Anda di halaman 1dari 26

A.

JUDUL PERCOBAAN : REAKSI PENGENALAN (IDENTIFIKASI) KATION


B. TANGGAL PERCOBAAN : Kamis, 14 Maret 2019 Pukul 07.00-10.00 WIB
C. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Mengetahui pereaksi-pereaksi khusus untuk setiap kation dalam suatu golongan.
2. Menunjukkan reaksi pengenalan kation.
3. Menuliskan persamaan reaksinya.
D. DASAR TEORI :
Ilmu kimia disebut ilmu bahan karena ilmu kimia juga mempelajari bahan-bahan yang
terkandung dalam alam. Unsur dan senyawa merupakan zat-zat yang terlibat dalam perubahan
materi tersebut. Dalam analisis kimia seringkali muncul pertanyaan apa dan berapa. Kata
tanya apa digunakan dalam analisis kualitatif dan kata tanya berapa digunakandalam analisis
kuantitatif.

Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis kualitatif
dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat. Urusannya adalah
unsur atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokoknya
tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur Analisis
kuantitatif berurusan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel.
(Underwood,1986).

Senyawa yang terdapat di alam dapat mengalami suatu proses kimia seperti proses ionisasi
menjadi kation. Suatu jenis kation sangat sulit dibedakan secara langsung, melainkan harus
melalui proses analisis. Secara garis besarnya analisis suatu senyawa kimia dapat dibedakan
atas dua macam, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Dalam kimia analisis kuantitatif dikenal suatu cara untuk menentukan ion (kation/anion)
tertentu dengan menggunakan pereaksi selektif dan spesifik. Pereaksi selektif adalah pereaksi
yang memberikan reaksi tertentu untuk satu jenis kation/anion tertentu. Dengan menggunakan
pereaksi-pereaksi ini maka akan terlihat adanya perubahan-perubahan kimia yang terjadi,
misalnya terbentuk endapan, terjadinya perubahan warna, bau dan timbulnya gas. (Svehla,
1985)

Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi
kering diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah diterapkan untuk zat-zat yang berwujud
larutan. Kebanyakan reaksi kering yang duraikan dapat digunakan untuk analisis semimikro
dengan hanya modifikasi kecil. Uji kering nampaknya kehilangan kepopulerannya dalam
lingkungan-lingkungan tertentu, namun seringkali uji ini benar-benar memberikan informasi
yang bermanfaat dalam waktu yang singkat dan pengetahuan bagaimana itu dilakukan patut
diketahui dalam kimia analitisis kualitatif. (Svehla, 1985)

Pada reaksi kering, sejumlah uji yang berguna dapat dilakukan dalam keadaan kering,
yakni tanpa melarutkan sampel atau contoh. Metode analisis kualitatif dengan reaksi kering
yaitu dapat dilakukan dengan pemanasan, uji pipa-tiup, uji nyala, uji spektroskopi, uji manik
boraks, dan uji manik fosfat. Sedangakan pada reaksi basah, uji-uji ini dibuat dengan zat-zat
dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung apabila : (1) terbentuk endapan, (2) terdapat
pembebasan gas, dan (3) terjadi perubahan warna. (Svehla, 1985)
Kation adalah ion-ion yang bermuatan positif. Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik
kation-kation diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap
beberapa reagensia. Dengan memakai apa yang disebut regensia golongan secara sistematik,
dapat ditetapkan ada tidaknya golongan-golongan kation, dan dapat juga memisahkan
golongan-golongan ini untuk pemeriksaan lebih lanjut. Reagensia golongan yang dipakai
untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium
sulfida, dan ammonium karbonat.Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi
dengan reagensia- reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak.Jadi boleh kita katakan
,bahwa klasifikasi kation yang paling umum , didasarkan atas perbedaan kelarutan dari
klorida,sulfida,dan karbonat dari kation tersebut (Svehla,1985).

Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah sebagai berikut
(Svehla, 1985)

Golongan I Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer.Ion-ion ini
adalah timbal,merkurium(I) (raksa), dan perak. Kation golongan I membentuk klorida-klorida
yang tak larut.

1. Perak, Ag (Ar : 107,868). Perak adalah logam yang putih, dapat ditempa dan liat.
Rapatannya tinggi (10,5 g/ml) dan ia melebur pada 960,5 derajat celcius. Ia tak larut dalam
asam klorida, asam sulfat ecncer 1M atau asam nitrat encer 2M.
Perak membentuk ion monokovalen dalam larutan yang tak berwarna. Senyawa-senyawa
perak (II) tidak stabil, tetapi memainkan peranan penting dalam proses-proses oksidasi-
reduksi yang dikataliskan oleh perak. Perak nitrat mudah larut dalam air. Perak asetat,
perak nitrit dan perak sulfat kurang larut, sedangkan semua senyawa-senyawa perak
lainnya praktis tidak larut. Tetapi komples-kompleks perak, larut. Halida-halida perak peka
terhadap cahaya, ciri-ciri khas ini dipakai secara luas dalam bidang fotografi.
Larutan perak jika direaksikan dengan asam klorida encer (HCl) akan terbentuk
endapan putik perak klorida. Reaksinya :
AgNO3(aq) + HCl(aq) → AgCl(s) + HNO3(aq)
AgCl(s) + 2NH3(aq) →[Ag(NH3)2]+ + Cl-
Uji : [Ag(NH3)2]+ + Cl- + 2H+ → AgCl(s) + 2NH4
2. Merkurium, Hg (Ar : 200,59). Merkurium adalah logam cairan yang putih keperakan pada
suhu biasa dan mempunyai rapatan (13,543 g/ml) pada 25 derajat celcius. Ia tak
dipengaruhi asam klorida atau asam sulfat encer 2M, tetapi mudah bereaksi dengan asam
nitrat. Asam nitart yang dingin dan sedang pkatnya 8M, dengan merkurium yang
berlebihan menghasilkan ion merkurium I.
Merkurium I dan merkurium II bersifat sangat berbeda terhadap reagensia-reagensia yang
dipakai dalam analisis kulaitatif, dan karenanya masuk dalam dua golongan analitik yang
berlainan. Ion merkurium I masuk dalam golongan kation pertama. Dan ion merkurium II
berada dalam golongan kation kedua.
Hg2+(aq) + 2HCl(aq) → HgCl2(s) + 2H+
HgCl2(s) + 2NH3(aq) → [Hg(NH3)2] + Cl2
Uji : [Hg(NH3)2] + Cl2 + 2H+ → HgCl2(s) + 2NH4
3. Timbel, Pb (Ar: 207,19). Timbel adalah logam yang berwarna abu-abu kebiruan, dengan
rapatan yang tinggi. Ia mudah larut dalam asam nitrat yang sedang pekatnya 8M dan
terbentuk juga nitrogen oksida. Dengan asam nitrat pekat, terbentuk lapisan pelindung
berupa timbal nitrat pada permukaan logam, yang mencegah pelarutan lebih lanjut. Asam
klorida encer atau asam sulfat encer mempunyai pengaruh yang hanya sedikit, karena
terbentuknya timbel klorida atau timbel sulfat yang tak larut pada permukaan logam itu.
Pb(NO3)2(aq) + 2HCl(aq) → PbCl2(s) + 2HNO3(aq)
PbCl2(aq) + CH3COOH(aq) → [Pb (CH3COOH)2] + 2HCl
Uji : [Pb (CH3COOH)2] + 2HCl → PbCl2(s) + CH3COOH(aq)

