OLEH
Kelompok 7
Ida Bagus Made Asmara Dwipa 0913031004
Ni Putu Pipi Indra Wahyuni 0913031005
Ni Kadek Dwi Ratna Sari 0913031010
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan titik leleh senyawa organik dalam bentuk padatan dengan menggunakan alat
balok logam
2. Menentukan unsur-unsur penyususn senyawa organik dengan melakukan uji secara
kualitatif
3. Mendeteksi gugus fungsi senyawa organik dengan melakukan pengujian secara kualitatif
4. Menguji derivat suatu senyawa organik
B. ANALISIS UNSUR
1. Mendeteksi karbon dan hidrogen
Untuk mendeteksi adanya karbon dan hydrogen dilakukan dengan memanaskan
tabung yang berisi zat organik yang dicampur dengan CuO. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut.
CxHy + CuO Cu(s) + H2O(g) + CO2(g)
Terbentuknya gas CO2 diuji dengan menggunakan larutan air kapur (Ca(OH2)). Jika
larutan menjadi keruh maka positif terbentuk gas CO2.
CO2 (g) + Ca(OH)2(aq) CaCO3(s) + H2O(l) .
Sedangkan H2O diuji dengan menggunakan kertas kobalt. Kertas kobalt dibuat
dengan meneteskan larutan CoCl2 pada kertas saring. Warna biru dari kertas kobalt akan
memudar jika menyerap H2O. Reaksinya adalah sebagai berikut.
CoCl2.6H2O Co(H2O)Cl2
2. Mendeteksi oksigen
Untuk mendeteksi oksigen digunakan pereaksi feroks. Pereaksi feroks ini
mengandung senyawa kompleks Fe+3[Fe(CNS)6]-3. Pereaksi ini diteteskan pada kertas
saring kemudian dikeringkan, disebut kertas feroks. Larutan dari zat organik diteteskan
pada kertas feroks, bila terjadi warna merah mengindikasikan zat tersebut mengandung
oksigen.
3+ −
Fe +3 SCN →Fe (SCN )3
3. Mendeteksi nitrogen, belerang, dan halogen
Mendeteksi belerang
Untuk mendeteksi adanya belerang dapat dilkukan dengan mereaksikan zat
sampel dengan beberapa pereaksi tertentu. mendeteksi dengan menggunakan
kertas saring yang telah ditetesi dengan menggunakan larutan Pb-asetat 10%.
Sebelumnya zat sampel diasamkan terlebih dahulu dalam hal ini menggunakan
asam asetat. Berikut reaksi yang terjadi.
S2- + 2H+ H2S
H2S + Pb2+ PbS(s)
Dalam hal ini hasil reaksi yang berupa PbS akan menyebabkan kertas saring
berwarna gelap.
Dapat diuji juga dengan menggunakan natrium nitroprusid, Na2[Fe(CN)5NO],
dengan reaksi sebagai berikut.
S2- + [Fe(CN)5NO]2- [Fe(CN)5NOS]4-
Hasil reaksi ini akan memberikan warna ungu/gelap pada larutan.
Mendeteksi nitrogen
Unsur nitrogen dapat berada dalam bentuk nitrit dan nitrat untuk
mengidentifikasinya dapat dilakukan dengan mereaksikan sampel dengan
larutan resorsinol 20% dalam asam asetat kemudian ditambahkan garam Mohr
(FeSO4(NH4)2SO4). Apabila positif adanya nitrogen maka akan terbentuk warna
hijau zamrud dalam satu menit. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan uji
cincin coklat. Dimana sampel direaksikan dengan FeSO 4 dan H2SO4 pekat.
Sebuah cincin coklat akan terbentuk pada tempat dimana kedua cairan bertemu.
Cincin coklat disebabkan oleh pembentukkan kompleks [Fe(NO)]2+.
Mendeteksi halogen
Halogen dapat dideteksi dengan mereaksikannya dengan pereaksi tertentu.
