(Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Kimia
Anorganik III)
Disusun Oleh:
Rizki Ardiyanto
(2282200017)
2022
A. JUDUL PRAKTIKUM
Reaksi Pada Unsur dan Senyawa Tembaga dan Perak
B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Membuat beberapa senyawa tembaga
2. Mengidentifikasi sifat – sifat fisik dan kimia beberapa persenyawaan logam
tembaga
3. Mengidentfiikasi sifat-sifat senyawa perak
4. Mengetahui fungsi larutan glukosa dalam pembentukan cermin perak
C. PRINSIP PERCOBAAN
Logam tembaga memiliki bilangan oksidasi dalam bentuk larutan dengan
besaran +1 serta memiliki bilangan oksidasi +2 yang stabil pada umumnya.
Tembaga memiliki warna seperti emas, dapat direang, mudah ditempa, serta
merupakan konduktor panas dan listrik yang baik setelah perak. Reaksi logam
akan berjalan lambat dengan udara lembab dan permukaannya akan berangsur-
angsur menjadi terlapis oleh lapisan hijau dari tembaga karbonat basa
[Cu2(OH)2CO3].
Logam tembaga tidak bereaksi dengan air atau uao air serta asam-asam
encer non oksidator, seperti HCl encer dan asam sulfat encer. Asal klorida pekat
yang mendidih dapat bereakis dengan tembaga menghasilkan gas hidrogen serta
dikloro kuprat (I) [CuCl2]-. Asam sulfat pekat panas, asam nitrat pekat, dan asam
nitrat encer dapat bereakis dengan logam tembaga (Langitasari, 2022).
D. REAKSI KIMIA
No Percobaan Persamaan Reaksi Kimia
1 A. Pembentukan CuSO4(aq) + NaOH(aq) Cu(OH)(aq) + Na2SO(aq)
tembaga (1)
oksida CuSO4(aq) + NaOH(aq) + kalium tartrat
Cu[(COO)2(CHO)2]4(s) ( ) + Na2SO(s)
Endapan II + NH3:
Ag2CrO4 ( ) + 4NH3 ⇌ 2[Ag(NH3)2]++ CrO42-
Percobaan II:
Reaksi perak dengan larutan ammoniak:
2Ag2++ NH3+ H2O Ag2O ( ) + 2NH4+
E. DASAR TEORI
Tembaga merupakan logam emrah muda yang lunak, liat, dan dapat
ditempa. Dalam suhu 1038 . Dengan besaran potensial elektrode standarnya
yang positif (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu2+), tembaga tidak larut dalam asam
klorida dan asam sulfat encer, adapun dengan adanya oksigen tembaga dapat larut
sedikit. Asam nirat yang pekat dengan besaran 8M dengan mudah melarutkan
tembaga. Terdapat dua deret senyawa tembaga, yaitu:
a. Senyawa – senyawa tembaga (I)
Senyawa – senyawa tembaga (I) diturunkan dari tembaga (I) oksida Cu2O
yang merah serta mengandung ion tembaga (I) Cu+. Senyawa –senyawa
tersebut tak berwarna, kebanyakan merupakan garam tembaga (I) tak larut
dalam air, dan perilakunya seperti senyawa perak.
b. Senyawa-senyawa tembaga (II)
Senyawa-senyawa tembaga (II) diturunkan dari tembaga (II) oksida, CuO,
hitam. Pada umunya, garam-garam tembaga (II) berwarna biru, baik dalam
bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan air (Vogel, 1979)
Pada Sistem Periodik Unsur (SPU), tembaga termasuk ke dalam golongan
11. Tembaga, perak, serta emas disebut logam koin karena sejak lama dipakai
sebagai uang dalam bentuk lempengan (koin). Hal itu dikarenakn lgam tidak
reaktif, sehingga tidak berubah dalam kurun waktu yang lama. Tembaga juga
merupakan konduktor listrik yang baik, sehingga dapat digunakan dalam listrik
berdaya hantar tinggi, oleh karena itu dapat digunakan sebagai kabel listrik.
Tembaga tidak dapat larut dalam asam yang bukan pengoksidasi, akan tetapi
tembaga teroksidasi oleh HNO3 sehingga tembaga dapat larut dalam HNO3
(Syukri, 1999)
Tembaga (Cu) adalah salah satu logam yang paling ringan dan paling
aktif. Cu+ akan mengalami disproporsionasi secra spontan pada keadaan standar
(baku). Hal itu bukan berarti senyawa larutan Cu (I) tidak memungkinkan
terbentuk. Cara bagaimana menilai keadaan Cu (I) dan Cu (II) terbentuk, yaitu
membuat Cu+ cukup banyak pada larutan air, Cu2+ akan berada pada jumlah
banyak. Disproporsionasi akan menjadi sempurna. Apabila Cu+ dijaga sangat
rendah maka Cu2+ akan sangat kecil (Petrucci, 1987).