Golongan II Kation golongan tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer.Ion-ion golongan ini adalah
merkurium (II), tembaga, bismut, kadmium, arsenik,(III), aresenik (V), stibium (III), stibium
(V),timah(II)dan timah(III) (IV).Keempat ion yang pertama merupakan sub-golongan IIA dan
keenam yang terakhir, sub golongan IIB. Sementara sulfida dari kation dalam golongan IIA
tidak dapat larut dalam amonium polisulfida, sulfida dari kation dalam golongan IIB justru
yang dapat larut. (Svehla, 1985)

Kation golongan II diatas dua subgolongan yaitu subgolongan tembaga dan sub golongan
arsenik. Subgolongan tembaga terdiri dari Hydrargium (II), Plumbum (II), Bismut (III),
Cuprun (II), dan Codmium (II). Subgolongan arsenik terdiri dari arsen (III), stibium (II),
stibium (V), starnum (II), dan starnum (IV). (Svehla, 1985)

1. Merkurium, Hg (Ar : 200,59). Merkurium adalah logam cairan yang putih keperakan pada
suhu biasa dan mempunyai rapatan (13,543 g/ml) pada 25 derajat celcius. Ia tak
dipengaruhi asam klorida atau asam sulfat encer 2M, tetapi mudah bereaksi dengan asam
nitrat. Asam nitart yang dingin dan sedang pkatnya 8M, dengan merkurium yang
berlebihan menghasilkan ion merkurium I.
Merkurium I dan merkurium II bersifat sangat berbeda terhadap reagensia-reagensia yang
dipakai dalam analisis kulaitatif, dan karenanya masuk dalam dua golongan analitik yang
berlainan. Ion merkurium I masuk dalam golongan kation pertama. Dan ion merkurium II
berada dalam golongan kation kedua.
Hg2+ + 2I- → HgI2↓
HgI2 + 2I- → [HgI4]2-

2. Tembaga, Cu (Ar: 63,54). Tembaga adalah logam merah-muda, yang lunak, dapat ditempa,
dan liat. Ia melebur pada 1038 derajat celcius. Karena potensial elektrode standarnya
positif. Ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya
oksigen ia bisa larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya 8M dengan mudah
melarutkan tembaga.
Cu2+ + 2OH- → Cu(OH)2↓
Cu(OH)2↓ → CuO↓ + H2O

3. Kadmium, Cd (Ar: 112,40). Kadmium adalah logam putih keperakan yang dapat ditempa
dan liat. Ia melebur pada 321 derajat celsius. Ia melarut dengan lambat dalam asam encer
dengan melepaskan hidrogen (disebabkan potensial elektrodenya yang negatif).
Cd2+ + Na2S → CdS↓ + 2Na+
4. Bismut, Bi (Ar: 208,98). Bismut adalah logam yang putih-kemerahan, kristalin, dan getas.
Titik leburnya 217 derajat Celsius. Ia tidak larut dalam asam klorida disebabkan oleh
potensial standarnya (0,2V), tetapi melarut dalam asam pengoksid seperti asam nitrat peka,
air raja, atau asam sulfat pekat panas.
Bi3+ + 3I- → BiI3↓
BiI3↓ + I- → [BiI4]-

5. Timah, Sn (Ar: 118,69). Timah adalah logam putih perak, yang dapat ditempa dan liat pada
suhu biasa, tetapi pada suhu rendah menjadi getas karena berubah menjadi suatu modifikasi
alotropi yang berlainan. Logam ini melarut dengan lambat dalam asam klorida encer,
dengan membentuk garam-garam timah (II)
Sn2+ + HgCl2 → Hg2Cl2↓ + Sn4+ + 2Cl-

6. Stibium, Sb (Ar: 121,75) stibium adalah logam putih keperakan yang mengkilap, melebur
pada 630 derajat celcius. Stibium tak larut dalam asam klorida dan dalam asam sulfat encer.
Dalam asam sulfat pekat yang panas ia melarut perlahan-lahan dengan membentuk dengan
membentuk ion stibium.

2Sb5+ + 5Na2S → Sb2S5↓ + 10Na+

Golongan III Kation golongan ini tak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan
hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini membentuk endapan
dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau amoniakal. Kation-kation golongan ini
adalah kobalt(II), nikel (II),besi(II), besi(III), kromium (III), aluminium, zink dan mangan (II).
(Svehla, 1985)

Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation golongan III menurut vogel
adalah larutan hydrogen sulfida dengan adanya ammonia dan ammonium klorida atau laruta
ammonium sulfida (Svehla G, 1985).

Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia
tertentu dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh kita katakan bahwa, klasifikasi
kation yang paling umum didasarkan atas perbedaan larutan dari klorida, sulfida, dan karbonat
dari kation tersebut .Reaksi golongan III yaitu membentuk endapan. Endapan dengan berbagai
warna seperti Fe2S2 (hitam), Al(OH)3 (putih), Cr(OH)3 (hijau), NiS (hitam), CoS (hitam), MnS
(merah jambu), dan ZnS (putih) (Svehla G, 1985).

