Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

IDENTIFIKASI KATION DENGAN UJI NYALA

OLEH:

PUTU LAKSMI DEVI 1713081001


I KADEK PARWANTARA ARYANIKA 1713081013
NI LUH PUTU AGUSTINA PUTRI 1713081015

PROGRAM STUDI
KIMIA JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2019
IDENTIFIKASI KATION DENGAN UJI NYALA

I. Tujuan Praktikum

Mengamati warna nyala kation dari garam NaCl, KCl, CaCl2, SrCl2 dan
BaCl2.

Membedakan warna nyala kation dari garam NaCl, KCl, CaCl2, SrCl2 dan
BaCl2.

Mengidentifikasi kation dari sampel unknown dengan mengamati warna
nyala.
II. Dasar Teori
Analisis secara kualitatif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara
basah dan kering. Identifikasi cara basah dilakukan dengan penambahan zat
lain yang susunannya telah diketahui sehingga terjadi perubahan yang disebut
reaksi kimia. Identifikasi cara kering biasanya dilakukan untuk zat padat
dengan mengamati perubahan-perubahan baik sifat fisika maupun kimia zat
yang disebabkan oleh pengaruh-pengaruh luar, misalnya dengan mengamati
warna nyala cuplikan saat dibakar dengan api bunsen.
Perubahan-perubahan baik sifat fisika maupun sifat kimia suatu zat
oleh pengaruh luar dapat dilihat pada identifikasi cara kering dengan teknik
uji warna nyala. Pada uji warna nyala suatu sampel dibakar pada nyala api
Bunsen yang tidak berwarna atau berwarna biru. Untuk dapat melakukan uji
nyala ini, maka diperlukan pemahaman tentang struktur nyala api bunsen.
Nyala Bunsen dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:
a = daerah suhu rendah
b = daerah nyala paling panas
c = daerah oksidasi bawah
d = daerah oksidasi atas
e = daerah reduksi atas
f = daerah reduksi bawah

2
Bagian-bagian dari nyala Bunsen secara terperinci dan fungsinya dapat diliht
pada tabel berikut:
Tabel 1. Bagian Daerah Nyala Api Bunsen dan Fungsinya
Bagian Daerah Nyala Api Bunsen Fungsinya
a: daerah suhu rendah Dipakai untuk menguji zat-zat yang
mudah menguap.
b: daerah nyala paling panas/daerah Digunakan untuk menguji sifat
peleburan peleburan suatu zat dan melengkapi
daerah suhu rendah dalam menguji
kemudahan relatif suatu zat untuk
menguap.
c: daerah oksidasi bawah Digunakan untuk mengoksidasi zat-
zat yang larut dalam mutu boraks,
fosfat, dan karbonat.
d: daerah oksidasi atas Digunakan untuk mengoksidasi zat-
zat yang tidak memerlukan suhu
tinggi. Warna nyala tidak berwarna
dan nyalanya tidak sepanas di daerah
oksidasi bawah.
e: daerah reduksi atas Digunakan untuk mengoksidasi
oksida-oksida berupa kerak menjadi
logam. Pada daerah ini banyak
mengandung karbon berpijar dan
berupa kerucut berwarna biru.
f: daerah reduksi bawah Digunakan untuk mereduksi boraks
lelehan.

Uji nyala pada umumnya digunakan untuk mengidentifikasi


keberadaan ion logam dalam jumlah yang relatif kecil pada sebuah senyawa.
Tidak semua ion logam menghasilkan warna nyala. Untuk senyawa-senyawa
golongan IA dan IIA, uji nyala biasanya merupakan cara yang paling mudah
untuk mengidentifikasi logam yang terdapat dalam senyawa. Logam-logam

