtu, tanggal 30 Maret 2019
Dinas pagi:
Pukul 08.00 WIB memonitor keadaan umum, respon subyektif: ibu
klien mengatakan An A. demam, respon obyektif: An A. keadaan
umum sedang, kesadaran composmetis. Pada pukul 08.10 WIB
penulis memonitor tanda – tanda vital, perubahan warna kuit,
turgor kulit, status hidrasi, respon subyektif: ibu klien bersedia
anaknya diperiksa, respon obyektif: suhu 38,90C, nadi 124x/ menit,
RR 28x/ menit, kulit wajah klien tampak kemerahan, turgor kulit
sedang, mukosa bibir kering. Pukul 08.30 WIB menganjurkan tirah
baring, respon subyektif: klien bersedia mengikuti anjuran, respon
obyektif: klien tirah baring. Pada pukul 09.00 WIB mengajarkan
sekaligus mempraktekkan cara kompres air hangat dengan respon
Subyektif: ibu klien mengatakan memahami apa yang diajarkan,
obyektif: suhu tubuh klien 38,70C. Pukul 10.00 penulis
menganjurkan klien minum sedikit- sedikit tapi sering, respon
subyektif: ibu klien bersedia mengikuti anjuran, respon obyektif:
klien minum susu ½ gelas dan air putih 250 ml. Pada pukul 10.30
WIB penulis menganjurkan memakai pakaian tipis yang bisa
menyerap keringat, respon subyektif: klien bersedia mengikuti
anjuran, respon obyektif: klien menggunakan pakaian tipis yang
bisa menyerap keringat. Pukul 11.00 WIB penulis memonitor
keadaan umum, tanda – tanda vital, respon subyektif: suhu 38,70C,
nadi 124x/ menit, RR 24x/ menit, kulit teraba hangat, kulit tampak
kemerahan, mucosa bibir kering. Pada pukul 12.30 WIB
memberikan obat cipro 2x 250 mg per oral,, respon subyektif: ibu
klien mengatakan An. A. tidak muntah, respon obyektif: obat
masuk tidak ada tanda - tanda alergi.
43

Dinas siang:
Pada pukul 15.00 WIB mengukur tanda- tanda vital, respon
subyektif: ibu klien mengatakan An. A. masih demam, respon
obyektif: suhu 38,30C, nadi 122x/ menit, RR 24x/ menit. Pukul
15.30 WIB menganjurkan kompres air hangat, ibu klien bersedia
mengikuti anjuran, ibu klien memberikan kompres air hangat.
Pukul 19.00 WIB memonitor keadaan umum dan tanda- tanda
vital, respon subyektif: ibu klien mengatakan An. A. masih demam,
respon obyektif: suhu 38,30C, nadi 124x/ menit, RR 24x/ mnt, kulit
teraba hangat, turgor kulit sedang, mukosa bibir kering. Pada pukul
20.00 memberikan obat cipro 250 mg, paracetamol 250 mg, respon
subyektif: ibu klien mengatakan An. A. tidak muntah, respon
obyektif: obat masuk tidak ada tanda- tanda alergi.
Dinas malam:
Pada pukul 22.00 WIB penulis mendelegasikan kepada perawat
ruangan mengukur tanda-tanda vital: suhu tubuh, nadi dan RR
dengan respon subyektif: ibu klien mengatakan An. A badannya
demam, obyektif: suhu 380C nadi 112x/mnt, RR24x/ mnt, kulit
teraba hangat, turgor kulit kering, mukosa bibir kering.
2) Hari kedua tanggal 31 Maret 2019
Dinas pagi
Selanjutnya tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis
pada hari kedua, Minggu, tanggal 31 Maret 2019 pukul 07.00 WIB
memonitor keadaan umum dan tanda tanda vital dengan respon
subyektif: ibu klien mengatakan An. A. badannya masih demam,
obyektif: suhu 37,70 nadi 114x/ menit, RR 22x/ menit, kulit tampak
kemerahan, badan teraba hangat, turgor kulit sedang, respon
obyektif: klien tampak lemah, Pada pukul 07.30 WIB
menganjurkan banyak minum, klien bersedia mengikuti anjuran,
klien minum 1 gelas susu dan air putih 200 ml. Pukul 08.00 WIB
memberikan terapi sesuai advis dokter, cipro 250 mg, paracetamol
44

