Kompetensi Dasar :
11.1Menjelaskan senyawa anorganik
11.2Menjelaskan senyawa organik
11.3Menerapkan uji kualitatif senyawa anorganik dan senyawa organik
11.4 Menerapkan uji kuantitatif/penetapan kadar senyawa anorganik dan senyawa organik
11.5Menjelaskan Good Laboratory Practice (GLP)
DAFTAR ISI
BAB XI
11.1 Pendahuluan ...............................................................
11.1.1 Reaksi Kering ..............................................................
11.1.2 Reaksi Basah ..............................................................
11.2 Senyawa An Organik....................................................
11.2.1 Identifikasi Kation..........................................................
11.2.2 Identifikasi Anion ..........................................................
11.2.3 Pemisahan Campuran Senyawa An Organik ..............
11.3 Senyawa Organik ........................................................
11.3.1 Identifikasi Senyawa Obat ...........................................
11.4 Penetapan Kadar Senyawa Obat.................................
11.5 Prosedur Laboratorium sesuai Good Laboratory
Practice (GLP)..............................................................
11.1 Pendahuluan
Analisa kualitatif dapat menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan basah. Reaksi
kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan.
11.1.1 Reaksi Kering
Sejumlah uji yang dapat dilakukan dalam keadaan kering yakni tanpa melarutkan contoh.
Reaksi ini dapat dilakukan dengan
1. Pemanasan
Zat dimasukkan dalam sebuah tabung pengapian (tabung bola)yang terbuat dari pipa kaca
lunak, dan dipanasi dalam sebuah nyala bunsen. Mula-mula dengan nyala kecil kecil
kemudian dengan nyala yang lebih kuat. Tabung reaksi kecil, 60-70 mm x 7-8mm, yang
mudah diperoleh dan murah dapat juga dipakai. Dapat terjadi sublimasi, pelelehan, atau
penguraian yang disertai perubahan warna, atau dapat dibebaskan suatu gas yang dapat di-
kenali dari sifat-sifat khas tertentu.
2. Uji Nyala
Halaman ini menguraikan bagaimana melakukan sebuah uji nyala untuk berbagai ion logam,
dan secara ringkas menjelaskan bagaimana warna nyala bisa terbentuk. Uji nyala
digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan ion logam dalam jumlah yang relatif kecil
pada sebuah senyawa. Tidak semua ion logam menghasilkan warna nyala.Untuk senyawa-
senyawa Golongan 1, uji nyala biasanya merupakan cara yang paling mudah untuk meng-
identifikasi logam mana yang terdapat dalam senyawa. Untuk logam-logam lain, biasanya
ada metode mudah lainnya yang lebih dapat dipercaya - meski demikian uji nyala bisa
memberikan petunjuk bermanfaat seperti metode mana yang akan dipakai. Untuk ini maka
perlu mengetahui struktur nyala bunsen tak terang.
Gambar 145. Struktur Nyala Bunsen
Temperatur yang terendah adalah pada dasar nyala (a), ini dimanfaatkan untuk
menguji nyala dari zat-zat atsiri. Bagian terpanas nyala adalah zona pelelehan pada (b),
daerah ini dimanfaatkan untuk menguji kedapat-lelehan zat dan juga melengkapi (a) dalam
menguji keatsirian relatif dari campuran zat-zat. Zat mengoksid bawah terletak ada batas
luar (b) dan dapat digunakan untuk mengoksid zat-zat yang terlarut dalam manik borak,
natrium karbonat atau garam mikroskopik. Zat mengoksid atas (d), daerah ini digunakan
untuk semua proses oksidasi yang tidak diperlukan temperatur tinggi. Zona reduksi atas (e)
adalah ujung kerucut biru dalam. Daerah ini berguna untuk mereduksi oksida kerak menjadi
logam. Zona mereduksi bawah (f) berguna untuk mereduksi boraks lelehan.
