Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK III

REAKSI PADA UNSUR DAN SENYAWA TEMBAGA DAN PERAK

(Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Kimia
Anorganik III)

Dosen Pengampu: Indah Langitasari, S.Si., M.Si

Disusun Oleh:

Rizki Ardiyanto

(2282200017)

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2022
A. JUDUL PRAKTIKUM
Reaksi Pada Unsur dan Senyawa Tembaga dan Perak

B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Membuat beberapa senyawa tembaga
2. Mengidentifikasi sifat – sifat fisik dan kimia beberapa persenyawaan logam
tembaga
3. Mengidentfiikasi sifat-sifat senyawa perak
4. Mengetahui fungsi larutan glukosa dalam pembentukan cermin perak

C. PRINSIP PERCOBAAN
Logam tembaga memiliki bilangan oksidasi dalam bentuk larutan dengan
besaran +1 serta memiliki bilangan oksidasi +2 yang stabil pada umumnya.
Tembaga memiliki warna seperti emas, dapat direang, mudah ditempa, serta
merupakan konduktor panas dan listrik yang baik setelah perak. Reaksi logam
akan berjalan lambat dengan udara lembab dan permukaannya akan berangsur-
angsur menjadi terlapis oleh lapisan hijau dari tembaga karbonat basa
[Cu2(OH)2CO3].

2Cu(s) + O2(g) + CO2(g) + 2H2O(l) Cu2(OH)2CO3(s)

Logam tembaga tidak bereaksi dengan air atau uao air serta asam-asam
encer non oksidator, seperti HCl encer dan asam sulfat encer. Asal klorida pekat
yang mendidih dapat bereakis dengan tembaga menghasilkan gas hidrogen serta
dikloro kuprat (I) [CuCl2]-. Asam sulfat pekat panas, asam nitrat pekat, dan asam
nitrat encer dapat bereakis dengan logam tembaga (Langitasari, 2022).

D. REAKSI KIMIA
No Percobaan Persamaan Reaksi Kimia
1 A. Pembentukan CuSO4(aq) + NaOH(aq) Cu(OH)(aq) + Na2SO(aq)
tembaga (1)
oksida CuSO4(aq) + NaOH(aq) + kalium tartrat
Cu[(COO)2(CHO)2]4(s) ( ) + Na2SO(s)

2Cu(OH)2(aq) + C6H12O6 (aq) Cu2O(s) ( ) +


2H2O(aq)
2 B. Reaksi senyawa  Reaksi larutan tembaga (I) Oksida:
tembaga (I) 1. Tembaga (I) + HCl encer:
oksida dan CuO(aq) + HCl(aq) CuCl2(s) ( ) + H2O(aq)
tembaga (II) 2. Tembaga (I) + H2SO4 encer:
oksida dengan CuO(aq) + H2SO4(aq) CuSO4(s) +
asam 2H2O(aq)
3. Tembaga (I) oksida + HNO3
CuO(aq) + 2HNO3(aq) Cu(NO3)2(s)
+ H2O(aq)

 Reaksi larutan tembaga (II) Oksida:


1. Tembaga (II) oksida + HCl encer:
CuSO4(aq) + 2HCl(aq) CuCl2(s) ( ) +
H2SO4(aq)
2. Tembaga (II) oksida + H2SO4 encer:
Cu(s) + H2SO4(aq) CuSO4( ) (aq) +
SO2(aq)+ H2O(aq)
3. Tembaga (II) oksida + HNO3 encer:
3Cu(aq) + 8HNO3(aq) 3Cu2+(s) + 6NO3-
+ H2SO4(aq) + 2NO + 4H2O

Reaksi pemanasan asam-asam dengan


tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida

 Reaksi pemanasan asam-asam dengan


tembaga (I) oksida:
1. Tembaga (I) + HCl encer:
CuO(aq) + HCl(aq) CuCl2(s) ( ) + H2O(aq)
2. Tembaga (I) + H2SO4 encer:
CuO(aq) + H2SO4(aq) CuSO4(s) ( ) +
2H2O(aq)
3. Tembaga (I) + HNO3:
CuO(aq) + 2HNO3(aq) Cu(NO3)2(s)
+ H2O(aq)

 Reaksi pemanasan asam-asam dengan


tembaga (II) oksida:
1. Tembaga (II) + HCl:
3Cu + 6HCl + 2HNO3 3Cu2+(s) + 6Cl
+ 2NO( )+ 4H2O(aq)
2. Tembaga (II) + H2SO4:
Cu + 2H2SO4 Cu2+(s) + SO42- +
SO2( )+ 2H2O(aq)
3. Tembaga (II) + HNO3:
3Cu + 8HNO 3Cu2+(s) + 6NO3- + 2NO
( ) + 4H2O(aq)
3 C. Pembuatan Reaksi tembaga (I) oksida dengan HCl pekat:
tembaga (I) CuO(aq) + HCl(aq) CuCl2(s) ( ) + H2O(aq)
klorida

4 D. Reaksi dari Reaksi tembaga (II) dengan NaOH encer:


senyawa Cu2+ + 2OH Cu(OH)2
tembaga (II)
Reaksi tembaga (II) dengan Ammonia 10%:
2Cu2++ SO42-+ 2NH3 + 2H2O
+
Cu(OH)2.CuSO4 + 2NH4

Cu(OH)2.CuSO4 + 8NH3 2[Cu(NH3)4]2++


SO42- + 2OH

Reaksi tembaga (II) + HCl pekat:


2CuSO4 + 4HCl- 2CuCl2+ 2H2 + 2SO42-

5 E. Reaksi dari Percobaan I:


senyawa Perak Reaksi AgNO3 dengan K2CrO4
(I) 2Ag2++ CrO42- Ag2CrO4 ( )

Endapan I + HNO3 encer:


2Ag2CrO4 ( ) + 2H+ ⇌ 4Ag2++ Cr2O72- + H2O

Endapan II + NH3:
Ag2CrO4 ( ) + 4NH3 ⇌ 2[Ag(NH3)2]++ CrO42-

Percobaan II:
Reaksi perak dengan larutan ammoniak:
2Ag2++ NH3+ H2O Ag2O ( ) + 2NH4+

Reaksi perak dengan NaOH:


