LAPORAN PRAKTIKUM
SENYAWA ORGANIK
OLEH :
KELOMPOK 6
JURUSAN KIMIA
FEBRUARI 2020
A. JUDUL PERCOBAAN
Penentuan Titik Lebur Senyawa Organik
B. TUJUAN
1. Menentukan titik lebur zat padat.
2. Memperkirakan kemurnian zat padat berdasarkan titik leburnya.
C. WAKTU PRAKTIKUM
Hari, tanggal : Kamis, 6 Februari 2020
D. DASAR TEORI
Titik lebur merupakan ciri khas zat padat, titik lebur suatu zat pada ditunjukkan
dengan rentang temperatur pada saat padat mulai melebur sampai dengan semuanya
melebur. Tinggi rendahnya suhu lebur pada suatu zat padat dipengaruhi oleh bentuk zat
padat tersebut. Semakin kuat ikatan semakin besar energi yang kuat untuk
memutuskannya. Semakin besar energi yang dibutuhkan maka semakin tinggi pula titik
lebur dari zat tersebut. Bentuk dan sifat ikatan atom atom akan mempengaruhi besarnya
titik lebur zat.
Pada proses peleburan diperlukan energy untuk memutuskan gaya tarik yang
terdapat di antara partikel-partikel zat padat padat. Ada dua faktor yang menentukan titik
lebur suatu senyawa :
1. Senyawa yang memiliki gaya antar molekul yang lebih kuat, memiliki tiik lebur
yang lebih tinggi.
2. Untuk senyawa yang memiliki gugus fungsi yang sama, senyawa yang memiliki
bentuk lebih simetris memiliki titik lebur yang lebih tinggi.
Titik lebur dari suatu senyawa dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu,
zat pengotor, kalibrasi termometer, dan beberapa hal lainnya. Titik lebur senyawa murni
ditentukan dengan pengamatan temperatur saat terjadi perubahan padatan dan cairan.
Rentangan temperature yang tidak begitu jauh menunjukkan kemurnian padatan yang
diuji. Sampel senyawa murni terdiri atas satu bentuk kristal dan meleleh sempurna pada
range 1-2 °C. Besarnya range dapat dipengaruhi adanya pengotor adanya pengaruh sudah
tidaknya kalibrasi termometer.
E. ALAT DAN BAHAN
Pipa kapiler (5-10 cm) Pipa Kaca
Termometer Lampu Spiritus
Tabung Thiele Statif dan klem
Kaca Obyek Padatan Organik
Benang Minyak/parafin untuk penganas
Melting point apparatus
(Sibata, Fisher Scientific)
Diamati
Hasil
2. Pengukuran Titik Lebur Menggunakan Sibata Melting Point Apparatus
Dicatat temperature suhu pada saat mulai melebur sampai habis melebur
Hasil
Hasil
DATA PENGAMATAN
Campuran
66 74
(α-naftol : Asam stearat) 1 : 1
Asam stearate 65 67
α-naftol 90 91
Seperti yang kita ketahui, bila zat padat tersebut murni maka ia akan
melebur dengan rentang yang sangat sempit (1-2°C). Oleh karena itu pada
percobaan rentang yang dihasilkan sudah sesuai yaitu sebesar 2°C. Tedapat
perbedaan antara besar tiitk lebur secara teoritis dengan saat percobaan. Hal ini
bisa disebabkan oleh banyaknya sampel yang diuji. Semakin sedikit sampel yang
digunakan maka proses meleburnya akan semakin cepat. Begitu pula sebaliknya,
semakin banyak sampel yang digunakan maka semakin lama proses meleburnya.
Titik lebur zat padat tidak mengalami perubahan yang berarti dengan adanya
perubahan tekanan. Oleh karena itu, tekanan biasanya tidak dilaporkan pada
penentuan titik lebur senyawa organic, kecuali jika perbedaan dengan tekanan
normal terlalu besar.
4. Pengukuran Titik Lebur α-naftol Menggunakan Sibata Melting Point Apparatus
C10H7OH(s) → C10H7OH(l)
→
(s) (l)
-Naftol adalah senyawa organic dengan rumus kimia C10H7OH. Senyawa
ini adalah padatan berwarna putih dan merupakan isomer dari -Naftol dengan
lokasi gugus hidroksil yang berbeda pada cincin naftalena. -Naftol memiliki titik
lebur 95 - 96 Untuk menghitung titik lebur zat ini digunakan alat yang
bernama Sibata Melting Point Apparatus. Dari percobaan yang dilakukan,
didapatkan suhu pada saat sampel mulai melebur yaitu 90 dan suhu pada saat
sampel sepenuhnya melebur yaitu 91 . Rentang suhu yang didapat adalah 1
yang berarti sampel yang diukur titik leburnya tersebut merupakan zat murni.
Dalam pengukuran titik lebur ini tidak terjadi perubahan kimia, tetapi hanya
terjadi perubahan fisika yaitu -naftol padat menjadi -naftol cair.
Pada struktur -Naftol terdapat ikatan hidrogen yang merupakan gaya antar
molekul yang lebih kuat dibandingkan gaya antar molekul lainnya seperti gaya
london dan gaya dipol-dipol. Dimana untuk memutuskan ikatan hidrogen tersebut
dibutuhkan energi yang tinggi. Dari hal tersebut menyebabkan titik lebur -Naftol
tergolong tinggi.
H. KESIMPULAN
1. Titik lebur asam stearate merupakan yang terendah yaitu sebesar 65-67°C
karena gaya London lebih dominan dibandingkan ikatan hidrogennya. Sampel
asam stearate merupakan sampel murni karena memiliki rentang titik lebur
ynag kecil, yaitu sebesar 2°C
2. Titik lebur -Naftol merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 90-91°C karena
ikatan hydrogen lebih dominan dari gaya antarmolekul lainnya. Sampel -
Naftol merupakan sampel murni karena memiliki rentang titik lebur yang
kecil, yaitu sebesar 1°C
3. Pada campuran sampel dengan perbandingan 1:1 memiliki titik lebur yang
berada diantara kedua zat murni, yaitu asam stearate dan α-naftol. Yaitu 66-
74°C. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa campuran harus mempunyai
rentang titik lebur yang banyak daripada zat murni. Akan tetapi sampel
tersebut belum melebur secara sempurna sehingga rentang yang didapat hanya
berkisar 8°C
I. DAFTAR PUSTAKA
Khopkar, S.M., 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik., Jakarta: UI Press
Martin, A., Swabrick. 1990. Farmasi Fisikia Edisi III. Jakarta : UI Press
Parlan. 2003. Kimia Organik I. Malang : JICA, Universitas Negeri Malang
Santoso, A. 1999. Jurnal Online : Pengaruh Ikatan Hidrogen Terhadap Titik Didih,
Titik Leleh, dan Kelarutan Senyawa Vol 28 No 1
J. LAMPIRAN