Misalnya dalam hal ini direaksikan dengan larutan perak nitrat.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Untuk ion Cl-, ketika bereaksi dengan AgNO3 akan menghasilkan endapan
putih garam AgCl . Reaksinya : AgNO3 + Cl- → AgCl (s)
Untuk ion Br-, ketika bereaksi dengan AgNO3 akan menghasilkan endapan
kuning pucat garam AgBr. Reaksinya : AgNO3 + Br- → AgBr (s)
Untuk ion I-, ketika bereaksi dengan AgNO3 akan menghasilkan endapan
kuning dari garam AgI. Reaksinya : AgNO3 + I- → AgI (s)
Dan endapan akan larut ketika dilarutkan menggunakan larutan ammonia,
dimana. AgCl larut dengan ammonia encer, AgBr sedikit larut dalam ammonia
encer, sedangkan AgI tidak larut dalam ammonia encer. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut :
AgCl(s) + 2NH3 [Ag(NH3)2]+ + Cl-
AgBr + 2NH3 → (Ag(NH3)2)+ + Br-
AgI + 2NH3 → (tidak terjadi reaksi)
Dalam reaksi ini ion mangan mengalami reduksi dari bilangan oksidasi VII menjadi
IV.
Tes Bromin
Untuk uji bromine, senyawa yang akan diidentifikasi dilarutkan dalam Br2 dalam CCl4,
jika positif terdapat ikatan rangkap akan menghasilkan senyawa visinal dibromida
sebagai hasil reaksi adisi. Reaksinya.
CCl4
Etena(tak berwarna) + Br2(merah-coklat) Br-CH2-CH2-Br(tak berwarna)
Adisi brom merupakan cara kualitatif untuk mengidentifikasi ikatan karbon-karbon tak
jenuh. Brom dalam karbon tetraklorida, larutan berwarna merah coklat, diteteskan
pada senyawa yang diteliti. Jika memang ada ikatan rangkap dua atau rangkap tiga,
terbentuklah sebuah dibromida yang tak berwarna. Hilangnya warna dalam larutan
brom menunjukkan bahwa telah terjadi adisi. Gugus fungsi lain dapat juga bereaksi
dengan brom, sehingga keterangan lanjutan diperlukan untuk membuktikan adanya
alkena dan alkuna.
2. Mendeteksi alifatis dan aromatik
Tes Asap
Untuk mengidentifikasi senyawa aromatik dilakukan dengan teknik tes asap. Akan
menghasilkan asap pada proses pembakaran jika senyawa tersebut mengandung cincin
benzene (aromatis).
Hal ini dikarenakan kestabilan cincin benzena yang mengakibatkan sulit untuk
dioksidasi. Sehingga ketika proses pembakaran (pemanasan) timbul asap yang
diakibatkan oleh pembakaran yang tidak sempurna (sulit dioksidasi). Namun jika
senyawa organik tersebut alifatis maka, ketika pemanasan (pembakaran) tidak timbul
asap, karena proses pembakaran yang berlangsung sempurna
3. Mendeteksi gugus fenolat
Fenol merupakan suatu alkohol, di mana gugus fungsi –OH terikat pada cincin
benzene. Fenol, dengan rumus C6H5-OH dalam bentuk murni berupa kristal tak
berwarna, berbau (karbol), antiseptic, sedikit larut dalam air dan sebagai asam lemah
(lebih lemah dari asam karbonat). Senyawa ini dapat bereaksi dengan basa membentuk
garam, misalnya dengan NaOH menghasilkan Na-fenolat.
Identifikasi fenol dapat dilakukan dengan uji warna yaitu dengan menggunakan FeCl3
atau tes feriklorida. Reaksi antara senyawa fenol dengan ferri klorida memberikan
senyawa kompleks yang berwarna merah, hijau, biru, atau ungu. Warna yang diperoleh
tergantung dari subtituen yang terikat pada fenol. Senyawa organik lain yang
memberikan warna dengan membentuk senyawa komplek ferriklorida adalah senyawa
enol dan oxime. Dengan reaksi sebagai berikut.
etanol
6 C6H5-OH + FeCl3 (Fe(OC6H5)6)3- + 3 Cl- + 6H+
Tes Fehling
Pereaksi Fehling mengandung kompleks Cu2+ dan ion tartrat. Aldehida mereduksi
larutan fehling menghasilkan endapan Cu2O (kupro oksida) yang berwarna kuning
atau merah. Tetapi larutan ini tidak memberikan tes yang positif terhadap aldehida
aromatik.