Asam tartat atau asam sitrat terkandung dalam suatu larutan, maka
tembaga (II) oksida tak diendapkan oleh larutan basa alkali, akan tetapi larutan
berwarna biru. Apabila larutan basa diolah dengan menggunakan zat-zat
pereduksi tertentu, seperti hidrazina, hidroksilamina, glukosa, dan asetaldehida,
maka tembaga (I) hidroksida yang kuning mengendap dari larutan yang hangat,
kemudian diubah menjadi tembaga (I) oksida merah (Sugiyarto, 2003).
Perak merupakan logam yang putih, dapat ditempa, dan di liat. Perak
memeiliki rapatan tinggi sebesar 10,5 g ml) serta melebur pada 960,5 . Perak
tidak larut dalam asam klorida, asam sulfat encer 1M atau asam nitrat encer 2M.
akan tetapi, pada larutan asam nitrat yang lebih pekat 8M atau dalam asam pekat
panas, perak dapat larut. Perak membentuk ion monovalen dalam larutan yang tak
berwarna. Senyawa-senyawa perak (II) tidak stabil, akan tetapi memiliki peran
penting dalam proses-proses oksidasi-reduksi yang dikataliskan oleh perak. Perak
nitrat mudah larut dalam air, sedangkan perak asetat, perak nitrit, dan perak sulfat
kurang larut. Halide-halida perak peka terhadap cahaya dan ciri khas tersebut
dimanfaatkan secara luas dalam bidang fotografi (Vogel, 1979).
Bahan:
Zat padat:
1. CuO
2. CuBr2 anhidrat
3. CuCl2 anhidrat
4. CuSO4
5. (NH4)2SO4
6. Glukosa
7. Kalium tartat
8. Logam tembaga
Larutan
1. CuSO4
2. NaOH
3. HCl
4. KCN
5. H2SO4
6. KI
7. K2CrO4
8. Glukosa 2%
9. Na2S2O3
10. NH4OH
11. AgNO3 10%
G. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Pembuatan Tembaga (I) Oksida
SAMPEL
2. Reaksi Senyawa Tembaga (I) Oksida dan Tembaga (II) Oksida dengan
Asam
SAMPEL
- Dimasukkan sedikit tembaga (I) oksida hasil percobaan A kedalam tiga tabung
reaksi
- Dimasukkan tembaga (II) oksida kedalam tiga tembaga reaksi
- Digunakan larutan tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida untuk
mempelajari reaksi ke dua larutan tersebut dengan asam klorida encer, asam
sulfat encer, dan asam nitrat encer
- Ditambahkan perlahan-lahan asam-asam tersbeut ke dalam larutan tembaga (I)
oksida dan tembaga (II) nitrat sampai berlebih, kemudian panaskan
- Amati perubahan yang terjadi
HASIL
3. Pembuatan Tembaga (I) Klorida
SAMPEL
- Dimasukkan 0,2 g tembaga (II) oksida dalam tabung reaksi dan ditambahkan 3
mL asam klorida pekat
- Dipanaskan sampai diperoleh larutan berwarna hijau
- Ditambahkan beberapa keping kecil tembag dan didihkan selama 5 menit
- Disaring dan dimasukkan filtratnya ke dalam 200 mL aquades dalam beaker
glass
HASIL
- Ditambahkan larutan NaOH encer setetes demi setetes hingga berlebih ke dalam
2 mL larutan tembaga (II) sulfat
- Ditambahkan larutan amoniak setetes demi setetes pada 2 mL larutan tembaga
(II) sulfat sampai amoniak berlebih
- Ditambahkan HCl pekat setetes demi setetes pada 2 mL larutan tembaga (II)
sulfat sampai tidak terjadi perubahan lagi
HASIL
SAMPEL
HASIL
b. Percobaan II
SAMPEL
HASIL
SAMPEL
HASIL
3. (+) seujung sendok kecil glukosa (+) glukosa +: larutan biru tua semakin
pada campuran diatas dan gelap ( ) putih
panaskan sampai terjadi endapan
merah jingga (+) pemanasan : ( ) endapan berwarna
merah jingga
3. Ditambahkan HCl pekat setetes CuSO4 + HCl pekat: larutan hijau muda
demi setetes pada 2 mL larutan (cerah) dan ( ) kuning keputihan
CuSO4 sampai tidak ada
perubahan lagi
E Percobaan I
Reaksi dari Senyawa 1. Ditambahkan beberapa tetes AgNO3: larutan tak berwarna
Perak larutan kalium kromat 2 mL K2CrO4: larutan kuning
larutan perak nitrat AgNO3 + K2CrO4: larutan tak berwarna
dan ( ) endapan merah bata
2. Dipisah endapan yang terbentuk
menjadi 2 bagian:
I. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini mengenai reaksi pada unsur dan senyawa tembaga
dan perak, dilakukan enam percobaan yaitu pembuatan tembaga (I) oksida, reaksi
senyawa tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida dengan asam, pembuatan
tembaga (I) klorida, reaksi dari senyawa tembaga (II), reaksi dari senyawa perak
(I), dan reaksi pembentukan cermin perak.