Bersihkan sebuah kawat platinum atau nikrome- (sebuah alloy nikel-kromium)
dengan mencelupkannya ke dalam asam hidroklorat pekat dan kemudian panaskan pada
Bunsen. Ulangi prosedur ini sampai kawat tidak menimbulkan warna pada zona pelehan b
nyala api Bunsen. Jika kawat telah bersih, basahi kembali dengan asam dan kemudian
celupkan ke dalam sedikit bubuk padatan yang akan diuji sehingga ada beberapa bubuk
padatan yang menempel pada kawat tersebut. Agar dapat memahami uji ini maka perlu
mengetahui struktur nyala Bunsen. Kemudian zat dimasukkan ke dalam zona mengoksid
bawah (c) dan diamati warna yang terjadi. Zat-zat yang kurang mengatsri dipanaskan zona
pemanasan b, dengan cara ini dimungkinkan untuk memanfaatkan perbedaan keatsirian
untuk memisahkan komponen- komponen dalam campuran.
Uji ini dilakukan dengan cara zat yang akan dianalisis dilarutkan lebih dahulu dalam suatu
zat pelarut yang tepat.
Sebagai zat pelarut berturut-turut dapat dicoba :
1. Aquadest dingin/panas
2. Asam klorida encer dingin/
panas
3. Asam florida pekat dingin/
panas
4. Asam nitrat encer dingin/panas
5. Asam nitrat pekat dingin/panas
6. Aqua regia (campuran 3 bagian HCl pekat dan 1 bagian HNO3 pekat)
a. Dengan asam klorida encer atau kloridaklorida yang larut terbentuk endapan putih kalomel.
Hg22+ + 2Cl- Hg2Cl2
b. Dengan hidrogen sulfida dalam suasana netral atau asam encer terbentuk endapan hitam.
Hg22+ + H2S Hg + HgS + 2H+
d. Dengan larutan amonia terbentuk endapan hitam yang merupakan campuran merku-
rium (I) dan merkurium (II) amidonitrat basa.
.
Hg22++ NO3-+4NH3+H2O HgOHg NH2 + 2Hg + 3NH4+NO3
e. Dengan larutan NaOH terbentuk endapan hitam Merkurium (I) oksida
Hg22+ + 2OH- Hg2O + H2O
e. Dengan Kalium Iodida terbentuk endapan hijau merkurium(I) iodida, jika ditambah reagensia
berlebihan terbentuk ion tetraiodomerkurat (II) yang larut dan merkurium hitam yang berbutir
halus.
Hg22+ + 2I - Hg2I2
Hg2I2 + 2I- - HgI42- + Hg
3. Identifikasi Perak (Ag+)
a. Dengan asam klorida encer atau kloridaklorida yang larut terbentuk endapan perak klorida.
Endapan larut dalam amonia encer dan dengan asam nitrat encer akan menetralkan
kelebihan amonia sehingga akan terbentuk endapan lagi.
Ag+ + 2Cl- AgCl
Ag+ + 2NH3- [Ag (NH3)2]+ + Cl-
b. Dengan hidrogen sulfida dalam suasana netral atau asam encer terbentuk endapan hitam
perak sulfida .
2Ag+ + H2S Ag2S + 2H+
c. Dengan larutan amonia terbentuk endapan coklat perak oksida.
2Ag+ + 2NH3 + H2O Ag2O + 2NH4+
d. Dengan larutan NaOH terbentuk endapan coklat perak oksida
c. Dengan larutan NaOH dalam larutan dingin terbentuk endapan biru tembaga (II) hidroksida.
Cu2++ 2OH- Cu (OH)2
d. Dengan Kalium Iodida terbentuk endapan putih tembaga (II) iodida, tetapi larutannya
berwarna coklat tua karena terbentuk ion-ion tri-iodida (iod)
2Cu2+ + 5I- 2CuI + I3-
e. Dengan kalium sianida terbentuk endapan kuning tembaga(II) sianida
Cu2+ CN - Cu(CN)2
d. Dengan natrium hdroksida atau amonia terbentuk endapan putih stibium (III)oksida yang
larut dalam larutan basa yang pekat membentuk antimonit.
2Sb3++6OH- Sb2O3 + 3H2O
Sb2O3 + 2OH- 2SbO2- + H2O
e. Dengan Zink membentuk endapan hitam yaitu stibium.
2Sb3+ + 3Zn 2Sb + 3Zn2+
f. Dengan kawat besi terbentuk endapan hitam stibium.