RCHO + 2 Cu2+ [tartarat] + 5 OH- RCOO- + Cu2O(merah bata) + H2O
Tes Tollen
Pereaksi Tollen adalah larutan Ag2O dalam ammonia.Sifat pereaksi ini sangat selektif,
sifat pereaksi ini hanya akan bereaksi dengan aldehid dan tidak bereaksi dengn keton,
alkohol, alkena, dan senyawa organik dengan fungsional yang lain. Senyawa aldehida
dioksidasi dengan pereaksi Tollen akan menghasilkan endapan perak sebagai cermin.
RCHO + 2 Ag(NH3)2+ + 2OH- 2Ag + RCOO- + H2O + NH4+ + NH3
(cermin perak)
Cermin perak biasanya terbentuk pada dinding tabung reaksi yang berwarna putih
perak (cermin perak).
5. Mendeteksi gugus keton
Keton atau alkanon adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah
gugus karbonil (-C=O) terikat pada dua gugus alkyl, dua gugus aril atau satu gugus
alkyl dan satu gugus aril. Berbeda dengan aldehid, keton tidak mengandung atom
hydrogen yang terikat pada gugus karbonil.
Uji gugus fungsional keton pada senyawa organik bisa dilakukan dengan
melakukan tes DNP dan tes Iodoform.
Tes DNP
Tes DNP merupakan tes identifikasi keton dengan menggunakan larutan 2,4-DNP
(dinitrofenilhidrazin). Aldehida dan keton dideteksi melalui cara pengendapan dengan
2,4 dinitrofenilhidrazin menghasilkan 2,4 dinitrofenilhidrazon yang berbentuk zat
padat.
Tes positif ditandai dengan endapan kuning atau merah (dikenal sebagai
dinitrifenilhidrazon). Jika senyawa karbonil adalah aromatik, maka endapan akan
merah, jika alifatik, maka endapan akan berwarna kuning.
Dinitrofenilhidrazin tidak bereaksi dengan karbonil lain seperti, asam karboksilat,
amida dan ester. Untuk asam karboksilat, amida dan ester ada resonansi terkait
stabilitas sebagai pasangan-elektron mandiri berinteraksi dengan orbital p karbon
karbonil yang mengakibatkan delokalisasi meningkat dalam molekul. Oleh karena itu,
senyawa ini lebih tahan terhadap reaksi adisi.
Tes Iodoform
Tes pembentukan iodoform memberikan hasil positif untuk senyawa karbonil yang
mempunyai atom hidrogen posisi α. metil keton dan asetaldehida merupakan senyawa
yang positif dengan uji ini. Dalam reaksi ini terjadi reaksi substitusi hidrogen posisi α
dengan atom halogen pada kondisi basa. Reaksi substitusi ini berlanjut dan selanjutnya
diikuti dengan pemutusan ikatan C=O dengan C-halogen. Jika halogen yang dipakai
iodide akan menghasilkan endapan kuning iodoform (titik leleh 1190C).
CH3CO-R + 3 I2 + 4 OH- RCOO- + CHI3 + 4 H2O + 3I-
Iodoform
(padatan kuning)
Pereaksi ini memiliki kelemahan yaitu dapat memberikan hasil positif untuk senyawa-
senyawa yang dapat dioksidasi menjadi metil keton. Dengan demikian senyawa 2-
metilkarbinol yang mempunyai struktur RCH(OH)CH3, juga memberikan tes positif
pembentukan iodoform.
7. Mendeteksi ester
Untuk uji identifikasi ester bisa dilakukan dengan tes feri-hidroksamat. Uji positif
terhadap uji asam hidroksamat adalah timbulnya warna merah atau ungu dengan ester-
anhidrida, asam klorida akibat pembentukan suatu komplek asam hidroksamat.