Pembuatan tembaga (I) oksida
Percobaan pertama yaitu mengenai pembuatan tembaga (I) oksida atau
biasa disebut sebagai uji glukosa, dimana percobaan dilakukan dengan cara
menggunakan uji Fehling (Benedict). Larutan fehling tersbeut terdiri dari 2
macam larutan yang ditempatkan pada tabung reaksi berbeda, Fehling A dan
Fehling B. Pada Fehling A ialah larutan tembaga (II) sulfat memiliki warna
biru (CuSO4). Sedangkan, Fehling B ialah larutan natrium hidroksida (NaOH)
dan kalium tartrat.
Pada saat larutan CuSO4 direaksikan dengan larutan NaOH terbentuk
endapan Cu(OH)2 yang berwarna biru. Endapan yang terbentuk itu tidak efektif
sebagai pereaksi Fehling. Oleh karena itu, untuk menghindari adanya endapan
Cu(OH)2, diperlukan kalium natrium tartrat sebagai ligan bidentat untuk ion
Cu2+. Ketika proses pencampuran Fehling A dan Fehling B, tembaga (II) tetap
menjadi larutan, karena membentuk ion kompleks bistartrato kuprat (II)
(Cu(COO)2(CHO)2]4.
Setelah zat yang diujikan tercampur dan ternyata positif, maka akan
terbentuk endapan berwarna merah bata dari tembaga (I) oksida Cu2O. Oleh
karena itu, pada saat campuran Fehling A dan Fehling B ditambahkan dengan 1
gram glukosa terdapat endapan berwarna merah kecoklatan. Hal itu
dikarenakan pada saat penambahan glukosa akan mereduksi ion Cu2+ dari
CuSO4 tabung reaksi dipanaskan untuk mempercepat reaksi. Endapan jingga
yang dihasilkan merupakan tembaga (I) oksida yang terbentuk. Adapun
persamaan reaksinya sebagai berikut:
CuSO4(aq) + NaOH(aq) + kalium tartrat Cu[(COO)2(CHO)2]4(s) ( ) + Na2SO(s)
2Cu(OH)2(aq) + C6H12O6 (aq) Cu2O(s) ( ) + 2H2O(aq)
Reaksi Senyawa Tembaga (I) Oksida dan Tembaga (II) Oksida dengan
asam
Pada percobaan kedua adalah reaksi senyawa tembaga (I) oksida dan
tembaga (II) oksida dengan beberapa senyawa asam. Percobaan ini
memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana reaksi yang terjadi antara
senyawa tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida dengan beberapa senyawa
asam.
Menurut (Vogel, 1979), tembaga tidak akan larut dalam larutan asam
klorida encer dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa
larut sedikit. Hal itu dikarenakan tembaga yang memiliki potensial elektrode
standarnya positif (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu2+).
Percobaan pertama adalah mengetahui reaksi senyawa tembaga (I) oksida
dengan beberapa senyawa asam, diantaranya dengan asam klorida encer
(HCl), asam sulfat encer (H2SO4), dan asam nitrat encer (HNO3). Percobaan
dilakukan menggunakan filtrat/hasil endapan merah bata (tembaga (I) oksida)
yang dibagi menjadi tiga bagian pada tabung reaksi yang berbeda.
Pada tabung reaksi pertama, direaksikan endapan merah bata (tembaga (I)
oksida) dengan larutan asam klorida encer (HCl). Didapatkan hasil bahwa
endapan merah bata ( ) tidak dapat larut, hal itu dikarenakan tembaga tidak
dapat larut dalam senyawa asam yang bukan pengoksidasi, seperti klorida
encer (HCl) yang disebabkan oleh besaran potensial elektrode tembaga standar
positifnya yaitu sebesar +0,34 V (Vogel, 1979). Adapun persamaan reaksinya
sebagai berikut:
CuO(aq) + HCl(aq) CuCl2(s) ( ) + H2O(aq)
Setelah itu, dilakukan pemanasan menggunakan pemanas bunsen. Proses
pemanasan memiliki fungsi untuk mempercepat reaksi yang terjadi.
