MAKALAH
PEMISAHAN KATION DALAM LIMA GOLONGAN SECARA
SISTEMATIS DENGAN METODE H2S DAN PEMISAHAN KATION
DALAM GOLONGAN SERTA IDENTIFIKASINYA UNTUK GOLONGAN
I DAN II
Oleh:
Kelompok 4 Offering B
1. Lina Kinanti (190331622812)
2. Muh. Hanif Mualifi (190331622846)
3. Nisfi Febrianti (190331622806)
4. Nur Aini Rohmawati (190331622843)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
SEPTEMBER 2020
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah berjudul “Pemisahan Kation dalam Lima Golongan Secara
Sistematis Dengan Metode H2S dan Pemisahan Kation dalam Golongan dan
Identifikasinya untuk Golongan I dan II” ini dengan tepat waktu.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar
Kimia Analitik yang diampu oleh Ibu Dr. Endang Budiasih, M.Si. dan Ibu Dr.
Hayuni Retno Widarti, M.Si. Oleh karena itu, sebagai wujud apresiasi penulis, kami
mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan arahan yang diberikan. Diharapkan
dengan makalah ini dapat mengoptimalkan pemahaman mahasiswa(i) pada materi
terkait.
Penulis sadar betul, bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, maka segala bentuk saran dan kritik yang membangun akan
senantiasa diterima dengan tangan terbuka.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………………...i
Kata Pengantar…………………………………………………………………….ii
Daftar Isi………………………………………………………………………….iii
BAB I Pendahuluan………………………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………..2
1.3 Tujuan………………………………………………………………………3
BAB II Pembahasan……………………………………………………………….4
2.1 Konsep Pemisahan Kation secara Sistematis dengan Metode H2S Ke Dalam
Lima Golongan…………………………………………………………….4
2.1.1 Kation Golongan I…………………………………………………...4
2.1.2 Kation Golongan II…………………………………………………..7
2.1.3 Kation Golongan III………………………………………………..12
2.1.4 Kation Golongan IV………………………………………………..17
2.1.5 Kation Golongan V………………………………………………...19
2.2 Pemisahan dan Identifikasi Kation dalam Golongannya untuk Kation
Golongan I…………………………………………………………………22
2.3 Pemisahan dan Identifikasi Kation dalam Golongannya untuk Kation
Golongan II………………………………………………………………...26
2.3.1 Pemisahan dan Identifikasi Kation dalam Golongannya untuk Kation
Golongan IIA……………………………………………………..28
2.3.2 Pemisahan dan Identifikasi Kation dalam Golongannya untuk Kation
Golongan IIB……………………………………………………..29
BAB III Penutup………………………………………………………………….32
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………….32
3.2 Saran…………………………………………………………………...32
Daftar Pustaka……………………………………………………………………33
BAB I
PENDAHULUAN
1
kelompok kation yang diendapkan sebagai sulfida dalam suasana asam atau
adanya ion amonium yang digolongkan sebagai kation golongan II. Kation
golongan III akan membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasana
netral atau amoniakal. Berbeda dengan kation golongan IV yang membentuk
endapan dalam amonium karbonat, kation golongan V tidak dapat bereaksi
dengan reagensia dari kation golongan I hingga IV. Untuk pembahasan lebih
lanjut akan diulas pada pembahasan. Terbentuknya endapan dalam reagensia
tertentu termasuk ke dalam aspek identifikasi. Aspek identifikasi dapat
dilakukan melalui proses pengenalan sampel melalui uji organoleptis terhadap
kenampakan sampel selama bereaksi dengan reagensia. Pengenalan dalam hal
ini, meliputi warna, pembentukan endapan atau melarutnya endapan, endapan
yang berwarna, dan adsorpsi zat warna.
