Anda di halaman 1dari 46

BAB 1

ANALISIS KUALITATIF ZAT ORGANIK


I. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum analisis kualitatif zat organik, yakni :
1. Menentukan sifat fisika zat organik yang terkandung dalam sampel pada no 5 yaitu
titik leleh menggunakan balok logam.
2. Menganalisis unsur-unsur penyusun senyawa organik pada sampel padat no 5
seperti mendeteksi nitrogen, belerang, dan halogen.
3. Mendeteksi gugus fungsional pada senyawa organik yang terkandung pada sampel
padat no 5 seperti ketidak jenuhan, sifat alifatis atau aromatis, gugus hidroksi
senyawa alkohol, gugus fenolat, gugus aldehida, gugus keton, gugus karboksil,
ester, dan eter.
II. Landasan Teori
Zat organik yang belum diketahui biasanya diidentifikasi dengan analisis kualitatif.
Lebih dari 3 juta zat organik yang telah diidentifikasi, sebagian besar dari zat tersebut dapat
dikelompokkan berdasarkan gugus fungsi yang dimilikinya. Hal ini memungkinkan karena
sifat fisika dan sifat kimia zat terutama ditentukan oleh gugus fungsi yang ada pada zat itu.
Prosedur umun yang digunakan dalam identifikasi senyawa organik yang belum diketahui
adalah sebagai berikut :
Menentukan konstanta- Uji terhadap gugus Menentukan
konstanta fisis fungsi spesifik kandungan unsur-
unsur
Gunakan Tabel untuk
Menentukan senyawa Tentukan khas dari
senyawa
yang paling mungkin

Tentukan diantara kemungkinan-


kemungkinan dengan pembuatan
turunan paling tepat dan Perkuat dengan menguji
bandingkan titik lelehnya dengan spectra infra merah (IR)
Identifikasi dan resonansi megnet inti
nilai yang diberikan dalam tabel.
Rundingkan dengan demonstrator (RMI)
sebelum lanjut dengan pembuat
turunannya.

Gambar 1. Bagan Identifikasi Senyawa Organik yang Belum Diketahui


Sebelum penentuan rumus struktur zat organik, penentuan sifat Muderawan,
(Sumber: fisika, analisis unsur,
2008)
identifikasi gugus fungsional, dan penentuan derivate dari senyawa yang dianalisis

1
merupakan tahapan penting. Berikut adalah uraian beberapa langkah penting yang dilakukan
dalam analisis kualitatif zat organik.
A. Penentuan Sifat Fisika
Pada umumnya senyawa-senyawa organik tidak hanya dikarakteristikkan oleh
komposisi unsur-unsur penyusun dan berat molekulnya. Penentuan sifat-sifat yang lain,
khususnya sifat-sifat fisik harus dilakukan uji identifikasi suatu senyawa. Salah satu sifat fisik
yang umumnya diidentifikasi pada senyawa organik, yakni titik leleh (Anwar, 1994).
Titik Leleh
Senyawa organik tidak hanya dikarakterisasi oleh komposisi unsur-unsur penyusun
dan berat molekulnya. Untuk mengidentifikasi suatu senyawa, penentuan sifat-sifat lainnya,
khususnya sifat-sifat fisika harus dilakukan. Titik leleh digunakan dalam identifikasi dan
karakteristik senyawa-senyawa organik padat murni. Sesuai dengan definisi, titik leleh adalah
suhu dalam derajat Celsius pada saat fasa padat dan fasa cair dari suatu padatan Kristal ada
dalam kesetimbangan dinamik (Muderawan, 2006). Selain itu, titik leleh didefinisikan
sebagai temperatur dimana zat padat tidak mengalami perubahan yang berarti dengan adanya
perubahan tekanan ( Wibowo, 2009). Kristal senyawa organik murni biasanya mempunyai
titik leleh tertentu dan tajam, karakteristik, artinya kisaran titik leleh tidak lebih dari 0,5 0C
(Muderawan, 2006). Berikut disajikan titik leleh beberapa senyawa organik.
Tabel 1. Titik Leleh Beberapa Senyawa Organik
No Senyawa Titik Leleh (oC)
1. Difenil 68-69
2. Naftalena 79-80
3. Urea 132-133
4. Asam trans-sinamat 132-133
5. Asam benzoate 121-122
6. Benzoin 136-137
7. 2-Naftol 121-122
8. Asam mandelat 117-118
9. Suksinat anhidria 118-120
10. Asetanilida 113-114
(Sumber: Muderawan, 2006)
Data titik leleh seringkali digunakan untuk identifikasi atau karakteristik suatu
padatan kristal. Sebagai contoh, seperti ditunjukkan dalam Tabel 1., suatu zat yang tidak
diketahui dengan titik leleh 132-1330C mungkin urea atau asam trans-sinamat. Jika suatu
campuran dari senyawa yang tidak diketahui dan urea juga meleleh pada 132-133 0C, maka
senyawa yang tidak ketahui mungkin urea. Berbeda dengan, jika titik leleh suatu campuran
lebih rendah dari 1320C, maka senyawa yang tidak diketahui bukan urea. Akan tetapi, dalam

2
hal ini suatu campuran dari senyawa yang tidak diketahui dengan asam trans-sinamat meleleh
pada 132-1330C, maka senyawa yang tidak diketahui kemungkinan asam trans-sinamat
(Muderawan, 2006).
Alat penentuan titik leleh yang umumnya digunakan adalah Thiele. Keunggulan alat Thiele
ini dalam penentuan titik leleh, yaitu pada alat ini perambatan panas lebih merata. Pada alat
Thiele, cairan pemanas yang digunakan adalah minyak, sehingga dapat digunakan untuk
penentuan senyawa-senyawa yang memiliki titik leleh mencapai 200 0C. selain menggunakan
alat Thiele (Gambar 2.), penentuan titik leleh senyawa organik juga dapat dilakukan dengan
menggunakan balok logam (Gambar 3.). Balok logam sebelumnya diisi dengan thermometer
dan pipa kapiler yang telah dilengakapi dengan sampel yang akan diuji. Balok logam
kemudian dipanaskan. Temperatur ketika zat mulai meleleh dan tepat meleleh diamati
sebagai titik leleh dari sampel tersebut. Range perbedaan temperature tidak boleh lebih dari
10C, sebab jika melampui 10C maka zat yang diuji tidak murni (Anonim, 2010)

Gambar 2. Rangkaian Alat Thiele Gambar 3. Balok Logam


(Sumber : Anonim, 2010)

Penentuan titik leleh suatu senyawa murni ditentukan dari pengamatan trayek titik
lelehnya, dimulai saat terjadinya pelelehan (sedikit), transisi padat-cair, sampai seluruh
Kristal mencair. Hal ini dilakukan terhadap sedikit Kristal (yang sudah digerus halus) yang
diletakkan dalam ujung bawah pipa gelas kapiler, lalu dipanaskan secara merata dan perlahan
disekitar kapiler ini. Pengukuran suhu harus tepat di tempat zat tersebut meleleh.

3
Gambar 4. Proses Pelelehan Sampel dalam Alat Pengukur Titik Leleh

(Sumber: Anonim, 2010)

Dalam penentuan titik leleh ini, beberapa kesalahan-kesalahan sering terjadi. Kesalahan ini
pada umumnya disebabkan karena adanya zat pengotor yang dapat mengakibatkan kisaran
titik leleh akan membesar dan mengakibatkan titik leleh dari zat yang diamati menjadi lebih
rendah dari titk leleh. Sehingga penentuan titik didih suatu senyawa organik harus mematuhi
prosedur kerja. Hal-hal yang harus dipehatikan pada praktikum penentuan titik leleh agar
memperoleh hasil yang baik atau mendekati, yaitu
1. Penangas harus dipanaskan dengan kecepatan yang teratur (kenaikan kira-kira 2 0C
tiap menit) bila sudah mendekati titik lelehnya. Hal ini dilakukan agar kenaikan suhu
tidak terlalu tinggi, sehingga suhu pada saat titik leleh zat tercapai, dapat diamati
jelas.
2. Memperkecil perbedaan waktu antara proses pelelehan dan pemindahan panas, yang
dapat dicapai dengan cara :
 Jumlah zat yang dilelehkan harus sedikit
 Zat harus dihaluskn terlebih dahulu dan dimasukan secara padat kedalam pipa
kapiler.
 Pipa kapiler yang dipergunakan harus tipis dan diameternya harus kecil.
B. Analisis Unsur
Ada beberapa metode analisis kualitatif unsur yang sering digunakan dalam analisis
unsur ini, namun pada prinsipnya metode-metode tersebut tidak jauh berbeda. Unsur- unsur
yang umumnya terkandung dalam senyawa organik (belerang, nitrogen, dan halogen) diubah
menjadi ion-ion anorganiknya dengan cara membakar atau mereaksikannya dengan logam
tertentu, misalnya natrium. Kemudian, ion-ion anorganik ini dianalisis secara kualitatif
dengan metode sederhana, seperti pembentukan endapan, perubahan warna, dan sebagainya
yang memiliki karakteristik tersendiri (Mudianta, 2004).

4
Cara yang penting untuk mendeteksi unsur belerang, nitrogen, dan halogen dalam
senyawa organik, yaitu dengan tes Lassaigne. Tes ini pertama kali diperkenalkan oleh J.L.
Lassaigne pada Tahun 1843. Prinsip tes ini adalah mengubah unsur-unsur yang terikat secara
kovalen dalam zat organik menjadi garam natrium yang bersifat ionik. Nitrogen dengan
adanya karbon diubah menjadi ion sianida, belerang diubah menjadi ion sulfida, dan halogen
menjadi ion halida. Adakalanya nitrogen dan belerang berada bersama, sehingga membentuk
ion rodanida. Ion-ion ini kemudian diuji secara kualitatif dengan pereaksi anorganik (Frieda,
2004).
Pembuatan Ekstrak Lassaigne
Sejumlah natrium dan zat yang akan diuji dengan dipanaskan dalam tabung reaksinya
sampai natriumnya meleleh. Setelah itu, tabung dipecahkan secara hati-hati dalam sebuah
gelas kimia yang berisi sekitar 20 sampai 30 mL air suling. Kemudian disaing agar dihasilkan
filtrat yang jernih. Garam natrium yang terbentuk dalam reaksi di atas (yaitu NaCN, Na 2S,
NaX atau NaSCN) larut. Kelebihan natrium bereaksi dengan air untuk membentuk natrium
hidroksida, sehingga diusir dengan menambahkan etanol. Filtrat tersebutlah yang digunakan
untuk mendeteksi unsur belerang, nitrogen, halogen. Reaksi yang terjadi yakni:

pemanasan
 C(s) + N(s) + Na(s) NaCN(s)

pemanasan
 X (Cl, Br, I) + Na NaX
 S(s) + 2 Na(s) Na2S
pemanasan

NaSCN terbentuk selama pencampuran, adanya NaSCN terbentuk dari kelebihan natrium
membentuk natrium sianida dan natrium sulfida.

pemanasan
 Na(s) + C(s) + N(s) + S(s) NaCNS(s)

pemanasan
 NaCNS(s) + 2Na(s) NaCN(s) + Na2S

Mendeteksi unsur Belerang


Pada proses mendeteksi unsur belerang, ekstrak natrium diasamkan dengan asam
asetat (CH3COOH) kemudian dididihkan. Setelah itu mulut tabung reaksi didekatkan dengan
kertas saring yang telah ditetesi dengan larutan Pb-asetat 10%, hasilnya kertas saring

5
berwarna hitam. Jika terbentuk endapan warna hitam pada kertas saring mengindikasikan
adanya unsur belerang pada senyawa yang diuji.