2Ag2++ 2OH- Ag2O( ) + H2O
Ag2O + 2H+ 2Ag+ + H2O

6 F. Reaksi Reaksi AgNO3 + NaOH + NH3:


pembentukan 8AgNO3 + 9NaOH + 17NH3 → 8Ag(NH3)2 ( )
cermin perak + 9NaNO3 + 6H2O

E. DASAR TEORI
Tembaga merupakan logam emrah muda yang lunak, liat, dan dapat
ditempa. Dalam suhu 1038 . Dengan besaran potensial elektrode standarnya
yang positif (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu2+), tembaga tidak larut dalam asam
klorida dan asam sulfat encer, adapun dengan adanya oksigen tembaga dapat larut
sedikit. Asam nirat yang pekat dengan besaran 8M dengan mudah melarutkan
tembaga. Terdapat dua deret senyawa tembaga, yaitu:
a. Senyawa – senyawa tembaga (I)
Senyawa – senyawa tembaga (I) diturunkan dari tembaga (I) oksida Cu2O
yang merah serta mengandung ion tembaga (I) Cu+. Senyawa –senyawa
tersebut tak berwarna, kebanyakan merupakan garam tembaga (I) tak larut
dalam air, dan perilakunya seperti senyawa perak.
b. Senyawa-senyawa tembaga (II)
Senyawa-senyawa tembaga (II) diturunkan dari tembaga (II) oksida, CuO,
hitam. Pada umunya, garam-garam tembaga (II) berwarna biru, baik dalam
bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan air (Vogel, 1979)
Pada Sistem Periodik Unsur (SPU), tembaga termasuk ke dalam golongan
11. Tembaga, perak, serta emas disebut logam koin karena sejak lama dipakai
sebagai uang dalam bentuk lempengan (koin). Hal itu dikarenakn lgam tidak
reaktif, sehingga tidak berubah dalam kurun waktu yang lama. Tembaga juga
merupakan konduktor listrik yang baik, sehingga dapat digunakan dalam listrik
berdaya hantar tinggi, oleh karena itu dapat digunakan sebagai kabel listrik.
Tembaga tidak dapat larut dalam asam yang bukan pengoksidasi, akan tetapi
tembaga teroksidasi oleh HNO3 sehingga tembaga dapat larut dalam HNO3
(Syukri, 1999)
Tembaga (Cu) adalah salah satu logam yang paling ringan dan paling
aktif. Cu+ akan mengalami disproporsionasi secra spontan pada keadaan standar
(baku). Hal itu bukan berarti senyawa larutan Cu (I) tidak memungkinkan
terbentuk. Cara bagaimana menilai keadaan Cu (I) dan Cu (II) terbentuk, yaitu
membuat Cu+ cukup banyak pada larutan air, Cu2+ akan berada pada jumlah
banyak. Disproporsionasi akan menjadi sempurna. Apabila Cu+ dijaga sangat
rendah maka Cu2+ akan sangat kecil (Petrucci, 1987).
Asam tartat atau asam sitrat terkandung dalam suatu larutan, maka
tembaga (II) oksida tak diendapkan oleh larutan basa alkali, akan tetapi larutan
berwarna biru. Apabila larutan basa diolah dengan menggunakan zat-zat
pereduksi tertentu, seperti hidrazina, hidroksilamina, glukosa, dan asetaldehida,
maka tembaga (I) hidroksida yang kuning mengendap dari larutan yang hangat,
kemudian diubah menjadi tembaga (I) oksida merah (Sugiyarto, 2003).
Perak merupakan logam yang putih, dapat ditempa, dan di liat. Perak
memeiliki rapatan tinggi sebesar 10,5 g ml) serta melebur pada 960,5 . Perak
tidak larut dalam asam klorida, asam sulfat encer 1M atau asam nitrat encer 2M.
akan tetapi, pada larutan asam nitrat yang lebih pekat 8M atau dalam asam pekat
panas, perak dapat larut. Perak membentuk ion monovalen dalam larutan yang tak
berwarna. Senyawa-senyawa perak (II) tidak stabil, akan tetapi memiliki peran
penting dalam proses-proses oksidasi-reduksi yang dikataliskan oleh perak. Perak
nitrat mudah larut dalam air, sedangkan perak asetat, perak nitrit, dan perak sulfat
kurang larut. Halide-halida perak peka terhadap cahaya dan ciri khas tersebut
dimanfaatkan secara luas dalam bidang fotografi (Vogel, 1979).

F. ALAT DAN BAHAN


Alat:
1. Beaker glass
2. Tabung reaksi
3. Kertas saring
4. Krusibel porselen
5. Penangas air
6. Lampu spiritus

Bahan:
 Zat padat:
1. CuO
2. CuBr2 anhidrat
3. CuCl2 anhidrat
4. CuSO4
5. (NH4)2SO4
6. Glukosa
7. Kalium tartat
8. Logam tembaga

 Larutan
1. CuSO4
2. NaOH
3. HCl
4. KCN
5. H2SO4
6. KI
7. K2CrO4
8. Glukosa 2%
9. Na2S2O3
10. NH4OH
11. AgNO3 10%
G. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Pembuatan Tembaga (I) Oksida

SAMPEL

- Dimasukkan 2 mL larutan tembaga (II) sulfat 0,1 M ke dalam tabung reaksi


- Dibuat campuran 2 L larutan NaOH dan 0,2 g kalium ntarium tartat dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan tetes demi tetes campuran tersebut ke
dalam larutan tembaga (II) sulfat sampai endapa yang terbentuk tepat larut.
- Ditambahkan seujung sendok kecil glukosa pada campuran di atas dan panaskan
sampai terjadi endapan merah jingga. Endapan merah jingga merupakan
tembaga (I) oksida.
- Dibiarkan endapan mengendap, kemudian larutan didekantasi dan cuci endapan
dengan air.
- Digunakan endapan ini untuk percobaan B.
HASIL

2. Reaksi Senyawa Tembaga (I) Oksida dan Tembaga (II) Oksida dengan
Asam

SAMPEL

- Dimasukkan sedikit tembaga (I) oksida hasil percobaan A kedalam tiga tabung
reaksi
- Dimasukkan tembaga (II) oksida kedalam tiga tembaga reaksi
- Digunakan larutan tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida untuk
mempelajari reaksi ke dua larutan tersebut dengan asam klorida encer, asam
sulfat encer, dan asam nitrat encer
- Ditambahkan perlahan-lahan asam-asam tersbeut ke dalam larutan tembaga (I)
oksida dan tembaga (II) nitrat sampai berlebih, kemudian panaskan
- Amati perubahan yang terjadi