250 mg dengan respon subyektif: ibu klien mengatakan bersedia


anaknya diberikan obat, respon obyektif: tidak ada tanda – tanda
alergi obat. Pukul 09.00 WIB penulis menganjurkan kompres air
hangat pada ketiak dan lipatan paha, respon subyektif: ibu klien
bersedia mengikuti anjuran, respon obyektif: An. A.di kompres
dengan air hangat. Pukul 12.00 mengukur tanda tanda vital: suhu
tubuh, nadi, RR dengan respon subyektif: ibu klien mengatakan
An. A demamnya sudah berkurang, obyektif: suhu 37,70C, nadi
116x/ menit, RR 22x/ menit. Pukul 13.00 memberikan paracetamol
250 mg, respon subyektif: klien bersedia minum obat, respon
obyektif: obat masuk tidak ada tanda- tanda alergi.
Dinas siang:
Pukul 16.00 WIB memonitor keadaan umum dan tanda- tanda vital,
respon subyektif, ibu klien mengatakan An. A. masih demam,
respon obyektif: kulit teraba hangat, kulit tampak kemerahan,
mucosa bibir kering, suhu 37,50C, nadi 112x/ menit, RR 22x/
menit.
Pukul 18.00 WIB penulis memberikan obat sesuai advis dokter
cipro 250 mg, respon subyektif: klien tidak muntah, respon
obyektif: obat masuk tidak ada tanda- tanda alergi. Pukul 20.00
WIB penulis memonitor tanda- tanda vital, respon subyektif: ibu
klien mengatakan klien demamnya sudah berkurang, respon
obyektif: 37,30C nadi 112x/ menit, RR22x/ menit.
Dinas malam
Pukul 21.00 WIB memberikan terapi sesuai advis dokter
Paracetamol 250 mg dengan respon subyektif: ibu klien
mengatakan bersedia anaknya diberikan obat, respon obyektif:
pasien diberikan obat tidak ada alergi terhadap obat. Pukul 22.00
WIB mengukur tanda – tanda vital, suhu 37,0C, nadi 112x/ menit,
RR 22x/ menit.

3) Hari ketiga Senin, tanggal 1 April 2019


45

Dinas pagi:
Pukul 07.10 WIB memonitor keadaan umum klien, respon
subyektif: ibu klien mengatakan an. A. badannya tidak demam dan
tidak lemas, respon obyektif suhu 37,10C, nadi 112/ menit, RR
24x/ menit. Pukul 07.30 memberikan obat cipro 250 mg, respon
subyektif: klien tidak muntah, respon obyektif: obat masuk tidak
ada tanda- tanda alergi. Pukul 8.30 WIB menganjurkan klien tirah
baring, respon subyektif: klien bersedia mengikuti anjuran, respon
obyektif: klien tirah baring. Pukul 09.00 WIB memotivasi klien
banyak minum, Respon subyektif: ibu klien mengatakan klien
minum sesuai anjuran, Respon obyektif : klien minum jus jambu 1
gelas, air putih 250 ml. Pukul 11.00 memonitor tanda-tanda vital,
respon subyektif: ibu klien mengatakan An. A. sudah tidak demam
dan tidak lemas, respon obyektif: suhu 36,70C, nadi 112x/ menit,
RR 22x/ menit. Pukul 12.00 WIB perencanaan pulang: ajarkan
untuk menjaga kebersihan tangan, anjurkan kepada ibu klien untuk
menjaga kebersihan makanan, anjurkan klien banyak istirahat,
anjurkan diet lunak, dan jelaskan pada ibu klien cara minum obat,
anjurkan periksa kembali satu hari sebelum obat habis.

b. Pasien an. M.
1) Implementasi hari pertama Senin tanggal 1 April 2019
Dinas pagi:
Pukul 12.00 WIB memonitor keadaan umum dan tanda- tanda vital,
respon subyektif: ibu klien mengatakan An. M. demam, respon
obyektif: keadaan umum sedang, kesadaran composmetis, kulit
teraba hangat, kulit tampak kemerahan, mucosa bibir kering, suhu
390C, nadi 132x/ menit, RR 32x/ menit. Pukul 13.00 WIB penulis
mengajarkan sekaligus mempraktekkan cara kompres air hangat
pada ketiak dan lipatan paha, respon subyektif: ibu klien
memahami apa yang diajarkan, respon obyektif: ibu klien
mmemberikan kompres hangat. Pukul 13.30 WIB menganjurkan
46