Δ
[CH3H7NO2S] + 2Na(aq) Na2S(aq)
Senyawa organik
Na2S + Pb(CH3COO)2 2CH3COONa + PbS(s)
endapan hitam yang terbentuk pada
kertas saring
Mendeteksi Nitrogen
Untuk mendeteksi adanya unsur nitrogen dalam suatu senyawa, dilakukan uji dengan
menggunakan ekstrak natrium. Prosedur umum yang dilakukan yakni, larutan FeSO4
ditambahkan ke dalam tabung reaksi yang berisi ekstrak natrium dengan dan kemudian
dipanaskan. Dari pengerjaan tersebut dihasilkan endapan berwarna gelap. Ketika
ditambahkan dengan NaOH, terbentuk endapan berwarna hijau tua/hijau lumut. Setelah
didinginkan dan diasamkan dengan asam sulfat maka endapan hijau melarut menjadi suspensi
berwarna biru kehijauan. Jika mengandung suspensi biru kehijauan atau biru prusian berarti
mengandung nitrogen pada senyawa yang diuji. Suspensi tersebut yakni feriferosianida
(Fe4[Fe(CN)6]3).
[C3H7NO2S] + Na NaCN
(senyawa organik)
FeS04 + 2NaCN Fe(CN)2 + Na2S04
Fe(CN)2 + 4NaCN Na4[Fe(CN)6]
natrium ferosianida
3Na4Fe(CN)6] + 4FeCl3 Fe4[Fe(CN)6]3 + 12NaCl
feriferosianida (berwarna biru prusian)
(Sumber: Mudianta, 2004)

Mendeteksi Halogen
Untuk mendeteksi adanya unsur halogen pada suatu senyawa, umumnya dilakukan
proses sebagai berikut, ekstrak natrium dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
diasamkan dengan larutan HNO3 pekat dan dididihkan sehingga terbentuk larutan berwarna
cokelat muda/pudar. Setelah dingin campuran ditetesi dengan larutan AgNO 3 dan terbentuk
larutan berwarna putih dengan endapan berwarna putih, endapan putih tersebut yakni AgCl.
Ketika ditetesi dengan larutan NH4OH endapan putih melarut. Jika terbentuk endapan putih

6
maka mengindikasikan adanya unsur halogen pada senyawa yang diuji. Persamaan reaksinya
yakni:
C6H9ClN2 + AgN03 AgCl(s)
endapan berwarna putih
AgCl + 2NH4OH Ag(NH3)2Cl  + 2HzO
diamin perak (I) klorida, melarut

C. Mendeteksi Gugus Fungsional


1. Mendeteksi Ketidakjenuhan atau Ada Tidaknya Ikatan Rangkap
 Tes Baeyer
Analisi gugus fungsional dapat dilakukan dengan dua cara, yakni tes Baeyer
dan tes Bromin. Tes Baeyer ini menggunakan larutan KMnO4 alkalis. Jika sampel
mengandung ikatan rangkap maka larutan KMnO4 memudar. Hal ini dikarenakan ion
MnO4- mengalami reduksi menjadi MnO2 sehingga warna KMnO4 memudar.
Persamaan reaksinya yakni (Mudianta, 2004):

Reaksi pada tes Baeyer ini tergolong reaksi reduksi oksidasi karena MnO4
mengalami reduksi menjadi MnO2 sedangkan alkena teroksidasi membentuk senyawa
diol.

 Tes Bromin
Tes bromin dilakukan dengan melarutkan sedikit zat yang diuji dalam alkohol
dan ditambahkan larutan 5% Br2 dalam CCl4. Apabila sampel mengandung ikatan
rangkap karbon-karbon, maka warna cokelat dari bromin akan hilang. Adapun
persamaan reaksinya yakni,

Tes bromin tidak selalu dapat mengidentifikasi adanya ikatan rangkap pada suatu
senyawa, tetapi hanya reaktif terhadap nukleofil.

7
2. Mendeteksi Alifatis atau aromatis
 Tes Asap
Senyawa organik yang mengandung cincin benzena dikenal dengan senyawa
aromatik. Uji asap biasanya digunakan untuk identifikasi gugus fungsional senyawa
misalnya senyawa golongan alkohol dan senyawa yang mengandung cincin benzena.
Senyawa alkohol apabila dibakar akan menghasilkan karbondioksida dan uap air dan
pembakaran terjadi secara sempurna. Persaman reaksinya, yakni
CnH2n+2O + 3/2 O2 → nCO2 + (n+1) H2O
Untuk senyawa yang mengandung cincin benzena pembakaran yang terjadi
tidak sempurna yang ditandai dengan kepulan asap hitam. Hal yang perlu diperhatikan
dalam melakukan tes asap yakni melakukan pembakaran di ruang asam, karena sifat
dari cincin benzena yang karsinogenik.

3. Mendeteksi Gugus Fenolat


 Tes Feriklorida
Fenol adalah senyawa dengan suatu gugus OH yang terikat pada cincin
aromatik. Fenol merupakan asam kuat asam yang lebih kuat daripada air atau alkohol
karena ion phenoksidanya distabilkan dengan adanya cincin resonansi. Karena ion
fenoksida terstabilkan dengan cara ini, maka kesetimbangan untuk pembentukan lebih
disukai dibandingkan pada ion alkoksida sehingga keasaman fenol lebih kuat dari
alkohol. Adapun resonansi dari fenol, yakni:

Fenol membentuk kompleks berwarna jika direaksikan dengan larutan FeCl 3


netral. Kompleks tersebut memberikan warna yang khas seperti warna ungu, biru,
hijau atau merah anggur, sehingga sering digunakan untuk tes fenol. Adapun reaksi
yang terjadi antara fenol dengan FeCl3 yakni:
Fe(H2O)63+ + 6-n- Ar-OH → [Fe(H2O)6(Ar-OH)6-n]3+

4. Mendeteksi Aldehida dan Keton

8
Aldehid dan keton merupakan senyawa karbonil. Suatu keton memiliki dua
gugus alkil (atau bisa juga aril) yang terikat pada karbonil, sedangkan aldehid
memiliki satu gugus alkil (atau aril) dan satu hidrogen yang terikat pada karbon
karbonil.
O O

R C H atau RCHO R C R atau RCOR


suatu alkohol suatu keton
Senyawa ini merupakan senyawa polar, sehingga dapat terjadi tarik menarik
dipol-dipol antar molekul, maka aldehid dan keton mendidih pada temperatur yang
lebih tinggi daripada senyawa nonpolar yang bobot molekulnya sama. Secara singkat
aldehid dan keton dapat mensolvasi ion (misalnya NaI dapat larut dalam aseton).

 Identifikasi Aldehida
Aldehid dapat diidentifikasi menggunakan pereaksi Fehling dan Tollen.
Pereaksi tollen adalah larutan perak nitrat, dalam amonia. Oksidasi terhadap aldehid
diikuti dengan reduksi ion perak menjadi logam perak yang tampak sebagai cermin
perak. Cermin perak biasanya terbentuk pada dinding tabung reaksi yang berwarna
putih perak. Reaksi tersebut disebut juga dengan reaksi cermin perak, yaitu (Anwar,
1994):
AgNO3 + 2 NH3 → Ag(NH3)2+ + NO3-
CH3CHO + 2 Ag(NH3)2+ + 3OH- → 2 Ag+ + CH3COO- + 4NH3 + 2H2O
Selain menggunakan pereksi tollen, mendeteksi adanya gugus aldehida dapat
dilakukan dengan tes fehling. Larutan fehling terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A
dan fehling B. Larutan fehling A adalah larutan CuSO 4 sedangkan larutan fehling B
merupakan campuran garam Rochelle dalam larutan NaOH. Pereaksi fehling dibuat
dengan mencampurkan kedua larutan tersebut sehingga diperoleh larutan berwarna
biru tua. Reaksi yang terlibat yakni, ion tembaga (II) direduksi menjadi tembaga (I)
yang mengendap sebagai tembaga (I) oksida yang berwarna merah bata. Sementara
aldehid dioksidasi menjadi asam karboksilat. Persamaan reaksinya yakni:
RCHO + 2 Cu2+ + 3OH- → RCOO- + 2 Cu+ + 2H2O
2 Cu+ + 2 OH- → Cu2O + H2O
RCHO + 2 Cu2+ + 5OH- → RCOO- + Cu2O + 3H2O

9
 Identifikasi Keton
Keton dapat diidentifikasi dengan tes DNP (Dinitrofenilhidrazin) dan tes iodoform.
Reaksi dengan DNP (Dinitrofenilhidrazin)
Identifikasi gugus keton dapat dilakukan dengan mereaksikan sampel dengan
larutan 2,4 dinitrofenilhidrazin. Senyawa dinyatakan mengandung gugus keton jika
setelah bereaksi dengan larutan 2,4 dinitrofenilhidrazin terbentuk endapan berwarna
oranye. Perubahan warna yang ditunjukkan pada prosedur ini dipengaruhi oleh jumlah
konjugasi pada keton. Contohnya senyawa sikloheksanon menghasilkan endapan
warna kuning sedangkan senyawa benzofenon menghasilkan endapan berwarna
oranye sampai merah. Adapun persaman reaksi antara senyawa keton dengan larutan
2,4-DNP, yakni:
NO2 OH
H CH3
+ CH3 C NH-NH-
O2N NH-NH2 NO2

O H

CH3 CH N-NH NO2

O NO2 OH

+ O N CH3 C NH-NH- NO2


CH3 C 2 NH-NH2
CH3
CH3

CH3 C N-NH NO 2

CH3
NO 2
Uji Iodoform
O

Uji iodoform digunakan untuk mengidentifikasi gugus C CH3. Iodoform


berupa padatan kristalin berwarna kuning yang tidak larut dalam air. Tes iodoform
posotif pada senyawa metil keton asetaldehid, senyawa CH3CHOHR, CH3CH2OH
yang diokasidasi menghasilkan senyawa karbon yang sesuai.
Atom I merupakan gugus penarik elektron, sehingga 2 atom H yang bersisa
pada gugus metil menjadi lebih asam dan secara berkelanjutan digantikan oleh atom I,
sampai ketiga atom H dari gugus metil disubstitusi oleh atom I.
Efek induksi dari atom I menyebabkan karbon karbonil semakin bermuatan
positif sehingga mudah diserang oleh nukleofil menghasilkan anion (II). Anion
tersebut kemudian mengalami pemutusan menghasilkan molekul iodoform dan ion
karboksilat.