2Sb3+ + 3Fe 2Sb + 3Fe2+
d. Dengan logam besi terjadi reduksi ion timah (IV) menjadi timah(II).
Sn4++ Fe Fe2+ + Sn2+
C. Identifikasi Kation Golongan III
1. Identifikasi Besi (II)
a. Dengan larutan natrium hidroksida terbentuk endapan putih bila tidak terdapat udara sama
sekali. Bila terkena udar akan teroksidasi menjadi besi (III) hidroksida yang berupa endapan
coklat kemerahan.
Fe2+ + 2OH- Fe(OH)2
4Fe(OH)2 + 2H2O + O2 4Fe(OH)3
4Fe(OH)3 + H2O2 2Fe(OH)3
b. Dengan larutan amonia terjadi pengendapan besi (II) hidroksida.
Fe2+ + 2OH- Fe(OH)2
c. Dengan hidrogen sulfida tidak terjadi pengendapan dalam larutan asam.
d. Dengan larutan amonium sulfida terbentuk endapan hitam besi (II) sulfida yang larut
dengan mudah dalam larutan asam.
d. Dengan larutan kalium permanganat yang telah diasamkan dengan asam sulfat encer maka
warna ungu dari kalium permanganat luntur.
5SO3 2- + 2MnO4-+ 6H+ 2 Mn2++ 3SO42-+ 3H2O
c. Dengan larutan kalium dikromat yang telah diasamkan dengan asam sulfat encer
maka terjadi warna hijau karena terbentuknya ion-ion kromium (III).
5. IdentifikasiSulfida (S2-)
a. Dengan asam klorida/asam sulfat encer terjadi pelepasan gas hidrogen sulfida yang dapat
diidentifikasi dar baunya yang khas dan menghitamnya kertas saring yang dibasahi timbal
asetat.
S2- + 2H+ H2S
H2S + Pb2+ PbS
.b. Dengan larutan perak nitrat terbentu endapan hitam perak sulfida.
S2- + 2Ag+ Ag2S
d. Dengan larutan barium klorida tidak terbentuk endapan.
b. Dengan larutan besi (II) sulfat yang ditambahkan pelan-pelan melalui dinding tabung yang
telah ditambah asam sulfat/asetat encer terbentuk cincin coklat pada perbatasan kedua
larutan.
NO2- + CH3COOH HNO2 + CH3COO- 3HNO2 HNO3 + 2NO + H2O
Fe2+ + SO42- + 2NO (Fe2NO)SO4
c. Dengan larutan barium klorida tidak terbentuk endapan
d. Dengan larutan perak nitrat terbentu endapan putih perak nitrit.
NO2- + Ag+ Ag NO2
e. Dengan larutan kalium permanganat yang telah diasamkan dengan asam sulfat encer maka
warna ungu dari kalium permanganat luntur, tapi tak ada gas yang dilepaskan.
5NO2- + 2MnO4- + 6H+ 2 Mn2++ 5NO3-+ 3H2O
e. Dengan larutan besi (III) klorida terbentuk larutan merah darah karena terbentuknya
suatu kompleks.
a. Dengan larutan Argentum nitrat terbentuk endapan putih, endapan tidak larut dalam amonia
tapilarut dalam kalium sianida dan natrium tiosulfat.
[Fe(CN)6]4+ 4Ag+ Ag4 [Fe(CN)6]
Ag4 [Fe(CN)6] + 8CN-
4 [Ag(CN)2]- + [Fe(CN)6]4
Ag4 [Fe(CN)6] + 8S2O32- 4 [Ag(S2O3)2]3- + [Fe(CN)6]4
c. Dengan larutan Ferro sulfat terbentuk endapan putih yang dengan cepat menjadi biru
karena oksidasi.