Adakalanya sejumlah zat mengandung beberapa jenis kation yang berbeda,
untuk itu perlu identifikasi untuk memisahkan kation-kation tersebut ke dalam
golongannya. Melarutkan cuplikan dapat menjadi proses awal untuk
mengelompokkan kation dalam golongannya. Dalam melarutkan cuplikan
digunakan sampel dalam jumlah sedikit (5–10 mg) yang berfasa padat dan telah
dihaluskan, selanjutnya sampel diselidiki kelarutannya pada reagensia secara
berurutan. Urutan reagensia yang biasa digunakan, yaitu air, asam klorida encer,
asam klorida pekat, asam nitrat encer, asam nitrat pekat, dan air raja. Uji
kelarutan mula-mula dilakukan dalam kondisi dingin, jika tidak menampakkan
perubahan dilakukan dengan pemanasan.
2
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami konsep pemisahan kation secara sistematis
dalam lima golongan menggunakan metode H2S.
2. Mengetahui dan memahami proses pemisahan dan identifikasi kation dalam
golongannya untuk kation golongan I.
3. Mengetahui dan memahami proses pemisahan dan identifikasi kation dalam
golongannya untuk kation golongan II.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Pemisahan Kation secara Sistematis dengan Metode H2S Ke Dalam
Lima Golongan
2.1.1 Kation Golongan I
Kation golongan I akrab disebut sebagai kation golongan perak. Kation-
kation yang menduduki golongan I ini antara lain timbal(II), merkurium(I),
dan perak(I). Kation golongan I mudah membentuk klorida-klorida yang tak
larut. Misalnya pada timbal(II) jika diereaksikan dengn asam klorida encer
akan menghasilkan endapan putih PbCl2, begitupun pada kation
merkurium(I) dan perak(I) yang masing masing membentuk Hg2Cl2 dan
AgCl. Berikut akan dipaparkan bagaimana konsep pemisahan kation pada
golongan I menggunakan metode H2S.
1. Timbal(II)
Timbal merupakan logam dengan warna nampak abu-abu kebiruan
yang memiliki kerapatan tinggi dan mudah larut dalam asam nitrat pekat
sedang (8M). Untuk memulai uji ini perlu dibuat larutan timbal nitrat dari
logam timbal yang direaksikan dengan larutan asam nitrat.
3Pb + 8HNO3 → 3Pb2+ + 6NO3− + 2NO + 4H2O
Jika uji ini dilakukan dengan menambahkan klorida jenuh dalam
jumlah cukup banyak, mula-mula akan terbentuk endapan merah timbal
sulfoklorida.
2Pb+ + H2S + 2Cl− → Pb2SCl2 + 2H+
Apabila ditambahkan hidrogen sulfida lebih lanjut akan terbentuk
endapan hitam timbal sulfida.
Pb2SCl2 + H2S → 2PbS + 2Cl− + 2H+
Endapan tersebut akan terurai jika direaksikan lagi dengan asam
nitrat pekat, sehingga dihasilkan butiran belerang putih halus yang
mengendap.
3PbS + 8HNO3 → 3Pb2+ + 6NO3− + 3S + 2NO + 4H2O
4
Melalui proses pendidihan, belerang akan teroksidasi oleh asam
nitrat sehingga membentuk sulfat dan bersamaan dengan terbentuknya
endapan putih timbal sulfat. Berikut proses reaksi yang terjadi
S + 2HNO3 → SO42− + 2H+ + 2NO (oksidasi belerang)
Pb2+ + SO42− → PbSO4 (pembentukan endapan putih timbal sulfat)
2. Merkuro(I)
Merkurium merupakan unsur logam berwujud cair berwarna putih
keperakan pada suhu kamar. Sama halnya dengan timbal, merkurium
mudah bereaksi dengan asam nitrat dingin dengan kepekatan sedang (8M).
Sebelum melakukan uji terhadap keberadaan kation Hg22+, perlu
direaksikan terlebih dahulu logam merkurium dengan asam nitrat.
6Hg + 8HNO3 → 3Hg22+ + 2NO + 6NO3− + 4H2O
Berikutnya kation merkuro(I) direaksikan dengan hidrogen sulfida
dalam suasana netral maupun asam encer. Berdasarkan reaksi ini akan
dihasilkan endapan hitam yang merupakan gabungan dari campuran
merkurium(II) dan logam merkurium.