10
H O
O
-
R C CH2 + OH- R C CH2 + H2O

O O

- -
R C CH +I I R C CH I + I
2 2

O I I
O O
O
-
R C C I + OH R C C I lambat R C + Cl3
cepat -
I
O H R C O + CHI 3
I

5. Mendeteksi Gugus Karboksil


 Tes Na-bikarbonat
Mendeteksi gugus karboksil dapat dilakukan dengan tes Na-bikarbonat.
Gugus karboksil adalah senyawa yang bersifat asam lebih kuat dibandingkan dengan
fenol dan alkohol, hal ini dapat dilihat dari harga Ka masing-masing senyawa. Ka
asam karboksilat adalah 10-5, alkohol 10-16 dan fenol 10-10.
Prosedurnya yakni, sejumlah senyawa dilarutkan dalam larutan natrium
bikarbonat (NaHCO3) 5 %. Larutan natrium bikarbonat adalah senyawa yang bersifat
basa. Sifat basa tersebutlah yang digunakan untuk menetralkan sifat asam dari asam
karboksilat, sehingga dapat dijadikan salah satu cara untuk mendeteksi keberadaan
gugus karboksil. Jika senyawa mengandung asam, maka akan terlihat gelembung-
gelembung dari karbondioksida. Pada kasus yang sama yakni pada padatan,
perubahan dari karbondiokida tidak terlihat (Holum,1978).
RCOOH + NaHCO3 → CH3COO-Na+ + H2CO3
H2CO3 → CO2 + H2O
O
O
C
C - +
O Na
OH
+ NaHCO 3 + H2CO 3 (tidak stabil)

 Tes Pembentukan Ester


Ester dihasilkan dari reaksi antara alkohol dan asam karboksilat. Reaksi ini
disebut juga reaksi esterifikasi. Reaksi ini dibantu dengan menggunakan katalis asam.
Reaksi yang terjadi yakni:
O O
R' OH + R C OH R C OR'

11
6. Mendeteksi Ester
Ester dihasilkan dari reaksi antara alkohol dan asam karboksilat. Reaksi ini
disebut juga reaksi esterifikasi. Untuk mendeteksi ester, saat dipanaskan dengan
hidroksilamina, ester diubah menjadi asam hidroksamat. Reaksinya :

O O

R C O R' + H2N-OH  R C NH + OH R' OH

hidroksilamina asam hidroksamat


Asam hidroksamat terbentuk kuat, kompleks berwarna dengan ion feri
O R O
3 R OH + FeCl3  C + 3 HCl
C NH
Fe
NH
3
O

D. Membuat Derivat Senyawa dari Zat Yang Dianalisis


Setelah data fisik diperoleh, demikian juga data unsur penyusun senyawa dan data
tentang gugus fungsional yang ada dalam senyawa yang dianalisis, maka dapat dipastikan
senyawa tersebut berdsarkan data dari buku pustaka sebagai pembanging. Setelah diketahui
struktur dan nama senyawa yang dianalisis, selanjutnya akan dilakukan membuat
derivat/turunannya agar bisa memastikan senyawa tersebut.
Pembuatan turunan dari senyawa bergugus karbonil dilakukan dengan reaksi
substitusi menggunakan nukleofil nitrogen. Nukleofil yang sering dipakai berupa 2,4–
dinitrofenilhydrasone (Z=2,4-(NO2)2)C6H3NH-), fenilhidrasone (Z=C6H5NH-), semikarbason
(Z=H2NCONH) dan oksim (Z=HO-) (Anwar,dkk, 1994). Reaksi senyawa yang bergugus
karbonil dengan 2,4- dinitrofenilhydrasone adalah sebagai berikut:

(Sumber: Anwar, 1994)


2,4- dinitrofenilhydrasone dan fenildrasone dibuat dengan cara yang sama. Tetapi 2,4-
dinitrofenilhydrasone lebih mudah dibuat dan lebih mudah dimurnikan. Larutan 2,4-
dinitrofenilhydrasone dalam 30% asam perklorat direaksikan dengan cepat dalam senyawa
karbonil yang ada dalam larutan 10-20% etanol. Reaksi ini akan menghasilkan endapan 2,4-

12
dinitrofenilhydrasone. Endapan inilah yang kemudian direkristalisasi dengan etanol dan
melalui kristal yang terbentuk kemudian diukur titik lelehnya dan disimpulkan senyawanya.

III. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan


1. Penentuan Sifat Fisika
1.1 Penentuan Titik Leleh
No Prosedur Kerja Hasil pengamatan

1. Digunakan pipa kapiler yang salah -


satu ujungnya ditutup.

2 Zat padat yang telah dihaluskan, Zat padat yang digunakan adalah sampel
dimasukkan ke dalam pipa kapiler, no 5, kristal halus yang berwarna putih.
dengan menekan ujung pipa kapiler Tinggi zat padat yang dimasukkan adalah
yang terbuka ke dalam senyawa yang 1 cm.
telah dihaluskan, lalu diketuk-ketuk,
sehingga zat padat turun dan
memadat.

3 Menggunakan balok logam, Pipa kapiler dan termometer dimasukkan


termometer dan pipa kapiler pada lubang yang ada pada balok logam,
dimasukan pada lubang yang sesuai, kemudian dipanaskan dengan heater
kemudian dipanaskan dengan dengan kenaikan suhu secara teratur
pemanas (Heater)

4 Temperatur ketika zat mulai meleleh Temperatur ketika zat mulai meleleh
dan temperatur ketika semua zat tepat adalah 129,5 oC

13
meleleh dicatat. Temperatur ketika semua zat tepat
meleleh adalah 130oC

2. Analisis unsur
Mendeteksi Nitrogen, Belerang dan Halogen

No Prosedur kerja Hasil Pengamatan

Pembuatan ekstrak natrium atau filtrat Lassaigne

1 Sampel dimasukkan ke dalam tabung Sampel ditambahkan dengan natrium


reaksi dan ditambahkan sepotong yang berwarna abu-abu, sehingga
natrium yang telah dikeringkan. terbentuk campuran yang heterogen.

Sampel 5 sepotong natrium

2 Tabung reaksi kemudian dipanaskan Campuran yang telah dipanaskan


sampai pijar. menghasilkan leburan yang berwarna
cokelat kehitaman.

3 Campuran ditambahkan dengan etanol Larutan etanol berwarna bening dan tidak
kemudian dipanaskan sampai merah berwarna. Campuran setelah
membara. ditambahkan etanol kemudian
dipanaskan menghasilkan kerak
berwarna hitam kecoklatan.

14
4 Tabung dipecahkan dan isi tabung Larutan berwarna agak keruh dan
dilarutkan dalam air suling. terdapat gumpalan-gumpalan cokelat
setelah disaring didapat filtrat yang
berwarna agak keruh.

Sebelum disaring setelah disaring

a. Mendeteksi Unsur Belerang


1 Sebanyak ± 2 mL ekstrak natrium Ekstrak natrium yang berwarna agak
diasamkan dengan asam asetat, keruh, setelah ditambahkan dengan asam
kemudian didihkan. asetat yang kemudian didihkan akan
didapatkan warna larutan yang tetap
berwarna agak keruh dan ada gelembung
gas.

2 Gas yang timbul diperiksa dengan Kertas saring yang telah dicelupkan ke
kertas saring yang telah dicelupkan ke dalam larutan Pb asetat 10%, kertas
dalam larutan Pb asetat 10%. saring tetap berwarna putih. Kertas saring
ini setelah didekatkan pada mulut tabung
reaksi, tidak terjadi perubahan warna.

3 Sisa filtrat dalam tabung reaksi ditetesi Tidak dilakukan karena larutan natrium
dengan larutan natrium nitropirusid. nitropirusid tidak tersedia di
laboratorium.

Kesimpulan :

Negatif terhadap unsur belerang

b. Mendeteksi Unsur Nitrogen


1 Sebanyak ± 2 mL ekstrak natrium Setelah dipanaskan didapatkan larutan
ditambahkan ke dalam larutan FeSO4, yang berwarna bening dan juga endapan

15
kemudian campuran dipanaskan yang berwarna hijau lumut di dasar
sampai mendidih. tabung.

2 Bila tidak terbentuk endapan berwarna Tidak dilakukan karena telah didapatkan
hijau, kemudian ditambahkan NaOH endapan yang dimaksud dari prosedur 1.
dan dididihkan.

3 Endapan yang berada pada tabung Setelah diasamkan dengan asam sulfat
reaksi didinginkan dan diasamkan semua endapan yang berwarna hijau
dengan asam sulfat. lumut melarut.

4 Bila mengandung nitrogen, maka akan Tidak muncul suatu suspensi yang
muncul suatu suspensi berwarna biru berwarna biru kehijau-hijauan atau biru
kehijau-hijauan atau biru prusian. prusian.

Kesimpulan :

Negatif terhadap unsur nitrogen.

c. Mendeteksi Halogen
1 Sebanyak ± 2 mL ekstrak natrium Setelah dididihkan didapatkan larutan
diasamkan dengan HNO3 pekat, yang berwarna agak keruh.
kemudian dididihkan.

2 Ekstrak natrium yang telah diasamkan, Ekstrak natrium yang telah diasamkan
kemudian didinginkan dan kemudian ditambahkan dengan 1 mL
ditambahkan dengan 1 mL larutan larutan AgNO3, didapatkan bahwa
AgNO3. larutan tidak membentuk endapan.

16
3. Mendeteksi Gugus Fungsional

No Prosedur Kerja Hasil pengamatan

1.  Mendeteksi ketidakjenuhan
1. Tes Baeyer
Sampel no 5, berupa serbuk halus
 Larutan Baeyer ditambahkan
berwarna putih.
tetes demi tetes pada sedikit
larutan dalam air/alkohol/zat Sampel ditambahkan dengan aquades
cair sambil dikocok. kemudian ditambahkan dengan larutan
Baeyer, menghasilkan larutan bening
berwarna merah muda keunguan.

 Adanya ikatan tidak jenuh


ditunjukkan apabila warna Larutan ini setelah didiamkan beberapa
larutan KMnO4 memudar. saat akan berubah warna menjadi bening
kekuningan.

Kesimpulan :

Adanya ikatan tidak jenuh (ikatan


rangkap).

2. Tes Bromin
Sampel No.5 (kristal halus berwarna
 Larutkan sedikit zat dalam putih) + larutan CCl (bening dan tidak
4
CCl4 ditambahkan 5% Br2 berwarna) + larutan 5% Br dalam CCl
2 4
dalam CCl4 tetes demi tetes (bening dan berwarna coklat)  larutan
sambil dikocok. (Bila warna bening dan berwarna coklat kekuningan.
coklat berubah menjadi tak Setelah didiamkan beberapa waktu,

17
berwarna, berarti positif warna larutan memudar (tak berwarna).
adanya ikatan tidak jenuh) Kesimpulan: Positif terhadap ikatan
rangkap/jenuh.