b. Dengan larutan Asam nitrat pekat, dipanaskan terbentuk larutan coklat merah, timbul uap
coklat merah, dibuktikan dengan:
c. Dengan larutan Plumbum nitrat terbentuk endapan putih, yang larut di air mendidih
2Br + Pb2+ PbBr2
b. Dengan larutan asam sulfat pekat terbentuk timbul uap ungu, dibuktikan dengan:
Larutan + kloroform terbentuk lapisan kloroform berwarna ungu
Kertas saring yang dibasahi amylum, akan berwarna biru jika diletakkan di atas tabung
reaksi
2I- + 2H2SO4 I2+ SO42- + 2H2O
I- + H2SO4 HI+ HSO4-
6I- + 4H2SO4 3I2+ S + 3SO42- + 4H2O
8I- + 5H2SO4 4I2+ H2S + 4SO42- + 4H2O
c. Dengan larutan Plumbum nitrat terbentuk endapan kuning yang bila diencerkan dengan
aquadest terbentuk endapan larut dan bila didinginkan terbentuk endapan berbentuk keping-
keping kuning emas seperti sisik ikan.
2I + Pb2+ PbI2
d. Dengan larutan sampel ditambah Merkuri klorida terbentuk endapan merah jingga, jika
sampel berlebih terbentuk endapan larut
2I + HgCl2 HgI2 +2Cl-
14. Identifikasi ion Borat ( BO33- , B4O72-, BO2-)
a. Dengan larutan Argentum nitrat terbentuk endapan putih, bila terhidrolisis menjadi endapan
menjadi coklat.
B4O72-+ 4Ag+ + H20 4AgBO2 + 2H+
2AgBO2+3 H20 Ag2O + 3H3BO3
b. Dengan larutan diuapkan di atas cawan porselin, setelah kering ditambah metanol, ke-
mudian dibakar terbentuk nyala api hijau
c. Dengan larutan Barium klorida terbentuk endapan putih, bila ditambah larutan
Barium klorida berlebih terbentuk endapan larut
B4O72-+ 2Ba2+ + H2O 2Ba(BO2)2 + 2H+
a. Dengan larutan Argentum nitrat terbentuk endapan merah coklat, endapan larut dalam
asam nitrat encer dan dalam larutan amonia. Asam klorida mengubah endapan menjadi
perak klorida (putih).
d. Dengan larutan Plumbum nitrat terbentuk endapan kuning yang larut dalam asam nitrat
encer.
Cr2O4-2+ Pb2+ PbCrO4
2PbCrO4+ 2H+ 2Pb2+ + Cr2O72- + H20
b. Dengan larutan Kalium hidroksida pekat terbentuk larutan hijau ditambah air dan asam
sulfat encer terbentuk larutan ungu
4 MnO4- + 4OH- 4 MnO42- + O2 + 2H2O
3MnO42- + 2H2O 2 MnO4- + MnO2 + 4OH-
b. Dengan larutan asam sulfat encer ditambah hidrogen peroksida terbentuk timbul gas, dan
warna ungu dilunturkan
2 MnO4- + 5 H2O2 + 6H+ SO2 + 2Mn2+ + 8H2O
c. Dengan larutan asam sulfat encer ditambah natrium nitrit warna ungu dilunturkan
2 MnO4- + 5NO2- + 6H+ 2Mn2+ + 5NO3- + 3H2O
d. Dengan larutan asam sulfat encer ditambah Ferro sulfat warna ungu dilunturkan
2MnO4- + 5Fe2+ + 8H+ 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
e. Dengan larutan asam sulfat encer ditambah asam oksalat warna ungu dilunturkan
2MnO4- + 5 (COO)22- + 16H+ 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
d. Dengan larutan Alkohol dan asam sulfat pekat terbentuk bau harum
CH3COO + C2H5OH CH3COOC2H5 + OH-
Endapan (gol.HCl):
AgCl
Hg2Cl2
PbCl2
Gol. I
CuS Hitam
SnS Coklat
FeS Hitam
HgS hitam
PbS hitam
As2S3 Kuning
Filtrat dididihkan + NH4Cl & NH4OH sampai basa, lalu + (NH4)2S, disaring
Endapan
(gol. (NH4)2S
ZnS Putih
MnS kuning
CuS hitam
Al2(OH)3
Putih
Gol.sisa
Na+
K+
Mg2+
NH4+
Gol. II
Gol.
III
Gol.IV
Gol. V
Gambar 146. Pemisahan Sistem H2S
Selanjutnya dari endapan-endapan atau larutan golongan sisa di atas dilakukan identifikasi
masing-masing kation dengan reaksi spesifik terhadap kation yang diduga ada.