1. Aluminium, Al (Ar: 26,98). Aluminium adalah logam putih yang liat dan dapat ditempa,
bubuknya berwarna abu-abu. Bila terkena udara, objek-objek alumunium teroksidasi pada
permukaannya, tetapi lapisan oksida ini melindungi objek dari oksida lebih lanjut. Asam
klorida encer dengan mudah melarutkan logam ini, pelarutan lebih lambat dalam asam
sulfat encer atau asam nitrat encer.
Aluminium adalah tervalen dalam senyawa-senyawanya. Ion alumunium membentuk
garam-garam yang tak berwarna dengan anion-anion yang tak berwarna. Halida, nitrat, dan
sulfatnya larut dalam air. Larutan ini memperlihatkan reaksi asam karena hidrolisis.
Aluminium sulfida dapat dibuat hanya dalam keadaan padat saja, dalam larutan air ia
terhidrolisis dan terbentuk alumunium hidroksida. Aluminium sulfat membentuk garam-
garam rangkap dengan sulfat kation-kation monovalen denngan bentuk-bentuk kristal yang
menarik, yang disebut tawas (alum, aluin).
Al3+ + 3OH- → Al(OH)3↓
Al(OH)3+ OH- → [Al(OH)4]-

2. Besi, Fe (Ar ; 55,85). Besi yang murni adalah logam berwarna putih –perak , yang kukuh
dan liat. Jarang terdapat besi komersial yang murni, biasanya besi mengandung sejumlah
kecil karbida, silisida, fosfida, dan sulfida dari besi, serta sedikit grafit. Zat-zat pencemar
ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi. Besi dapat dimagnitkan.
Asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer melarutkan besi, pada mana dihasilkan
garam-garam besi (II) dan gas hidrogen.
Fe3+ + 3CN- → Fe(CN)3↓

Golongan IV Kation golongan ini tak bereaksi dengan reagensia golongan I,II,III.Kation-
kation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya amonium klorida,
dalam suasana netral atau sedikit asam.Kation-kation golongan ini adalah : kalsium,
strontium, dan barium. (Svehla, 1985)
Golongan V Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia
golongan sebelumnya, merupakan kation yang terakhir, yang meliputi ion-ion magnesium,
natrium, kalium, amonium, litium, dan hidrogen.Untuk membedakan antara ion yang satu
dengan ion yang lain sering digunakan uji nyala. Reaksi identifikasi yang sederhana dikenal
sebagai reaksi spesifik golongan tertentu. Reaksi golongan untuk kation golongan II adalah
H2S yang hasilnya adalah endapan-endapan dalam berbagai warna. (Svehla, 1985)

E. ALAT DAN BAHAN :


Alat :
1. Tabung Reaksi 10 buah
2. Pipet Tetes 10 buah
3. Rak Tabung Reaksi 1 buah
4. Pembakar Spiritus 1 buah
5. Kaki Tiga 1 buah
6. Gelas Kimia 100 mL 1 buah

Bahan :
1. Aquades 20 mL
2. Larutan Kalium Iodida (KI) 5 mL
3. Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 1 mL
4. Larutan Natrium Sulfida (Na2S) 1 mL
5. Larutan Raksa(II) Klorida (HgCl2) 1 mL
6. Larutan Perak Nitrat (AgNO3) 1 mL
7. Larutan Kalium Fero Sianida (K[Fe(CN)6]4-) 1 mL
8. Perak Nitrat (AgNO3) seujung spatula
9. Raksa(I) Nitrat (HgNO3) seujung spatula
10. Timbal(II) NItrat (Pb(NO3)2) seujung spatula
11. Asam Klorida (HCl) seujung spatula
12. Raksa(II) Klorida (HgCl2) seujung spatula
13. Tembaga(II) Sulfat (CuSO4) seujung spatula
14. Kadmium Sulfat (CdSO4) seujung spatula
15. Bismuth Nitrat (Bi(NO3)3) seujung spatula
16. Timah(II) Klorida (SnCl2) seujung spatula
17. Antimon(III) Klorida (SbCl3) seujung spatula
18. Natrium Arsenat (Na3AsO4) seujung spatula
19. Alumunium Sulfat (Al2(SO4)3) seujung spatula
20. Krom(III) Sulfat (Cr2(SO4)3) seujung spatula
21. Larutan NH3 seujung spatula
22. Besi(III) Klorida (FeCl3) seujung spatula

F. Alur Percobaan
Golongan I
1) Larutan AgNO3
1. Ditetesi HCl
Endapan putih
2. Didekantasi
3. Dibilas dengan air
4. Ditetesi NH4OH
Endapan putih
5. Ditetesi HNO3
Endapan putih

Reaksi :

1.) Ag+ + Cl- → AgCl ↓


2.) AgCl↓+ 2NH3 → [Ag(NH3)2]+ + Cl-

2) Larutan Hg(NO3)2
1. Ditetesi HCl
Endapan putih
2. Ditetesi dengan NH4OH
Endapan hitam
Reaksi :

1.) Hg22+ + 2Cl- → Hg2Cl2↓


2.) Hg2Cl2↓ + 2NH3 → Hg↓ + Hg(NH2)Cl↓ + NH4+ + Cl-
3.) Larutan Pb(NO3)2
1. Ditetesi HCl
Endapan putih
2. Dilarutkan dalam air panas
3. Ditambahkan CH3COOH
4. Ditetesi K2CrO4
Endapan kuning
Reaksi :

1.) Pb2+ + 2Cl- PbCl2↓


2.) PbCl2↓ + 4CH3COO-
[Pb(CH3COO)4]2-
3.) Pb2+ + 2CrO42- PbCrO4↓

Golongan II

1. HgCl2

1. Dimasukkan ke dalam tabung


reaksi
2. Ditambahkan aquades
3. Ditetesi larutan KI

Endapan Merah
4. Ditetesi larutan KI berlebih

Endapan Larut

Reaksi :

1.) Hg2+ + 2I- → HgI2↓


2.) HgI2 + 2I- → [HgI4]2-

2.
CuSO4

1. Dimasukkan ke dalam tabung


reaksi
2. Ditambahkan aquades
3. Ditetesi larutan NaOH

Endapan Biru
4. Dipanaskan

Endapan Hitam
Reaksi :

1.) Cu2+ + 2OH- → Cu(OH)2↓


2.) Cu(OH)2↓ → CuO↓ + H2O

3. CdSO4

1. Dimasukkan ke dalam tabung


reaksi
2. Ditambahkan aquades
3. Ditetesi larutan Na2S

Endapan Kuning

Reaksi :

1.) Cd2+ + Na2S → CdS↓ + 2Na+


4.
Bi(NO3)3

1. Dimasukkan ke dalam tabung


reaksi
2. Ditambahkan aquades
3. Ditetesi larutan KI

Endapan Hitam
4. Ditetesi larutan KI berlebih

Endapan
Reaksi : Jingga

1.) Bi3+ + 3I- → BiI3↓


2.) BiI3↓ + I- → [BiI4]-

5.
SnCl2

1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


2. Ditambahkan aquades
3. Ditetesi larutan Hg2Cl2

Filtrat Endapan Putih

Reaksi :
1.) Sn2+ + Hg2Cl2 → Hg2Cl2↓ + Sn4+ + 2Cl-

6.
SbCl3

1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


2. Ditambahkan aquades
3. Ditetesi larutan Na2S

Filtrat Endapan Merah-Jingga

Reaksi :