3
tersebut menghasilkan warna nyala yang khas/karakteristik apabila
senyawanya dimasukkan dalam nyala api. Warna nyala khas dari beberapa
atom unsur logam adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Warna Nyala dari Beberapa Logam
Logam Warna Nyala
Tanpa Kaca Kobalt Dengan Kaca Kobalt
Natrium(Na) Kuning keemasan -
Kalium(K) Violet(ungu) Merah padam
Kalsium(Ca) Merah bata Hijau muda
Stronsium(Sr) Merah padam Ungu
Barium(Ba) Hijau kekuningan Hijau kebiruan

Energi tertentu dari nyala api diserap oleh elektron-elektron dalam


atom unsur logam hingga logam berada pada keadaan tereksitasi. Pada
keadaan tersebut, atom logam bersifat tidak stabil, sehingga mudah kembali
ke keadaan semula (ground state) disertai dengan pelepasan energi nyala
yang khas dalam bentuk cahaya (hv). Setiap atom unsur logam mengalami
transisi elektronik yang unik bagi masing-masing logam, sehingga besarnya
energi yang diserap atau yang dipancarkan oleh setiap atom unsur logam
adalah khas. Hal ini dapat ditunjukkan dari warna nyala atom-atom logam
yang mampu menyerap radiasi cahaya di daerah sinar tampak. Sebagai
contoh, warna nyala kuning natrium merupakan hasil emisi foton (energi)
ketika elektron dalam orbital 3p1 (dalam keadaan tereksitasi) kembali ke
orbital 3s1 (dalam keadaan dasar). Hadirnya elektron 3p1 ini berasal dari
reaksi pembakaran dalam nyala api yang ditangkap oleh ion Na+ dalam
senyawanya.

4
III. Alat dan Bahan
Tabel 3. Alat dan bahan
Alat Jumlah Bahan Jumlah
Pipet Tetes 1 buah Garam klorida dari Secukupnya
Gelas Arloji 2 buah Natrium, Kalium,
Gelas Kimia 2 buah Barium, Kalsium,
Plat tetes 5 buah Stronsium dan sampel
unknown
Kaca Kobalt 1 buah HCl Pekat Secukupnya
Kawat Nikrom 1 buah
Spatula 1 buah
Kompor gas 1 buah
Penjepit 1 buah

5
IV. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan
Tabel 4. Prosedur kerja dan hasil
pengamatan
NO. PROSEDUR KERJA HASIL PENGAMATAN
Membuat Nyala Api Kompor Gas
1. Kompor gas disiapkan beserta tabung gas elpijinya.
2. Api dinyalakan dngan memutar tombol on/off pada bagian
depan kompor.

Identifikasi Kation
1. Kawat platina nikrom dibersihkan
dengan cara dimasukkan ujungnya
ke dalam larutan HCl pekat,
kemudian dibakar dalam nyala api.

6
Kawat platina nikrom dimasukkan dalam HCl lalu dibakar hingga berwarna putih. Ini
menandakan kawat platina nikrom sudah bersih dan tidak terkontaminasi zat apapun.
2. Sebanyak 1 gram sampel padat
dari garam-garam klorida diatas di
tempatkan dalam kaca arloji.
Tambahkan beberapa tetes HCl pekat
Pengamatan Warna Nyala
ke dalam sampel tersebut
No. Logam Dengan Kaca Kobalt
sehingga menghasilkan sampel yang Tanpa Kaca Kobalt
kental. 1. NaCl
3. Kawat platina yang sudah bersih
ditempelkan ujungnya ke dalam
sampel, lalu dibakar pada daerah
nyala yang sesuai.
4. Warna nyala yang dihasilkan diamati
dan dicatat. Tak berwarna

5. Warna nyala diamati dan dicatat Kuning keemasan


kembali dengan kaca kobalt guna
mendapatkan hasil pengamatan yang
lebih baik lagi.