klien minum sedikit- sedikit tapi sering, respon subyektif: ibu klien
bersedia mengikuti anjuran memberikan klien minum sesering
mungkin, respon obyektif: klien minum ½ gelas susu dan air putih
100 ml. Pada jam 13.45 WIB menganjurkan memakai pakaian tipis
yang mudah menyerap keringat, respon subyektif: ibu klien
bersedia memakaikan pakaian tipis yang bisa menyerap keringat,
respon obyektif: An. M. menggunakan pakaian tipis.
Dinas siang:
Pukul 14.00 WIB penulis memberikan obat sesuai advis dokter,
antibiotik cefadroxil 250 mg, paracetamol syr 10 ml, respon
subyektif: klien tidak muntah, respon obyektif: obat masuk tidak
ada tanda- tanda alergi.
Pukul 16.00 WIB memonitor keadaan umum dan tanda – tanda
vital, respon subyektif: ibu klien mengatakan An. M. masih
demam, lemas, respon obyektif: ku sedang, kesadaran
composmetis, kulit teraba hangat, kulit tampak kemerahan, suhu
38,60C, nadi 110x/ menit, RR 26x/ menit. Pukul 17.00 WIB
menganjurkan kompres air hangat, respon subyektif: ibu klien
bersedia mengikuti anjuran, respon obyektif: klien dikompres air
hangat. Pukul 20.00 WIB monitor keadaan umum dan tanda- tanda
vital, respon subyektif: ibu klien mengatakan klien masih demam,
respon obyektif: ku sedang, kulit teraba hangat, suhu 380C, nadi
124x/ menit, RR 24x/ menit. Pukul 20.30 WIB memberikan obat
paracetamol 10 ml.
Dinas malam
Pukul 22.00 WIB menganjurkan kompres air hangat, respon
subyektif: ibu klien bersedia mengompres anaknya, respon
obyektif: klien dikompres air hangat. Pukul 23.00 WIB memonitor
tanda- tanda vital: suhu 37,80C, nadi 122x/ menit, RR 24x/ menit.

2) Hari kedua Selasa tanggal 2 April 2019


Dinas pagi:
47

Pukul 07.00 WIB memonitor KU dan tanda tanda vital: suhu tubuh,
nadi, RR dengan respon subyektif: ibu klien mengatakan An. M.
badannya masih demam, respon obyektif: suhu 37,70 nadi 124x/
menit, RR 24x/ menit, kulit tampak kemerahan, badan teraba
hangat, turgor kulit sedang respon obyektif: klien tampak lemah,
Pada pukul 07.30 WIB menganjurkan banyak minum, klien
bersedia mengikuti anjuran, klien minum 1 gelas susu dan air putih
100 ml. Pukul 08.00 WIB memberikan terapi sesuai advis dokter,
Cefadroxil 250 mg, paracetamol syr 10 ml dengan respon
subyektif: ibu klien mengatakan an. M. tidak muntah, respon
obyektif: obat masuk tidak ada tanda – tanda allergi. Pukul 09.00
WIB menganjurkan kompres air hangat pada ketiak dan lipatan
paha, respon subyektif: ibu klien bersedia mengikuti anjuran,
obyektif: An. M. di kompres dengan air hangat. Pukul 12.00
mengukur tanda tanda vital: suhu tubuh, nadi, RR dengan respon
subyektif: ibu klien mengatakan An. M. demamnya sudah
berkurang, respon obyektif: suhu 37,50C, nadi 120x/ menit, RR
24x/ menit. Pukul 13.00 memberikan paracetamol syr 10 ml,
respon subyektif: ibu klien mengatakan An. M. tidak
muntah.respon obyektif: obat masuk tidak ada tanda- tanda alergi.
Dinas siang
Pukul 16.00 WIB memonitor tanda- tanda vital, respon subyektif:
ibu klien mengatakan An. M. demamnya sudah berkurang, respon
obyektif: suhu 36,50C, nadi 120x/ menit, RR 24x/ menit. Pukul
18.00 WIB memberikan obat antibiotic sesuai advis dokter
Cefadroxil 250 mg, respon subyektif: ibu klien mengatakan A. M.
tidak muntah, respon obyektif: obat masuk tidak ada tanda- tanda
alergi. Pukul 20.00 WIB memonitor tanda- tanda vital, respon
subyektif: ibu klien mengatakan klien demamnya sudah berkurang,
respon obyektif: 37,30C nadi 112x/ menit, RR 22x/ menit.
Dinas malam
48

Pukul 21.00 WIB memonitor tanda- tanda vital, respon subyektif:


ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak demam, respon
obyektif: suhu 36,40C, nadi 122x/ menit, RR 26x/ menit.