1.) 2Sb5+ + 5Na2S → Sb2S5↓ + 10Na+


7.
Na3AsO4

1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


2. Ditambahkan aquades
3. Ditetesi larutan AgNO3

Filtrat Endapan Merah-Kecoklatan

Reaksi :
1.) AsO43- + 3Ag+ → Ag3AsO4↓

Golongan III

1.
Al2(SO4)3

1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


2. Ditambahkan aquades
3. Ditetesi larutan NaOH/KOH

Endapan Putih

4. Ditetesi larutan KOH/NaOH berlebih

Endapan Larut

Reaksi :
1.) Al3+ + 3OH- → Al(OH)3↓
2.) Al(OH)3 + OH- → [Al(OH)4]-

2. Cr2(SO4)3

1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


2. Ditambahkan aquades
3. Ditetesi larutan NH3

Endapan Abu-Abu Hijau

4. Ditetesi larutan NH3 berlebih

Endapan Coklat Kemerahan

Reaksi :

1.) Cr3+ + 3NH3 + 3H2O → Cr(OH)3↓ + 3NH4


2.) Cr(OH)3↓ + 6NH3 → [Cr(NH3)6]3+ + 3OH-

3.
FeCl3

1. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


2. Ditambahkan aquades
3. Ditetesi larutan K[Fe(CN)6]4-

Filtrat Endapan Biru Tua

Reaksi :
4Fe3+ + [Fe(CN)6]4- → Fe4[Fe(CN)6]3
G. HASIL PENGAMATAN
Hasil Pengamatan
No Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpuan
Sebelum Sesudah
1 Golongan I  Aquades : larutan,  AgNO3 + aquades : Kation Ag+ bereaksi
tidak berwarna larutan tidak ber- Reaksi : dengan pereaksi HCl
Larutan AgNO3  AgNO3 : Padatan warna membentuk endapan
Ag+ + Cl- → AgCl ↓
1. Ditetesi HCl (Kristal) putih  Larutan AgNO3 + putih. Penambahan
 HCl : larutan, tidak HCl 4 tetes AgCl↓+ 2NH3 → HNO3 untuk mene-
Endapan putih
berwarna terbentuk endapan [Ag(NH3)2]+ + Cl- tralkan
2. Didekantasi  NH4OH : larutan, putih − Terbentuk endapan
3. Dibilas dengan air tidak berwarna  Larutan AgNO 3 + AgCl berwarna putih
4. Ditetesi NH4OH  NH3 : larutan, tidak HCl + NH 4 OH 4
berwarna tetes terbentuk
Endapan Putih
endapan putih,
5. Ditetesi larutan HNO3 larutan keruh
 Larutan AgNO3 +
Endapan Putih HCl + NH4OH +
HCl 4 tetes
terbentuk endapan
putih, larutan tidak
berwarna

(Svehla, 1985)
2  Aquades : larutan,  Hg(NO3)2 + aqua- Reaksi : Hg(NO3)2 termasuk
Larutan HgNO3 tidak berwarna des : larutan tidak kation golongan I
 HgNO3 : padatan berwarna 1.) Hg22+ + 2Cl- → dibuktikan dengan
1. Ditetesi HCl
Hg2Cl2↓
(Kristal) putih  Larutan Hg(NO3)2 adanya endapan HgCl2
Endapan putih 2.) Hg2Cl2↓ + 2NH3 →
 HCl : larutan, tidak + HCl 1 tetes Hg↓ + Hg(NH2)Cl↓ + saat direaksikan dengan
2. Ditetesi dengan NH4OH berwarna terbentuk endapan NH4+ + Cl- pereaksi HCl
 NH4OH : larutan, putih, larutan keruh
Endapan Hitam
tidak berwarna  Larutan Hg(NO3)2 − HgNO3 direaksikan
+ HCl + NH4OH 8 dengan HCl akan
tetes terbentuk menghasilkan endapan
endapan hitam, HgCl2 berwarna putih
larutan keruh (Svehla, 1985)

3  Aquades : larutan,  Pb(NO3)2 + aqua- Reaksi : Pb(NO3)2 termasuk


Larutan Hg(NO3)2 tidak berwarna des : larutan tidak 1.) Pb2+ + 2Cl- kation golongan I
1. Ditetesi HCl  Pb(NO3)2 : padatan berwarna PbCl2↓ dibuktikan dengan
(Kristal) putih  Larutan Pb(NO3)2 2.) PbCl2 + 4CH3COO- adanya endapan putih
Endapan putih
 HCl : larutan, tidak + HCl 3 tetes → [Pb(CH3COO)4]2- PbCl2 saat direaksikan
2. Dilarutkan dengan air panas berwarna terbentuk endapan 3.) Pb2+ + 2CrO42- → dengan pereaksi HCl
3. Ditambahkan CH3COOH  CH3COOH : larutan, putih PbCrO4↓
4. Ditetesi K2CrO4 tidak berwarna  Endapan putih −Dihasilkan endapan
 K2CrO4 : larutan, PbCl2 + air panas : PbCl2 berwarna putih
Endapan Kuning
berwarna kuning endapan larut
 Endapan larut +
CH3COOH : (Svehla, 1985)
larutan, tidak
berwarna
+ K2CrO4 5 tetes :
endapan kuning,
larutan berwarna
kuning
4 Golongan II  HgCl2 : serbuk putih  HgCl2 + aquades : Reaksi : Hg2+ bereaksi dengan
 Aquades : larutan, larutan berwarna 1. Hg2+ + 2I- → HgI2↓ pereaksi KI membentuk
HgCl2 tidak berwarna putih 2. HgI2 + 2I → [HgI4]
- 2-
endapan merah
1. Dimasukkan ke dalam tabung  KI : larutan, tidak  Larutan HgCl2 + KI −Larutan HgCl2 ditetesi
reaksi berwarna 3 tetes terbentuk larutan KI terbentuk
2. Ditambahkan aquades endapan merah endapan HgI2 berwarna
3. Ditetesi larutan KI  Larutan HgCl2 + KI merah
17 tetes, endapan −Jika ditetesi KI berlebih,
Endapan Merah larut dan tidak endapan akan larut
berwarna
4. Ditetesi larutan KI berlebih
(Svehla, 1985)
Endapan Larut