2  Mendeteksi alifatis atau aromatis


1. Tes Asap
Sampel no 5 diletakkan pada ujung
 Sedikit senyawa diambil
spatula dan dipanaskan pada nyala api
dengan spatula dan
Bunsen, akan didapatkan bahwa sampe
dipanaskan pada nyala api
meleleh dan berwarna hitam, serta tidak
Bunsen.
timbul asap.

 Adanya senyawa aromatis


Kesimpulan :
ditunjukkan melalui
Tidak ada senyawa aromatis
timbulnya asap.
3  Mendeteksi gugus fenolat
1. Tes feriklorida
Sampel no 5 berupa serbuk halus yang
 Zat dilarutkan dalam alkohol
berwarna putih.
kemudian ditambahkan
larutan FeCl3 tetes demi tetes. Larutan yang dihasilkan berwarna kuning
kecoklatan, dan sampel melarut

 Adanya gugus fenol


ditunjukkan apabila larutan Setelah didiamkan beberapa saat, larutan
berubah warna menjadi ungu, tidak mengalami perubahan warna.
biru, hijau/ merah anggur.
Kesimpulan :

Tidak ada gugus fenol

4  Mendeteksi gugus aldehid


1. Tes fehling
Kedua larutan setelah dicampurkan
 1 mL larutan Fehling A
larutan berwarna biru tua.
dicampurkan dengan 1 mL
larutan Fehling B.
 Sedikit zat ditambahkan
Sampel 5 ditambahkan ke dalam larutan,

18
kemudian dipanaskan. sampel menjadi larut. Larutan kemudian
 Adanya gugus aldehida dipanaskan menghasilkan larutan yang
ditunjukkan apabila warna berwarna biru muda.
berubah menjadi endapan Kesimpulan :
merah bata. Tidak ada gugus Aldehida

2. Tes tollen
 Pereaksi Tollens dibuat Larutan AgNO3 ditambahkan larutan
dengan cara larutan AgNO3 NaOH, didapatkan larutan yang berwarna
ditambahkan larutan NaOH keruh dan endapan putih (larutan A)
tetes demi tetes, dan
Larutan A kemudian ditambahkan
ditambahkan larutan ammonia
dengan larutan ammonia berlebih,
berlebih.
diidapatkan larutan bening dan tidak
berwarna serta tidak ada endapan (larutan
B)

 Sedikit ditambahkan Larutan B ditambahkan dengan sampel


zat
kemudian dipanaskan dalam kemudian dipanaskan, didapatkan larutan
penangas air. tidak mengandung endapan, dan
terbentuk cermin perak pada dinding
tabung.

 Gugus aldehida dideteksi


apabila apabila terbentuk Kesimpulan :
cermin perak di dinding Ada gugus aldehida
tabung.

6  Mendeteksi gugus keton


1. Tes DNP
Sampel no 5 setelah dicampurkan dengan
 Sedikit zat dilarutkan dalam
larutan HCl encer dan larutan 2,4-
HCl encer dan ditambahkan
dinitrofenilhidrazin didapatkan larutan
larutan 2,4 –
yang berwarna kuning dan tidak

19
dinitrofenilhidrazin, kemudian terbentuk endapan.
dikocok.

 Adanya gugus keton Kesimpulan :


ditunjukkan bila terjadi Tidak ada gugus keton
endapan.

2. Tes iodoform
Larutan iod dalam KI berwarna merah
 Dibuat larutan Iod dalam KI
tua.
(0,25 g I2 ; 0,5 g KI dalam 2
mL air).

Sampel no 5 setelah ditambahkan dengan


 Sedikit zat ditambahkan ke larutan NaOH didapatkan sampel melarut
dalam 2 mL larutan NaOH sempurna dan larutan yang bening serta
10%. tidak berwarna (larutan A)

 Larutan Iod dalam KI Larutan A setelah ditambahkan dengan


ditambahkan sedikit demi larutan iod dalam KI didapatkan larutan
sedikit. bening dan tidak berwarna.

 Adanya gugus keton apabila Kesimpulan :


ditunjukkan apabila warna Tidak ada gugus keton
coklat menghilang dan
terbentuk endapan iodoform
yang berwarna kuning.
7.  Mendeteksi gugus karboksil
1. Tes Na-Bikarbonat
Sampel no 5 setelah dtambahkan dengan
 Sedikit zat ditambahkan
larutan NaHCO3 didapatkan larutan
dengan larutan NaHCO3.
bening dan tidak berwarna, sampel hanya
melarut sebagian, serta tidak ada
gelembung.

20
Kesimpulan :
 Adanya gugus karboksil Tidak ada gugus karboksil
ditunjukkan apabila muncul
gelembung gas. Sampel no 5 setelah dicampurkan dengan
2. Tes pembentukan ester etil alkohol dan larutan H2SO4 pekat
 Sedikit zat dicampurkan didapatkan larutan bening dan tidak
dengan etil alkohol dan H2SO4 berwarna.
pekat.

Larutan ini setelah dipanaskan

 Beberapa saat dipanaskan didapatkan larutan bening serta tidak


dalam penangas air. berwarna dan tidak muncul bau harum
buah.

Kesimpulan :
Tidak ada gugus karboksil
 Adanya gugus karboksil
ditunjukkan apabila muncul
bau harum buah.
8  Mendeteksi ester
1. Tes feri hidroksamat
Sampel no 5 setelah dilarutkan dalam 0,5
 Zat dilarutkan dalam 0,5 mL
mL larutan jenuh hidroksi-amin-hidro-
larutan jenuh hidroksi-amin-
klorida dalam metanol didapatkan larutan
hidro-klorida dalam metanol.
bening dan tidak berwarna (larutan A)

 Ditambahkan larutan KOH


Larutan A setelah ditambahkan dengan
dalam metanol sampai bersifat
larutan KOH dalam metanol didapatkan
basa.
larutan bening dan tidak berwarna
(larutan B)

Uji kualitatif

21
Lakmus merah  biru
Lakmus biru  biru
Larutan (a) bersifat basa
 Campuran dipanaskan sampai Larutan B setelah dipanaskan didapatkan
mendidih. larutan bening dan tidak berwarna.

Larutan B setelah didinginkan dan


 Didinginkan dan ditambahkan kemudian ditambahkan dengan larutan
larutan FeCl3 1-2 tetes. FeCl3 didapatkan larutan bening dan
berwarna kuning (larutan C)

 Diasamkan dengan larutan Larutan C setelah diasamkan dengan


HCl. larutan HCl didapatkan larutan bening
dan berwarna kuning.

Uji kualitatif
 Adanya senyawa ester
Lakmus biru  merah
ditunjukkan apabila terjadi
Lakmus merah  merah
warna merah anggur.
Larutan (c) bersifat asam
Kesimpulan :
Tidak ada senyawa ester

4. Membuat derivat senyawa dari zat yang dianalisis

No Prosedur kerja Hasil Pengamatan

Derivate aldehid dan keton

1. Larutan 2,4 dinitrofenilhidrazin dalam


30 % asam perklorat dibuat dengan Larutan 2,4 – dinitrofenilhidrazin bening
melarutkan 1,2 gram 2,4-DNP dalam dan berwarna orange kecoklatan (larutan
suatu campuran 16 mL asam perklorat A)
60% dan 34 mL air pada temperatur
kamar

22
Sampel no 5 setelah ditambahkan dengan
larutan etanol 10-20% didapatkan sampel

2. Sebanyak 4 mL larutan di atas melarut sempurna dan larutan bening


diencerkan dengan 8 mL air, serta tidak berwarna (larutan B)
kemudian diaduk. Larutan ini
4 mL larutan A setelah ditambahkan
kemudian dengan cepat dicampurkan
dengan 8 mL aquades didapatkan larutan
ke dalam senyawa karbonil yang ada
bening dan berwarna kuning kecoklatan
dalam larutan 10-20% etanol
(larutan C)

Larutan B setelah ditambahkan larutan C


didapatkan larutan berwarna kuning
kecoklatan dan terbentuk endapan
berwarna merah.
Endapan 2,4 dinitrofenilhidrazon yang
3. diperoleh kemudian disaring dan
direkristalisasi dengan etanol atau Larutan tersebut setelah disaring
etilasetat atau dioksan didapatkan filtrat yang berwarna kuning
dan residu berupa endapan berwarna
merah.
Residu hasil penyaringan setelah
ditambahkan dengan larutan etanol 10-
Setelah kristal murni dan kering,
20% didapatkan larutan berwarna orange
4. dilanjutkan dengan pemeriksaan
kecoklatan
terhadap titik leleh. Titik leleh hasil
Temperatur zat saat tepat meleleh adalah
pengamatan dibandingksn dengan titik
190 oC
leleh yang ada pada tabel.

23
IV. Pembahasan dan Jawaban Pertanyaan
4.1 Pembahasan
A. Penentuan Sifat Fisika
1. Titik Leleh
Pada identifikasi senyawa sampel unknown padat, sampel yang didapatkan yaitu
sampel 5 berupa kristal yang berwarna putih. Pada pangujian titik leleh ini digunakan balok
logam karena pengerjaan menggunakan balok logam ini lebih sederhana dan lebih mudah
dilakukan daripada menggunakan alat Thiele meskipun balok logam lebih cocok digunakan
untuk menentukan titik leleh senyawa-senyawa yang memiliki titik leleh di atas 2000C.
Penentuan titik leleh dengan balok logam ini dimulai dengan memanaskan pipa
kapiler agar salah satu ujungnya tertutup, sehingga saat sampel dimasukkan tidak jatuh.Tetapi
dalam praktikum tersebut pipa kapiler tidak perlukan panas karena salah satu ujung sudah
tertutup. Dalam memasukkan senyawa sampel ke dalam pipa kapiler perlu diketuk-ketuk agar
sampel turun dan memadat sehingga tidak ada rongga udara dan pelelehan dapat terjadi
secara sempurna. Selanjutnya pipa kapiler dan termometer diletakkan pada lubang yang
sesuai pada balok logam kemudian dipanaskan pada pemanas listrik hingga semua zat
meleleh.
Berdasarkan hasil pengamatan bahwa senyawa sampel mulai meleleh pada suhu
129,50C dan tepat meleleh seluruhnya pada suhu 1300C maka trayek titik leleh yaitu sebesar
0,50C. Dengan demikian, trayek titik leleh senyawa sampel dari kedua pengujian tersebut
tidak lebih dari 10C sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel yang dianalisis merupakan
senyawa murni.