3) Hari ketiga Rabu tanggal 3 April 2019.


Dinas pagi:
Pukul 07.10 WIB memonitor keadaan umum klien, respon
subyektif: ibu klien mengatakan An M. badannya sudah tidak
demam dan tidak lemas, respon obyektif: suhu 36,40C, nadi 112x/
menit, RR 22x/ menit. Pukul 07.30 memberikan obat cipro 250 mg,
respon subyektif: klien tidak muntah, respon obyektif: obat masuk
tidak ada tanda – tanda alergi. Pukul 07.30 WIB menganjurkan
klien tirah baring, respon subyektif: klien bersedia mengikuti
anjuran, respon obyektif: klien tirah baring. Pukul 08.00 WIB
memotivasi klien banyak minum (rekomendasi European hydration
institute anak umur 4 – 8 tahun: 1,6 liter perhari), Respon
subyektif: ibu klien mengatakan klien minum sesuai anjuran,
Respon obyektif : klien minum susu 1 gelas, air putih 100 ml.
Pukul 09.00 WIB perencanaan pulang: ajarkan untuk menjaga
kebersihan tangan, anjurkan kepada ibu klien untuk menjaga
kebersihan makanan, anjurkan klien banyak istirahat setelah
dirumah, anjurkan diet lunak, jelaskan pada ibu klien cara minum
obat, anjurkan periksa ulang satu hari sebelum obat habis.

6. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan


untuk dapat menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan. Evaluasi
pada dasarnya adalah membandingkan status keadaan kesehatan pasien
dengan tujuan atau kriteria hasil yang telah ditetapkan. (Tarwoto dan
Watonah, 2015).
49

a. Pasien An. A
Catatan perkembangan pada tanggal 1 April 2019 hari ke 3
pengelolaan, data subyektif: An. A. sudah tidak demam, data obyektif:
suhu 36,70C, nadi 112x/ menit, RR 22x/ menit, turgor kulit baik,
mukosa bibir lembab, kulit tidak teraba hangat. Analisa: berdasarkan
data subyektif dan data obyektif, hasilnya sudah sesuai dengan rencana
tujuan tindakan keperawatan yang sudah ditetapkan. Masalah
hipertermi berhubungan dengan infeksi salmonella typhosa teratasi,
intervensi dihentikan.

b. Pasien An. M

Catatan perkembangan pada tanggal 3 April 2019 hari ke 3


pengelolaan, data subjektif: An. M. sudah tidak demam, data objektif:
suhu 36,40C, nadi 112x/ menit, RR 24x/ menit, turgor kulit baik,
mukosa bibir lembab, kulit tidak teraba hangat. Analisa: berdasarkan
data subyektif dan data obyektif, hasilnya sudah sesuai dengan rencana
tujuan tindakan keperawatan yang sudah ditetapkan. Masalah
hipertermi berhubungan dengan infeksi salmonella typhosa teratasi,
intervensi dihentikan.

B. PEMBAHASAN

Pada dasarnya data yang ditemukan pada An. A. dan An. M. sesuai
dengan teori batasan hipertermi yaitu demam, suhu diatas normal, nadi
meningkat, ada nyeri, tetapi anak tidak mengalami seperti menggigil dan
merinding: anak tidak terlihat menggigil dan merinding, kulit kemerahan,
kehilangan selera makan, Sesuai batasan karateristik minor. Hasil laboratorium
Widal: An. A. Salmonella. Typhi O 1/320, Salmonella Typhi A 1/320 dan
Salmonella para typhi AO 1/180, An. M. Salmonella. Typhi O 1/320,
Salmonella Typhi A 1/320 dan Salmonella para typhi AO 1/160,
mengindikasikan adanya salmonella typhosa.
50