5  CuSO4 : padatan  CuSO4 + aquades : Reaksi : Kation Cu2+ bereaksi


CuSO4 (Kristal) biru larutan berwarna 1. Cu2+ + 2OH- → dengan pereaksi NaOH
1. Dimasukkan ke dalam tabung  Aquades : larutan, biru Cu(OH)2↓ membentuk endapan
reaksi tidak berwarna  Larutan CuSO4 + 2. Cu(OH)2↓ → CuO↓ + biru
2. Ditambahkan aquades  NaOH : larutan, NaOH 6 tetes H2O
3. Ditetesi larutan NaOH tidak berwarna terbentuk endapan −Larutan CuSO4 ditetesi
biru NaOH terbentuk endapan
Endapan Biru  Larutan CuSO4 + Cu(OH)2 berwarna biru
NaOH dipanaskan, −Jika dipanaskan, endapan
4. Dipanaskan
endapan menjadi diubah menjadi CuO
hitam berwarna hitam
Endapan Hitam
(Svehla, 1985)
6 CdSO4  CdSO4 : serbuk putih  CdSO4 + aquades : Reaksi : Tidak direaksikan
 Aquades : larutan, larutan berwarna Cd + Na2S → CdS↓ +
2+
karena larutan Na2S
1. Dimasukkan ke dalam tabung +
tidak berwarna putih 2Na tidak ada
reaksi −Larutan CdSO4 ditetesi
2. Ditambahkan aquades larutan Na2S terbentuk
3. Ditetesi larutan Na2S endapan kuning CdS

Endapan Kuning
(Svehla, 1985)

7  Bi(NO3)3 : serbuk  Bi(NO3)3 + aqua- Reaksi : Reaksi Bi3+ dengan


Bi(NO3)3 putih des : larutan 1. Bi3+ + 3I- → BiI3↓ pereaksi KI
 Aquades : larutan, berwarna putih 2. BiI3↓ + I- → [BiI4]- menghasilkan endapan
1. Dimasukkan ke dalam tabung −Larutan Bi(NO3)3 ditetesi
tidak berwarna  Larutan Bi(NO3)3 + hitam BiI3
reaksi
 KI : larutan, tidak KI 2 tetes terbentuk larutan KI terbentuk
2. Ditambahkan aquades endapan BiI3 berwarna
berwarna sedikit endapan
3. Ditetesi larutan KI hitam
jingga
Endapan Hitam  Larutan Bi(NO3)3 + −Jika ditambahkan larutan
KI 30 tetes KI berlebih, endapan
4. Ditetesi larutan KI berlebih terbentuk endapan berwarna jingga
jingga
Endapan Jingga

(Svehla, 1985)
8  SnCl2 : serbuk putih  SnCl2 + aquades : Reaksi : Kation Sn2+ akan
SnCl2  Aquades : larutan, larutan berwarna 2.) Sn2+ + Hg2Cl2 → bereaksi dengan
tidak berwarna putih Hg2Cl2↓ + Sn4+ + 2Cl- pereaksi HgCl2
1. Dimasukkan ke dalam
 Hg2Cl2: larutan,  Larutan SnCl2 + −Larutan SnCl2 direaksi- membentuk endapan
tabung reaksi
tidak berwarna Hg2Cl2 : terbentuk kan dengan HgCl2 putih
2. Ditambahkan aquades membentuk endapan
endapan putih
3. Ditetesi larutan Hg2Cl2 merkurium(I) klorida
berwarna putih

Filtrat Endapan Putih (Svehla, 1985)

9 Reaksi : Tidak direaksikan


SbCl3
2Sb + 5Na2S → Sb2S5↓ karena larutan Na2S
5+

1. Dimasukkan ke dalam tabung + 10Na+ tidak ada


reaksi
2. Ditambahkan aquades
3. Ditetesi larutan Na2S

Filtrat Endapan Merah-Jingga


10 Na3AsO4 Reaksi : Tidak direaksikan
AsO43- + 3Ag+ → karena larutan tidak
Ag3AsO4↓ ada
1. Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
2. Ditambahkan aquades
3. Ditetesi larutan AgNO3

Filtrat Endapan Merah-


Kecoklatan

11 Golongan III  Al2(SO4)3 : serbuk  Al2(SO4)3 + aqua- Reaksi : Reaksi Al2(SO4)3


putih des : larutan tidak 1. Al3+ + 3OH- → dengan NaOH mengha-
Al2(SO4)3 Al(OH)3↓
 Aquades : larutan, berwarna silkan endapan Al(OH)3
2. Al(OH)3 + OH- →
1. Dimasukkan ke dalam tidak berwarna  Larutan Al2(SO4)3 [Al(OH)4]-
berwarna putih
tabung reaksi  NaOH : larutan, + NaOH 0,5 M 10 −Larutan Al2(SO4)3
2. Ditambahkan aquades tidak berwarna tetes terbentuk direaksikan dengan
3. Ditetesi larutan NaOH/KOH endapan putih NaOH membentuk
 Saat ditambahkan endapan putih Al(OH)3
Endapan Putih
NaOH berlebih, −Jika ditambahkan NaOH
4. Ditetesi larutan KOH/NaOH endapan larut berlebih, endapan akan
berlebih kembali larut
Endapan Larut

(Svehla, 1985)
12 Reaksi : Tidak direaksikan
Cr2(SO4)3 3+
1. Cr + 3NH3 + 3H2O karena larutan tidak
1. Dimasukkan ke dalam → Cr(OH)3↓ + 3NH4 ada
tabung reaksi 2. Cr(OH)3↓ + 6NH3 →
2. Ditambahkan aquades [Cr(NH3)6]3+ + 3OH-
3. Ditetesi larutan NH3

Endapan Abu-Abu
Hijau
4. Ditetesi larutan NH3 berlebih

Endapan Coklat Kemerahan

13  FeCl3 : kristal jingga  FeCl3 + aquades : Reaksi : Reaksi FeCl3 dengan


FeCl3 3+
 Aquades : larutan, larutan berwarna 1.) 4Fe + K[Fe(CN)6]4-
jingga 3C[Fe(CN) ]
6 3 → membentuk endapan
tidak berwarna
1. Dimasukkan ke dalam Fe(CN) 3 ↓
 K[Fe(CN)6]4- :  Larutan FeCl3 + − FeCl3 direaksikan
berwarna biru tua
tabung reaksi larutan, berwarna larutan dengan K[Fe(CN)6]4-
2. Ditambahkan aquades kuning K[Fe(CN)6] 4-
akan terbentuk endapan
3. Ditetesi larutan terbentuk endapan berwarna biru tua (biru
4-
K[Fe(CN)6] hijau kehitaman prussia)
(Svehla, 1985)

Filtrat Endapan Biru Tua


H. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Golongan 1

Pada percobaan pertama terdapat 3 kation yang akan diuji yaitu Ag+, Hg+, Pb2+, yang mana
masing masing kation tersebut terdapat dalam senyawa AgNO3, HgNO3, dan Pb(NO3)2 dan
masing masing senyawa tersebut berbentuk padatan putih (kristal). Setelah itu masing-masing
dimasukan kedalam tabung reaksi yang berbeda-beda sebanyak seujung sepatula. Setelah itu
pada masing masing tabung reaksi yang berisi masing-masing kristal ditambahkan 1 mL
aquades tidak berwarna yang bertujuan untuk melarutkanya. Setelah larutan tersebut ditandai:
a. Tabung reaksi A berisi larutan AgNO3 dengan larutan tidak berwarna, b. Tabung reaksi B
berisi larutan HgNO3 dengan larutan tidak berwarna, c. Tabung reaksi C berisi larutan
Pb(NO3)2 dengan larutan tidak berwarna.