Hg22+ + H2S → Hg + HgS + 2H+
Apabila direaksikan dengan air raja, endapan akan larut menghasilkan
produk merkurium(II) klorida yang yang tidak berdisosiasi dan belerang.
Proses ini, jika diuraikan melewati tiga tahap sebagai berikut.
a. Pembentukan atom-atom klor ketikan membuat air raja.
3HCl + HNO3 → 3Cl + NO + 2H2O
b. Reaksi sebagian atom klor dengan merkurium.
Hg + 2Cl → HgCl2
c. Reeaksi sebagian atom klor dengan merkurium(II) sulfida.
HgS + 2Cl → HgCl2 + S
Ketiga proses tersebut jika digabungkan akan menghasilkan
persamaan:
12HCl + 4HNO3 + 3Hg + 3HgS → 6HgCl2 + 3S + 4NO + 8H2O
Jika direaksikan dengan asam nitrat kembali dan dididihkan akan
terbentuk endapan putih Hg2(NO3)2S.
5
2HgCl2 + S + 2HNO3 → Hg2(NO3)2S + 4Cl− + 2H+
3. Perak(I)
Perak merupakan logam putih yang dapat ditempa dan liat. Perak
dapat larut dalam pelarut asam nitrat yang pekat sesuai dengan persamaan
reaksi berikut.
6Ag + 8HNO3 → 6Ag+ + 2NO + 6NO3− + 4H2O
Dari larutan perak nitrat dapat diuji keberadaan kation perak (I)
menggunakan reagensia H2S dalam suasana asam atau netral
menghasilkan endapan berwarna hitam.
2Ag+ + H2S → Ag2S + 2H+
Asam nitrat pekat panas dapat menguraikan perak sulfida dan
meninggalkan endapan belerang berwarna putih. Reaksi ini dapat dipecah
menjadi dua tahap:
3Ag2S + 2HNO3 → S + 2NO + 3Ag2O + H2O
3Ag2O + 6HNO3 → 6Ag+ + 6NO3− + 3H2O
sehingga diperoleh persamaan reaksi utuh sebagai berikut:
3Ag2S + 8HNO3 → S + 2NO + 6Ag+ + 6NO3− + 4H2O
Tabel Tabulasi Hasil Reaksi Kation-Kation Golongan I dengan H2S
Jenis Kation
Reagensia
Pb2+ Hg22+ Ag+
Hitam, Hg +
H2S(+HCl) Hitam, PbS Hitam, Ag2S
HgS
+HNO3,
Putih, Putih, S
dididihkan Putih, Pb(SO)4
Hg2(NO3)2S Larut, Ag+
6
2.1.2 Kation Golongan II
Kation golongan II merupakan kation yang tidak bereaksi dalam asam
klorida dan mengendap ketika dilarutkan dalam larutan hidrogen sulfida, H2S.
Kation golongan II dibagi menjadi dua subgolongan yaitu sub golongan
tembaga dan sub golongan arsen. Dasar dari pembagian sub golongan ini
adalah kelarutannya dalam amonium polisulfida, (NH4)2S3. Sulfida dari sub
golongan tembaga tidak larut dalam amonium polisulfida, (NH4)2S3,
sedangkan sulfida dari sub golongan arsenik larut dalam amonium
polisulfida, (NH4)2S3.
1. Ion raksa(II)
Raksa(II) sulfida tidak larut dalam air (Ksp = 4×10-54), asam nitrat encer
panas, alkali hidroksida, atau amonium sulfida.
7
Natrium sulfida (2M) mampu melarutkan endapan raksa(II) sulfida dan
membentuk ion kompleks disulfomerkurat(II).
2. Ion Timbal(II)
Ion timbal(II) ketika dialiri gas hidrogen sulfida atau dilarutkan dalam
hidrogen sulfida sangat jenuh akan membentuk endapan hitam
timbal(II) sulfida yang berwarna hitam
Apabila dalam larutan sampel terdapat ion klorida yang sangat banyak,
maka akan terbentuk endapan merah timbal sulfoklorida.
