Anda di halaman 1dari 10

PERCOBAAN KE-2

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS DAN IDENTIFIKASI SENYAWA ORGANIK

PENENTUAN TITIK LEBUR

SENYAWA ORGANIK

OLEH :
KELOMPOK 6

1. Cindy Novita Devi (180331616041)


2. Maria Ulfa Nurcahyani (180331616085)
3. Wahyu Pamungkas (180331616074)*

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FEBRUARI 2020
A. JUDUL PERCOBAAN
Penentuan Titik Lebur Senyawa Organik

B. TUJUAN
1. Menentukan titik lebur zat padat.
2. Memperkirakan kemurnian zat padat berdasarkan titik leburnya.

C. WAKTU PRAKTIKUM
Hari, tanggal : Kamis, 6 Februari 2020

D. DASAR TEORI

Titik lebur merupakan ciri khas zat padat, titik lebur suatu zat pada ditunjukkan
dengan rentang temperatur pada saat padat mulai melebur sampai dengan semuanya
melebur. Tinggi rendahnya suhu lebur pada suatu zat padat dipengaruhi oleh bentuk zat
padat tersebut. Semakin kuat ikatan semakin besar energi yang kuat untuk
memutuskannya. Semakin besar energi yang dibutuhkan maka semakin tinggi pula titik
lebur dari zat tersebut. Bentuk dan sifat ikatan atom atom akan mempengaruhi besarnya
titik lebur zat.

Pada proses peleburan diperlukan energy untuk memutuskan gaya tarik yang
terdapat di antara partikel-partikel zat padat padat. Ada dua faktor yang menentukan titik
lebur suatu senyawa :
1. Senyawa yang memiliki gaya antar molekul yang lebih kuat, memiliki tiik lebur
yang lebih tinggi.
2. Untuk senyawa yang memiliki gugus fungsi yang sama, senyawa yang memiliki
bentuk lebih simetris memiliki titik lebur yang lebih tinggi.

Titik lebur dari suatu senyawa dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu,
zat pengotor, kalibrasi termometer, dan beberapa hal lainnya. Titik lebur senyawa murni
ditentukan dengan pengamatan temperatur saat terjadi perubahan padatan dan cairan.
Rentangan temperature yang tidak begitu jauh menunjukkan kemurnian padatan yang
diuji. Sampel senyawa murni terdiri atas satu bentuk kristal dan meleleh sempurna pada
range 1-2 °C. Besarnya range dapat dipengaruhi adanya pengotor adanya pengaruh sudah
tidaknya kalibrasi termometer.
E. ALAT DAN BAHAN
 Pipa kapiler (5-10 cm)  Pipa Kaca
 Termometer  Lampu Spiritus
 Tabung Thiele  Statif dan klem
 Kaca Obyek  Padatan Organik
 Benang  Minyak/parafin untuk penganas
 Melting point apparatus
(Sibata, Fisher Scientific)

F. LANGKAH KERJA DAN DATA PENGAMATAN


LANGKAH KERJA
1. Pengukuran Titik Lebur Menggunakan Tabung Thiele
Sampel Zat

Dihaluskan sedikit sampel zat padat.

Dimasukkan padat halus tersebut ke dalam pipa kapiler.

Dengan menggunakan bantuan tabung kaca, diusahakan padatan


mencapai ujung yang tertutup yang diperoleh darus rapat dengan
ketinggian 3-6 mm dari dasar pipa kapiler

Diikat pipa kapiler pada thermometer dengan menggunakan


benang. Diatur letak pipa kapiler sehingga letak padatan sampel
sejajar dengan bola air raksa pada termometer

Dipasang Tabung Thiele pada statif

Dipasang ring/klemp pada statif

Digantung thermometer pada ring/klemp yang telah terpasang

Dimasukkan ujung thermometer dan pipa kapiler ke dalam tabung


Thiele. Diatur pipa kapiler dan thermometer tersebut sehingga padatan
sampel dan air raksa pada thermometer terletak pada pertigaan bagian
atas pada tabung Thiele

Diisi Tabung Thiele dengan minyak goreng sampai ujung

Dipanaskan Tabung Thiele dengan api kecil

Diamati

Dicatat suhu temperature saat zat padat mulai melebur dan


sampai melebur semua.