a. Tabung reaksi A (AgNO3)

Pada tabung reaksi A setelah semua kristal AgNO3 larut, larutan tetap tidak berwarna.
Setelah itu larutan AgNO3 ditambahkan larutan HCl tidak berwarna sebanyak 4 tetes dan
terbentuk endapan putih, dan larutan menjadi keruh. Dan endapan yang terbentuk adalah
endapan perak klorida Degan reaksis sebagai berikut:

Ag+ + Cl- AgCl

Setelah itu didekantasi agar endapan tersebut berada dibawah setelah beberapa menit cairan
didalam tabung reaksi dibuang sehingga yang tersisa adalah endapannya saja. Setelah itu
endapan dicuci dengan aquades supaya reagen-reagen yang tersisa diendapan ikut larut dalam
aquades. Untuk pencucian endapan bisa dilakukan sebanyak 3-5 kali supaya endapan tersebut
bersih dan tidak ada lagi reagen yang tersisa.

Setelah itu endapan ditetesi dengan larutan NH4OH tidak berwarna sebanyak 4 tetes dan
larutan menjadi berarna keruh dan terdapat sedikit edapan. Hal ini dikarenakan larutan
NH4OH melarutkan endapan, karena jumlah tetesan larutan NH4OH sedikit maka endapan
yang larut juga sedikit, dan edapan yang larut tersebut membentuk ion kompleks
diminaargentat. Dengan reaksi sebaga berikut:

AgCl + 2NH3 [Ag(NH3)2]+ + Cl-

Setelah itu ditambahkan 4 tetes HCl maka larutan menjadi tidak berwarna dan endapan
muncul lagi. Penambahan HCl berfungsi untuk menetralkan kelebihan ammonia didalam
larutan, sehingga dengan penambahan HCl endapan muncul kembali, dan kesetimbangan
bergeser kearah kiri. Svehla (218:1985) berpendapat bahwa larutan ammonia encer
melarutkan endapan dan asam nitrat encer atau asam klorida menetralkan kelebihan ammonia
maka endapan tersebut muncul lagi, dan kesetimbangan bergeser ke kiri.

b. Tabung reaksi B (HgNO3)

Pada tabung reaksi B setelah semua kristal HgNO3 larut, larutan tetap tidak berwarna.
Setelah itu larutan HgNO3 ditambahkan larutan HCl tidak berwarna sebanyak 1 tetes dan
terbentuk endapan putih, dan larutan menjadi keruh. Dalam hal ini endapan yang terbentuk
adalah merkurium (I) klorida. Dengan reaksi:

Hg22+ + 2Cl- Hg2Cl2

Setelah itu ditambahkan larutan NH4OH tidak berwarna sebanyak 9 tetes. Dan warna
larutan tetap keruh tetapi terbentuk endapan hitam yaitu merkurium (II) amidoklorida, yang
berupa titik-titik dengan jumlah yang sangat kecil. Warna hitam dari merkurium (II)
amidoklorida adalah bukanlah warna yang sebenarnya, hal ini terjadi karena endapan
merkurium yang berbutir halus membuatnya nampak hitam. Jadi setelah penambahan larutan
NH4OH terbentuk dua endapan yaitu endapan logam merkurium yang berbutir halus dan
endapan merkurium (II) amidoklorida yang seberarnya berwarna putih. Svehla (213:1985)
berpendapat bahwa merkurium (II) amidoklorida berwarna putih, tetapi merkurium yang
berbutir-butir halus itu membuatnya nampak hitam mengkilap. Dan dengan penambahan
larutan NH4OH terjadi reaksi sebagai berikut:

Hg2Cl2↓ + 2NH3 Hg↓ + Hg(NH2)Cl↓ + NH4+ + Cl-

Pada reaksi ini mengalami reaksi disproporsionasi (hilangnya perbandinagn suasana) yaitu:
merkurium(I) diubah menjadi merkurium (II) dan sebagiannya dirubah menjadi logam
merkurium.

c. Tabung reaksi C (Pb(NO3)2)

Pada tabung reaksi B setelah semua kristal Pb(NO3)2 larut, larutan tetap tidak berwarna.
Setelah itu larutan Pb(NO3)2 ditambahkan larutan HCl tidak berwarna sebanyak 3 tetes dan
terbentuk endapan putih, dan larutan menjadi keruh. Dalam hal ini endapan yang terbentuk
adalah Timbel (II) klorida. Dengan reaksi:

Pb2+ + 2Cl- PbCl2↓

Setelah itu enadapan tersebut ditambahkan air panas sebanyak 1 mL, pada penambahan air
panas ini endapan larut semua dikarenakan air panas yang ditambahakn sudah mendidih dan
kristal Pb(NO3)2 yang ditambahkan hanya sedikit. Menurut Svehla (207:1985) endapan larut
dalam air panas (33,4 g l-1 pada 100ºC, sedang hanya larut 9,9 g l-1 pada 20ºC). Setelah itu
larutan tadi dibiarkan sampai suhu turun sedikit , setelah itu ditambahkan larutan CH3COOOH
tidak berwarna sebanyak 5 tetes, hal ini bertujuan untuk melarutkan endapan yang terbentuk
dalam proses pendiginan tadi, dan setelah penambahan larutan tetap tidak berwarna. Pada
penambahan CH3COOH terbentuk ion-ion tetraasetatoplumbat (II), dengan reaksi sebagai
berikut:

PbCl2↓ + 4CH3COO- [Pb(CH3COO)4]2-

Setelah itu larutan tersebut ditetesi dengan larutan K2CrO4 berwarna kuning sebanyak 5
tetes. Maka setelah itu terbentuk endapan berwarna kuning. Dengan reaksi sebagai berikut:

Pb2+ + 2CrO42- PbCrO4↓

Setelah penambahan ion kromat maka terbentuk endapan meskipun sebelumnya larutan
tersebut membentuk ikatan kompleks. Hal ini dikarenakan kestabilan ikatan komples pada
reaksi tersebut tidak terlalu besar sehingga jika ditambhkan larutan atau ion kromat akan
terbentuk endapan kembali. Menurut Svehla (209:1985) kesetabilan kompleks-kompleks ini
tidak terlalu besar: ion kromat, misalnya dapat mengendapkan timbel kromat dari larutan
kompleks-kompleks tersebut. Dan endapan yang terbentuk setelah penambahan laritan kalium
kromat tersebut berwarna kuning ini dikarenakan bahwa endapan yang terbentuk adalah
timbel kromat.