B. Analisis Unsur
Langkah selanjutnya dilakukan pengujian unsur-unsur yang terkandung pada sampel.
Senyawa organik sudah pasti mengandung unsur karbon, oksigen dan hidrogen sehingga uji
terhadap unsur karbon, oksigen dan hidrogen tidak dilakukan lagi pada analisis senyawa
sampel ini. Selain mengandung unsur karbon, oksigen dan hidrogen, senyawa organik juga
kemungkinan mengandung unsur lain, seperti nitrogen, belerang, dan halogen sehingga perlu
diuji menggunakan pereaksi khusus.
Untuk mendeteksi adanya unsur belerang, nitrogen, dan halogen digunakan ekstrak
natrium atau filtrat Lassaigne. Dalam pembuatan filtrat Lassaigne digunakan logam natrium
karena dengan logan natrium maka senyawa yang akan diuji menjadi lebih reaktif sehingga
reaksi lebih mudah berlangsung. Sebelum tabung reaksi dipecahkan di dalam gelas kimia

24
yang berisi aquades, dilakukan penambahan etanol dengan tujuan untuk mengusir kelebihan
natrium dimana natrium merupakan logam yang sangat reaktif dan dapat bereaksi dengan air.
Jika natrium masih berlebih, maka pada saat pemecahan tabung reaksi di dalam air suling
akan terjadi reaksi antara logam natrium dengan air sehingga timbul ledakan. Jadi, sisa
natrium dapat bereaksi dengan etanol (logam natrium mudah bereaksi dengan alkohol) dan
saat pemecahan tabung reaksi sudah tidak ada natrium lagi, sehingga reaksi antara natrium
dan air dapat dihindari. Setelah disaring diperoleh filtrat natrium atau Lassaigne yang tidak
berwarna (agak keruh) yang selanjutnya digunakan untuk mendeteksi adanya unsur belerang,
nitrogen, halogen. Adapun reaksi yang terjadi yakni:
C(s) + N(s) + Na(s) NaCN(s)
pemanasan
X (Cl, Br, I) + Na pemanasan NaX
\
pemanasan
S(s) + 2 Na(s) Na2S

NaSCN terbentuk selama pencampuran, dimana kelebihan natrium membentuk natrium


sianida dan natrium sulfida.
pemanasan
Na(s) + C(s) + N(s) + S(s) NaCNS(s)

pemanasan
NaCNS(s) + 2Na(s) NaCN(s) + Na2S

1. Mendeteksi Unsur Belerang


Dalam mendeteksi adanya unsur belerang dalam suatu sampel senyawa organik dapat
digunakan filtrat Lassaigne atau ekstrak natrium. Pembuatan ekstrak natrium ini akan
menyebabkan terbentuknya ion sianida (CN-). Selanjutnya pengujian dilakukan dengan
menggunakan pereaksi larutan Pb-asetat 10%.
Secara teoritis, apabila sampel mengandung unsur belerang maka pada kertas saring
yang telah dibasahi Pb-asetat 10% akan terbentuk warna hitam. Warna hitam yang terbentuk
pada kertas saring ini merupakan ion sulfida akan terendapkan menjadi endapan timbal
sulfida yang berwarna hitam. Hal ini dapat dijelaskan dalam persamaan reaksi di bawah ini.
S2- + 2H+ H2S
H2S + Pb2+ PbS(s)
Namun secara praktis dan berdasarkan hasil pengamatan, setelah didekatkan pada
mulut tabung reaksi, warna kertas saring ini tidak berubah dan tetap berwarna putih. Ini

25
mengindikasikan bahwa sampel yang diuji negatif mengandung unsur belerang. Selain
pengujian dengan menggunakan pereaksi larutan Pb-asetat 10% , adanya unsur belerang juga
dapat dideteksi dengan menggunakan pereaksi larutan natrium nitroprusid (berwarna merah)
ke dalam sisa filtrat yang ada dalam tabung reaksi. Namun, dalam praktikum ini tidak
dilakukan karena bahan tidak tersedia dilaboratorium.

2. Mendeteksi Unsur Nitrogen


Dalam mendeteksi adanya unsur nitrogen dalam senyawa organik pada dasarnya
menggunakan prinsip yang sama dengan analisis pada unsur belerang yaitu menggunakan
bahan dasar yakni ekstrak natrium. Pembuatan ekstrak natrium ini akan menyebabkan
terbentuknya ion sianida (CN-). Keberadaan ion ini akan diuji dengan pereaksi larutan
ferosulfat yang terbuat dari larutan garam Mohr, (NH4)2SO4 . FeSO4 . 6H2O yang kemudian
dipanaskan sampai mendidih. Secara teoritis, apabila tidak terbentuk endapan hijau maka
kedalam campuran tersebut ditambahkan NaOH. Terbentuknya endapan berwarna hijau
kemudian dilarutkan dengan asam sulfat yang pada akhirnya terbentuk suspensi berwarna
biru kehijauan / biru prusian. Hal ini dapat ditunjukkan sesuai dengan persamaan reaksi di
bawah ini.
CN-(aq) + Fe2+(aq) → [Fe(CN)6]4-(aq)
3[Fe(CN)6]4-(aq) + 4Fe3+(aq) → Fe4[Fe(CN)6]3(s)
Namun secara praktis dan berdasarkan hasil pengamatan, setelah penambahan NaOH
tetap tidak terbentuk endapan hijau melainkan terbentuk endapan yang berwarna hitam dan
warna larutan cokelat muda. Hal ini mengindikasikan bahwa sampel negatif mengandung
nitrogen sehingga pengujian terhadap sampel tidak dilanjutkan lagi dengan menggunakan
asam sulfat.

3. Mendeteksi Halogen
Pada pengujian halogen, ekstrak natrium diasamkan dengan larutan HNO3 pekat dan
dididihkan. Adapun alasan digunakannya larutan HNO3 karena reaksi ini berlangsung pada
suasana asam, dimana nitrat pada umumnya tidak membentuk endapan sehingga fungsinya
hanya untuk mengasamkan. Apabila yang digunakan adalah HCl maka akan mempengaruhi
jumlah Cl- dalam larutan, sedangkan bila yang digunakan adalah H2SO4 maka akan terjadi
perubahan biloks dimana H2SO4 dapat tereduksi dan mengoksidasi Ag+ menjadi Ag2+,
sehingga yang terbentuk bukan endapan AgCl. Hasil yang diamati pada perlakuan tersebut
yaitu larutan bening tak berwarna. Setelah dingin dan ditambahkan larutan AgNO3, hasil

26
yang diperoleh yaitu tidak terbentuk endapan dan larutan tidak berwarna. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa senyawa sampel yang diuji negatif terhadap halogen atau dengan
kata lain senyawa sampel tidak mengandung halogen.

C. Mendeteksi Gugus Fungsional


1. Mendeteksi Ketidakjenuhan
 Tes Baeyer
Langkah selanjutnya dilakukan pengujian ketidakjenuhan dengan tes Baeyer yaitu
menggunakan larutan KMnO4 alkalis. Ketika larutan Baeyer dicampurkan dengan sampel
5 yang telah dilarutkan dalam aquades, warna larutan bening dan berwarna merah muda
keunguan memudar menjadi bening dan berwarna coklat kekuningan. Memudarnya
warna KMnO4 disebabkan karena telah bereaksi dengan zat yang akan diuji, sehingga
KMnO4 tereduksi menjadi MnO2 dan KMnO4 berkurang dan warnanya menjadi
memudar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa senyawa sampel yang diuji
mengandung ikatan tidak jenuh atau dengan kata lain dalam senyawa sampel terdapat
ikatan rangkap. Reaksi yang terjadi dalam tes ini yaitu reaksi reduksi dan oksidasi.
Persamaan reaksinya yaitu:

 Tes Bromin
Pada pengujian ketidakjenuhan dengan tes Bromin, pereaksi yang digunakan yaitu
larutan CCl4 dan larutan Br2 5% dalam CCl4. Setelah sampel ditambahkan dengan
pereaksi, terbentuk larutan bening dan berwarna coklat kekuningan. Setelah didiamkan
beberapa waktu, warna larutan memudar (tidak berwarna). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa senyawa sampel yang diuji mengandung ikatan tidak jenuh atau
dengan kata lain dalam senyawa sampel terdapat ikatan rangkap. Hasil yang diperoleh
pada tes Bromin sama dengan hasil pada tes Baeyer.

2. Mendeteksi Alifatis atau Aromatis


Tes yang digunakan dalam mendeteksi alifatis atau aromatis sampel unknown 5 adalah
tes asap. Tes asap sangat mudah dilakukan yakni dengan membakar sampel unknown 5 pada
nyala api bunsen atau api spiritus. Yang diamati pada tes ini adalah timbulnya asap hitam

27
ketika proses pembakaran. Dimana secara teori, munculnya asap hitam mengindikasikan
bahwa suatu sampel merupakan senyawa aromatis yang ketika dibakar akan mengalami
pembakaran tidak sempurna sehingga menghasilkan gas CO yang berwarna hitam.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, ketika sampel unknown 5 dibakar di atas
api spiritus tidak menimbulkan adanya asap. Hal tersebut menunjukan bahwa ketika proses
pembakaran sampel terjadi proses pembakaran sempurna yang menghasilkan gas CO 2 yang
tidak berwarna, dimana pembakaran sempurna akan terjadi apabila pada sampel tidak
terdapat cincin benzena (aromatis) dan bersifat alipatis sehingga relatif lebih mudah untuk
dioksidasi.
Tidak adanya asap hitam pada saat pembakaran mengindikasikan bahwa sampel
unknown 5 merupakan senyawa alifatis.
3. Mendeteksi Gugus Fenolat
langkah selanjutnya adalah dilakukan tes ferriklorida untuk mendeteksi adanya gugus
fenolat. Pada pengujian ini sampel dilarutkan dengan etanol kemudian ditambahkan larutan
feriklorida (FeCl3). Hasil pengamatan yang dipeoleh dari perlakuan tersebut yaitu larutan
bening dan berwarna kuning kecoklatan, sehingga dapat dipastikan bahwa senyawa sampel
yang diuji negatif terhadap gugus fenol atau dengan kata lain senyawa sampel tidak
mengandung gugus fenol.

4. Mendeteksi Gugus Aldehida


Uji selanjutnya terhadap senyawa kandidat yang tersisa adalah uji adanya gugus
aldehid. Pada pengujian ini dilakukan dua tes, yaitu tes Fehling dan tes Tollen.
 Tes Fehling
Pada tes Fehling, ketika fehling A dan fehling B dicampurkan menghasilkan
larutan yang berwarna biru tua. Persamaan reaksinya yakni:
2+
-
O O Na+ O O O O
C C C
CH2 CH2 CH2
Cu2+
+ Cu2+ kompleks
CH2 CH2 CH2 + Na2SO 4

C C C
O -
O Na+ O O O O

Larutan berwarna biru

28
Selanjutnya ditambahkan sampel dan larutan berwarna biru tua. Setelah
dipanaskan dengan penangas air, pada pengujian sampel dihasilkan warna larutan
menjadi biru muda dan tidak menghasilkan endapan yang berwarna merah bata. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam pengujian sampel ini negatif terhadap gugus aldehid (tidak
mengandung gugus aldehid).