8
Pb2SCl2↓ + H2S → 2PbS↓ + 2Cl-
3. Ion bismuth(III)
Endapan yang terbentuk tidak larut dalam asam encer dingin dan dalam
amonium sulfida.
4. Ion tembaga(II)
9
Endapan tidak dapat larut dalam asam sulfat encer panas, natrium
hidroksida, natrium sulfida, amonium sulfida, dan sangat sedikit larut
dalam polisulfida.
5. Ion kadmium(II)
6. Ion arsen(III)
Larutan harus dalam keadaan asam yang kuat. jika asam tidak
mencukupi, warna kuning hanya terlihat, karena pembentukan koloid
As2S3.
Endapan tidak larut dalam asam klorida pekat, tetapi larut dalam asam
nitrat pekat panas.
10
3As2S3↓ + 26HNO3 + 8H2O → 6AsO43- + 9SO42- + 42H+ + 26NO↑
Selain itu endapan juga dapat larut dalam alkali hidroksida, ammonia,
dan amonium polisulfida.
7. Ion antimon(III)
8. Ion timah(II)
11
asam. Endapan dapat larut dalam asam klorida pekat, amonium
polisulfida, dan amonium sulfida.
12
1. Besi(II) dan Besi (III)
Jika larutan netral besi(III) klorida ditambah H2S jenuh yang baru
saja dibuat, akan timbul mula-mula warna kebiruan yang diikuti dengan
pengendapan belerang. Belerang yang terbentuk dapat disaring dengan
kertas saring dengan cara mendidihkan larutan bersama potongan kertas
saring.
2. Aluminium, Al
13
lapisan oksida tersebut akan melindungi objek dari oksida lebih lanjut.
Logam aluminium mudah larut dalam asam klorida encer, dan lebih sukar
larut dalam larutan asam sulfat encer atau asam nitrat encer.
3. Kromium, Cr
4. Kobalt, Co
Endapan CoS tidak larut dalam asam klorida encer atau asam asetat,
namun akan larut dalam asam nitrat pekat dan panas, namun tetap
meninggalkan endapan putih sulfide.
14
CoS↓ + HNO3 + 3HCl → Co2+ + S↓ + NOCl↑ + 2Cl- + 2H2O
5. Nikel, Ni
Nikel merupakan logam berwarna putih yang keras, bersifat liat,
dapat ditempa, dan sangat kukuh. Logam nikel bersifat sedikit magnetis,
yang melebur pada suhu 1455ºC.
Ketika nikel klorida, NiCl2.6H2O direaksikan hidrogen sulfide baik
dalam fasa gas maupun larutan jenuh, terbentuk sedikit endapan hitam nikel
sulfida dari larutan netral. Agar pengendapan lebih sempurna maka larutan
harus dijadikan basa dengan penambahan larutan amonia atau larutan yang
mengandung asetat alkali berlebihan yang sedikit diasamkan dengan asam
asetat.
Ni2+ + S2- → NiS↓
6. Mangan (II)
15
MnS↓ + 2H+ → Mn2+ + H2S↑
7. Zink, Zn
16
2.1.4 Kation Golongan IV
Kation-kation golongan keempat, tidak bereaksi dengan asam
klorida, hidrogen sulfida ataupun amonium sulfida; tetapi amonium
karbonat (jika ada amonia atau ion amonium dalam jumlah yang sedang)
membentuk endapan-endapan putih. Uji ini harus dijalankan dalam larutan
netral atau basa. Jika tak ada amonia atau ion amonium, magnesium juga
akan mengendap. Endapan-endapan putih yang terbentuk dengan reagensia
golongan adalah barium karbonat BaCO3, strontium karbonat SrCO, dan
kalsium karbonat CaCO3.
1. Barium
Barium adalah logam putih perak yang dapat ditempa dan stabil dalam udara
kering. Barium direaksikan dengan ammonium klorida menghasilkan
BaCO3 dengan persamaan reaksi sebagai berikut. Barium bereaksi dengan
air dalam udara yang lembab, membentuk oksida atau hidroksida. Barium
melebur pada 710oC. Logam ini bereaksi dengan air pada suhu ruang
membentuk barium hidroksida dan hidrogen.