Asam klorida dan asam anhidrida bereaksi dengan hidroksilamin secara cepat dalam
suasana asam, sedangkan ester dalam kondisi asam tidak dapat bereaksi dengan
hidroksilamin. Reaksinya adalah sebagai berikut:
HCl
RCOR’ + H2NOH RCONHOH + R’OH
Et-OH
III. ALAT DAN BAHAN
Alat :
Termometer 1 buah
Pemanas/hitter 1 buah
Spatula 1 buah
Erlenmeyer 2 buah
Corong 1 buah
Bahan :
Padatan FeSO4 Asam asetat (CH3COOH)
Larutan NaOH Larutan Pb-asetat 10%
Asam sulfat Natrium nitroprusid
Larutan HNO3 pekat Metanol
Larutan AgNO3 n-pentena
L-sistein (C3H7NO2S) Natrium
Benzaldehide Larutan NaOH 10%
Minyak goreng Larutan Na-bikarbonat jenuh
CuO Asam sulfat pekat
KSCN Larutan hidoksilaminhidroklurida jenuh
Etil asetat Larutan KOH (KOH dalam methanol)
Lakmus merah Larutan kupri asetat (Cu2(OAc)4)
Etil alkohol Larutan benzidin-hidroklorida
KOH Asam Nitrit
Hidroksilamin hidroklorida Kertas saring
Larutan Baeyer ( KMnO4 alkalis)
CCl4
Br2 atau air brom (Br2 dalam CCl4)
Larutan serat-amonium-nitrat
Larutan asetil klorida
Alkohol
Aquades
Larutan FeCl3
Larutan Fehling A (CuSO4 dalam asam
asetat)
Larutan Fehling B ( garam Rochelle
dalam NaOH)
Perekasi Tollens (AgNO3 + NaOH +
NH3 berlebih)
Larutan HCl encer
Larutan 2,4-dinitrofenilhidrazin
Larutan Iod dalam KI ( I2 + KI dalam air)
IV. PROSEDUR DAN HASIL PENGAMATAN
A. Penentuan Sifat Fisika
1. Penentuan Titik Leleh
2. Mendeteksi Oksigen
No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan Gambar
1 Pereaksi feroks dibuat Percobaan ini tidak
- larutkan 1 gram dilakukan
KCNS dalam 10 mL
methanol dan 1 gram
FeCl3 dalam 10 mL
methanol.
- Kedua larutan ini
dicampur dan
endapan disaring
2 Sedikit zat dilarutkan dalam Percobaan ini tidak dilakukan
salah satu pelarut seperti
benzene/toulena/hidrokarbon
3 Kertas saring yang sudah Percobaan ini tidak dilakukan
diberi pereaksi feroks
disiapkan dan dikeringkan
(kertas feroks)
4 Larutan sampel diteteskan Percobaan ini tidak dilakukan
pada kertas feroks, bila
terjadi warna merah berarti
zat tersebut diindikasikan
mengandung oksigen
d. Mendeteksi Halogen
No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan Gambar
1 2mL ekstrak natrium - larutan berwarna
diasamkan dengan coklat
HNO3 pekat dan - Setelah dididihkan
dididihkan larutan berwarna
bening kekuningan
2 Didinginkan dan tambah Setelah dingin, kemudian
1 mL larutan AgNO3 ditambah AgNO3 dan tidak
terbentuk endapan putih.
Tidak adanya endapan
putih menandakan bahwa
sampel tersebut tidak
mengandung gugus halogen
b) Tes Tollen
1 Pereaksi Tollen disiapkan, - AgNO3 ditambah
yaitu larutan AgNO3 NaOH, larutan
ditambahkan larutan NaOH berwarna keruh.
tetes demi tetes kemudian - Setelah ditambah
ditambah larutan Amoniak NH3 larutan menjadi
berlebih sampai semua bening kembali dan
endapan larut endapan melarut
sempurna
2 Sampel ditambahkan Larutan yang mula –
kedalam pereaksi Tollens mulanya berwarna bening
dan panaskan dalam berubah menjadi abu setelah
penangas air dipanaskan dan terbentuk
cermin perak.
Terbentukknya cermin
perak menunjukkan positip
adanya gugus aldehid.
8. Mendeteksi Ester
No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan gambar
a) Tes Feri-Hidroksanat
1 Zat dilarutkan dalam 0,5 mL larutan berwarna kuning
larutan jenuh hidroksilamin yang menandakan bahwa
hidroklorida dalam methanol tidak adanya ester
ditambah dengan larutan KOH
dalam methanol lalu
dipanaskan sampai mendidih.