 Tes Tollen
Untuk lebih memastikan bahwa pada sampel tidak mengandung gugus aldehid,
maka dilakukan lagi pengujian yaitu dengan tes Tollen. Tollen ini mengandung ion
kompleks [Ag(NH3)2]+ , yang dibuat dengan mencampurkan AgNO3 dengan larutan
NaOH dan ditambahkan larutan amoniak berlebih. Ketika larutan AgNO 3 direaksikan
dengan NaOH membentuk endapan berwarna putih dan larutannya putih keruh. Setelah
ditambahkan amoniak berlebih, endapannya melarut dan larutan menjadi putih bening.
Adapun persamaan reaksinya:
AgNO3 + NaOH →Ag2 O + NaNO3 + H 2 O
2+
Ag2 O + NH4 OH→ [ Ag(NH3 )2 ] + OH−
Penambahan sampel menyebabkan larutan tetap berwarna bening, kemudian
dipanaskan pada penangas air, maka terbentuk cincin perak yang melingkar pada pada
dinding tabung reaksi. Terbentuknya cermin perak dikarenakan gugus aldehid teroksidasi
menjadi karboksilat dan pereaksi Tollens (Ag+) tereduksi menjadi Ag (cermin perak). Hal
ini dapat ditunjukkan sesuai dengan persamaan reaksi di bawah ini.

AgNO3 + 2NH3 → [Ag(NH3)4]+NO3-


RCHO + 2[Ag(NH3)4]+ + 3OH- → RCOOH + 2Ag (s) + 4NH3 + 2H2O
Cermin perak
Hal ini mengindikasikan bahwa sampel positif mengandung gugus aldehida
5. Mendeteksi Gugus Keton
Pengujian selanjutnya adalah dilakukan uji gugus keton, pada pengujian ini dilakukan
dengan dua uji yaitu tes DNP dan tes iodoform.
 Tes DNP
Pada tes DNP, sampel dilarutkan dalam HCl encer kemudian ditambah larutan
2,4-DNP, lalu dikocok. Pada hasil pengujian diperoleh larutan berwarna kuning dan tidak
terdapat endapan. Secara teoritis, jika suatu sampel mengandung gugus keton akan
dihasilkan endapan oranye (terbentuk 2,4 dinitrofenilhidrazon). Tidak terbentuknya

29
endapan pada pengujian ini menunjukkan bahwa senyawa sampel ini negatif terhadap tes
DNP (mengandung gugus keton).:

 Tes Iodoform
Selanjutnya dilakukan tes iodoform untuk lebih memastikan adanya gugus keton
pada sampel yang diuji. Pada tes ini, sampel dilarutkan kedalam larutan NaOH 10%,
sehingga terbentuk larutan yang tidak berwarna. Ke dalam campuran ini ditambahkan
larutan iod dalam KI, yang menyebabkan warna larutan berubah menjadi cokelat dan
tidak terbentuk endapan. Tidak terbentuknya endapan ini menunjukkan bahwa senyawa
sampel negatif terhadap tes iodoform (tidak mengandung gugus keton).

6. Mendeteksi Gugus Karboksil


Setelah diperoleh senyawa kandidat yang tersisa maka selanjutnya dilakukan
pengujian terhadap gugus karboksil, yaitu tes Na-bikarbonat dan tes pembentukan ester.
 Tes Na-bikarbonat
Pada tes Na-Bikarbonat ini, sampel yang akan diuji ditambahkan pada larutan
NaHCO3 jenuh. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa setelah ditambahkan NaHCO3
sampel tidak larut semua dan tidak terjadi gelembung, serta larutan bening dan tidak
berwarna. Dengan demikian senyawa sampel negatif terhadap karboksil atau dengan kata
lain senyawa sampel tidak mengandung gugus karboksil.
 Tes Pembentukan Ester
Untuk lebih memastikan adanya gugus karboksil, maka dilakukan tes
pembentukan ester. Pada pengujian ini, ester dihasilkan dari reaksi antara alkohol (dalam
hal ini digunakan etilalkohol) dan asam karboksilat (dalam sampel) yang disebut juga
reaksi esterifikasi. Reaksi ini dibantu dengan menggunakan katalis asam berupa H2SO4.
Pada praktikum ini digunakan penangas air agar proses pemanasan lebih efektif dan
efisien. Dari hasil pengamatan tidak dihasilkan bau harum sehingga dapat disimpulkan
bahwa senyawa sampel negatif terhadap karboksil.

7. Mendeteksi Ester
Pada percobaan ini, senyawa sampel diuji dengan menggunakan larutan jenuh
hidroksilaminhidroklorida dalam metanol dan KOH dalam metanol melalui tes feri-
hidroksamat. Menguji sifat basa dilakukan dengan meneteskan campuran di atas kertas

30
lakmus merah dan lakmus biru. Kertas lakmus merah berubah menjadi berwarna biru dan
kertas lakmus biru tetap berwarna biru. kemudian larutan dididihkan. Berdasarkan hasil
pengamatan, dari perlakuan tersebut dihasilkan larutan yang keruh. Setelah ditetesi dengan
larutan FeCl3 dan diasamkan dengan HCl (untuk membuktikan suasana asam, larutan diuji
dengan lakmus biru, dimana lakmus berubah menjadi merah, serta lakmus merah, dimana
lakmus tetap berwarna merah), warna larutan berubah menjadi bening dan berwarna coklat.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa senyawa sampel negatif terhadap ester
(tidak mengandung ester).

D. Derivat Aldehida dan Keton


Berdasarkan hasil pengamatan setelah melakukan identifikasi gugus fungsi dan
melakukan bimbingan dengan dosen pengampu, kami melanjutkan percobaan ke pembuatan
derivat aldehid dan keton, yaitu 2,4-dinitrofenilhidrazon (2,4-DNP). Dari prosedur pertama
yaitu melarutkan 1,2 gram 2,4-DNP dalam suatu campuran 16 mL asam perklorat 60% dan
34 mL aquades, diamati padatan 2,4-DNP yang berupa kristal halus berwarna merah melarut
sempurna dan dihasilkan larutan bening dan berwarna oranye kecoklatan. Pada prosedur
kedua, 4 mL larutan diatas ditambahkan dengan 8 mL aquades dan dihasilkan larutan yang
berupa larutan bening dan berwarna kuning kecoklatan (lebih pudar daripada larutan pada
prosedur 1).
Pada prosedur ketiga, sampel padat No.5 dilarutkan dalam larutan etanol 10 % sampai
larut secara sempurna. Dari pelarutan tersebut diamati sampel padat No.5 larut sempurna dan
terbentuk larutan bening dan tidak berwarna. Selanjutnya larutan tadi dicampurkan dengan
larutan 2,4-dinitrofenilhidrasin, sehingga dihasilkan larutan larutan bening dan berwarna
kuning kecoklatan dan terdapat endapan merah pada dasar gelas kimia. Setelah endapan
terbentuk sempurna selanjutnya disaring dan endapan dipisahkan dengan filtratnya. Dari
pemisahan tersebut didapatkan endapan berwarna merah dan filtrat berupa larutan bening dan
berwarna kuning kecoklatan. Endapan yang terbentuk selanjutnya dilarutkan dalam larutan
etanol sampai larut dan diamati terbentuk larutan bening dan berwarna kuning kecoklatan.
Selanjutnya larutan tersebut diuapkan diatas penangas sampai semua pelarut hampir habis
kemudian didiamkan sampai terbentuk kristal. Dari proses penguapan tersebut didapatkan
kerak berupa kristal halus berwarna oranye kemerahan. Untuk memastikan senyawa kristal
beserta strukturnya, dilakukan uji titik leleh. Namun, karena ketidaktersediaan pipa kapiler di
laboratorium, maka uji titik leleh tidak dilakukan. Secara teoritis sesuai dengan petunjuk
dosen pengampu, kristal yang kami peroleh merupakan kristal dari senyawa 2,4-

31
dinitrofenilhidrazon dengan titik leleh 190 oC. pembuatan derivat semikarbazon dan oksim
juga tidak dapat dilakukan karena ketersediaan bahan dan alat di laboratorium.
Tabel Rumusan Hasil Tes Senyawa Sampel Unknown No.5

No Jenis Tes Hasil


1 Penentuan Titik Leleh 129,50C -1300 C

2 Tes pendeteksian N, S, dan halogen Negatif

3 Tes Ketidakjenuhan Positif

4 Tes Asap Negatif

5 Tes Fenolat Negatif

6 Tes Fehling Negatif

7 Tes Tollen Positif

8 Tes DNP Negatif

9. Iodoform Negatif

10. Tes NaHCO3 Negatif

11. Tes Pembentukan Ester Negatif

12. Tes Feri-hidroksamat Negatif

Penelusuran Literatur
Berdasarkan uji dari sifat fisika dan kimia yang telah dilakukan, maka langkah
selanjutnya adalah dilakukan penelusuran literatur. Tujuannya adalah untuk mengeksplorasi
semua senyawa organik yang mempunyai titik leleh sama (rentangan 129,5 – 130 oC).
Kemudian dilakukan pencocokan data terhadap sifat-sifat kimia senyawa organik itu dengan
tabel hasil pengamatan. Jika ada kesesuaian antara data literatur dan data percobaan, maka
kandidat tunggal akan didapatkan dengan tepat. Kemudian dilakukan pencocokan data
terhadap sifat-sifat kimia senyawa organik itu dengan tabel hasil pengamatan. Jika ada
kesesuaian antara data literatur dan data percobaan, maka kandidat tunggal akan didapatkan
dengan tepat. Berikut akan disajikan tabel senyawa kandidat dari sampel unknown no.5 yang
diprediksikan berdasarkan nilai titik leleh dan nantinya akan tereleminasi satu per satu
berdasarkan hasil pengamatan uji gugus fungsional dari sampel unknown no.5 Untuk buku
rujukan digunakan buku Organic Qualitative Analysis.

32
Tabel. Titik Leleh Kandidat Senyawa Sampel Unknown no.5

No Nama Senyawa Titik Leleh (0C)


1 Propanal 150

2 2-Butenal 190

3 Hexanal 104

4 Heptanal 108

5 2-Furancarboxaldehyde 229

6 Cyclohexanecarboxaldehyde 172

7 Octanal 106

8 237
Benzaldehyde
9 121
Phenylethanal
10 248
-Hydroxybenzaldehyde
11 232
4-Methylbenzaldehyde
12 212
2-Chlorobenzaldehyde)

Dalam praktikum ini tidak kecocokan dengan literatur diatas mengenai sifat fisiknya
yaitu penentuan titik leleh. Tetapi dalam penentuan titik leleh derivat adanya sesuai dengan
literatur diatas kandidat yang lolos adalah 2-butenal.

Struktur 2-Butenal
Senyawa ini, bila di deteksi ketidakjenuh yaitu dengan tes baeyer dan tes bromin
semua positif menandakan adanya ikatan rangkap. Kemudian dilakukan tes tollen bernilai
positif menandakan adanya gugus aldehida.