17
Endapan yang dihasilkan tersebut hanya sedikit larut dalam air, tetapi
dilarutkan dengan mudah oleh asam asetat encer (perbedaan dari kalsium)
dan asam mineral.
Endapan yang dihasilkan tersebut tidak larut dalam air, tidak larut dalam
asam asetat encer (perbedaan dari strontium dan kalsium), tetapi dapat larut
dengan mudah dalam asam mineral.
2. Strontium
Endapan yang dihasilkan tersebut hanya sedikit sekali larut dalam air, tidak
bereaksi dan tidak larut dalam asam asetat encer (perbedaan dari barium),
tetapi larut dalam asam mineral.
18
Sr2+ + CrO42- → SrCrO4
Endapan yang dihasilkan tersebut larut agak banyak dalam air, larut dalam
asam asetat encer dan asam mineral.
3. Kalsium
Endapan yang dihasilkan tersebut tidak larut dalam air, tidak larut dalam
asam asetat encer, tetapi larut dalam asam mineral.
1. Magnesium, Mg
19
oksida MgO dan beberapa nitride Mg3N2. Logam magnesium mudah larut
dalam air panas, membentuk magnesium hidroksida.
Endapan tersebut tidak larut dalam larutan basa, tetapi mudah larut
dalam larutan asam dan larutan garam ammonia.
2. Kalium, K
K+ + ClO4- → KClO4↓
Endapan ini sedikit larut dalam air, dan tidak larut dalam alkohol.
Larutan dalam alkohol jika dipanaskan akan menimbulkan ledakan hebat.
3. Natrium, Na
20
teroksidasi oleh udara lembab, sehingga harus disimpan di dalam pelarut
nafta.
21
ammonium heksanitritokobaltat(III), (NH4)3[Co(NO2)6], serupa dengan
endapan yang dihasilkan oleh ion kalium.
22
3a. Filtrat yang didapat dari proses pendidihan mungkin mengandung
PbCl2. Sebelum dilakukan identifikasi lebih spesifik, filtrat
didinginkan untuk memperoleh endapan kristalin putih PbCl2. Filtrat
dibagi menjadi tiga bagian untuk diuji menggunakan reagensia yang
berbeda.
i. Tabung I ditambahkan dengan reagensia kalium kromat, jika
kation Pb2+ ada dalam filtrat, maka akan terbentuk endapan kuning
PbCrO4 yang tidak dapat larut dalam asam asetat encer.
Pb2+ + CrO4− → PbCrO4
ii. Tabung II ditambahkan dengan reagensia kalium iodida, jika
terbentuk endapan kuning berarti terbentuk senyawa PbI2.
Senyawa ini dapat larut dalam air yang mendidih menjadi larutan
tak berwarna dan membentuk endapan kristal kuning setelah
mendingin.
iii. Tabung III ditambahkan dengan reagensia asam sulfat encer untuk
mengendapkan kation timbal (II) menjadi PbSO4 berwarna putih
yang tak larut dalam larutan amonium asetat.
Jika ketiga pengujian dengan ketiga reagensia tersebut positif, maka
besar kemungkinan filtrat mengandung kation timbal (II) dari
golongan I.
3b. Residu hasil penyaringan mungkin mengandung senyawa Hg2Cl2 dan
AgCl. Sama halnya pada tahap sebelum memisahkan PbCl2, residu
dicuci beberapa kali dengan air panas sampai tidak lagi membentuk
endapan jika ditambahkan dengan larutan K2CrO4 agar benar-benar
menghilangkan timbal yang mungkin masih tercampur. Berikutnya
residu yang telah bersih tersebut direaksikan dengan 3–4 mL larutan
NH3 panas. Dari sini akan dihasilkan residu dan filtrat baru yang akan
digunakan untuk menguji keberadaan kation Hg22+ dan Ag+.
a) Residu yang dihasilkan akan berwarna hitam yang menandakan
adanya campuran logam merkurium dengan merkurium (II)
amidonitrat basa. Hal ini menunjukkan identifikasi positif terkait
adanya kation Hg22+.