HASIL
3. Pembuatan Tembaga (I) Klorida

SAMPEL

- Dimasukkan 0,2 g tembaga (II) oksida dalam tabung reaksi dan ditambahkan 3
mL asam klorida pekat
- Dipanaskan sampai diperoleh larutan berwarna hijau
- Ditambahkan beberapa keping kecil tembag dan didihkan selama 5 menit
- Disaring dan dimasukkan filtratnya ke dalam 200 mL aquades dalam beaker
glass

HASIL

4. Reaksi dari Senyawa Tembaga (II)


SAMPEL

- Ditambahkan larutan NaOH encer setetes demi setetes hingga berlebih ke dalam
2 mL larutan tembaga (II) sulfat
- Ditambahkan larutan amoniak setetes demi setetes pada 2 mL larutan tembaga
(II) sulfat sampai amoniak berlebih
- Ditambahkan HCl pekat setetes demi setetes pada 2 mL larutan tembaga (II)
sulfat sampai tidak terjadi perubahan lagi
HASIL

5. Reaksi dari Senyawa Perak (I)


a. Percobaan I

SAMPEL

- Ditambahkan beberap tetes larutan kalium kromat ke dalam 2 mL larutan perak


nitrat
- Dibagi endapan yang terbentuk menjadi 2 bagian, bagian yang pertama
diasamkan dengan asam nitrat encer dan bagian kedua ditambahkan amoniak
- Diamati perubahan yang terjadi

HASIL
b. Percobaan II

SAMPEL

- Ditambahkan tetes demi tetes larutan amoniak encer ke dalam 2 mL larutan


perak nitrat sampai berlebih
- Diulangi percobaan ini dengan menggunakan larutan NOH sebagai pengganti
amoniak
- Diamati perubahan yang terjadi selama proses reaksi

HASIL

6. Reaksi Pembentukan Cermin Perak

SAMPEL

- Dibuat campuran 1 mL larutan garam perak nitrat 10% dengan 1 mL larutan


NaOH 1%
- Dilarutkan endapan yang terbentuk dengan menggunakan 2 mL ammoniak 10%
- Ditambahkan 2 mL larutan glukosa 25,, pada larutan yang terbentuk dan
dipanaskan campuran dalam penangas air bersuhu 60
- Diamati perubahan yang terjadi

HASIL

H. DATA HASIL PERCOBAAN


6.1 Tabel Data Hasil Pengamatan

Percobaan Prosedur Percobaan Pengamatan

A 1. Dimasukkan 2 mL larutan Warna tembaga (II) sulfat : biru muda


Pembuatan Tembaga tembaga (II) sulfat 0,1M ke dalam
(I) Oksida tabung reaksi
2. Dibuat campuran 2 mLlarutan CuSO4 + NaOH : larutan biru dan endapan
natrium hidroksida 0,1 M dan 0,2 ( ) biru
g (seujung sendok) kalium
natrium tartat dalam tabung reaksi CuSO4 + NaOH + Kalium Natrium tartat :
endapan ( ) larut dan larutan berwarna
(+) larutan tembaga (II) sulfat biru tua
sampai endapan terbentuk tepat
larut

3. (+) seujung sendok kecil glukosa (+) glukosa +: larutan biru tua semakin
pada campuran diatas dan gelap ( ) putih
panaskan sampai terjadi endapan
merah jingga (+) pemanasan : ( ) endapan berwarna
merah jingga

4. Endapan dibiarkan mengendap, Didiamkan : ( ) merah jingga, larutan


larutan didekantasi dan dicuci berwarna kecoklatan
endapan dengan air

5. Endapan digunakan pada percobaan B

B 1. Dimasukkan sedikit tembaga (I) Tabung I : ( ) merah jingga


Reaksi Senyawa oksida hasil percobaan A ke
Tembaga (I) Oksida dalam 3 tabung reaksi Tabung II: ( ) merah jingga
dan Tembaga (II)
Oksida dengan Asam Tabung III: ( ) cokelat

2. Dimasukkan sedikit tembaga (II) Tabung I: serbuk hitam


oksida ke dalam 3 tabung reaksi
Tabung II: serbuk hitam

Tabung III: serbuk hitam


3. Reaksi larutan tembaga (I)
oksida:
a. Tembaga (I) + HCl encer ( ) merah terbentuk, larutan tak berwarna

b. Tembaga (I) oksida + H2SO4 ( ) cokelat tidak larut, larutan cokelat


encer

c. Tembaga (I) oksida +HNO3 Larutan + ( ) hitam keabuan


encer (ditambahkan secara
perlahan-lahan)
Reaksi larutan tembaga (II)
oksida:
a. Tembaga (II) oksida + HCl ( ) hitam, larutan keabuan
encer

b. Tembaga (II) oksida + H2SO4 ( ) hitam, larutan keabuan


encer

c. Tembaga (II) oksida + HNO3 ( ) hitam, larutan keabuan


encer (ditambahkan secara
perlahan-lahan)

4. Dipanaskan reaksi asam-asam  Tembaga (I) oksida:


dengan tembaga (I) oksida dan 1. Tembaga (I) + HCl encer 1 M
tembaga (II) oksida diamatai ( ) larut dan larutan hijau
perubahan yang terjadi pudar

2. Tembaga (I) + H2SO4 1M ( )


tidak larut, larutan keruh

3. Tembaga (I) + HNO3 1M


larutan tak berwarna dan ( )
larut

 Tembaga (II) oksdia:


1. Tembaga (II) + HCl 1M
larutan hijau dan ( ) hijau tua

2. Tembaga (II) + H2SO4 1M ( )


tidak larut dan larutan biru

3. Tembaga (II) + HNO3 larutan


biru muda dan ( ) larut

C 1. Dimasukkan 0,2 g tembaga (II) CuO : serbuk hitam


Pembuatan Tembaga oksida dalam tabung reaksi dan HCl : larutan tak berwarna
(I) Klorida ditambahkan 3 mL HCl pekat CuO + HCl : larutan hijau muda ( )
berwarna hitam