Hasil
2. Pengukuran Titik Lebur Menggunakan Sibata Melting Point Apparatus

Sampel Zat Padat

Disiapkan alat pengukur titik lebur

Dimasukkan pipa kapiler yang telah berisi sampel zat padat

Ditekan tombol power

Diatur tombol “heat”dan “fan”

Diamati padatan menggunakan kaca pembesar

Dicatat temperature suhu pada saat mulai melebur sampai habis melebur

Diambil pipa kapiler setelah selesai

Dinginkan alat tersebut

Diukur titik lebur padatan lain

Hasil

3. Pengukuran Titik Lebur Menggunakan Fisher Scientific Melting Poin Apparatus

Sampel Zat Padat

Disiapkan alat pengukur titik lebur

Disiapkan sepotong kaca yang sangat tipis

Diletakkan sampel zat padat pada kaca tersebut

Ditutup dengan kaca yang lain

Dimasukkan kaca tersebut ke alat

Dinyalakan alat tersebut

Diatur pemanasan dengan memutar tombol

Diamati padatan dengan menggunakan kaca pembesar pada alat tersebut

Dicata temperature saat padatan mulai melebur sampai melebur semua

Hasil
DATA PENGAMATAN

Titik Lebur (oC)


Sampel
Awal Akhir

Campuran
66 74
(α-naftol : Asam stearat) 1 : 1

Asam stearate 65 67

α-naftol 90 91

G. PEMBAHASAN DAN ANALISIS


1. Pengukuran Titik Lebur Campuran Menggunakan Tabung Thiele
Pada percobaan penentuan titik lebur campuran, susunan alat yang
digunakan adalah dengan menggunakan tabung thiele. Sampel yang digunakan
adalah campuran antara naftol (C10H7OH) yang merupakan senyawa padatan
berwarna putih dengan rentang titik lebur antara 95 96 dan asam stearat
yang mempunyai rumus kimia CH3(CH2)16COOH yang mempunyai titik lebur
sebesar 69,6 . Pada percobaan ini perbandingan campuran yang digunakan
adalah 1:1. Pada campuran, zat padat yang diamati tidak murni sehingga akan
terjadi penyimpangan dari titik lebur senyawa murninya. Penyimpangan itu
berupa penurunan titik lebur dan perluasan range titik lebur.
Pada percobaan tersebut, campuran naftol dan asam stearat diperoleh
data titik lebur pada suhu awal sebesar 66 dan titik lebur akhir 74 dengan
rentang(range) sebesar 8 . Data yang diperoleh kurang akurat karena pada saat
percobaan campuran padatan belum melebur sepenuhnya, akan tetapi pemanasan
sudah dihentikan. Hal ini menyebabkan titik lebur akhir yang seharusnya berkisar
antara 80 90 tidak diperoleh dan hanya diperoleh titik lebur akhir sebesar
74 . Pada percobaan adanya campuran zat akan mengurangi titik lebur zat murni
dikarenakan campuran ini dapat dianggap sebagai pengotor yang merusak susunan
molekul-molekul murni sehingga gaya antarmolekulnya berkurang. Hal inilah
yang mengakibatkan titik lebur campuran lebih rendah daripada titik lebur zat
murninya.
2. Pengukuran Titik Lebur Asam Stearat Menggunakan Fisher Scientific
Melting Poin Apparatus
Asam stearat CH3(CH2)16COOH adalah asam lemak jenuh yang mudah
diperoleh dari lemak hewani serta minyak masak. Asam stearate berwujud padat
pada suhu ruang dan titik leburnya sebesar 69,9°C. Pada percobaan penentuan
titik lebur asam stearat dilakukan dengan menggunakan Fisher Scientific Melting
Point Apparatus karena asam stearat memiliki titik lebur yang relatif rendah,
sehingga tidak memerlukan pendingin.

Asam stearat dapat membentuk ikatan hidrogen. Dimana untuk


memutuskan ikatan hidrogen tersebut dibutuhkan energi yang tinggi. Ikatan
hidrogen merupakan gaya antar molekul yang lebih kuat dibandingkan gaya antar
molekul lainnya seperti gaya london dan gaya dipol-dipol. Namun, dalam asam
stearate memiliki gaya London dan ikatan hydrogen. Yang mana pada asam
stearate ikatan hydrogen yang dimilikinya tidak mampu mengatasi gaya London
yang ada karena ikatan C-C yang sangat banyak, sehingga gaya London pada
asam stearate lebih dominan daripada ikatan hidrogennya sehingga didapatkan
titik lebur yang relative lebih rendah. Dengan hasil sebesar titik lebur awal 65°C
dan titik lebur akhir sebesar 67°C dengan range (rentang) sebesar 2°C.