7
6. Hal yang sama dilakukan untuk 2. KCl
sampel unknown A, B, C yang
diberikan oleh laboran, dan
menentukan unsur logam penyusun
sampel tersebut.
7. Sampel unknown diidentifikasi Merah
setelah diamati warna nyalanya.
Ungu (lilac)
3. BaCl2

Biru

Hijau

8
4. CaCl2

Biru muda

Merah bata
5. SrCl2

Ungu
Merah padam

9
5. Sampel
unknown A

Tak berwarna

Kuning keemasan

1
6. Sampel
unknown B

Ungu

Merah bata
7. Sampel
unknown C

Biru

Hijau kebiruan

1
V. Pembahasan
Pada praktikum uji nyala kali ini yaitu mengidentifikasi kation dengan
uji nyala dimana pada praktikum ini menggunakan garam-garam klorida yaitu
natrium, kalium, kalsium, stronsium, dan barium dan unknow sampel
dikarenakan apabila garam-garam tersebut dibakar maka akan menghasilkan
atau mampu mengeluarkan warna yang spesifik. Pada praktikum kali ini
diawali dengan menyalakan kompor gas hingga mendapatkan nyala api yang
tidak berwarna atau berwarna kebiruan. Kemudian membersihkan kawat
platina nikrom terutama pada ujung kawat (tempat sampel) dengan cara
memasukkan ujung kawat platina ke dalam larutan HCl pekat. Dalam
membersihkan kawat nikrom ini digunakan HCl pekat karena HCl dapat
melarutkan pengotor-pengotor atau zat pengganggu yang mudah menempel
pada kawat nikrom sehingga pengotor tesebut dapat dengan mudah menguap
dari kawat sehingga kawat benar-benar bersih. Kemudian pembersihan kawat
dilanjutkan dengan membakar ujung kawat yang telah dimasukan ke dalam
HCl tersebut pada daerah peleburan nyala api atau daerah dengan nyala api
paling panas sehingga nyala yang dihasilkan dari pembakaran kawat ini
berwarna putih, yang menunjukkan sudah hilangnya kontaminan atau oksida-
oksida yang masih menempel pada kawat platina nikrom sebelum
pembersihan.
Tahap selanjutnya adalah menambahkan beberapa tetes HCl pekat ke
dalam sampel padat. Tujuan penambahan HCl ke dalam plat tetes yang berisi
sampel adalah agar sampel menjadi kental dan mudah menempel pada ujung
kawat nikrom. Kemudian ujung kawat platina nikrom yang telah dibersihkan
ditempelkan pada sampel dan di bakar pada nyala api kompor, dimana sampel
logam natrium dan kalium dipanaskan pada daerah oksidasi bawah sedangkan
untuk logam barium, stronsium dan kalsium dipanaskan daerah peleburan.
Natrium dan kalium dipanaskan pada daerah oksidasi bawah karena bersifat
mudah menguap. Sedangkan barium, stronsium dan kalsium dipanaskan pada
daerah peleburan karena lebih sukar menguap.
Perbedaan sifat dari kedua golongan logam ini berkaitan dengan titik
uap dari logam alkali (natrium dan kalium) dan alkali tanah (barium,
stronsium,