23
b) Filtrat hasil pengenceran dengan larutan NH3 panas dapat diuji
menggunakan tiga reagensia berbeda untuk memastikan adanya
kation Ag+. Filtrat ini mungkin mengandung [Ag(NH3)2]+.
AgCl + 2NH3 → [Ag(NH3)2]+ + Cl−
i. Tabung I diasamkan dengan larutan HNO3 encer, jika
diperoleh endapan putih menandakan terbentuknya senyawa
AgCl.
[Ag(NH3)2]+ + Cl− + 2H+ ⇌ AgCl + 2NH4+
ii. Tabung II ditambahkan dengan beberapa tetes larutan KI,
endapan kuning akan terbentuk jika terbentuk senyawa AgI.
[Ag(NH3)2]+ + I− → AgI + 2NH3
iii. Tabung III ditambahkan beberapa tetes reagensia rodanina
akan terbentuk endapan berwarna lembayung kemerahan
dalam larutan yang sedikit bersifat asam.
Apabila pengujian dengan ketiga reagensia tersebut menunjukkan
identifikasi positif, maka dapat dipastikan kation Ag+ terkandung
dalam sampel yang diuji.
24
Dilarutkan dengan HCl
Cuplikan (Sampel)
Dicuci
dan
ditambah-
Residu:
Filtrat:
kan NH3 Mengandung Hg2Cl2 dan AgCl
Kristalin putih (PbCl2)
1
Endapan kuning tak larut
Filtrat: Residu: dalam asam asetat encer
Mengandung Endapan (PbCrO4).
[Ag(NH3)2]+ hitam dari
Hg(NH2)Cl 2
+ Hg Endapan kuning larut
dalam air mendidih (PbI2).
3
Endapan putih larut
Diasamkan dengan HNO3, terbentuk dalam amonium asetat
endapan putih AgCl. (PbSO4).
Note:
1. Direaksikan dengan larutan K2CrO4.
2. Direaksikan dengan larutan KI.
Ditambahkan beberapa tetes larutan 3. Direaksikan dengan H2SO4.
KI, terbentuk endapan kuning muda
AgI.
25
2.3 Pemisahan dan Identifikasi Kation dalam Golongannya untuk Kation
Golongan II
Sebelum di identifikasi kation-kationnya, perlu dilakukan pemisahan
sampel dari kation kation golongan lain. tahap tahap pemisahannya adalah sebagai
berikut:
1. Siapkan larutan sampel yang berasal dari hasil pemisahan kation golongan
I, yaitu larutan yang tidak mengendap ketika ditambahkan asam klorida
pada pemisahan golongan I.
2. pH diatur menjadi asam dengan penambahan HCl 0,6 M. Hal ini dilakukan
untuk mengubah sub-golongan arsen yang berbentuk anionik menjadi
kationik. Sub golongan arsen (As3+, Sb3+, dan Sn4+) dapat bersifat sebagai
amfoter sehingga dapat bertindak sebagai kation (contohnya As3+) maupun
anion (contohnya AsO33-).
3. larutan yang sudah diasamkan lalu dialiri gas H2S selama 3 menit. Apabila
tidak ada gas H2S, bisa diganti dengan larutan H2S jenuh berlebih. Proses
ini dilakukan untuk memisahkan kation golongan II dari kation golongan
III, IV, dan V. Kation golongan II akan mengendap sebagai sulfidanya,
sedangkan golongan III sampai V tidak mengendap.
26
· Cd2+ mengendap sebagai CdS kuning
27
2.3.1 Pemisahan dan Identifikasi Kation dalam Golongannya untuk Kation
Golongan IIA
Sebelum dilakukan identifikasi setiap kation, endapan sub-golongan
tembaga ditambahkan asam nitrat, HNO3 2M lalu dipanaskan. Asam Nitrat
berfungsi untuk melarutkan endapan PbS, Bi2S3, CuS, dan CdS tetapi tidak
melarutkan HgS.