IV.2. Jawaban pertanyaan :

33
Penentuan Sifat Fisika
 Titik Leleh
1. Apa yang mendasari digunakannya blok logam atau alat Thiele dalam menentukan
titik leleh?
Jawab :
Hal yanag mendasari dipilihnya balok logam atau alat Thiele dalam menentukan titik
leleh suatu zat disebabkan, karena perambatan panas pada alat ini lebih merata
sehingga untuk menentukan titik leleh suatu zat akan lebih akurat.
2. Mengapa zat pada pipa kapiler perlu diketuk-ketuk dan harus memadat secara merata?
Jawab :
Zat pada pipa kapiler diketuk-ketuk dan harus memadat secara merata, hal ini
dilakukan agar tidak ada rongga udara di dalam pipa kapiler yang dapat menganggu
proses pemanasan, selain itu dengan diberikannya perlakuan seperti ini akan dapat
membantu zat tersebut meleleh secara sempurna.
3. Mengapa digunakan minyak goreng sebagai penangas? Dapatkan digunakan air
sebagai penangas?
Jawab :
Digunakannya minyak goreng sebagai penangas ini disebabkan karena minyak goreng
mempunyai titik didih yang cukup tinggi, yaitu 200 oC, sehingga minyak goreng ini
sangat cocok jika digunakan sebagai penangas untuk penentuan senyawa – senyawa
organik yang mempunyai titik leleh sampai 200oC. Namun untuk senyawa – senyawa
organik yang memiliki titik leleh di bawah 100 oC dapat digunakan air sebagai
penangas,hal ini dikarenakan air mempunyai titik didih sebesar 1000C.
4. Mengapa alat Thiele harus dipanaskan pada posisi yang tepat dan benar?
Jawab :
Alat Thiele harus dipanaskan pada posisi yang tepat dan benar, ini dikarenakan agar
terjadi sirkulasi panas secara merata (sirkulasi panas terjadi sesuai dengan bengkokan
alat Thiele) sehingga akan dapat mengoptimalkan kondensasi pada zat yang akan diuji
ketika zat tersebut dipanaskan.
5. Mengapa trayek titik leleh tidak boleh > dari 10 C?
Jawab :
Trayek titik leleh tidak boleh lebih dari 10C karena jika trayek titik lelehnya semakin
besar ( lebih dari 10 C ) hal ini menandakan bahwa sampel yang digunakan semakin

34
tidak murni. Sehingga jika pada saat melakukan percobaan didapatkan trayek titik
lelehnya lebih dari 10 C, maka dapat dikatakan bahwa hasil pengamatan kurang tepat.
Karena pada umumnya kristal dari senyawa organik murni biasanya mempunyai
trayek titik leleh tidak lebih dari 10 C.
6. Sebutkan kriteria zat padat yang murni!
Jawab :
Zat padat dapat dikatakan murni jika zat padat tersebut memiliki trayek titik leleh
tidak lebih dari 10C. Namun jika pada saat percobaan ditemukan trayek titik leleh
lebih dari 10 C maka dapat disimpulkan bahwa zat padat tersebut tidak murni.
7. Untuk mendapatkan titik leleh yang akurat, temperatur hasil pengamatan perlu
dikonversi dengan rumus tertentu. Bagaimanakah rumus konversi tersebut?
Jawab :
Rumus konversi untuk mendapatkan titik leleh yang akurat adalah :
v w=v a +n⋅γ( v a −v f ) .
Keterangan :
Va adalah suhu terbaca, Vw adalah suhu sebenarnya, Vf adalah skala suhu yang berada
di atas media. Konstanta γ bergantung pada thermometer yang digunakan dan n
adalah besarnya skala thermometer yang tercelup dalam media.
8 Bagaimana cara mengamati bentuk kristal zat padat?
Jawab :
Bentuk kristal zat padat dapat diamati dari warnanya, bentuknya, serta apakah kristal
tersebut cacat atau tidak.

Analisis Unsur
 Pembuatan Ekstrak Natrium atau Filtrat Lassaigne
1. Mengapa dipergunakan logam natrium ?
Jawab :
Dipergunakannya logam natrium dalam percobaan ini karena logam natrium akan
dapat bereaksi dengan mudanh jika direaksikan dengan alkohol.
2. Mengapa kelebihan logam natrium harus diusir dengan etanol?
Jawab :
Kelebihan logam natrium harus diusir dengan etanol untuk meminimalisir adanya
kandungan natrium di dalam larutan. Jika logam natrium masih terdapat dalam

35
larutan, maka akan timbul ledakan pada saat pemecahan tabung reaksi yang berisi
natrium di dalam air suling. Hal ini dikarenakan natrium merupakan logam yang
sangat reaktif.
3. Tuliskan persamaan reaksi dengan Pb-asetat!
Jawab :
Reaksi yang terjadi :
Na2S(aq) + Pb(CH3COO)2(aq)  2CH3COONa(aq) + PbS(s)
endapan hitam
4. Tuliskan persamaan reaksi dengan Na- nitroprusid!
Jawab :
Reaksi yang terjadi :
S2-(s) + [Fe(CN)5NO]2-(aq)  [Fe(CN)5NOS]4-(aq)

 Mendeteksi Unsur Belerang dan Nitrogen


1. Mengapa digunakan garam Mohr? Bagaimana rumus kimia garam Mohr?
Jawab :
Garam Mohr digunakan dalam praktikum ini karena garam Mohr mengandung ion
Fe(II) yang bersifat sebagai pereduksi kuat.

Rumus kimia garam Mohr : FeSO 4 .( NH 4 )2 . SO4 .6 H 2 O

2. Mengapa tidak boleh terlalu asam? Jelaskan!


Jawab :
Dalam percobaan ini tidak diperbolehkan penggunaan asam secara berlebihan, ini
disebabkan karena ion besi (II) akan dapat dengan mudah berubah menjadi ion besi
(III) pada suasana asam.
3. Tuliskan persamaan reaksi yang terjadi!
Jawab :
Persamaan reaksinya :
Senyawa organik + Na NaCN
FeSO4 + 2NaCN Fe(CN)2 + Na2SO4
Fe(CN)2 + 4NaCN Na4[Fe(CN)6]
natrium ferosianida
3Na4Fe(CN)6] + 4FeCl3 Fe4[Fe(CN)6]3 + 12NaCl
feriferosianida

36
4. Senyawa apakah yang berwarna biru Prusian itu?
Jawab :
Senyawa yang berwarna biru Prusian adalah senyawa feriferosianida yang di dapat
dari reaksi berikut :
3Na4Fe(CN)6] + 4FeCl3 Fe4[Fe(CN)6]3 + 12NaCl
(larutan biru Prusian)
5. Bila N dan S ada bersama-sama, pereaksi apakah yang digunakan untuk menguji
CNS? Perubahan apa yang bisa diamati? Tuliskan persamaan reaksinya!
Jawab :
Pereaksi yang digunakan untuk menguji CNS adalah larutan besi (III) klorida.
Perubahan yang bisa diamati pada saat digunakan larutan besi (III) klorida yaitu
dengan terjadinya perubahan warna merah darah, reaksi yang terjadi :
3SCN-(aq) + Fe3+(aq)  Fe(SCN)3

 Mendeteksi Halogen
1. Mengapa diasamkan dengan asam nitrat pekat ?
Jawab :
Tujuan digunakannya asam nitrat pekat untuk mengasamkam larutan karena asam
nitrat pada umumnya tidak membentuk endapan jika ditambahkan ke dalam larutan,
ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai pada penambahan asam nitrat ini ke dalam
larutan, yaitu hanya untuk mengasamkan.
Namun apabila pada praktikum ini digunakan asam lain untuk mengasamkan,
misalnya larutan H2SO4 maka akan terjadi perubahan biloks dari Ag+ menjadi Ag2+ ,
sehingga yang akan terbentuk nantinya adalah bukan endapan AgCl.
2. Mengapa perlu diasamkan ?
Jawab :
Perlu diasamkan dengan larutan asam nitrat pekat agar terbentuk endapan AgCl.
3. Bagaimana membedakan AgCl dari AgBr atau AgI dengan menggunakan larutan
NH4OH? Tulis persamaan reaksinya !
Jawab :
Cara membedakan AgCl dari AgBr atau AgI jika menggunakan larutan NH 4OH
yaitu :

37
 Apabila endapan putih yang terbentuk setelah ditambahkan dengan larutan
NH4OH berlebih, didapatkan bahwa endapan tersebut larut, maka endapat
tersebut merupakan endapan AgCl. Persamaan reaksi yang terjadi :
AgCl(s) + 2NH4OH(aq)  Ag(NH3)2Cl(aq) + 2H2O(l)
 Apabila endapan putih agak kekuningan yang terbentuk setelah ditambahkan
dengan larutan NH4OH berlebih, didapatkan bahwa endapan tersebut sedikit
larut, maka endapat tersebut merupakan endapan AgBr. Persamaan reaksi
yang terjadi :
AgBr(s) + 2NH4OH(aq)  Ag(NH3)2Br(aq) + 2H2O(l)
 Apabila endapan berwarna kuning yang terbentuk setelah ditambahkan dengan
larutan NH4OH berlebih, didapatkan bahwa endapan tersebut tidak larut maka
endapan tersebut merupakan endapan AgI. Persamaan reaksi yang terjadi :
AgI(s) + 2NH4OH(aq)  Ag(NH3)2I(aq) + 2H2O(l)
4. Selain menggunakan larutan AgNO3 dapat pula dilakukan dengan menambahkan
kloroform dan air klor berlebih, kemudian dikocok. Iod dan brom dengan mudah
dapat dideteksi. Tuliskan perubahan yang dapat diamati melalui persamaan reaksi
yang terjadi :
Jawab :
Penambahan air klor berlebih pada larutan yang mengandung bromida maka akan
dihasilkan gas brom dan larutan berwarna merah jingga. Larutan ini setelah
ditambahkan dengan kloroform dan cairan dikocok, brom melarut dan setelah
didiamkan membentuk larutan coklat-kemerahan di bawah lapisan air yang tak
berwarna.
Namun, jika air klor berlebih ditambahkan pada larutan yang mengandung iodida
maka akan dihasilkan gas iod dan larutan berwarna coklat. Larutan ini setelah
ditambahkan dengan kloroform dan cairan dikocok, iod melarut dan membentuk
larutan lembayung di bawah lapisan air.
Reaksi yang terjadi :
2Br- + Cl2 ↑  Br2 ↑ + 2Cl-
Br2 ↑ + Cl2 ↑ 2BrCl
Br2 ↑ + Cl2 ↑ + 2H2O  2OBr- + 2Cl- + 4H+
Br2 ↑ + 5Cl2 ↑ + 6H2O  2BrO3- + 10Cl- + 12H+

2I- + Cl2 ↑  I2 ↑ + 2Cl-

38
I2 ↑ + 5Cl2 ↑ + 6H2O  2IO3- + 10Cl- + 12H+
Mendeteksi gugus fungsional
 Mendeteksi Ketidakjenuhan
1. Tuliskan persamaan reaksi untuk tes Baeyer
Jawab :
Persamaan reaksi untuk tes Baeyer:

2. Mengapa warna KMnO4 pudar atau hilang?


Jawab :
Warna KMnO4 memudar atau hilang, ini disebabkan karena konsentrasi dari KMnO 4
berkurang akibat bereaksi dengan zat yang diuji.
3. Tuliskan persamaan reaksi tes Bromin
Jawab :
Persamaan reaksi untuk tes bromin:

4. Mengapa warna coklat dari Br2 hilang?


Jawab :
Hilangnya warna cokelat dari Br2 ini disebabkan karena bromin telah bereaksi dengan
alkena sehingga membentuk senyawa alkil bromida.
5. Termasuk jenis reaksi apakah kedua tes di atas? Jelaskan!
Jawab :
Jenis reaksi untuk tes Baeyer adalah reaksi reduksi oksidasi, sedangkan jenis reaksi
untuk tes bromin adalah reaksi adisi.