2. Dipanaskan sampai diperoleh ( ) larut terbentuk larutan hijau tua


larutan berwarna hijau
3. Di(+) beberapa keping kecil a. (+) beberap keping kecil tembaga:
tembaga dan dididihkan selama 5 Warna keping tembaga keemasan
menit
b. Didihkan selama 5 menit:
Larutan hitam kehijauan terbentuk
uap dan larutan berkurang

4. Disaring dan dimasukkan  Filtrat + 50 mL aquadest: larutan


filtratnya ke dalam 200 mL putih kebiruan dan sedikit ( )
aquades dalam beaker glass endapan

 Filtrat + 200 mL aquadest: larutan


tak berwarna dan endapan putih

D 1. Ditambahakn NaOH encer setetes CuSO4 + NaOH: larutan biru kehijauan


Reaksi dari Senyawa demi setetes hingga berlebih ke (tosca) dan ( ) biru berupa butiran
Tembaga (II) dalam 2 mL tembaga (II) sulfat berwarna kecoklatan

2. Ditambahkan larutan NH3 setetes CuSO4 + Ammoniak 100%: larutan biru


demi setetes pada 2 mL larutan keunguan
CuSO4 sampai NH3 berlebih

3. Ditambahkan HCl pekat setetes CuSO4 + HCl pekat: larutan hijau muda
demi setetes pada 2 mL larutan (cerah) dan ( ) kuning keputihan
CuSO4 sampai tidak ada
perubahan lagi

E Percobaan I
Reaksi dari Senyawa 1. Ditambahkan beberapa tetes AgNO3: larutan tak berwarna
Perak larutan kalium kromat 2 mL K2CrO4: larutan kuning
larutan perak nitrat AgNO3 + K2CrO4: larutan tak berwarna
dan ( ) endapan merah bata
2. Dipisah endapan yang terbentuk
menjadi 2 bagian:

a. Endapan I + HNO3 encer Endapan ( ) + HNO3: larutan kuning dan


( )endapan putih

b. Endapan II + NH3 Endapan ( ) + ammonia: larutan kuning


dan ( )endapan larut
Percobaan II
1. Ditambahkan tetes demi tetes AgNO3: larutan tak berwarna
larutan NH3 encer ke dalam 2 mL NH3: larutan tak berwarna
larutan perak nitrat sampai
berlebih AgNO3 + NH3: larutan tak berwarna dan
aroma NH3 menyengat

2. Diulagi percobaan dengan AgNO3: larutan tak berwara


menggunakan larutan NaOH NaOH:: larutan tak berwarna
sebagai pengganti NH3
AgNO3 + NaOH: larutan coklat keruh dan
( ) coklat kehijauan

F 1. Dibuat campuran 1 mL larutan Laurtan AgNO3 10%: larutan tak berwara


Reaksi Pembentukan garam perak nitrat 10% dengan 1
Cermin Perak mL larutan NaOH 1% AgNO3 + NaOH: larutan coklat keruh dan
( ) coklat

2. Dilarutkan endapan yang (+) glukosa: tidak ada perubahan


terbentuk dengan menggunakan 2
mL NH3 10%

3. Ditambahkan 2 mL larutan Penangas: terbentuk cermin perak yang


glukosa 25, kemudian panaskan berada didinding tabung reaksi
campuran dalam penangas air
bersuhu 60

I. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini mengenai reaksi pada unsur dan senyawa tembaga
dan perak, dilakukan enam percobaan yaitu pembuatan tembaga (I) oksida, reaksi
senyawa tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida dengan asam, pembuatan
tembaga (I) klorida, reaksi dari senyawa tembaga (II), reaksi dari senyawa perak
(I), dan reaksi pembentukan cermin perak.
 Pembuatan tembaga (I) oksida
Percobaan pertama yaitu mengenai pembuatan tembaga (I) oksida atau
biasa disebut sebagai uji glukosa, dimana percobaan dilakukan dengan cara
menggunakan uji Fehling (Benedict). Larutan fehling tersbeut terdiri dari 2
macam larutan yang ditempatkan pada tabung reaksi berbeda, Fehling A dan
Fehling B. Pada Fehling A ialah larutan tembaga (II) sulfat memiliki warna
biru (CuSO4). Sedangkan, Fehling B ialah larutan natrium hidroksida (NaOH)
dan kalium tartrat.
Pada saat larutan CuSO4 direaksikan dengan larutan NaOH terbentuk
endapan Cu(OH)2 yang berwarna biru. Endapan yang terbentuk itu tidak efektif
sebagai pereaksi Fehling. Oleh karena itu, untuk menghindari adanya endapan
Cu(OH)2, diperlukan kalium natrium tartrat sebagai ligan bidentat untuk ion
Cu2+. Ketika proses pencampuran Fehling A dan Fehling B, tembaga (II) tetap
menjadi larutan, karena membentuk ion kompleks bistartrato kuprat (II)
(Cu(COO)2(CHO)2]4.
Setelah zat yang diujikan tercampur dan ternyata positif, maka akan
terbentuk endapan berwarna merah bata dari tembaga (I) oksida Cu2O. Oleh
karena itu, pada saat campuran Fehling A dan Fehling B ditambahkan dengan 1
gram glukosa terdapat endapan berwarna merah kecoklatan. Hal itu
dikarenakan pada saat penambahan glukosa akan mereduksi ion Cu2+ dari
CuSO4 tabung reaksi dipanaskan untuk mempercepat reaksi. Endapan jingga
yang dihasilkan merupakan tembaga (I) oksida yang terbentuk. Adapun
persamaan reaksinya sebagai berikut:
CuSO4(aq) + NaOH(aq) + kalium tartrat Cu[(COO)2(CHO)2]4(s) ( ) + Na2SO(s)
2Cu(OH)2(aq) + C6H12O6 (aq) Cu2O(s) ( ) + 2H2O(aq)

Selanjutnya, setelah endapan merah bata yang merupakan tembaga (I)


oksida, didekantasi menggunakan kertas saring dan dicuci endapan tersebut
menggunakan air. Proses dekantasi memiliki fungsi untuk menyaring dan
memisahkan filtrat yang akan digunakan dalam percobaan selanjutnya, yaitu
pada uji reaksi tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida dengan beberapa
senyawa asam. Sedangkan, proses pencucian memiliki fungsi untuk
menetralkan endapan yang sudah terpisahkan agar memastikan tidak
terkontaminasi dari zat lain yang dapat mengganggu proses dan hasil
percobaan.