Maksud dilakukannya pemisahan adalah agar reaksi spesifik suatu ion tidak terganggu
karena adanya kation yang lain.
Filtrat :
K+
Na+
Li+
Filtrat :
Ca2+
Ba2+
Sr2+
Mg2+
Zn2+
Cu2+
Filtrat :
Ag+Al+
Bi2+ Sn4+
As3+ Pb2+
Hg2+ Fe3+
Mn3+Cd2+
Cr3+ No3+
Co2+
Residu :
SiO2
Filtrat :
Sb3+
Zat dipijar dalam cawan pijar, setelah dingin larutan dingin disaring
Organoleptis
Bentuk: Kristal atau serbuk
Warna: Putih, Kuning, Coklat atau Jingga
Bau: Terutama penting pada zat-zat yang mempunyai bau spesifik
Rasa: Manis, Asin, Pahit, Masam, Anaesthetis ( rasa tebal di lidah ), Dingin, Panas atau
tidak berasa
I. Pemanasan pada cawan porselin:
Pada pemanasan, zat-zat tersebut dapat mencair, memadat dan menguap atau segera
menyublim. Ada zat yang akan terbakar pada pemanasan. Kalau uap itu membirukan kertas
lakmus merah, hendaknya diselidiki terhadap NH3.
Uap tersebut juga dapat berbau: Phenol, Rambut terbakar, karamel, dsb.
Kalau pada pemanasan setelah penambahan HNO3 pekat meninggalkan sisa di atas cawan
porselin, maka menunjukkan adanya oksida logam (mungkin zat yang diselidiki merupakan
suatu garam).
Perlu diingat bahwa untuk senyawa-senyawa NH4 , Hg dan As akan menguap seluruhnya
pada pemanasan. Jadi harus diadakan pemeriksaan pendahuluan terhadap unsur-unsur
tersebut.
Kalau pada sisa pemanasan itu dalam keadaan:
- panas dan dingin putih: K, Na, Ca, Ba, Mg, Al, Sr
- panas dan dingin coklat hitam: Ag, Sb, As, Cu, Fe, Mn
- panas kuning, dingin putih: Zn
- panas dan dingin kuning: Pb
- panas kuning coklat, dingin kuning: Bi, Sn
II. Kelarutan:
Lihat kelarutannya dalam keadaan dingin dan panas, dalam Air, Asam, Basa dan Alkohol.
III. Penyelidikan Constanta Physis (yang mungkin dilakukan )
Terutama untuk zat tunggal, biasanya hasil tidak dapat tepat tetapi lebih rendah dari pada
ketentuan-ketentuan yang ada.
- Titik lebur (Melting Point)
Untuk zat yang mudah terurai pada pemanasan, tidak dapat ditentukan dengan cara ini.
Alat: MELTING BLOCK dari THIEF
- Bobot Jenis
Perbandingan bobot zat terhadap air pada volume yang sama dan suhu yang sama yang
ditimbang di udara.
Alat: PIGNOMETER
- Index Bias
Perbandingan kecepatan cahaya dalam hampa udara dengan kecepatan cahaya dalam zat
tersebut.
Harga Index Bias ini berubah-ubah tergantung dari panjang gelombang yang digunakan
dalam pengukuran.
Alat : REFRAKTOMETER
- Rotasi Optik
Besar sudut pemutaran bidang polarisasi yang terjadi, jika sinar terpolarisasi dilewatkan
melalui cairan.
Kecuali dinyatakan lain, pengukuran dilakukan dengan menggunakan sinar pada lapisan
cairan setebal 1 dm pada suhu 20 0 C.