Penulis membahas dan menganalisis hasil dari pengelolaan


keperawatan hipertermi pada pasien anak dengan typhoid. An. A. pada tanggal
30 Maret 2019 – 1 April 2019 dan An. M. pada tanggal 1 April – 3 April 2019
di Puskesmas Petarukan Kabupaten Pemalang. Pengelolaan ini mencakup lima
tahap proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
rencana keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian
Pada pengkajian An. A. dan An. M tidak ditemukan perbedaan
data keduanya sesuai dengan batasan karateristik hipertermi yaitu demam,
kulit teraba hangat, kulit tampak kemerahan, mukosa bibir kering, Hasil
laboratorium Widal: An. A. Salmonella. Typhi O 1/320, Salmonella Typhi
A 1/320 dan Salmonella para typhi AO 1/180, An. M. Salmonella. Typhi
O 1/320, Salmonella TyphiA 1/320 dan Salmonella para typhi AO 1/160,
mengindikasikan adanya salmonella typhosa.
Berdasarkan hasil pemeriksaan An. A. diketahui suhu 38,90C (
perrektal), nadi 124x/ menit, RR 28x/ menit, kulit teraba hangat, turgor
kulit kering, mucosa bibir tidak lembab, sedangkan pada An.M. suhu 39ºC
(perrektal), nadi 132x/ menit, RR 32x/ menit, kulit teraba hangat, turgor
kulit kering, mucosa bibir kering, hal ini sesuai dengan batasan
karakteristik hipertermi menurut Frusiolina Ariani dan Estu Tiar (2013)
yaitu: Mayor (harus ada) suhu > 37,80C per oral dan 38,80C per rektal,
kulit hangat, takikardi, mayor (mungkin ada) kulit kemerahan, peningkatan
kedalaman napas, ruam, menggigil atau merinding, nyeri dan sakit yang
spesifik atau menyeluruh, kehilangan selera makan, berkeringat.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai
status kesehatan atau masalah aktual atau resiko dalam rangka
mengidentifikasi dan menentukan perencanaan keperawatan untuk
mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan klien yang
ada pada tanggung jawabnya. (Tarwoto dan Wartonah, 2015)
51

Penulis membahas mengenai kesesuaian dan kesenjangan


antara teori dengan kasus serta alasan penulis dalam menegakkan
diagnosa keperawatan.
Hasil pengkajian:
a. Pasien An. A.
Data subyektif yang didapatkan yaitu ibu An. A mengatakan An. A.
demam. Data objektif yaitu keadaan umum sedang, kesadaran
composmentis, kulit teraba hangat, kulit tampak kemerahan, mucosa
bibir kering. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu meliputi: suhu
38,90C, nadi 132x/ menit, RR: 22x/ menit. Hasil laboratorium Widal:
Salmonella. Typy O 1/320, Salmonella Typy A 1/320 dan Salmonella
para typhi AO 1/180.
b. Pasien An. M.
Data subyektif yang didapatkan yaitu ibu An. M..mengatakan An. M.
demam. Data objektif yaitu keadaan umum sedang, kesadaran
composmentis, kulit teraba hangat, kulit tampak kemerahan, mucosa
bibir kering. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu meliputi, suhu
390C, nadi 132x/ menit, RR 32x/ menit. Hasil laboratorium Widal:
Salmonella. Typhi O 1/320, Salmonella Typhi A 1/320 dan Salmonella
para typhi AO 1/160.

Berdasarkan hasil pengkajian kedua pasien tersebut maka dapat


disimpulkan bahwa diagnosa keperawatan: An A. dan An. M. adalah
Hipertermi Berhubungan Dengan Proses Infeksi Salmonella Typhosa.

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan untuk diagnosa keperawatan hipertermi


berhubungan dengan proses infeksi salmonella thyposa yaitu setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam pada An. A. dan An. M.
diharapkan hipertermi teratasi dengan kriteria hasil: suhu dalam rentang
normal (36-37°C), nadi dalam rentang normal (anak usia 1 – 6 tahun 70 –
120x / menit), RR rentang normal (anak 24 – 40x/ menit, anak umur 3 – 6
52