 Reaksi Senyawa Tembaga (I) Oksida dan Tembaga (II) Oksida dengan
asam
Pada percobaan kedua adalah reaksi senyawa tembaga (I) oksida dan
tembaga (II) oksida dengan beberapa senyawa asam. Percobaan ini
memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana reaksi yang terjadi antara
senyawa tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida dengan beberapa senyawa
asam.
Menurut (Vogel, 1979), tembaga tidak akan larut dalam larutan asam
klorida encer dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa
larut sedikit. Hal itu dikarenakan tembaga yang memiliki potensial elektrode
standarnya positif (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu2+).
Percobaan pertama adalah mengetahui reaksi senyawa tembaga (I) oksida
dengan beberapa senyawa asam, diantaranya dengan asam klorida encer
(HCl), asam sulfat encer (H2SO4), dan asam nitrat encer (HNO3). Percobaan
dilakukan menggunakan filtrat/hasil endapan merah bata (tembaga (I) oksida)
yang dibagi menjadi tiga bagian pada tabung reaksi yang berbeda.
Pada tabung reaksi pertama, direaksikan endapan merah bata (tembaga (I)
oksida) dengan larutan asam klorida encer (HCl). Didapatkan hasil bahwa
endapan merah bata ( ) tidak dapat larut, hal itu dikarenakan tembaga tidak
dapat larut dalam senyawa asam yang bukan pengoksidasi, seperti klorida
encer (HCl) yang disebabkan oleh besaran potensial elektrode tembaga standar
positifnya yaitu sebesar +0,34 V (Vogel, 1979). Adapun persamaan reaksinya
sebagai berikut:
CuO(aq) + HCl(aq) CuCl2(s) ( ) + H2O(aq)
Setelah itu, dilakukan pemanasan menggunakan pemanas bunsen. Proses
pemanasan memiliki fungsi untuk mempercepat reaksi yang terjadi.
Didapatkan hasil, bahwa endapan larut dan larutan berubah menjadi hijau
pudar. Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:
CuO(aq) + HCl(aq) CuCl2(s) ( ) + H2O(aq)

Pada tabung reaksi kedua dalam uji reaksi tembaga (I) oksida direaksikan
dengan larutan asam sulfat encer (H2SO4). Didapatkan hasil bahwa endapan
merah bata yang merupakan tembaga (I) oksida tidak dapat larut ketika
direaksikan dengan larutan asam sulfat encer (H2SO4), hal ini dikarenakan
asam sulfat encer bukan merupakan asam pengoksidasi. Oleh karena itu,
endapan tidak dapat larut. Hal itu sesuai dengan teori (Vogel,1979). Adapun
persamaan reaksinya sebagai berikut:
CuO(aq) + H2SO4(aq) CuSO4(s) + 2H2O(aq)
Setelah itu, dilakukan pemanasan menggunakan pemanas bunsen. Proses
pemanasan memiliki fungsi untuk mempercepat reaksi yang terjadi.
Didapatkan hasil, bahwa pada saat percobaan endapan tidak larut dan larutan
berubah menjadi keruh. Seharusnya, berdasarkan teori endapan larut, penyebab
terjadinya kesalahan adalah bahan terkontaminasi oleh zat lain. Adapun
persamaan reaksinya sebagai berikut:
CuO(aq) + H2SO4(aq) CuSO4(s) ( ) + 2H2O(aq)

Pada tabung reaksi ketiga dalam uji reaksi tembaga (I) oksida direaksikan
dengan larutan asam nitrat encer (HNO3). Didapatkan hasil pada percobaan
bahwa endapan merah bata tidak larut dan larutan berubah warna menjadi
hitam keabuan ketika direaksikan dengan larutan asam nitrat encer (HNO3).
Berdasarkan teori, seharusnya endapan tembaga (I) oksida dapat larut ketika
direaksikan dengan HNO3, karena HNO3 merupakan asam pengoksidasi.
Fungsi HNO3 encer adalah sebagai oksidator. Adapun persamaan reaksinya
sebagai berikut:
CuO(aq) + 2HNO3(aq) Cu(NO3)2(s) + H2O(aq)
Setelah itu, dilakukan pemanasan menggunakan pemanas bunsen. Proses
pemanasan memiliki fungsi untuk mempercepat reaksi yang terjadi.
Didapatkan hasil, bahwa endapan larut dan larutan berubah menjadi tak
berwarna. Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:
CuO(aq) + 2HNO3(aq) Cu(NO3)2(s) + H2O(aq)

Percobaan selanjutnya adalah reaksi tembaga (II) oksida dengan


beberapasenyawa asam diantaranya HCl encer, H2SO4 encer, dan HNO3 encer.
Prosedur pertama adalah mereaksikan endapan merah jingga (tembaga (II)
oksida) direaksikan dengan HCl encer menghasilkan endapan ( ) berwarna
hitam dan larutan keabuan. Endapan tidak dapat larut, karena HCl bukan
merupakan asam pengoksidasi. Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:
3Cu + 6HCl + 2HNO3 3Cu2+(s) + 6Cl + 2NO( )+ 4H2O(aq)
Setelah itu, dilakukan pemanasan menggunakan pemanas bunsen. Proses
pemanasan memiliki fungsi untuk mempercepat reaksi yang terjadi.
Didapatkan hasil, bahwa endapan tidak larut dan larutan berubah menjadi tak
berwarna. Hal itu diakibatkan HCl bukan merupakan asam pengoksidasi..
Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:
3Cu + 6HCl + 2HNO3 3Cu2+(s) + 6Cl + 2NO( )+ 4H2O(aq)

Pada tabung reaksi kedua direaksikan endapan merah batu dengan larutan
H2SO4 encer menghasilkan endapan ( ) berwarna hitam dan larutan keabuan.
Endapan tidak dapat larut, karena H2SO4 bukan merupakan asam pengoksidasi.
Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:
Cu(s) + H2SO4(aq) CuSO4( ) (aq) + SO2(aq)+ H2O(aq)
Setelah itu, dilakukan pemanasan menggunakan pemanas bunsen. Proses
pemanasan memiliki fungsi untuk mempercepat reaksi yang terjadi.
Didapatkan hasil pada percobaan, bahwa endapan tidak larut dan larutan
berubah menjadi warna bitu. Seharusnya, endapan dapat larut seusai dengan
teori (Vogel,1979) yang menyebutkan bahwa asam sulfat (H2SO4) dapat
melarutkan tembaga. Hal itu diakibatkan pada saat percobaan ada beberapa
bahan yang terkontaminasi zat lain sehingga hasil tidak sesuai dengan teori.
Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:
Cu + 2H2SO4 Cu2+(s) + SO42- + SO2( )+ 2H2O(aq)

