KATION
Golongan V
Disusun Oleh :
Atikah Nur Hanifah
Cassandra Permana
Dinda Ifania Syaharani
Meisha Dina Sulistiawati
Kelompok 4
Uji Pendahuluan ( Uji Nyala Kation )
Uji nyala (flame test) merupakan salah satu jenis analisis kualitatif untuk menentukan kandungan
logam yang terdapat pada sampel. Karena merupakan analisis kualitatif, uji nyala hanya dapat
digunakan untuk menentukan jenis kation logam yang terkandung dalam suatu sampel, bukan kadar
atau jumlah kandungan logam tersebut.
Beberapa senyawa logam dapat memberikan warna yang khas pada pembakar bunsen misalnya
kuning dari Natrium, dan lembayung dari kalium. Beberapa logam mempunyai warna nyala yang
spesifik sehingga dapat dilakukan uji warna nyala sebagai salah satu cara identifikasi kation dengan
reaksi kering. Ketika melakukan tes nyala perlu difahami secara benar bagian-bagian utama nyala
bunsen. Tes nyala dilakukan dengan cara mencelupkan kawat ose ke dalam HCl pekat lalu
disentuhkan pada zat akan diperiksa kemudian dimasukan dalam nyala bunsen.
Uji Pendahuluan ( Uji Nyala Kation )
Warna nyala dapat dilihat dengan mata langsung atau melalui kaca kobalt
seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Jenis Kation Warna Nyala Warna Nyala dengan
Kaca Kobalt
Prinsip dari uji nyala kation itu sederhana yaitu dengan melihat perubahan
warna nyala api. Karena beberapa logam memberikan warna nyala yang khas
bila dibakar pada api oksidasi. Metoda ini sebenarnya metoda klasik tetapi
masih cukup akurat untuk analisis kualitatif. Alat yang dipakai hanyalah kawat
ose atau kawat platina, logam ini yang dipakai karena kedua kawat tersebut
tidak akan memberikan warna bila dibakar.
PROSEDUR KERJA
Ambil sampel
Siapkan seujung Taruh dikaca
Sampel spatula Bakar kawat Ose
arloji
Amati warna
nyala pada api
yang muncul
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN
Pada uji warna, zat uji dibakar pada nyala api yang bertujuan untuk mengamati nyala yang dihasilkan.
Jika senyawa kimia dipanaskan maka akan terurai menghasilkan unsur-unsur penyusunnya dalam
wujud gas atau uap yang selanjutnya atom-atom tersebut mampu menyerap sejumlah energi panas
untuk membentuk atom logam berenergi tinggi. Pada keadaan ini atom logam tersebut sifatnya tidak
stabil (keadaan tereksitasi) sehingga mudah kembali ke keadaan semula (berenergi rendah) dengan
cara memancarkan energi diserapnya dalam bentuk cahaya.
Ose dicelupkan pada HCl pekat kemudian dibakar yang berfungsi untuk membersihkan ose.
Selanjutnya ose dicelupkan lagi pada HCl pekat agar sampel mudah menempel pada kawat ose.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN
Uji nyala kation merupakan suatu rangkaian analisa kuantitatif pendahuluan untuk mengidentifikasi
suatu kation tahap awal yang prinsipnya adalah melihat perubahan warna nyala api yang dihasilkan
ketika suatu kation di bakar di atasnya.
Percobaan uji nyala pada kation yang telah dilakukan pada beberapa sampel diperoleh hasil
pengamatan nyala api pada kation Ba2+ Hijau pucat sesuai dengan warna nyala api pada pengamatan
oleh (Hamdani, 2012) yakni berwarna hijau. reaksi pembakaran uji pada kation ini dapat dituliskan
sebagai,
Kation selanjutnya adalah Ca2+ dan Sr2+ yang masing-masing memberikan warna api merah jingga dan merah
saat pengamatan, warna nyala sesuai dengan pengamatan oleh (Hamdani, 2012) yakni api berwarna merah
bata dan merah padam. reaksi pembakaran uji pada kation ini dapat ditulis sebagai :
kation berikutnya adalah Na+ yang memberikan warna kuning terang dan K + atau kalium yang memberikan
warna nyala api ungu ketika dibakar, warna nyala sesuai dengan kajian literatur pada buku analisis kualitatif
Vogel edisi I. Reaksi yang menyertai pengujian ini ialah sebagai berikut ;
K+ + O2 -> K2O
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN
Cu2+ dan Sn2+ masing-masing memberikan warna nyala api hijau kebiruan dan ungu, ada perbedaan nyala api
yang dihasilkan pada pengamatan dengan kajian teori dari … yakni Sn 2+ akan memberikan warna nyala api
biru putih sedangkan nyala api pada pengamatan adalah ungu. Reaksi yang terjadi dapat dijabarkan
menjadi ;
Garam timbal, Bismut (III), dan Arsen ketiganya memberikan nyala api biru, sesuai dengan kajian literatur
buku Vogel edisi II yang menyatakan bahwa Timbal, Bi 3+, dan As3+ akan memberikan warna nyala api biru
keabuan dan kawat nikrom lama-lama akan berkorosi, sayangnya untuk arsenik tidak dapat dilakukan karena
keterbatasan bahan yang ada di laboratorium. Reaksi yang dapat terjadi adalah sebagai berikut ;
Garam timbal, Bismut (III), dan Arsen ketiganya memberikan nyala api biru, sesuai dengan kajian literatur
buku Vogel edisi II yang menyatakan bahwa Timbal, Bi 3+, dan As3+ akan memberikan warna nyala api biru
keabuan dan kawat nikrom lama-lama akan berkorosi, sayangnya untuk arsenik tidak dapat dilakukan karena
keterbatasan bahan yang ada di laboratorium. Reaksi yang dapat terjadi adalah sebagai berikut ;
dari semua percobaan yang telah dilakukan terdapat beberapa nyala api yang melenceng dari kajian literatur
yang telah dilakukan, hal ini bisa terjadi disebabkan karena api yang digunakan adalah api spirtus dan api
spirtus hanya memiliki suhu sekitar100 C ⃘ sedangkan bunsen 300-500 C ⃘ sehingga kation tidak terbakar
sempurna dan mengeluarkan warna dengan maksimal. Penyimpangan warna nyala lain juga dapat disebabkan
karena ose digunakan beberapa kali pada sampel yang berbeda. Sehingga ada kemungkinan ose belum bersih
sepenuhnya saat dibilas dengan HCl pekat dan dibakar, jadi ada kemungkinan masih ada sampel kation
sebelumnya yang masih menempel pada ose.
1) Dhiya khairunniissa (penanya) - dinda Ifania syaharani (penjawab)
2) Dea muthia (penanya) - meisha Dina sulistiawati
3) Amad raihan maulana (penanya) - atikah Nur hanifa
Terimakasih