Didapatkan hasil, bahwa endapan larut dan larutan berubah menjadi hijau
pudar. Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:
CuO(aq) + HCl(aq) CuCl2(s) ( ) + H2O(aq)
Pada tabung reaksi kedua dalam uji reaksi tembaga (I) oksida direaksikan
dengan larutan asam sulfat encer (H2SO4). Didapatkan hasil bahwa endapan
merah bata yang merupakan tembaga (I) oksida tidak dapat larut ketika
direaksikan dengan larutan asam sulfat encer (H2SO4), hal ini dikarenakan
asam sulfat encer bukan merupakan asam pengoksidasi. Oleh karena itu,
endapan tidak dapat larut. Hal itu sesuai dengan teori (Vogel,1979). Adapun
persamaan reaksinya sebagai berikut:
CuO(aq) + H2SO4(aq) CuSO4(s) + 2H2O(aq)
Setelah itu, dilakukan pemanasan menggunakan pemanas bunsen. Proses
pemanasan memiliki fungsi untuk mempercepat reaksi yang terjadi.
Didapatkan hasil, bahwa pada saat percobaan endapan tidak larut dan larutan
berubah menjadi keruh. Seharusnya, berdasarkan teori endapan larut, penyebab
terjadinya kesalahan adalah bahan terkontaminasi oleh zat lain. Adapun
persamaan reaksinya sebagai berikut:
CuO(aq) + H2SO4(aq) CuSO4(s) ( ) + 2H2O(aq)
Pada tabung reaksi ketiga dalam uji reaksi tembaga (I) oksida direaksikan
dengan larutan asam nitrat encer (HNO3). Didapatkan hasil pada percobaan
bahwa endapan merah bata tidak larut dan larutan berubah warna menjadi
hitam keabuan ketika direaksikan dengan larutan asam nitrat encer (HNO3).
Berdasarkan teori, seharusnya endapan tembaga (I) oksida dapat larut ketika
direaksikan dengan HNO3, karena HNO3 merupakan asam pengoksidasi.
Fungsi HNO3 encer adalah sebagai oksidator. Adapun persamaan reaksinya
sebagai berikut:
CuO(aq) + 2HNO3(aq) Cu(NO3)2(s) + H2O(aq)
Setelah itu, dilakukan pemanasan menggunakan pemanas bunsen. Proses
pemanasan memiliki fungsi untuk mempercepat reaksi yang terjadi.
Didapatkan hasil, bahwa endapan larut dan larutan berubah menjadi tak
berwarna. Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:
CuO(aq) + 2HNO3(aq) Cu(NO3)2(s) + H2O(aq)
Pada tabung reaksi kedua direaksikan endapan merah batu dengan larutan
H2SO4 encer menghasilkan endapan ( ) berwarna hitam dan larutan keabuan.
Endapan tidak dapat larut, karena H2SO4 bukan merupakan asam pengoksidasi.
Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:
Cu(s) + H2SO4(aq) CuSO4( ) (aq) + SO2(aq)+ H2O(aq)
Setelah itu, dilakukan pemanasan menggunakan pemanas bunsen. Proses
pemanasan memiliki fungsi untuk mempercepat reaksi yang terjadi.
Didapatkan hasil pada percobaan, bahwa endapan tidak larut dan larutan
berubah menjadi warna bitu. Seharusnya, endapan dapat larut seusai dengan
teori (Vogel,1979) yang menyebutkan bahwa asam sulfat (H2SO4) dapat
melarutkan tembaga. Hal itu diakibatkan pada saat percobaan ada beberapa
bahan yang terkontaminasi zat lain sehingga hasil tidak sesuai dengan teori.
Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:
Cu + 2H2SO4 Cu2+(s) + SO42- + SO2( )+ 2H2O(aq)
Pada tabung reaksi ketiga dalam uji reaksi tembaga (II) oksida direaksikan
dengan larutan asam nitrat encer (HNO3). Didapatkan hasil pada percobaan
bahwa endapan merah bata tidak larut dan larutan berubah warna menjadi
hitam keabuan ketika direaksikan dengan larutan asam nitrat encer (HNO3).
Berdasarkan teori, seharusnya endapan tembaga (I) oksida dapat larut ketika
direaksikan dengan HNO3, karena HNO3 merupakan asam pengoksidasi.