Pada tabung reaksi ketiga dalam uji reaksi tembaga (II) oksida direaksikan
dengan larutan asam nitrat encer (HNO3). Didapatkan hasil pada percobaan
bahwa endapan merah bata tidak larut dan larutan berubah warna menjadi
hitam keabuan ketika direaksikan dengan larutan asam nitrat encer (HNO3).
Berdasarkan teori, seharusnya endapan tembaga (I) oksida dapat larut ketika
direaksikan dengan HNO3, karena HNO3 merupakan asam pengoksidasi.
Fungsi HNO3 encer adalah sebagai oksidator. Adapun persamaan reaksinya
sebagai berikut:
3Cu(aq) + 8HNO3(aq) 3Cu2+(s) + 6NO3- + H2SO4(aq) + 2NO + 4H2O
Setelah itu, dilakukan pemanasan menggunakan pemanas bunsen. Proses
pemanasan memiliki fungsi untuk mempercepat reaksi yang terjadi.
Didapatkan hasil, bahwa endapan larut dan larutan berubah menjadi tak
berwarna. Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:
3Cu + 8HNO 3Cu2+(s) + 6NO3- + 2NO ( ) + 4H2O(aq)

 Pembuatan Tembaga (I) Klorida


Pada percobaan pembuatan tembaga (I) klorida dilakukan dengan
memasukkan 0,2 g tembaga (II) oksida dalam tabung reaksi dan direaksikan
dengan larutan HCl pekat. Didapatkan hasil dari percobaan tersebut larutan
yang berwarna hijau muda dan terbentuknya endapan ( ) berwarna hitam.
Larutan yang berwarna hijua muda menunjukkan pembentukan ion CuCl2 dan
gas hidrogen yang dibebaskan. Adapun persamaan reaksinya adalah sebagai
berikut:
2CuSO4(aq) + 4HCl(aq) 2CuCl2(s) ( ) + 2H2(g) + 2SO42-(aq)

Selanjutnya, ditambahkan beberapa keping kecil tembaga ke dalam


endapan yang terbentuk dan dididihkan selama 5 menit. Proses pendidihan
tersebut berfungis untuk mempercepat proses reaksi yang terjadi. Didapatkan
hasil dari percobaan tersebut adalah larutan yang semulanya berwarna hijau
muda kebiruan berubah menjadi hitam kehijauan dan terbentuk uap. Hal itu
menunjukkan adanya ion CuCl2 yang terbentuk dan gas hidrogen yang
dibebaskan (Vogel,1979).
Kemudian, dilakukan penyaringan pada filtrat yang dihasilkan dan setelah
disaring, filtrat ditambahkan dengan 50 mL dan 200 mL aquadest. Pada
penambahan aquadest 50 mL larutan menjadi putih kebiruan dan endapan
sedikit. Sedangkan, pada penambahan 200 mL aquadest dihasilkan larutan
yang tak berwarna serta endapan berwarna putih. Sesuai dengan teori yang ada
(Vogel, 1979), garam-garam tembaga (I) kebanyakan tidak dapat larut dalam
air dan sangat mudah teroksidasi menjadi senyawa tembaga (II) dan umumnya
berwarna putih kebiruan dalam larutan air.

 Reaksi dari Senyawa Tembaga (II)


Pada percobaan reaksi dari senyawa tembaga (II) dilakukan dengan tiga
cara yaitu, mereaksikan tembaga (II) sulfat (CuSO4) dengan larutan NaOH
encer, NH3 10 % encer, dan HCl pekat. Kemudian setelah dicampurkan
ketiganya dibandingkan.
Percobaan pertama dengan mereaksikan CuSO4 dengan larutan NaOH
encer setetes demi setetes. Didapatkan hasil dari percobaan ialah larutan
berwarna biru kehijauan yang merupakan larutan Na2SO4 dan terbentuk
endapan berwarna biru dengan butiran kecoklatan, endapan tersebut
merupakan Cu(OH)2. Endapan tersebut tidak efektif sebagai pereaksi Fehling.
Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:
CuSO4(aq) + 2NaOH(aq) Cu(OH)2 ( ) + Na2SO4(aq)

Percobaan kedua dengan mereaksikan CuSO4 dengan larutan NH3 10%


setetes demi setetes hingga berlebih. Didapatkan hasil dari percobaan ialah
larutan berwarna biru keunguan dan tidak terbentuk endapan. Warna biru
keunguan karena terbentuknya ion kompleks tetraaminokuprat (II) dan tidak
terbentuknya endapan karena jumlah NH3 yang berlebih, apabila jumlah NH3
sedikit maka akan terbentuk endapan berwarna biru yang merupakan suatu
garam basa (tembaga sulfat basa). Adapun persamaan reaksinya sebagai
berikut:

2Cu2++ SO42-+ 2NH3 + 2H2O Cu(OH)2.CuSO4 + 2NH4+

Cu(OH)2.CuSO4 + 8NH3 2[Cu(NH3)4]2++ SO42- + 2OH

Percobaan ketiga dengan CuSO4 dengan larutan HCl pekat sampai tidak
terjadi perubahan lagi. Didapatkan hasil dari percobaan ialah larutan berwarna
hijau muda/kebiruan (cerah) dan terbentuk endapan berwarna kuning keputihan,
serta terbentuk gas. Hal itu disebabkan karena terbentuknya ion CuCl 2 dan gas
hidrogen yang dibebaskan. Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:
2CuSO4(aq) + 4HCl(aq) 2CuCl2 ( ) + 2H2(g) + 2SO42-

 Reaksi dari Senyawa Perak (I)