Didinginkan dan ditambahkan
1,2 tetes larutan FeCl3 dan HCl
9. Mendeteksi Eter
No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan gambar
a) Tes Feigl
1 Kertas saring dibasahi Percobaan ini tidak
dengan kupriasedan dan dilakukan
benzidinhidroklorida
Tutup mulut tabung reaksi
dengan kertas saring dan
kemudian dipanaskan
V. PEMBAHASAN
A. Penentuan Sifat Fisika
1. Penentuan Titik Leleh
Pada penentuan titik leleh zat padat, sampel mulai meleleh pada suhu 1650C. Seluruh
zat habis meleleh pada suhu 1700C. Rentangan suhu yang terlalu jauh dapat terjadi
karena beberapa faktor. Yang pertama adalah dari tingkat kemurnian zat dan yang
kedua adalah tingkat kerapatan zat (belum memadat secara keseluruhan) dalam pipa
kapiler. Dalam percobaan ini, masih terdapat rongga-rongga kecil dalam pipa kapiler
sehingga menghambat seluruh zat meleleh tidak serentak.
B. Menentukan unsur-unsur penyususn senyawa organik
1. Mendeteksi Nitrogen, Belerang dan Halogen
Sebelum proses deteksi dilakukan, terlebih dahulu dibuat ekstak natrium atau filtrat
Lassaigne. Filtrat ini dibuat dengan cara mencampurkan senyawa sampel dan
ditambahkan sepotong Natrium, dipanaskan , kemudian ditambahkan air suling
dengan cara memecah tabung. Larutan inilah yang kemudian disebut dengan ekstrak
Natrium atau Filtrat Lassaigne. Filtrat inilah yang akan diuji lebih lanjut.
a. Mendeteksi Unsur Belerang
Untuk mendeteksi keberadaan belerang, ekstrak Natrium diasamkan dengan asam
asetat dan dididihkan. Jika proses ini menghasilkan gas H2S, gas H2S ditangkap
dengan kertas saring yang sebelumnya sudah dicelupkan ke dalam larutan Pb-asetat
10%, akan menghasilkan warna kertas saring menjadi hitam. Hal ini menandakan
bahwa pada larutan sampel mengandung unsur belerang. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
S2- + 2H+ H2S
H2S + Pb2+ PbS(s)
Timbulnya warna hitam pada kertas saring, disebabkan oleh terbentuknya
senyawa PbS.
Selain itu, keberadaan belerang pada larutan sampel juga bisa diuji dengan
cara meneteskan larutan Natrium Nitroprusid, Na2[Fe(CN)5NO] ke dalam filtrat
sampel. Hasilnya filtrate setelah ditetesi dengan larutan ini berubah warna menjadi
hitam. Hal ini menandakan bahwa pada sampel positif mengandung nitrogen. Reaksi
yang terjadi pada proses ini adalah sebagai berikut :
S2- + [Fe(CN)5NO]2- [Fe(CN)5NOS]4-
Saat pengujian pada sampel, tidak terjadi warna hitam pada kertas saring,
sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel tidak mengandung unsur belerang.
b. Mendeteksi unsur Nitrogen
Untuk identifikasi nitrogen, ekstrak Natrium dilarutkan ke dalam FeSO 4 dan
campuran dipanaskan hingga mendidih. Setelah itu ditambahkan dengan NaOH
hingga terbentuk endapan hijau. Kemudian didinginkan dan diasamkan dengan asam
sulfat hingga semua endapan melarut. Setelah itu, muncul suspensi berwarna biru
kehijauan. Munculnya suspensi berwarna biru kehijauan menandakan sampel positif
mengandung nitrogen.
Saat pengujian pada sampel, tidak terbentuk suspensi berwarna biru kehijauan
yang menandakan sampel tidak mengandung unsur nitrogen.
c. Mendeteksi Halogen
Untuk mendeteksi keberadaan halogen, bisa digunakan dengan cara
mereaksikan ekstrak Natrium dengan garam perak nitrat AgNO 3. Sebelumnya ekstrak
Natrium diasamkan terlebih dahulu dengan HNO3 pekat dan dididihkan. Terbentuk
endapan putih setelah ditambahkan AgNO3 mengindikasikan pada larutan sampel
terdapat unsur halogen utamanya Cl. Namun, tidak terbentuk endapan saat
ditambahkan AgNO3 hal ini mengindikasikan tidak terdapat halogen dalam sampel.