Alat : POLARIMETER
IV. Fluorescensi: dengan sinar Ultra Violet
- Zat padat
- Dengan H2SO4 encer
- Dengan NaOH encer
Unsur S:
- Filtrat + Pb Ac PbS hitam coklat
- Filtrat + Na Nitropruside kristal violet
Unsur P:
- Filtrat + Mg Mixture MgNH4PO4 putih
- Filtrat + HNO3 pk + NH4 Molybdat (NH4)3PO412MoO3 Ammonium
fosfomolybdat kuning
Unsur As:
- Filtrat + HNO3 p + NH4 Molybdat (NH4)3AsO412MoO3 Ammonium
arsenomolybdat kuning
- Test Gutzeit:
Zat direduksi dengan serbuk Zn + H2SO4 terbentuk AsH3 yang dapat ditunjukkan dengan:
+ kristal AgNO3 kuning + larutan AgNO3 hitam
AsH3 + 6 AgNO3 Ag3As.3AgNO3 + 3 HNO3
Ag3As.3AgNO3 + H2O H3AsO3 + 6 Ag + 6 HNO3
Unsur Cl:
- Filtrat + HNO3 + AgNO3 AgCl putih yang larut dalam NH4OH dan mengendap kembali
dengan penambahan HNO3
- Filtrat + H2SO4 + K2Cr2O7 kertas o. Toluidin biru
Unsur Br:
- Filtrat + HNO3 + AgNO3 AgBr putih kekuningan sedikit larut dalam NH4OH
berlebihan
- Filtrat + HCl + NaNO2 + CHCl3 CHCl3 coklat
- Filtrat + H2SO4 + K2Cr2O7 kertas Fluorescein merah
Unsur I:
- Filtrat + HNO3 + AgNO3 AgI kuning tidak larut dalam NH4OH berlebihan
- Filtrat + HCl + NaNO2 + CHCl3 CHCl3 violet
- Filtrat + HNO3 + Pb Ac PbI2 kuning
- Filtrat + H2SO4 pk + K2Cr2O7 kertas Amylum biru
. Aldehid: O
-C
H
- Reaksi Pendamaran
Zat + larutan NaOH / KOH larutan kuning yang kemudian mengendap merah kekuningan
- Mereduksi larutan Ag-Amoniakal
Zat + AgNO3 + NH4OH berlebihan Ag yang membentuk cermin perak pada dinding tabung
- Zat + Schiff merah jambon
- Zat + Barfoed merah coklat
- Zat + Fehling A & B Cu2O merah bata
- Zat + Nessler abu-abu
- Zat + Tollens lemah terjadi lapisan perak abu-abu
2. Keton:
- Zat + Na Nitropruside + NH4Cl + NH4OH violet
(pereaksi Legal Rothera)
. Karboksilat:
- Gugus karboksilat bersifat asam yang dapat ditunjukkan dengan indikator/lakmus
- Esterifikasi:
Zat + Alkohol + H2SO4 p bau harum
4. Sulfon: - SO3H
- S dari filtrat Castellana + Pb Ac PbS hitam coklat
- Bila dioksidasi keluar ion Sulfat
Zat + H2O2 3 % + 1 tetes FeCl3 0,5 N; setelah reaksi selesai + HNO3 + lar. BaCl20,5 N putih
dari BaSO4
5. Amina: Ada 3 macam
a. Amina primer: R C NH2
b. Amina sekunder:
R
NH
R
c. Amina tersier:
R
N-R
R
Reaksi umum:
- Zat + NaOH gas NH3 yang dapat ditunjukkan dengan kertas lakmus merah basah atau
dengan Nessler coklat
- Zat + As. Pikrat endapan
a. Amina primer
1. Reaksi Isonitril:
R-NH2 + CHCl3 + NaOH R-N=C + NaCl + H2O
Isonitril ( dikenal baunya )
Reaksi ini kepekaannya berkurang dengan adanya gugus karboksil sulfon atau OH fenolis