tahun: 22 – 34x/ menit), tidak ada perubahan warna kulit, suhu kulit tidak
teraba hangat, turgor kulit normal, mukosa bibir lembab.
Rencana tindakan yang penulis lakukan pada An A dan An. M tidak
ada perbedaan yaitu melakukan tindakan untuk menurunkan hipertermi
seperti monitor dan catat suhu tubuh, nadi dan RR setiap 2 - 4 jam sekali,
rasional: untuk mengetahui perkembangan keadaan umum pasien, berikan
kompres air hangat pada ketiak dan lipat paha, rasional: kompres hangat
menyebabkan vasodilatasi sehingga terjadi perpindahan panas secara
evorasi, menganjurkan minum sedikit- sedikit tapi sering, rasional: untuk
mencegah terjadinya dehidrasi sewaktu panas, anjurkan pasien untuk tirah
baring (bed rest), rasional: sebagai upaya pembatasan aktivitas, anjurkan
pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat,
rasional: untuk mempermudah penguapan panas, kolaborasi dengan dokter
pemberian antipiretik, rasional: untuk menurunkan panas. Hal ini sesuai
dengan Ardiansyah (2012) yang menyatakan bahwa pengobatan demam
typhoid terdiri atas tiga bagian yaitu: perawatan, diet dan obat-obatan.
Untuk perawatan, pasien dengan demam typhoid perlu dirawat di rumah
sakit untuk isolasi, observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring
absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14
hari.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang diberikan untuk hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhosa pada An A. dan An.
M. terdiri dari memonitor tanda - tanda vital setiap 2 atau 4 jam, memonitor
tanda- tanda hipertermi dan hipotermi, memberikan minum 1,6 liter sehari
selama 24 jam untuk mencegah terjadinya dehidrasi sewaktu panas,
memberikan kompres air hangat pada ketiak dan lipat paha untuk
mempercepat dalam penurunan produksi panas, menganjurkan pasien untuk
tirah baring (bed rest) sebagai upaya pembatasan aktivitas, menganjurkan
pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat untuk
membantu mempermudah penguapan panas, berkolaborasi dengan dokter
53

pemberian antipiretik. Implementasi keperawatan pertama adalah mengkaji


dan mencatat setiap 2 atau 4 jam. Hal ini sesuai dengan Ardiansyah (2012)
yang menyatakan bahwa mengkaji dan mencatat suhu tubuh setiap 2 atau 4
jam untuk mengidentifikasi tanda-tanda dehidrasi akibat panas.

Pada dasarnya, Implementasi keperawatan yang dilakukan pada an.


A. dan an. M. sudah sesuai dengan teori rencana tindakan keperawatan.
Namun ada hambatan disetiap mau memberikan obat, anak sulit untuk
diberikan obat, tetapi keluarga kooperatif, sehingga anak mau minum obat.
An. A. dan An. M. juga selalu memberontak bila dikompres hangat, tetapi
ibu klien kooperatif dalam memberikan kompres hangat. Hal ini sesuai
dengan pendapat Ardiansyah (2012) yaitu kompres hangat memberi efek
vasodilatasi pembuluh darah, sehingga mempercepat penguapan tubuh.

5. Evaluasi Keperawatan .

Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan


untuk dapat menentukan kerhasilan dalam asuhan keperawatan. Evaluasi
pada dasarnya adalah membandingkan status keadaan kesehatan pasien
dengan tujuan atau kriteria hasil yang telah ditetapkan. (Tarwoto dan
Wartonah, 2015).
Setelah dilakukan implementasi keperawatan selama 3 x 24 jam pada:
a. Pasien an. A.
Didapatkan hasil data subyektif: ibu pasien mengatakan anaknya sudah
tidak demam lagi dan data obyektif: suhu 36,7°C, nadi 112 x/ menit, RR:
22 x/ menit, kulit pasien tidak kemerahan, akral teraba normal (tidak
hangat), turgor kulit baik, mucosa bibir lembab.
b. Pasien an. M.
Didapatkan hasil data subyektif: ibu pasien mengatakan anaknya sudah
tidak demam lagi dan data obyektif: suhu 36,4°C, nadi 114 x/ menit, RR:
22 x/ menit, kulit pasien tidak kemerahan, akral teraba normal (tidak
hangat), dan turgor kulit baik, mucosa bibir lembab.
54