1
dan kalsium). Dimana, titik uap dari alkali dan alkali tanah berkaitan dengan
kuat ikatan logam yang terjadi pada kedua logam alkali dan alkali tanah.
Jumlah elektron-elektron yang terdelokalisasi disekitar inti atom logam dapat
menjadi indikator untuk mengetahui kekuatan relatif ikatan logam. Sehingga
dengan banyaknya elektron yang mengelilingi inti atom logam maka gaya
tarik antara inti atom logam dengan elektron-elektron akan semakin kuat. Hal
ini menyebabkan ikatan logam semakin kuat sehingga titik uapnya semakin
tinggi. Identifikasi kation dengan uji nyala diawali dengan pemanasan sampel,
dimana pada proses pemanasan tersebut sampel logam akan terurai
menghasilkan unsur-unsur penyusunnya dalam wujud gas. Setelah terurai
kemudian atom-atom unsur logam tersebut menyerap energi panas dan
membentuk atom logam yang berenergi tinggi atau mengalami eksitasi.
Akibat adanya eksitasi maka logam tersebut menjadi tidak stabil dan mudah
kembali ke keadaan semula dengan memancarkan energi yang diserap
ketika pembakaran dalam bentuk cahaya. Keadaan ini yang menyebabkan
warna nyala sebagai hasil pemancaran energi dari masing-masing logam.
Dalam proses pengamatan tersebut juga dibantu dengan menggunakan
bantuan kaca kobalt sehingga kontaminan cahaya tidak terlihat dan
memperjelas hasil
pengamatan.
Warna nyala yang dihasilkan oleh masing-masing garam-garam
klorida alkali dan alkali tanah memiliki perbedaan akibat kemampuan atom-
atom dari tiap logam untuk menyerap energi dalam bentuk panas ketika
dibakar juga berbeda. Salah satu contohnya adalah ion natrium, dimana dalam
keadaan tidak tereksitasi memiliki konfigurasi elektron 1s22s22p6. Jika
dilakukan pembakaran atau pemanasan, elektron-elektron akan mendapatkan
energi dan bisa berpindah ke orbital kosong manapun pada level yang lebih
tinggi, misalnya berpindah ke orbital 7s atau 6p atau 4d, tergantung pada
berapa banyak energi yang diserap oleh elektron tertentu dari nyala. Karena
elektron-elektron sudah berada pada level yang lebih tinggi dan lebih tidak
stabil dari segi energi (tereksitasi), maka elektron-elektron cenderung turun
kembali ke level dimana sebelumnya elektron tersebut berada, namun tidak
harus secara bersamaan.

1
Adanya perpindahan elektron ini menyebabkan sebuah spektrum garis yang
berwarna, yang dapat dilihat dengan warna tertentu.
Setiap logam memiliki spektrum yang berbeda karena besarnya lompatan
atau perpindahan elektron berbeda untuk setiap ion logam sehingga warna
nyala yang berbeda. Dimana, warna nyala dari logam natrium adalah kuning
keemasan, kalium berwarna ungu, kalsium berwarna merah bata, stronsium
berwarna merah padam, dan barium berwarna hijau kekuningan. Keseluruhan
warna nyala tersebut akan terlihat berbeda apabila dilihat dengan kaca kobalt
karena warnanya akan terserap. Dimana logam natrium akan tidak berwarna,
sehingga warnanya mengikuti warna api bunsen, logam kalium adalah merah
padam, logam kalsium adalah hijau muda, logam stronsium adalah ungu, dan
barium adalah hijau kebiruan.
Sampel unknown yang telah disiapkan oleh laboran ketika
diidentifikasi dan diperoleh warna nyala sampel yaitu untuk sampel unknown
A berwarna kuning keemasan dengan menggunakan kaca kobalt didapatkan
tidak ada warna yang dimana sampel ini bisa dikatakan sebagai logam
natrium, untuk sampel unknown B berwarna merah padam saat dipanaskan
dan dilihat dengan kaca kobalt warna nya adalah ungu yang menandakan ini
adalah logam stronsium, dan sampel unknown C berwarna hijau saat
dipanaskan dan dilihat dengan kaca kobalt berwarna biru dimana ini
menandakan sampel ini adalah tembaga.

VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok kami, maka dapat
disimpulkan bahwa identifikasi kation dapat dilakukan dengan uji nyala
dimana untuk pengujian dilakukan pada beberapa garam klorida dari
golongan alkali dan alkali tanah yang memberikan warna : untuk kalsium
berwarna merah bata, barium berwarna hijau kekuningan, kalium berwarna
ungu(lilac), natrium berwarna kuning keemasan, stronsium berwarna merah
padam dan untuk sampel unknown A berwarna kuning keemasan dengan
menggunakan kaca kobalt didapatkan tidak ada warna yang dimana sampel
ini bisa dikatakan sebagai logam natrium, untuk sampel unknown B berwarna
merah padam saat

1
dipanaskan dan dilihat dengan kaca kobalt warna nya adalah ungu yang
menandakan ini adalah logam stronsium, dan sampel unknown C berwarna
hijau saat dipanaskan dan dilihat dengan kaca kobalt berwarna biru dimana
ini menandakan sampel ini adalah tembaga.