Reaksi yang terjadi jika sampel mengandung halogen terutama Cl adalah sebagai
berikut :
VI. SIMPULAN
Dari hasil pengujian, sampel senyawa padat baik melalui pengujian sifat fisika dan kimia
(uji gugus fungsional) serta analisis data, dapat ditarik bahwa sampel senyawa padat
adalah D-galaktosa. D-galaktosa memiliki titik leleh 167oC dan memberikan hasil positif
terhadap tes asetilklorida, tes Fehling dan Tollens.Tes Baeyer, tes Bromin dan tes asap
menunjukkan hasil negatif yang menandakan senyawa alifatis dan tidak memiliki ikatan
rangkap. Untuk rumus struktur D-galaktosa adalah sebagai berikut :
VII. DAFTAR PUSTAKA
Muderawan, I Wayan dan I Wayan Suja. 2008. Praktikum Kimia Organik. Singaraja
:Universitas Pendidikan Ganesha
Pranowo, Deni. 2005. Kimia Untuk SMA Kelas XII. Klaten : PT. Intan Pariwara
Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta : Penerbit Erlangga
Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimikro. Jakarta : PT.
Kalman Media Pusaka
Jawaban pertanyaan
1. Apa yang mendasari digunakannya blok logam atau alat Thiele dalam menentukan titik
leleh?
Pengunaaan balok logam dan alat Thiele sebagai alat dalam menentukan titik leleh dan
titik didih karena alat ini merupakan alat yag digunakan dalam penentuan secara mikro
yang bertujuan untuk mengefisienkan bahan yang ada. Selain itu, alat ini memang cocok
dan cukup akurat dalam menentukan titik didih dan titik leleh karena pada alat Thiele
perambatan panas lebih merata dan alat ini menggunakan cairan pemanas minyak kelapa
sehingga pemanasannya lebih cepat dan dapat menentukan senyawa-senyawa dengan titik
leleh lebih dari 100˚C.
2. Mengapa zat pada pipa kapiler perlu diketuk-ketuk dan harus memadat secara merata?
Agar agar zat padat zat organik memadat pada dasar pipa kapiler sehingga titik lelehnya
dapat diamati secara teliti. Jika ada rongga-rongga atau dengan kata lain zat belum
memadat, hal ini akan mempengaruhi penentuan titik leleh.
3. Mengapa digunakan minyak goreng sebagai penangas? Dapatkah air digunakan sebagai
penangas?
Minyak goreng digunakan sebagai penangas karena minyak dapat digunakan untuk
penentuan senyawa-senyawa dengan titik leleh lebih dari 100˚C dan pemanasan yang
terjadi juga bias lebih cepat jika menggunakan penangas minyak. Air bisa digunakan
sebagai penangas jika zat tersebut mempunyai titik leleh dibawah 100˚C.
4. Mengapa alat Thiele harus dipanaskan pada posisi yang benar dan tepat?
Pemanasan alat Thiele harus pada posisi yang benar dan tepat bertujuan agar proses
pemanasan minyak optimal dan merata sehingga tidak mengganggu kesalah penentuan
titik didih.
5. Mengapa trayek titik leleh tidak boleh lebih dari 1˚C?
Suatu zat murni mempunyai trayek titik leleh tidak lebih dari 0,5˚C. Jika suatu zat
mempunyai trayek titik leleh lebih dari 0,5-1˚C maka zat tersebut sudah terkontaminasi
oleh zat-zat pengotor. Adanya zat pengotor ini akan membuat range titik lelehnya besar.
Adanya zat pengotor juga akan menyebabkan titik leleh suatu zat bisa lebih besar atau
lebih kecil dari titik leleh secara teoritis.
6. Sebutkan kriteria zat padat murni!
Salah satu kriteria zat murni adalah zat tersebut mempunyai trayek titik leleh tidak lebih
dari 1˚C.