Pada percobaan reaksi senyawa perak (I) dilakukan dua prosedur
percobaan yaitu, perocbaan pertama mereaksikan perak nitrat dengan kalium
kromat dan percobaan kedua mereaksikan perak nitrat dengan NH3 sampai
berlebih.
Percobaan pertama ialah mereaksikan perak nitrat (AgNO3) dengan
kalium kromat (K2CrO4). Didapatkan hasil dari percobaan ialah terbentuknya
endapan merah bata dan larutan yang tak berwarna. Endapan merah
menunjukkan terbentuknya perak kromat. Adapun persamaan reaksinya
sebagai berikut:
2AgNO3(aq) + K2CrO4(aq) Ag2CrO4(s) + 2KNO3(aq)
2Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2CrO4(s)
Selanjutnya, endapan perak kromat dibagi menjadi dua bagian. Pada
bagian pertama diasamkan menggunakan asam nitrat encer (HNO3). Dari
reaksi tersebut menghasilkan larutan yang berwarna kuning keorangean jingga.
Haltersebut sesuai dengan teori yang ada bahwasannya endapan perak kromat
akan larut dalam larutan asam nitrat encer (HNO3) serta menghasilkan warna
jingga yang menunjukkan terbentuknnya ion-ion dikromat. adapun persamaan
reaksinya sebagai berikut:
2Ag2CrO4(s) + 2HNO3(aq) 4Ag+ (aq) + Cr2O72- (aq) + 2NO3-(aq) + H2O(l)

Kemudian, pada bagian kedua endapan merah perak kromat direaksikan


dengan larutan ammonia (NH3). Didapatkan hasil larutan berwarna hijau
kekuningan. Sesuai dengan teori yang ada bahwasannya apabila endapan
merah perak kromat direaksikan dengan ammonia (NH3) akan larut dan
membentuk kompleks perak diamin (I) berupa larutan tak berwarna dan ion
kromat yang ditandai dengan larutan yang berwarna kuning. Adapun
persamaan reaksinya sebagai berikut:
Ag2CrO4(s) + 4NH3(aq) 2[Ag(NH3)2]+(aq) + CrO42- (aq)

Percobaan kedua dibagi menjadi dua prosedur, prosedur pertama adalah


mereaksikan perak nitrat menggunakan ammonia encer berlebih. Diperoleh
hasil percobaan ialah terbentuknya endapan putih yang merupakan endapan
perak hidroksida pada saat didiamkan akan terurai menjadi endapan coklat
perak (I) hidroksida. Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:
2AgNO3(aq) + 2NH4OH(aq) 2AgOH(s) + 2NH4NO3(aq)
AgOH(s) Ag2O(aq) + H2O(l)
Ag2O(s) + 2NH4NO3(aq) + NH4OH(aq) 2Ag(NH3)2NO3(aq) + 4H2O(aq)

Pada prosedur selanjutnya adalah mereaksikan perak nitrat dengan larutan


natrium hidroksida (NaOH) hingga berlebih. Didapatkan hasil terbentuknya
endapan coklat yang merupakan perak oksida. Endapan tersebut tidak dapat
larut dalam reagensia berlebih, karena ketika ion Ag+ saat direaksikan dengan
ion OH- akan membentuk endapan perak oksida. Adapun persamaan reaksinya
sebagai berikut:
AgNO3(aq) + NaOH(aq) Ag2O(s) + H2O(l) + NaNO3(aq)
+ -
2Ag (aq) + 2OH (aq) Ag2O(s) + H2O(l)

 Reaksi Pembentukan Cermin Perak


Pada percobaan pembentukan cermin perak diawali dengan mereaksikan
larutan garam perak nitrat 10% dengan 1 mL larutan NaOH 1%. Setelah
direaksikan, didapatkan endapan berwarna coklat yang selanjutnya dilakukan
penambahan 2 mL NH3 10%. Endapan yang terbentuk tadi larut pada saat
penambahan NH3, dimana ketika ion Ag+ bereaksi dengan larutan natrium
hidroksida membentuk endapan coklat Ag2O larut dalam ammonia karena
membentuk kompleks perak diamin (I). Adapun persamaan reaksinya sebagai
berikut:
2Ag+ (aq) + 2OH- (aq) Ag2O(s) + H2O(l)
Ag2CrO4(s) + 4NH3(aq) 2[Ag(NH3)2]+(aq) + CrO42- (aq)

Selanjutnya, larutan yang terbentuk ditambahkan dengan larutan glukosa


2%. Penambahan glukosa tersebut berfungsi sebagai reduktor pada
pembentukan cermin perak. Reaksi yang terjadi merupakan suatu redoks yang
ditunjukkan dengan perubahan bilangan oksidasi perak dari +1 menjadi 0.
Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:

2Ag+ (aq) + 2e- 2Ag(s) Eo = + 0,79 V


C6H12O6(aq) + 2H2O(l) C5H12O6-COO-(aq) + 4H+ (aq) + 2e- Eo = -0,05 V +

2Ag+ (aq) + C6H12O6(aq) + 2H2O(l) 2Ag(s) + C5H12O6-COO-(aq) + 4H+ (aq) Esel = +0,0794 V

Langkah akhir adalah memanaskan larutan yang terbentuk dalam


penangas air bersuhu 60 sampai cermin perak terbentuk yang berwarna
keperakan berada pada dinding tabung reaksi.

J. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan mengenai reaksi unsur dan
persenyawaan tembaga dan perak, dapat disimpulkan bahawa:
1. Pembuatan senyawa tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida dalam skala
laboratorium dapat digunakan cara dengan mereaksikan tembaga (I) oksida
atau tembaga (II) oksida dengan larutan HNO3 yang akan ditandai dengan
adanya endapan berwarna merah jingga yang merupakan tembaga (I) oksida.
HNO3 dapat digunakan karena merupakan asam pengoksidasi, secara teori
tembaga hanya akan larut dalam asam pengoksidasi dan sedikit larut dengan
adanya oksigen.
2. Persenyawaan logam tembaga memiliki beberapa sifat fisik diantaranya, yaitu:
tembaga merupakan konduktor listrik dan panas yang baik, memiliki tekstur
yang halus dan lunka, serta memiliki warna jingga kemerahan.
3. Identifkasi sifat-sifat senyawa perak dapat dilakukan dengan cara mereaksikan
perak (I) nitrat dengan larutan ammonia membentuk endapan putih perak
hidroksida dan dapat direaksikan dengan larutan antrium hidroksida yang
menghasilkan endapan coklat perak oksida yang tidak dapat larut dalam
reagensia natrium hidroksida berlebih.
4. Penambahan glukosa pada percobaan pembuatan cermin perak berfungsi
sebagai reduktor dalam pembuatan cermin perak. Dimana, kertika
penambahan glukosa, terjadi reaaksi redoks yang ditandai dengan perubahan
bilangan oksidasi perak dari +1 menjadi 0.
K. DAFTAR PUSTAKA
Andika, G. 2008. Penuntun Kadar Tembaga pada Limbah Cair Industri Kerajinan
Perak dengan Presipitasi Menggunakan Natrium Hidroksida. Jurnal
Teknologi 1(2), 127 – 134. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi
Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
Langitasari, Indah. 2022. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik III. Serang:
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Petrucci, R.H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 3. Penerbit
Erlangga. Jakarta
Sugiyanto. 1999. Kimia Anorganik Logam. Jogjakarta: Graha Ilmu
Syukrti, S. 1999. Kimia Dasar 2. ITB Press: Bandung
Vogel. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Bagian I. PT Kalman Media Pusaka: Jakarta
Willbraham, and Michael S. Matta. 1992. Kimia Organik dan Hayati. Bandung:
ITB