1
DAFTAR PUSTAKA
Selamat, I Nyoman dan I Gusti Lanang Wiratma. 2004. Penuntun Pratikum Kimia
Analitik. Singaraja : IKIP Negeri Singaraja.
Sastrawidana, I Dewa Ketut., dkk. 2001. Buku Penuntun Belajar Kimia Analatik
Kualitatif. Singaraja : IKIP Negeri Singaraja.
Sugiarto, Kristian H.. 2003. Common Text Book: Kimia Anorganik II. Yogyakarta:
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA.

1
JAWABAN PERTANYAAN
1. Mengapa hanya atom unsur natrium, kalium, kalsium, barium,
stronsium yang umum diidentifikasi dengan uji nyala ?
Jawab : Unsur golongan alkali dan alkali tanah umumnya digunakan dalam
identifikasi uji nyala karena unsur-unsur tersebut memiliki warna nyala yang
sangat khas dan tajam sehingga sangat mudah untuk diamati. Untuk uji nyala
ini biasanya digunakan garam-garam kloridanya. Atom unsur tersebut
mempunyai kemampuan yang besar untuk menyerap energi panas untuk
membentuk atom logam yang berenergi tinggi (keadaan tereksitasi). Pada
keadaan ini atom logam tersebut sifatnya tidak stabil sehingga mudah
kembali ke keadaan semula (berenergi rendah) dengan cara memancarkan
energi yang diserapnya dalam bentuk spektrum emisi yang sebenarnya.
spektrum ini terdiri atas beberapa garis warna atau panjang gelombang yang
khas bagi setiap unsur. untuk unsur golongan alkali dan alkali tanah memiliki
panjang gelombang tertentu dan nyala warna khas serta sangat mudah untuk
dikenali melalui uji nyala. Selain itu juga garam-garam klorida tersebut
digunakan pada identifikasi uji nyala karena pada saat dibakar, garam-garam
klorida tersebut mampu mengeluarkan warna yang spesifik.
2. Mengapa dalam percobaan ini digunakan HCl untuk membersihkan
kawat nikrom dan dipakai dalam 4.2.b (agar sampel menjadi kental) ?
Jawab : Dalam percobaan ini digunakan HCl yaitu untuk membersihkan
kawat nikrom karena HCl dapat melarutkan pengotor-pengotor atau zat
penggangu yang mungkin masih menempel pada kawat nikrom sehingga
kawat nikrom menjadi bersih. Selain itu juga pembakaran HCl tidak
memberikan warna sehingga tidak mempengaruhi atau mengganggu warna
nyala loga alkali dan alkali tanah ketika diamaati dan juga ditambahkan HCl
ke sampel yaitu untuk membuat sampel menjadi kental sehingga mudah
menempel pada kawat nikrom.
3. Dalam prosedur analisis secara umum (kualitatif dan kuantitatif)
haruskah dilakukan uji nyala ? jelaskan !
Jawab : Dalam prosedur analisis secara umum baik itu analisis kualitatif
maupun kuantitaf harus dilakukan uji nyala, hal ini karena uji nyala merupakan

1
salah satu uji yang harus dilakukan dalam analisis kualitatif terutama untuk
pengujian dari zat-zat yang padat (reaksi kering). Uji nyala ini merupakan
identifikasi kation yang bermanfaat dalam waktu singkat. Uji nyala ini
dilakukan apabila senyawa-senyawa yang ingin diketahui penyusunnya
mampu menunjukan warna yang khas. Jika tidak maka hasil analisis akan
sulit dilakukan yang berimplikasi pada kevalidan data yang diperoleh dan
didapat informasi secara kualitatif maka tahap selanjutnya adalah analisis
kuantitatif.

Anda mungkin juga menyukai