Kriteria hasil dari tindakan keperawatan hipeterrmi pada klien


typhoid yaitu suhu tubuh dalam batas normal dengan kriteria hasil suhu
tubuh (36,°C – 37°C), nadi dalam rentang normal (70 – 120 x/menit) dan
respiratory dalam rentang normal (anak umur 1 – 3 tahun: 24 – 40x/
menit, anak umur 3 – 6 tahun 22 – 34 x/ menit), tidak ada perubahan
warna kulit (kulit tidak kemerahan), pasien merasa nyaman, akral teraba
normal (tidak hangat), mucosa bibir lembab.
Hasil evaluasi tindakan keperawatan: setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam, suhu tubuh An. A.: 36,70C, An. M.:
36,40C (rentang normal 360C – 370C), nadi An. A.: 112x/ menit, An. M.:
114x/ menit (rentang normal: 70 – 120x/ menit), akral kulit tidak teraba
hangat, kulit tidak tampak kemerahan, mucosa bibir lembab, hasil yang
didapatkan sudah sesuai dengan perencanaan tujuan dan kriteria hasil
menurut teori, masalah hipertermi teratasi. sehingga tidak membutuhkan
rencana keperawatan lanjutan. Pasien dapat melanjutkan perawatan
dirumah dan rawat jalan. Penulis tidak menemukan adanya perbedaan
dalam pemberian asuhan keperawatan hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi salmonella typhosa.
55

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil dari pembahasan dan tujuan penulisan laporan kasus


Pengelolaan Keperawatan Hipertermi Pada Pasien Anak dengan
Typhoid di Ruang Rawat Inap Puskesmas Petarukan Kabupaten
Pemalang sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada


a. Pasien an. A.
Pada tanggal 30 Maret 2019 pukul 07.00 didapatkan data
subektif: demam, data obyektif: suhu 38,90C (rentang normal
360C – 370C), nadi: 128x/ menit (rentang normal 70 – 120x/
menit), bisa disimpulkan bahwa suhu dan nadi An. A. ada
kesesuaian antara konsep teori. Namun terdapat kesenjangan
antara konsep teori, yaitu didapatkan data obyektif: RR 28x/
menit, rentang normal 22 – 34x/ menit atau tidak terjadi
peningkatan kedalaman nafas sehingga tidak sesuai dengan
konsep teori yaitu terjadi peningkatan kedalaman nafas.

b. Pasien an. M.
Pada tanggal 1 April 2019 pukul 11.00 didapatkan data
subyektif: demam, data obyektif: suhu 390C (rentang normal
360C – 370C), nadi 132x/ menit (rentang normal 70 - 120x/
menit), bisa disimpulkan bahwa suhu dan nadi An. A. ada
kesesuaian antara konsep teori. Namun terdapat kesenjangan
antara konsep teori, yaitu didapatkan data obyektif: RR 32x/
menit, rentang normal 22 - 34x/ menit atau tidak terjadi
peningkatan kedalaman nafas sehingga tidak sesuai dengan
konsep teori yaitu terjadi peningkatan kedalaman nafas.
56

2. Berdasarkan data-data yang ditemukan penulis pada saat


melakukan analisa data pada an. A. dan an. M., muncul masalah
keperawatan hipertermi dengan diagnosa keperawatan hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhosa.

3. Perencanaan yang disusun penulis untuk mengatasi masalah


hipertermi terdiri atas perencanaan tujuan dan perencanaan
tindakan. Perencanaan tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan suhu tubuh an. A. dan
an. M. dalam batas normal dengan kriteria hasil suhu tubuh dalam
rentang normal: (36°C - 37°C), nadi dalam rentang normal (anak
usia 1 - 10 tahun): 70 - 120x/ menit, dan respiratory dalam rentang
normal (anak usia 4 - 10 tahun: 22 – 34x/ menit (anak usia 1- 3
tahun: 24 - 40x/ menit), kulit tidak teraba hangat, tidak ada
perubahan warna kulit, mucosa bibir tidak kering, pasien merasa
nyaman. Perencanaan tindakan yang akan dilakukan, yaitu dengan
melakukan monitor keadaan umum, monitor tanda - tanda vital 2 -
4 jam sekali, monitor tanda – tanda hipertermi dan hipotermi,
anjurkan tirah baring (bedrest), beri tindakan kompres air hangat di
leher, ketiak dan lipat paha, anjurkan pasien banyak minum ( anak
umur 4 – 8 tahun minum 1,6 liter perhari), anjurkan klien untuk
memakai pakaian yang tipis yang menyerap keringat, kolaborasi
dengan dokter pemberian antipiretik. Seluruh kegiatan yang
dilakukan dengan metode kunjungan ke bed pasien.