1. Identifikasi Kation Merkuri (II)
Endapan didapat dari pelarutan sampel dengan asam nitrat
dipisahkan. Lalu ditambahkan aqua regia dan dipanaskan untuk
melarutkan endapan HgS. Aqua regia adalah campuran 1 bagian HNO3
pekat dengan 3 bagian HCl pekat. Kemudian ditambahkan SnCl2
sebagai reduktor kuat. Keberadaan Hg2+ dinyatakan positif apabila
terbentuk endapan Hg2Cl2 berwarna putih. Apabila penambahan SnCl2
berlebih, maka Hg2Cl2 akan tereduksi lebih lanjut hingga dihasilkan
logam merkuri yang berwarna hitam.
2. Identifikasi Kation Timbal (II)
Larutan yang tidak mengendap ketika ditambahkan asam nitrat,
kemudian ditambahkan H2SO4 encer. Kation Pb2+ akan mengendap
sebagai PbSO4 sedangkan yang lainnya tidak mengendap. Kemudian
endapan PbSO4 dipisahkan dari larutan. Setelah dipisahkan,
ditambahkan CH3COOH dan CH3COONH4 pada endapan PbSO4
sambil dipanaskan. Endapan akan melarut kembali menjadi ion-ionnya.
Yang terakhir, larutan ditambahkan K2CrO4. Jika terbentuk endapan
PbCrO4 yang berwarna kuning, maka Pb2+ dinyatakan positif.
3. Identifikasi Kation Bismuth (III)
Larutan yang mengandung Bi3+, Cu2+, dan Cd2+. Kation Bi3+
ditambahkan larutan NH4OH berlebih. Sehingga Bi(OH)3 akan
mengendap sedangkan Cu2+ dan Cd2+ larut membentuk senyawa
kompleks. Kemudian endapan dipisahkan dari larutan. Endapan
Bi(OH)3 yang sudah dipisahkan ditambahkan reduktor kuat yaitu
Natrium Tetrahidroksostanat, Na2[Sn(OH)4]. Jika positif, maka
Bi(OH)3 akan tereduksi menjadi logam Bi yang berwarna hitam.
28
4. Identifikasi Kation Tembaga (II)
Larutan yang tersisa dibagi 2, larutan pertama ditambahkan
CH3COOH berlebih dan K4[Fe(CN)6]. Asam asetat berlebih berfungsi
sebagai pengatur suasana asetikal sedangkan Kalium Heksasianoferat
(II) berfungsi sebagai pengendap. Jika terbemtuk endapan Cu2[Fe(CN)6]
yang berwarna merah coklat, maka Cu2+ dinyatakan positif.
5. Identifikasi Kation Kadmium (II)
Larutan kedua ditambahkan KCN berlebih sebagai masking agent
untuk kation Cu2+. Kemudian ditambahkan H2S, jika terbentuk endapan
CdS yang berwarna kuning maka Cd2+ dinyatakan positif.
29
1. Identifikasi Kation Arsen (III)
30
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengggolongan kation dalam lima golongan didasari oleh pembentukan
endapan terhadap suatu reagensia. Kation pada golongan I sampai III pada
umumnya masih bisa diendapkan dengan mudah menggunakan metode H2S,
akan tetapi hal ini kurang efektif jika digunakan untuk mengidentifikasi kation
pada golongan IV dan V, sehingga diperlukan reagen lain.
Pemisahan kation dilakukan dengan mereaksikan cuplikan atau sampel
dengan reagensia secara berurutan untuk memisahkan jenis-jenis kation
berdasarkan kemampuannya membentuk endapan terhadap suatu reagensia.
Pada prosesnya sering dilakukan proses pencucian endapan dengan tujuan
menghilangkan pengotor yang mungkin ada pada residu. Proses identifikasi
kation baik golongan I maupun II memerlukan ketelitian agar didapat hasil
yang benar-benar akurat.
3.2 Saran
Dari makalah ini kami menyarankan agar dalam melakukan identifikasi
kation benar-benar memperhatikan prosedur yang diberikan. Meskipun terlihat
mudah, analisis kation memerlukan ketelitian dan kejelian dalam mengamati
warna, endapan, dan lain sebagainya.
32
DAFTAR PUSTAKA
33