 Mendeteksi Alifatis atau Aromatis


1. Selain dengan uji asap, dengan pereaksi apakah senyawa alifatis dapat dibedakan dari
aromatis ?
Jawab :
Senyawa alifatis dapat dibedakan dari aromatis dengan menggunakan pereaksi
marquis. Jika menggunakan pereaksi ini zat yang akan diuji dilarutkan dengan larutan

39
H2SO4 dalam tabung reaksi , kemudain tabung reaksi tersebut ditambahkan dengan
larutan formalin encer, dari penambahan larutan ini maka akan didapatkan bentuk
cincin yang berwarna merah, coklat, jinga, ungu, hijau, dan sebagainya pada dinding
tabung reaksi..
2. Tuliskan dalam bentuk persamaan reaksi!
Jawab :
Persamaan reaksi yang terjadi :
C6H5CHO + O2 → C + 6H2O (pembakaran tidak sempurna)

 Mendeteksi Gugus Fenolat


1. Tuliskan persamaan reaksi untuk tes fenolat!
Jawab :
Persamaan reaksi yang terjadi :
OH

+ FeCl3 [Fe(OH2C6H4)3]3+ + 3 Cl-

OH

2. Apakah benzilalkohol akan positif dengan FeCl3 ? jelaskan !


Jawab :
Benzilalkohol akan negatif terhadap FeCl3, hal ini disebabkan karena setelah
penambahan FeCl3 tidak terbentuk kompleks [Fe(H2O)6(Ar-OH)6-n]3+ yang berwarna
ungu, biru, hijau atau merah anggur.

 Mendeteksi Gugus Aldehida


a. Tes Fehling
1. Tuliskan persamaan reaksi yang terjadi bila Fehling A ditambah Fehling B!
Jawab :
Persamaan reaksi jika fehling A ditambah dengan fehling B:

40
O ONa
C

CH2
+ CuSO4 + NaOH
CH2
Fehling A

C
O ONa
Fehling B

2+
O O
C O O C

CH2 CH2 + Na2SO4


Cu2+
CH2 H2C

C O O C
O O

2. Tuliskan rumus struktur senyawa komplek Fehling!


Jawab :
Rumus struktur senyawa kompleks fehling:
2+
O O
C O O C

CH2 CH2
Cu2+
CH2 H2C

C O O C
O O

3. Tuliskan persamaan reaksi antara aldehida dengan pereaksi Fehling!


Jawab :
Persamaan reaksi antara aldehid dengan pereaksi fehling:
RCHO + 2 Cu2+ + 3OH- → RCOO- + 2 Cu+ + 2H2O
2 Cu+ + 2 OH- → Cu2O + H2O
RCHO + 2 Cu2+ + 5OH- → RCOO- + Cu2O + 3H2O
4. Jenis reaksi apakah no.3 itu? Tunjukkan mana oksidator dan mana reduktornya!
Jawab ;

41
Reaksi yang terjadi pada no 3 tersebut adalah reaksi reduksi dan oksidasi, dimana
dalam reaksi ini yang bertindak sebagai oksidator adalah ion tembaga (II) menjadi ion
tembaga (I), sedangkan yang bertindak sebagai reduktor adalah aldehid menjadi asam
karboksilat.
5. Apakah tes fehling bisa dilakukan dalam suasana asam? Jelaskan !
Jawab :
Tes Fehling tidak bisa dilakukan dalam suasana asam karena jika tes fehling ini
digunakan dalam suasana asam, maka tidak akan terbentuk endapan Cu2O yang
berwarna merah bata.
b. Tes Tollen
1. Tuliskan persamaan reaksi yang terjadi pada waktu saudara membuat pereaksi Tollen
!
Jawab :
Reaksi yang terjadi :
AgNO3(aq) + NaOH(aq) →Ag(OH)(s) + NaNO3(aq)
2. Tulis persamaan reaksi antara pereaksi Tollen dengan aldehida !
Jawab :
Reaksi yang terjadi antara pereaksi Tollen dengan aldehida :
AgNO3 + 2 NH3 → Ag(NH3)2+ + NO3-
CH3CHO + 2 Ag(NH3)2+ + 3OH- → 2 Ag+ + CH3COO- + 4NH3 + 2H2O
3. Zat apa yang mengalami oksidasi dan zat apa yang mengalami reduksi ?
Jawab :
Zat yang mengalami oksidasi adalah aldehid, sedangkan zat yang mengalami reduksi
adalah perak.
4. Apa fungsi pereaksi Tollen
Jawab :
Fungsi dari pereaksi Tollen adalah untuk mengidentifikasi adanya gugus aldehid
dalam sampel.
5. Pereaksi apa lagi bisa dipergunakan untuk mendeteksi gugus aldehida? Perubahan
apa yang bisa diamati bila menggunakan pereaksi tersebut?
Jawab :
Pereaksi yang dapat juga digunakan untuk mendeteksi gugus aldehida adalah 2,4
dinitrofenilhidrazin. Perubahan yang dapat diamati jika mengunakan pereaksi ini
adalah terbentuknya endapan yang berwarna orange.

42
 Mendeteksi Gugus Keton
1. Senyawa apakah yang dihasilkan dari tes DNP ?
Jawab :
Senyawa yang dihasilkan dari tes DNP adalah 2,4-dinitrofenilhidrazon yang
berbentuk padat, reaksi yang terjadi :

OH

CH3 C NH NH NO2
CH3 C N NH NO2
CH3
NO 2 CH3
NO2

2. Apakah semua keton positif untuk tes iodoform? Jelaskan !


Jawab :
Tes ini tidak positif jika digunakan untuk semua keton, ini disebabkan karena tes ini
hanya akan positif terhadap keton yang salah satu rantai utamanya mengandung metil
yang dapat diserang oleh OH-.
3. Berapa titik leleh dari iodoform ?
Jawab :
Titik leleh dari iodofrm adalah 123°C
4. Selain keton gugus apakah yang positif dengan tes iodoform ini ?
Jawab :
Tes iodoform ini selain dapat digunakan untuk mendeteksi gugus keton, tes ini juga
dapat digunakan untuk mendeteksi asetaldehid dan alkohol dengan gugus OH- ada di
rantai C nomor 2 (2-alkanol).

 Mendeteksi Gugus Karboksil


1. Tuliskan persamaan reaksi senyawa karboksilat dengan natrium bikarbonat?
Jawab :
Reaksi yang terjadi :

RCOOH + NaHCO3 → CH3COO-Na+ + H2CO3


H2CO3 → CO2 + H2O

43
O
O
C
C - +
O Na
OH
+ NaHCO 3 + H2CO 3 (tidak stabil)

2. Tuliskan persamaan reaksi senyawa karboksilat dengan etilalkohol dan asam sulfat
pekat?
Jawab :
Reaksi yang terjadi :
O O
H2SO 4
CH 3 C OH + CH3CH OH CH3 C O CH2CH3 + H 2O
2
Asam asetat etilalkohol etil asetat

3. Apakah reaksi dapat berjalan tanpa adanya asam sulfat pekat?


Jawab :
Dalam reaksi ini jika tidak digunakan asam sulfat pekat reaksi akan berjalan dengan
lambat, berbeda dengan pada saat menggunakan asam sulfat pekat reaksi yang terjadi
akan berjalan dengan cepat. Sehingga dalam hal ini asam sulfat pekat berperan
sebagai katalis yang mempercepat reaksi.
4. Bagaimana bila menggunakan asam sulfat encer?
Jawab :
Jika dalam reaksi ini menggunakan asam sulfat encer maka reaksi tidak dapat
berjalan, ini disebabkan karena dalam reaksi ini asam lemah cenderung akan sulit
untuk terionisasi menjadi proton (H+).
5. Bagaimana cara mencium bau hasil reaksi kimia?
Jawab :
Cara untuk mencium bau hasil reaksi kimia adalah dengan mengibaskan gas yang
keluar dari tabung reaksi ke hidung. Jarak antara mulut tabung jangan terlalu dekat.
 Mendeteksi Ester
1. Tuliskan persamaan reaksi dalam mendeteksi ester!
Jawab :
Reaksi yang terjadi :
O O

R C O R' + H2N-OH  R C NH OH + R' OH

hidroksilamina asam hidroksamat

44
2. Mengapa hidroksilaminhidroklorida dan KOH dilarutkan dalam metanol bukan air?
Jawab :
Hidroksilaminhidroklorida dan KOH dilarutkan dalam metanol, ini disebabkan karena
zat tersebut mudah larut dalam metanol, namun susah larut dalam air.
3. Mengapa perlu diasamkan ?
Jawab :
Larutan ini perlu diasamkan agar reaksi yang terjadi dapat berlangsung dengan
optimal.

V. Kesimpulan
Berdasarkan analisa secara kualitatif dari segi sifat fisika (titik leleh), analisa terhadap
unsur-unsur yang terkandung, dan analisa terhadap gugus fungsional yang terkandung dan
menentukan derivatnya, maka dapat disimpulkan bahwa sampel unknown no.5 merupakan
senyawa organik golongan aldehid dengan 2-Butenal dengan struktur senyawa sebagai
berikut.

Struktur 2-Butenal

45
VI. Daftar Pustaka
Anonim. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Diakses pada tanggal 1 Oktober
2012 dari situs http://www.scrib.com/doc/36166088/PRAKTIKUMKOKIMIA-I
Anwar, Chairil., Bambang Purwono., Harno Dwi Pranowo., Tutik Dwi Wahyuningsih.
1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta: Depdikbud
Frieda Nurlita, I Wayan Suja. 2004. Buku Ajar Praktikum Kimia Organik. Singaraja:
IKIP Negeri Singaraja
I Wayan Muderawan, I Wayan Suja. 2006. Praktikum Kimia Organik. Singaraja:
Universitas Pendidikan Singaraja
Ralp J. Fessenden, Joan S. Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid I. Jakarta: Erlangga
Ralp J. Fessenden, Joan S. Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid II. Jakarta: Erlangga
Stanley H. Pine, James B. Hendrickson, Donald J.Cram, George S. Hammond. 1988.
Kimia Organik I. Bandung: Institut Teknologi Bandung

46

Anda mungkin juga menyukai