Seperti yang kita ketahui, bila zat padat tersebut murni maka ia akan
melebur dengan rentang yang sangat sempit (1-2°C). Oleh karena itu pada
percobaan rentang yang dihasilkan sudah sesuai yaitu sebesar 2°C. Tedapat
perbedaan antara besar tiitk lebur secara teoritis dengan saat percobaan. Hal ini
bisa disebabkan oleh banyaknya sampel yang diuji. Semakin sedikit sampel yang
digunakan maka proses meleburnya akan semakin cepat. Begitu pula sebaliknya,
semakin banyak sampel yang digunakan maka semakin lama proses meleburnya.
Titik lebur zat padat tidak mengalami perubahan yang berarti dengan adanya
perubahan tekanan. Oleh karena itu, tekanan biasanya tidak dilaporkan pada
penentuan titik lebur senyawa organic, kecuali jika perbedaan dengan tekanan
normal terlalu besar.
4. Pengukuran Titik Lebur α-naftol Menggunakan Sibata Melting Point Apparatus

C10H7OH(s) → C10H7OH(l)


(s) (l)
-Naftol adalah senyawa organic dengan rumus kimia C10H7OH. Senyawa
ini adalah padatan berwarna putih dan merupakan isomer dari -Naftol dengan
lokasi gugus hidroksil yang berbeda pada cincin naftalena. -Naftol memiliki titik
lebur 95 - 96 Untuk menghitung titik lebur zat ini digunakan alat yang
bernama Sibata Melting Point Apparatus. Dari percobaan yang dilakukan,
didapatkan suhu pada saat sampel mulai melebur yaitu 90 dan suhu pada saat
sampel sepenuhnya melebur yaitu 91 . Rentang suhu yang didapat adalah 1
yang berarti sampel yang diukur titik leburnya tersebut merupakan zat murni.
Dalam pengukuran titik lebur ini tidak terjadi perubahan kimia, tetapi hanya
terjadi perubahan fisika yaitu -naftol padat menjadi -naftol cair.
Pada struktur -Naftol terdapat ikatan hidrogen yang merupakan gaya antar
molekul yang lebih kuat dibandingkan gaya antar molekul lainnya seperti gaya
london dan gaya dipol-dipol. Dimana untuk memutuskan ikatan hidrogen tersebut
dibutuhkan energi yang tinggi. Dari hal tersebut menyebabkan titik lebur -Naftol
tergolong tinggi.

H. KESIMPULAN
1. Titik lebur asam stearate merupakan yang terendah yaitu sebesar 65-67°C
karena gaya London lebih dominan dibandingkan ikatan hidrogennya. Sampel
asam stearate merupakan sampel murni karena memiliki rentang titik lebur
ynag kecil, yaitu sebesar 2°C
2. Titik lebur -Naftol merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 90-91°C karena
ikatan hydrogen lebih dominan dari gaya antarmolekul lainnya. Sampel -
Naftol merupakan sampel murni karena memiliki rentang titik lebur yang
kecil, yaitu sebesar 1°C
3. Pada campuran sampel dengan perbandingan 1:1 memiliki titik lebur yang
berada diantara kedua zat murni, yaitu asam stearate dan α-naftol. Yaitu 66-
74°C. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa campuran harus mempunyai
rentang titik lebur yang banyak daripada zat murni. Akan tetapi sampel
tersebut belum melebur secara sempurna sehingga rentang yang didapat hanya
berkisar 8°C

I. DAFTAR PUSTAKA
Khopkar, S.M., 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik., Jakarta: UI Press
Martin, A., Swabrick. 1990. Farmasi Fisikia Edisi III. Jakarta : UI Press
Parlan. 2003. Kimia Organik I. Malang : JICA, Universitas Negeri Malang
Santoso, A. 1999. Jurnal Online : Pengaruh Ikatan Hidrogen Terhadap Titik Didih,
Titik Leleh, dan Kelarutan Senyawa Vol 28 No 1
J. LAMPIRAN

Campuran asam stearat dan naftol 1:1 Asam stearat

naftol Pengukuran titik lebur dengan Sibata


Melting Point
Titik lebur awal naftol Titik lebur akhir naftol

Sampel campuran yang belum sepenuhnya Sampel asam stearat


melebur

Anda mungkin juga menyukai