4. Pada tahap implementasi keperawatan yang dilakukan pada An. A.


dan An. M. pada dasarnya sudah sesuai dengan teori rencana
tindakan keperawatan. Namun ada hambatan disetiap mau
memberikan obat, anak sulit untuk diberikan obat, tetapi keluarga
kooperatif, sehingga anak mau minum obat. An.A. dan An. M. juga
selalu memberontak bila dikompres air hangat, tetapi ibu klien
kooperatif dalam memberikan kompres air hangat, sehingga semua
57

rencana tindakan keperwatan bisa di laksanakan tanpa hambatan.


Pada pengelolaan Asuhan Keperawatan hipertermi pada anak
dengan typhoid pada An. A. dan an. M., penulis dibantu dengan
perawat ruangan karena keterbatasan waktu dari penulis melalui
pendelegasian, serta melibatkan keluarga dalam melakukan
implementasi keperawatan terhadap pasien, agar anak dapat lebih
kooperatif.

5. Hasil evaluasi pengelolaan asuhan keperawatan hipertermi pada


Setelah dilakukan implementasi keperawatan selama 3 x 24 jam
pada:
a. Pasien an. A.
Didapatkan hasil data subyektif: ibu pasien mengatakan
anaknya sudah tidak demam lagi dan data obyektif: suhu
36,7°C, nadi 112 x/ menit, RR: 22 x/ menit, kulit pasien tidak
kemerahan, akral teraba normal (tidak hangat), turgor kulit
baik, mucosa bibir lembab.
Hasil evaluasi tindakan keperawatan: setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, suhu tubuh: 36,70C
(rentang normal 360C – 370C), nadi: 112x/ menit (rentang
normal: 70 – 120x/ menit), akral kulit tidak teraba hangat, kulit
tidak tampak kemerahan, mucosa bibir lembab. Hasil yang
didapatkan sudah sesuai dengan perencanaan tujuan dan kriteria
hasil menurut teori, masalah hipertermi teratasi. sehingga tidak
membutuhkan rencana keperawatan lanjutan. Pasien dapat
melanjutkan perawatan dirumah dan rawat jalan. Anjurkan pada
ibu klien untuk menjaga kebersihan makanan, anjurkan pada ibu
klien untuk memberikan makan lunak, Jelaskan pada ibuklien
cara minum obat, anjurkan periksa ulang 1 hari sebelum obat
habis
58

b. Pasien an. M.
Didapatkan hasil data subyektif: ibu pasien mengatakan
anaknya sudah tidak demam lagi dan data obyektif: suhu
36,4°C, nadi 114 x/ menit, RR: 22 x/ menit, kulit pasien tidak
kemerahan, akral teraba normal (tidak hangat), dan turgor kulit
baik, mucosa bibir lembab.
Hasil evaluasi tindakan keperawatan: setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, suhu tubuh: 36,40C
(rentang normal 360C – 370C), nadi: 114x/ menit (rentang
normal: 70 – 120x/ menit), akral kulit tidak teraba hangat, kulit
tidak tampak kemerahan, mucosa bibir lembab. Hasil yang
didapatkan sudah sesuai dengan perencanaan tujuan dan kriteria
hasil menurut teori, masalah hipertermi teratasi. sehingga tidak
membutuhkan rencana keperawatan lanjutan. Pasien dapat
melanjutkan perawatan dirumah dan rawat jalan. Anjurkan pada
ibu klien untuk menjaga kebersihan makanan, anjurkan pada ibu
klien untuk memberikan makan lunak, Jelaskan pada ibuklien
cara minum obat, anjurkan periksa ulang 1 hari sebelum obat
habis

B. SARAN
Manfaat:
1. Bagi Masyarakat
Membudayakan pengelolaan asuhan keperawatan Hipertermi
secara mandiri melalui pengelolaan atau manajemen dengan cara
tindakan secara mandiri.

2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan


a. Sebagai penelitian pendahuluan untuk mengawali penelitian
lebih lanjut tentang tindakan relaksi progresif secara tepat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan
Hipertermi.
59

b. Sebagai salah satu sumber informasi pelaksanaan penelitian


bidang keperawatan tentang tindakan relaksasi progresif pada
pasien anak Hipertermi pada masa yang akan datang dalam
rangka peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan.

3. Peneliti:
Memperoleh pengalaman dalam melaksanakan aplikasi riset
keperawatan ditatanan pelayanan keperawatan, khususnya
penelitian tentang keperawatan pasien anak dengan Hipertermi.

Anda mungkin juga menyukai