2. Reaksi Parri ( baik untuk amin alifatis )
R-NH2 + HNO3 ROH + H2O + N2
3. Remini test:
Zat + aceton + Na-Nitroprusid r.p merah ungu
4. Reaksi Erlich ( DAB.HCl) = Dimetil Amino Benzaldehide dalam HCl.
Amine primer aromatis + DAB.HCl jingga/kuning
b. Amina sekunder
R2NH + HNO2 R2NNO + H2O
Nitrosamine
O
-C
NH2
- Reaksi Biuret
Zat + NaOH + CuSO4 Biru/biru violet
. Alkohol: - OH
- Reaksi Diazo ( Diazo A : B = 4:1 )
Zat + Diazo A (as. Sulfanilat) + HCl + Diazo B ( NaNO2 ) + NaOH sampai basa merah
frambors + eter / amilalkohol warna tak masuk (Beda dengan Fenol warna merah dapat
ditarik dengan eter / amilalkohol)
Reaksi Diazo juga positif terhadap: alkohol primer, sekunder yang larut dalam air, Aceton,
Fenol, beberapa asam oxy ( as. Sitrat, as. Malat )
H
Alkohol primer: R C OH
H
- Zat + KMnO4 + H2SO4 warna hilang + Schiff merah violet
R1
Alkohol sekunder: R2 C OH
H
- Zat dioksidasi dengan aq. Bromata kemudian + pereaksi Legal Rothera merah coklat /
violet
R1
Alkohol tersier: R2 C OH
R3
- Zat + HgO + H2SO4 Hg2SO4 kuning Hg ( abu-abu )
Alkohol Polyvalen
- Zat + NaOH + 1 tetes CuSO4 larutan biru
9. Phenol
- Zat + FeCl3 larutan ungu + Alkohol kuning
3. Nitrimetri
Metode Nitrimetri adalah metode penetapan kadar secara kuantitatif dengan larutan baku
natrium nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yaitu reaksi senyawa amina
aromatis primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium.
Karena asam nitrit tidak stabil, maka diganti dengan natrium nitrit yang merupakan garam
dari asam nitrit, sedangkan untuk membuat suasana asam digunakan asam klorida. Reaksi
diazotasi yang mendasarkan metode ini dapat dituliskan sebagai berikut:
NaNO2 + HCl HNO2 + NaCl
R NH2+ HNO2 + HCl
R N+Cl-+ H2O
N
Reaksi diazotasi dapat berlangsung dengan syarat sebagai berikut:
1. temperatur yang digunakan harus rendah yaitu di bawah 150 C, sebab
pada temperatur yang lebih tinggi garam diazonium yang terbentuk tidak stabil dan akan
terhidrolisis menjadi fenol dan gas hidrogen, dan dikhawatirkan pada temperatur yang lebih
tinggi asam nitrit lebih cepat terurai sehingga reaksinya tidak stoikiometri. Titrasi pada suhu
kamar tidak berbeda hasilnya apabila dilakukan perlahan-lahan.
2. Ditambah KBr sebagai katalis
3. Dalam suasana asam (HCl)
4. Argentometri
5. Argentometri adalah suatu cara penetapan kadar titrasi, berdasarkan reaksi
pengendapan dan menggunakan larutan baku AgNO3.
Larutan standar primer: NaCl
Larutan standar sekunder: AgNO3, KCNS, NH4CNS
Macam-macam Argentometri:
A. Argentometri Mohr
B. Argentometri Volhard
C. Argentometri Fajans
D. Argentometri Liebig
A. Argentometri Mohr
Prinsip :Pengendapan bertingkat/pembentukan suatu endapan berwarna.
Larutan standar sekunder :AgNO3
Indikator: K2CrO4 5 %
Syarat: suasana netral
Pada analisis Cl mula-mula terjadi reaksi:
Ag+ + Cl AgCl putih
Sebelum titik ekuivalensi Clnya masih ada, tetapi saat titik ekuivalensi Cl nya habis, maka
dengan penambahan AgNO3 akan bereaksi dengan K2CrO4sehingga terbentuk endapan
merah coklat sebagai titik akhir titrasi.
2 Ag+ + CrO42 - Ag2CrO4 merah coklat
Konsentrasi CrO42 yang ditambahkan sebagai indikator tidak boleh sembarang, tetapi harus
dihitung berdasar Ksp AgCl dan Ksp Ag2CrO4. Konsentrasi CrO42 tidak boleh tinggi karena
warna CrO42 adalah kuning, sehingga mengakibatkan perubahan warna pada titik akhir
titrasi sulit dilihat (konsentrasi CrO42 = 2,5 x 103 M).
Pengaturan pH juga perlu dilakukan agar tidak terlalu rendah ataupun terlalu tinggi.