Fungsi HNO3 encer adalah sebagai oksidator. Adapun persamaan reaksinya
sebagai berikut:
3Cu(aq) + 8HNO3(aq) 3Cu2+(s) + 6NO3- + H2SO4(aq) + 2NO + 4H2O
Setelah itu, dilakukan pemanasan menggunakan pemanas bunsen. Proses
pemanasan memiliki fungsi untuk mempercepat reaksi yang terjadi.
Didapatkan hasil, bahwa endapan larut dan larutan berubah menjadi tak
berwarna. Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:
3Cu + 8HNO 3Cu2+(s) + 6NO3- + 2NO ( ) + 4H2O(aq)
Percobaan ketiga dengan CuSO4 dengan larutan HCl pekat sampai tidak
terjadi perubahan lagi. Didapatkan hasil dari percobaan ialah larutan berwarna
hijau muda/kebiruan (cerah) dan terbentuk endapan berwarna kuning keputihan,
serta terbentuk gas. Hal itu disebabkan karena terbentuknya ion CuCl 2 dan gas
hidrogen yang dibebaskan. Adapun persamaan reaksinya sebagai berikut:
2CuSO4(aq) + 4HCl(aq) 2CuCl2 ( ) + 2H2(g) + 2SO42-
2Ag+ (aq) + C6H12O6(aq) + 2H2O(l) 2Ag(s) + C5H12O6-COO-(aq) + 4H+ (aq) Esel = +0,0794 V
J. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan mengenai reaksi unsur dan
persenyawaan tembaga dan perak, dapat disimpulkan bahawa:
1. Pembuatan senyawa tembaga (I) oksida dan tembaga (II) oksida dalam skala
laboratorium dapat digunakan cara dengan mereaksikan tembaga (I) oksida
atau tembaga (II) oksida dengan larutan HNO3 yang akan ditandai dengan
adanya endapan berwarna merah jingga yang merupakan tembaga (I) oksida.
HNO3 dapat digunakan karena merupakan asam pengoksidasi, secara teori
tembaga hanya akan larut dalam asam pengoksidasi dan sedikit larut dengan
adanya oksigen.
2. Persenyawaan logam tembaga memiliki beberapa sifat fisik diantaranya, yaitu:
tembaga merupakan konduktor listrik dan panas yang baik, memiliki tekstur
yang halus dan lunka, serta memiliki warna jingga kemerahan.
3. Identifkasi sifat-sifat senyawa perak dapat dilakukan dengan cara mereaksikan
perak (I) nitrat dengan larutan ammonia membentuk endapan putih perak
hidroksida dan dapat direaksikan dengan larutan antrium hidroksida yang
menghasilkan endapan coklat perak oksida yang tidak dapat larut dalam
reagensia natrium hidroksida berlebih.
4. Penambahan glukosa pada percobaan pembuatan cermin perak berfungsi
sebagai reduktor dalam pembuatan cermin perak. Dimana, kertika
penambahan glukosa, terjadi reaaksi redoks yang ditandai dengan perubahan
bilangan oksidasi perak dari +1 menjadi 0.
K. DAFTAR PUSTAKA
Andika, G. 2008. Penuntun Kadar Tembaga pada Limbah Cair Industri Kerajinan
Perak dengan Presipitasi Menggunakan Natrium Hidroksida. Jurnal
Teknologi 1(2), 127 – 134. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi
Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
Langitasari, Indah. 2022. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik III. Serang:
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Petrucci, R.H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 3. Penerbit
Erlangga. Jakarta
Sugiyanto. 1999. Kimia Anorganik Logam. Jogjakarta: Graha Ilmu
Syukrti, S. 1999. Kimia Dasar 2. ITB Press: Bandung
Vogel. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Bagian I. PT Kalman Media Pusaka: Jakarta
Willbraham, and Michael S. Matta. 1992. Kimia Organik dan Hayati. Bandung:
ITB
L. LAMPIRAN
TUGAS DAN JAWABAN
1. Tuliskan semua persamaan reaksi pada percobaan A-G!
Jawab:
No Percobaan Persamaan Reaksi Kimia
1 M. Pembentukan CuSO4(aq) + NaOH(aq) Cu(OH)(aq) + Na2SO(aq)
tembaga (1)
oksida CuSO4(aq) + NaOH(aq) + kalium tartrat
Cu[(COO)2(CHO)2]4(s) ( ) + Na2SO(s)
Endapan II + NH3:
Ag2CrO4 ( ) + 4NH3 ⇌ 2[Ag(NH3)2]++ CrO42-
Percobaan II:
Reaksi perak dengan larutan ammoniak:
2Ag2++ NH3+ H2O Ag2O ( ) + 2NH4+