2. Golongan II

Pada percobaan golongan II terdapat 7 kation yang akan diuji yaitu Hg2+, Cu2+, Cd2+, Bi3+
,Sb3+ , Sn2+, AsO43- yang mana masing masing kation tersebut terdapat dalam senyawa HgCl2,
CuSO4, CdSO4, Bi(NO3)3, SbCl3, SnCl2, Na3AsO4, dan masing masing senyawa tersebut
berbentuk serbuk dan berwarna putih kecuali untuk CuSO4, berbetuk kristal dan berwarna
biru dan berbentuk SbCl3 kristal dan berwarna putih. Setelah itu masing-masing dimasukan
kedalam tabung reaksi yang berbeda-beda sebanyak seujung sepatula. Setelah itu pada masing
masing tabung reaksi yang berisi masing-masing kristal ditambahkan 1 mL aquades tidak
berwarna yang bertujuan untuk melarutkanya. Setelah larutan tersebut ditandai: a. Tabung
reaksi D berisi larutan HgCl2 dengan larutan berwarna putih, b. Tabung reaksi E berisi larutan
CuSO4 dengan larutan berwarna biru, c. Tabung reaksi F berisi larutan CdSO4 dengan larutan
tidak berwarna, d. Tabung reaksi G berisi larutan Bi(NO3)3 dengan larutan tidak berwarna, e.
Tabung reaksi H berisi larutan SbCl3 dengan larutan berwarna putih, f. Tabung reaksi I berisi
larutan SnCl2 dengan larutan tidak berwarna, g. Tabung reaksi J tidak berisi larutan Na3AsO4
dikarenakan senyawa tersebut tidak tersedia di lab analitik.
A. Tabung reaksi D (HgCl2)

Pada tabung reaksi D setelah semua serbuk HgCl2 larut, larutan tetap berwarna putih.
Setelah itu larutan HgCl2 ditambahkan larutan KI tidak berwarna sebanyak 3 tetes dan
terbentuk endapan berwarna merah merkurium (II) iodida. Dengan reaksi sebagai berikut:
Hg2+ + 2I- HgI2↓
Setelah itu endapan tersebut ditetesi dengan larutan KI secara berlebih dengan tujuan untuk
melarutkan endapan merkurium (II) iodide. Setelah ditambahkan larutan KI secara berlebih
sebanyak 17 tetes endapan menghilang dan larutan menjadi tidak berwarna. Dengan reaksi
sebagai berikut:
HgI2↓ + 2I- [HgI4]2-
Pada reaksi dengan penambahan KI berlebih dapat melarutkan endapan merkurium (II)
iodide dikarenakan terjadi reaksi kompleks dan membentuk larutan kalium tetraiodimerkurat
(II) yang bersifat basa. Hal ini sesuai dengan pendapat Svehla (224:1985) endapan melarut
dalam reagensia berlebihan, pada mana ion tetraiodimerkurat (II).

B. Tabung reaksi E (CuSO4)

Pada tabung reaksi E setelah semua CuSO4 serbuk larut, larutan berwarna biru. Setelah itu
larutan CuSO4 ditambahkan larutan NaOH tidak berwarna sebanyak 6 tetes dan terbentuk
endapan berwarna biru Tembaga (II) hidroksida. Dengan reaksi sebagai berikut:

Cu2+ + 2OH- Cu(OH)2↓


Untuk endapan Tembaga (II) hidroksida tidak akan larut dalam reagensia belebihan.
Setelah itu endapan tersebut dipanaskan, dan endapan yang tadnya berwarna biru menjadi
berwarna hitam dikarenkan endapan yang tadinya Tembaga (II) hidroksida berubah menjadi
Tembaga (II) oksida, selain itu warna lrutan menjadi tidak berwarna dikarenakan larutan
tersebut H2O membentuk . Dengan reaksi sebagai berikut:

Cu(OH)2↓ CuO + H2O.

Dalam reaksi ini terdapat reaksi dehidratasi yaitu: reaksi dimana dalam reaksi tersebut
meneglami pelepasan air dari molekul yang bereaksi sehingga dalam reaksi endapan Tembaga
(II) hidroksida membentuk Tembaga (II) oksida dan air. Dalam Svehla (231:1985) endapan
tidak larut dalam reagensia berlebih. Bila dipanaskan, endapan diubah menjadi temabga (II)
okisda hitam olehdehidratasi.

C. Tabung reaksi F (CdSO4)

Pada tabung reaksi F setelah semua CdSO4 serbuk larut dalam aquades larutan tersebut
menjadi berwarna putih. Dan untuk langkah selanjutnya tidak diketahui, dikarenakan
reagensia yang digunakan tidak tersedia.

D. Tabung reaksi G (Bi(NO3)3)

Pada tabung reaksi G setelah semua Bi(NO3)3 serbuk larut, larutan berwarna putih. Setelah
itu larutan Bi(NO3)3 ditambahkan larutan KI tidak berwarna sebanyak 2 tetes dan terbentuk
endapan berwarna jingga tetapi sedikit pucat hal ini tidak sesuai menurut teori, menurut svehla
(227:1985) bila ditambahkan tetes demi tetes kalium iodide terbentuk endapan hitam, bismuth
(III) iodide. Hal ini dikarenakan serbuk Bi(NO3)3 yang digunakan dalam percobaan hanya
seujung sepatula, sehingga ketika ditetesi larutan KI sedikit saja larutan tersebut seperti
menerima KI secara berlebih sehingga tidak terbentuk endapan hitam. Dengan reaksi sebagai
berikut:

Bi3+ + 3I- BiI3↓

Setelah itu larutan tersebut ditambah dengan larutan KI secara berlebih sebanyak 30 tetes,
dan yang terjadi adalah endapan berwarna jingga mulai berkurang, serta larutan tersebut juga
berwarna jingga. Dikarenakan dalam penambahan larutan KI secara berlebih membentuk ion
tetraiodbismutat dan endapan bismuth(III) iodide mulai berkurang. menurut svehla
(227:1985) Endapan mulai larut dalam reagensia berlebih, pada mana terbentuk ion
tetraiodbismutat yang berwara jingga. Dengan reaksi sebagai berikut:

BiI3↓ + I- [BiI4]-

E. Tabung reaksi H (SbCl3)

Pada tabung reaksi I setelah semua kristal SbCl3 larut dalam aquades larutan tersebut
menjadi berwarna putih kuning pucat. Dan untuk langkah selanjutnya tidak diketahui,
dikarenakan reagensia yang digunakan tidak tersedia.
F. Tabung reaksi I (SnCl2)

Pada tabung reaksi J setelah semua serbuk SnCl2 larut, larutan berwarna putih. Setelah itu
larutan SnCl24 ditambahkan larutan Hg2Cl2 tidak berwarna sebanyak 10 tetes dan terbentuk
endapan berwarna putih merkurium (I) klorida. Dengan reaksi sebagai berikut:

Sn2+ + Hg2Cl2 2 Hg2Cl2↓ + Sn4+ +2Cl-

Hal ini dapat terjadi dikarenakan saat penambahan Hg2Cl2 ditambahkan dengan jumlah
banyak dan dengan tetesan yang cepat sehingga terbentuk endapan putih merkurium (I)
klorida. Menurut Svehla (227:1985) endapan putih merkurium (I) kloridaterbentuk, jika
sejumlah besar reagensia ditambahkan denga ncepat.