Sebaiknya dilakukan dalam suasana netral atau sangat sedikit sekali basa yakni dalam
jangkauan pH 6,59 (pH 7).Bila terlalu tinggi (basa) dapat terbentuk endapan Ag(OH) yang
selanjutnya terurai menjadi Ag2O sehingga titran terlalu banyak dipakai.
2Ag+ + 2OH 2Ag(OH) putih Ag2O Hitam + H2O
Bila pH terlalu rendah (asam), ion CrO42 sebagian berubah menjadi Cr2O72yang
mengurangi konsentrasi indikator dan menyebabkan tidak timbul endapan atau sangat
terlambat.
2H+ + 2CrO42 Cr2O72 + H2O
Selama titrasi Mohr, larutan harus dikocok dengan baik. Bila tidak maka secara lokal terjadi
kelebihan titran yang menyebabkan indikator mengendap sebelum titik ekuivalen tercapai
dan dioklusi oleh endapan AgCl yang terbentuk kemudian. Akibatnya titik akhir titrasi
menjadi kurang tepat.
Metoda sederhana untuk membuat larutan menjadi netral:
1. Jika larutan asam dengan penambahan Kalsium karbonat/ Natrium hidrogen karbonat murni
dengan berlebih.
2. Jika larutan basa: diasamkan ngan Asam Asetat lalu ditambahkan Kalsium karbonat yang
sedikit berlebih.
B. Argentometri Volhard
Prinsip:Pembentukan suatu senyawa berwarna yang dapat larut.
Larutan standar sekunder :
I. AgNO3
II. NH4CNS / KCNS
Indikator:
1. Larutan Besi (III) amonium sulfat (Fe(NH4)(SO4)2)
2. Larutan Besi (III) nitrat (Fe(NO3)3)
Syarat:suasana asam dengan HNO3
Titrasi dengan menggunakan metode Argentometri Volhard dapat diterapkan pada
penentuan Ag+ atau CNS secara Titrasi langsung. Sampai dengan titik ekuivalen harus
terjadi reaksi antara titran dengan Ag+ membentuk endapan putih.
Konsentrasi indikator dalam titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang karena titrant
bereaksi dengan titrat maupun dengan indikator sehingga kedua reaksi ini sering saling
mempengaruhi, tetapi tidak kritis. Konsentrasi lebih kecil dapat dipakai, tetapi untuk
konsentrasi lebih besar maka warna asli kuningnya cukup jelas sehingga menyulitkan pe-
ngamatan warna kompleks Fe(CNS)3 (konsentrasi = 0,2 M).
Penerapan terpenting cara Volhard ialah penentuan secara tidak langsung ion-ion
halogenida. Keadaan larutan yang harus asam sebagai syarat titrasi Volhard merupakan
keuntungan dibanding penentuan ion halogenida, karena ion karbonat, oksalat dan arsenat
tidak mengganggu sebab garamnya larut dalam keadaan asam.
Dalam titrasi ini suasana yang dibutuhkan harus asam yaitu dengan HNO3,
sedangkan suasana basa/netral tidak diperbolehkan.
Jika digunakan HCl maka akan bereaksi dengan AgNO3 membentuk endapan AgCl putih.
HCl + AgNO3 AgCl putih + HNO3
Jika suasana netral maka Fe(NH4)(SO4)2 akan terhidrolisis menjadi Fe(OH)3yang berwarna
coklat.
Fe3+ + 3H2O Fe(OH)3 coklat + 3H+
Jika suasana basa akan terbentuk AgOH yang kemudian terurai menjadi Ag2O hitam.
2Ag+ + 2OH 2Ag(OH) Ag2O hitam + H2O
C. Agentometri Fajans
Prinsip: Proses adsorpsi pada indikator oleh endapan. Sebagai larutan standard sekunder
digunakan larutan AgNO3 dan sebagai indikator: indikator adsorpsi.
Dalam titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi yaitu zat yang dapat diserap pada
permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat
diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang
dipakai dan pH.
Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut:
Indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk endapan
dengan ion perak. Misalnya Fluorescein yang digunakan untuk titrasi ion klorida. Dalam
larutan fluorescein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFl saja).
HFl H+ + Fl