L. LAMPIRAN
TUGAS DAN JAWABAN
1. Tuliskan semua persamaan reaksi pada percobaan A-G!
Jawab:
No Percobaan Persamaan Reaksi Kimia
1 M. Pembentukan CuSO4(aq) + NaOH(aq) Cu(OH)(aq) + Na2SO(aq)
tembaga (1)
oksida CuSO4(aq) + NaOH(aq) + kalium tartrat
Cu[(COO)2(CHO)2]4(s) ( ) + Na2SO(s)

2Cu(OH)2(aq) + C6H12O6 (aq) Cu2O(s) ( ) +


2H2O(aq)
2 N. Reaksi senyawa  Reaksi larutan tembaga (I) Oksida:
tembaga (I) 4. Tembaga (I) + HCl encer:
oksida dan CuO(aq) + HCl(aq) CuCl2(s) ( ) + H2O(aq)
tembaga (II) 5. Tembaga (I) + H2SO4 encer:
oksida dengan CuO(aq) + H2SO4(aq) CuSO4(s) +
asam 2H2O(aq)
6. Tembaga (I) oksida + HNO3
CuO(aq) + 2HNO3(aq) Cu(NO3)2(s)
+ H2O(aq)

 Reaksi larutan tembaga (II) Oksida:


4. Tembaga (II) oksida + HCl encer:
CuSO4(aq) + 2HCl(aq) CuCl2(s) ( ) +
H2SO4(aq)
5. Tembaga (II) oksida + H2SO4 encer:
Cu(s) + H2SO4(aq) CuSO4(aq) + SO2(aq)+
H2O(aq)
6. Tembaga (II) oksida + HNO3 encer:
3Cu(aq) + 8HNO3(aq) 3Cu2+(s) + 6NO3-
+ H2SO4(aq) + 2NO + 4H2O

Reaksi pemanasan asam-asam dengan


tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida

 Reaksi pemanasan asam-asam dengan


tembaga (I) oksida:
4. Tembaga (I) + HCl encer:
CuO(aq) + HCl(aq) CuCl2(s) ( ) + H2O(aq)
5. Tembaga (I) + H2SO4 encer:
CuO(aq) + H2SO4(aq) CuSO4(s) ( ) +
2H2O(aq)
6. Tembaga (I) + HNO3:
CuO(aq) + 2HNO3(aq) Cu(NO3)2(s)
+ H2O(aq)

 Reaksi pemanasan asam-asam dengan


tembaga (II) oksida:
4. Tembaga (II) + HCl:
3Cu + 6HCl + 2HNO3 3Cu2+(s) + 6Cl
+ 2NO( )+ 4H2O(aq)
5. Tembaga (II) + H2SO4:
Cu + H2SO4 Cu2+(s) + SO42- + SO2( )+
2H2O(aq)
6. Tembaga (II) + HNO3:
3Cu + 8HNO 3Cu2+(s) + 6NO3- + 2NO
( ) + 4H2O(aq)
3 O. Pembuatan Reaksi tembaga (II) oksida dengan HCl
tembaga (I) pekat:
klorida 2CuSO4(aq) + 4HCl(aq) 2CuCl2(s) ( ) + 2H2(g) +
2SO42-(aq)

4 P. Reaksi dari Reaksi tembaga (II) dengan NaOH encer:


senyawa CuSO4(aq) + 2NaOH(aq) Cu(OH)2 ( ) +
tembaga (II) Na2SO4(aq)

Reaksi tembaga (II) dengan Ammonia 10%:


2Cu2++ SO42-+ 2NH3 + 2H2O
+
Cu(OH)2.CuSO4 + 2NH4

Cu(OH)2.CuSO4 + 8NH3 2[Cu(NH3)4]2++


SO42- + 2OH

Reaksi tembaga (II) + HCl pekat:


2CuSO4 + 4HCl- 2CuCl2+ 2H2 + 2SO42-

5 Q. Reaksi dari Percobaan I:


senyawa Perak Reaksi AgNO3 dengan K2CrO4
(I) 2Ag2++ CrO42- Ag2CrO4 ( )

Endapan I + HNO3 encer:


2Ag2CrO4 ( ) + 2H+ ⇌ 4Ag2++ Cr2O72- + H2O

Endapan II + NH3:
Ag2CrO4 ( ) + 4NH3 ⇌ 2[Ag(NH3)2]++ CrO42-

Percobaan II:
Reaksi perak dengan larutan ammoniak:
2Ag2++ NH3+ H2O Ag2O ( ) + 2NH4+

Reaksi perak dengan NaOH:


2Ag2++ 2OH- Ag2O( ) + H2O
Ag2O + 2H+ 2Ag+ + H2O

6 R. Reaksi Reaksi AgNO3 + NaOH + NH3:


pembentukan 8AgNO3 + 9NaOH + 17NH3 → 8Ag(NH3)2 ( )
cermin perak + 9NaNO3 + 6H2O
2. Apa fungsi larutan glukosa pada pembuatan cermin perak?
Jawab:
Penambahan larutan glukosa pada percobaan pembuatan cermin perak
berfungsi sebagai reduktor dalam pembuatan cermin perak. Dimana, kertika
penambahan glukosa, terjadi reaaksi redoks yang ditandai dengan perubahan
bilangan oksidasi perak dari +1 menjadi 0.
LAMPIRAN FOTO HASIL PRAKTIKUM

Anda mungkin juga menyukai