G. Tabung reaksi J (Na3AsO4)

Untuk tabung reaksi J seharusnya diisi dengan larutan Na3AsO4 tetapi dikarenakan bahan
dari Na3AsO4 tidak ada maka untuk tabung reaksi ini dikosongi.

3. Golongan III

Pada percobaan kation golongan III ini yang akan diuji yaitu Al3+, Cr3+, Fe3+, yang mana
masing masing kation tersebut terdapat dalam senyawa Al2(SO4)3, Cr2(SO4)3, dan FeCl3 untuk
senyawa senyawa Al2(SO4)3 berbentuk serbuk berwarna putih, senyawa Cr2(SO4)3 tidak
diketahui dikarenakan di lab analitik tidak ada, dan untuk FeCl3 berbentuk kristal berwarna
jingga. Setelah itu masing-masing dimasukan kedalam tabung reaksi yang berbeda-beda
sebanyak seujung sepatula. Setelah itu pada masing masing tabung reaksi yang berisi masing-
masing kristal ditambahkan 1 mL aquades tidak berwarna yang bertujuan untuk melarutkanya.
Setelah larutan tersebut ditandai: a. Tabung reaksi K berisi larutan dengan Al 2(SO4)3 larutan
tidak berwarna, b. Tabung reaksi L tidak berisi larutan Cr2(SO4)3 , c. Tabung reaksi M berisi
larutan FeCl3 dengan larutan berwarna kuning.

A. Tabung reaksi K (Al2(SO4)3)

Pada tabung reaksi K setelah semua serbuk Al2(SO4)3 larut, larutan tetap tidak berwarna.
Setelah itu larutan Al2(SO4)3 ditambahkan larutan NaOH tidak berwarna sebanyak 2 tetes dan
terbentuk endapan berwarna putih aluminium hidroksida. Dengan reaksi sebagai berikut:
Al3+ + OH- Al(OH)3↓
Setelah terbentuk endapan putih, warna larutan menjadi sedikit keruh. Dan setelah itu
ditambahkan lagi NaOH lagi secara berlebih yaitu sebanyak 10 tetes. Dan setelah itu endapan
aluminium hidroksida menghilang dan warna larutan menjadi tidak berwarna lagi.
Dikarenakan endapan aluminium hidroksida jika ditambahkan dengan reagensia berlebih akan
memebentuk ikatan kompleks yaitu ion-ion tetrahiroksoaluminat. Menurut Svehla (267:1985)
endapan larut dalam reagensia berlebih, pada mana ion-ion tetrahidroksaluminat terbentuk.
Dengan reaksi sebagai berikut:
Al(OH)3↓ + OH- [Al(OH)4]-
B. Tabung reaksi L (Cr2(SO4)3)

Untuk tabung reaksi L seharusnya diisi dengan larutan Cr2(SO4)3 tetapi dikarenakan bahan
dari Cr2(SO4)3tidak ada maka untuk tabung reaksi ini dikosongi.

C. Tabung reaksi M (FeCl3)

Pada tabung reaksi M setelah semua kristal FeCl3 jingga larut, larutan menjadi
berwarna kuning . Setelah itu larutan FeCl3 ditambahkan larutan K[Fe(CN)6]4- berwarna
kuning sebanyak 2 tetes dan terbentuk endapan tinta berwarna hijau tua. Menurut Svehla
(262:1985) jika ditambahkan dengan larutan kalium heksasianoferat (II) endapan yang
terbentuk berwarna biru prusia, dan dalam percobaan yang kami lakukan berwarna hijau tua,
hal ini dikarenakan reagensia yang digunakan sudah terkontaminasi dengan larutan lain,
karena dalam praktkum kelas kami untuk satu reagensia digunakan oleh semua kelompok.
Dengan reaksi sebagai berikut:
4Fe3+ + [Fe(CN)6]4- Fe4[Fe(CN)6]3
I. KESIMPULAN

J. DAFTAR PUSTAKA
L. Underwood, A.. 1993. Analisis Kimia Kualitatif , Edisi IV. Jakarta : Erlangga
Poedjiastoeti, Sri, dkk. 2017. Kimia Analisis Kualitatif. Surabaya : Unesa press
Svehla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : PT. Kalman
Media Pustaka
K. LAMPIRAN
DOKUMENTASI
Golongan I
1. Larutan AgNO3
ditetesi HCl timbul
endapan putih
Kemudian ditetesi
NH4OH timbul
endapan putih
Kemudian ditetesi
HNO3 timbul endapan
putih

2. Larutan Hg(NO3)2
ditetesi HCl timbul
endapan putih
Kemudian ditetesi
NH4OH timbul
endapan hitam

3. Larutan Pb(NO3)2
ditetesi HCl timbul
endapan putih
Kemudian dilarutkan
dalam air panas,
ditambahkan
CH3COOH dan
K2CrO4 timbul
endapan kuning

Golongan II
1. Larutan HgCl2 ditetesi
larutan KI timbul
endapan merah
Kemudian ditetesi KI
berlebih endapan larut
2. Larutan CuSO4 ditetesi
NaOH timbul endapan
biru
Kemudian dipanaskan
timbul endapan hitam

3. Larutan CdSO4

4. Larutan Bi(NO3)3
ditetesi KI timbul
endapan hitam
Kemudian ditetesi KI
berlebih timbul
endapan jingga

5. Larutan SnCl2 ditetesi


HgCl2 timbul endapan
putih

6. Larutan SbCl3
berwarna putih
Golongan III
1. Larutan Al2(SO4)3
ditetesi NaOH timbul
endapan putih
Kemudian ditetesi
NaOH berlebih
endapan larut

2. Larutan FeCl3 ditetesi


K4Fe(CN)6
membentuk endapan
hijau kehitaman

Anda mungkin juga menyukai