Metode NMR memberikan informasi jumlah proton dan karbon, lingkungan kimiawi
proton dan karbon. Secara umum, metode NMR diaplikasikan untuk mengetahui informasi
mengenai struktur suatu senyawa organik. Dengan metode NMR ini akan diperoleh data-data
yang sangat informatif. Informasi dari 1H NMR dan 13
C NMR sudah cukup untuk
menentukan apakah suatu senyawa merupakan senyawa baru (novel compound) atau senyawa
yang sudah diketahui (known compound). Dengan melihat chemical shift (o ppm) dan
pemecahan puncak (splitting patterns) dari NMR proton dan karbon kemudian
membandingkan dengan spektra dari paper di suatu jurnal seringkali sudah cukup untuk
menjustifikasi novelty suatu senyawa. NMR tidak bersifat dekstruktif sehingga bahan uji bisa
di-recovery. 1H NMR dapat digunakan untuk menentukan jumlah proton yang memiliki
lingkungan kimia yang sama pada suatu senyawa organik. Sedangkan 13C NMR digunakan
menentukan jumlah karbon yang memiliki lingkungan kimia yang sama pada suatu senyawa
organik (Dachriyanus, 2004).
Aplikasi NMR dapat dibagi menjadi dua kelompok utama: kontrol kualitas (QC) dan
pemecahan masalah. NMR pada dasarnya diterapkan dalam pengontrolan identitas,
komposisi, dan kemurnian (fisik) zat yang digunakan dalam persiapan produk farmasi dan
produk farmasi itu sendiri, termasuk deteksi barang palsu. NMR telah memainkan peran
penting dalam bidang farmasi, karena kemampuan holistiknya sebagai detektor 'umum',
pengumpulan data kuantitatif secara mudah, sampel pra-perlakukan terbatas, kapasitasnya
untuk menginterogasi dan mengkorelasikan berbagai inti dalam teknik multidimensi. NMR
adalah teknik yang sangat baik untuk mengatasi masalah baik produk maupun proses.
Spektrum NMR proton sederhana, mudah direkam dan dengan cepat memberikan banyak
informasi tentang keberadaan pengotor terkait proses, misalnya, pelarut, minyak segel, dan
molekul lain yang digunakan dalam proses. Sejumlah kemungkinan penyebab masalah
produk dan produksi dapat dengan cepat dinyatakan (Kellenbach and Dani, 2015).