7. Untuk mendapatkan titik leleh yang akurat, temperatur hasil pengamatan perlu dikonversi
dengan rumus tertentu. Bagaimanakah rumus konversi tersebut?
v w=v a + n⋅γ ( v a −v f ) .
Keterangan va adalah suhu terbaca, maka suhu sebenarnya v w, dimana vf adalah skala
suhu yang berada di atas media. Konstanta γ bergantung pada thermometer yang
digunakan dan n adalah besarnya skala (derajat) thermometer yang tercelup dalam media.
8. Bagaimana cara saudara mengamati bentuk kristal zat padat?
Cara saya mengamati bentuk kristal zat padat dimulai dari warnanya kemudian
bentuknya, apakah cacat atau tidak.
9. Mengapa digunakan garam Mohr? Bagaimana rumus kimia garam Mohr?
Garam Mohr digunakan karena garam Mohr mengandung ion besi (II) yang bersifat
pereduksi kuat. Selain itu ion besi (II) yang digunakan haruslah baru sehingga dibuat dari
garam Mohr saat melakukan percobaan, jika didiamkan ion besi (II) akan teroksidasi
dengan cepat menjadi ion besi (III). Rumus garam Mohr : Fe(NH4)2(SO4)2
10. Mengapa tidak boleh terlalu asam? Jelaskan!
Dalam reaksi tersebut tidak boleh terlalu asam karena ion besi (II) dapat dengan mudah
teroksidasi menjadi ion besi (III). Selain itu, tidak boleh asam agar larutan tersebut lebih
awet.
11. Tuliskan persamaan reaksi yang terjadi!
Fe2 + +2 OH − →Fe (OH )2
4 Fe (OH )2 +2 H 2 O+O2 →4 Fe(OH )3
12. Senyawa apakah yang berwarna biru Prusian?
Yang berwarna biru prusian adalah Fe(OH)3
13. Bila N dan S ada bersama-sama, pereaksi apakah yang digunakan untuk meguji CNS?
Perubahan apa yang bisa diamati? Tuliskan persamaaan reaksinya!
Jika terdapat belerang dan nitrogen bersama-sama, maka pereaksi yang digunakan adalah
FeCl3. Apabila ekstrak natrium direaksikan dengan FeCl3 makan akan terbentuk warna
larutan yang merah sesuai dengan persamaan reaksi berikut.
3CNS-(aq) + Fe3+(aq)→ Fe(CNS)3(aq)
Merah
14. Tuliskan persamaan reaksi untuk tes Baeyer!
R H R H
CCOH
CCOH
+ MnO4- R H R H+ MnO2
CCl4
Etena(tak berwarna) + Br2(merah-coklat) Br-CH2-CH2-Br(tak berwarna)
17. Mengapa warna coklat dari Br2 hilang?
Karena jika memang ada ikatan rangkap dua atau rangkap tiga, setelah ditetesi brom
maka akan terbentuk sebuah dibromida yang tak berwarna. Hilangnya warna dalam
larutan brom menunjukkan bahwa telah terjadi adisi.
18. Termasuk jenis reaksi apakah kedua tes tersebut?
Dalam tes Baeyer dan tes Bromin terjadi reaksi adisi.
19. Persamaan reaksi tes asap adalah
3
C n H 2n+2 O + O 2 → nCO 2 +( n+1 ) H 2 O
2
20. Tuliskan persamaan reaksi yang terjadi bila Fehling A ditambah Fehling B?
2-
O O- Na+ O O
C C O O C
CH2 H2 C CH2
+ CuSO4 Cu2+
CH2 H2 C CH2 + Na2SO4
C C O O C
O O- K+ O O
Fehling B Fehling A
21. Tuliskan rumus struktur kompleks Fehling?
2-
O O
C O O C
H2 C CH2
Cu2+
H2 C CH2
C O O C
O O
reduksi
24. Reaksi antara karboksilat dengan natrium bikarbonat :
O O
C C
OH O -Na +
+ Na HCO3 + H2 CO 3 CO 2 + H2 O
O O
CH3 + C 2 H5 H+
C OH CH3 C + H2 O
OH OC 2 H5
26. Cara mencium bau hasil reaksi kimia dengan cara mengangin-anginkan bau tersebut
kearah indera penciuman kita.