Anda di halaman 1dari 15

Pembuatan Suppositoria Theofilin

Teolines

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI II

Disusun oleh:

Kelompok 4 A

Muhammad Akbar S. ( 1113102000022 )


Ervina Octaviani ( 1113102000025 )
Vishilpy Dimalia ( 1113102000040 )
Silviana Adhitya ( 1113102000043 )
Citra Lilis Anjar Wati ( 1113102000048 )

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DESEMBER /2015
BAB I
PENDAHULUAN

Teori Dasar Suppositoria


Definisi Suppositoria
Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, berbentuk torpedo,
dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh. (Moh. Anief. 1997). Suppositoria
adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectal, vagina
atau uretra. (Farmakope Indonesia Edisi IV). Suppositoria adalah sediaan padat yang
digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak atau meleleh
pada suhu tubuh. ( Farmakope Indonesia Edisi III)
Suppositoria adalah sediaan padat, melunak, melumer dan larut pada suhu tubuh,
digunakan dengan cara menyisipkan ke dalam rectum, berbentuk sesuai dengan maksud
penggunaannya, umumnya berbentuk torpedo. (Formularium Nasional).

Macam-macam Suppositoria
Suppositoria untuk rectum (rectal)
Suppositoria untuk rektum umumnya dimasukkan dengan jari tangan. Biasanya
suppositoria rektum panjangnya 32 mm (1,5 inchi), dan berbentuk silinder dan kedua
ujungnya tajam. Bentuk suppositoria rektum antara lain bentuk peluru, torpedo atau jari-jari
kecil, tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan basis yang digunakan. Beratnya menurut
USP sebesar 2 g untuk yang menggunakan basis oleum cacao (Ansel, 2005).

Suppositoria untuk vagina (vaginal)


Suppositoria untuk vagina disebut juga pessarium biasanya berbentuk bola lonjong atau
seperti kerucut, sesuai kompendik resmi beratnya 5 g, apabila basisnya oleum cacao.

Suppositoria untuk saluran urin (uretra)


Suppositoria untuk untuk saluran urin juuga disebut bougie, bentuknya rampiung seperti
pensil, gunanya untuk dimasukkan kesaluran urin pria atau wanita. Suppositoria saluran urin
pria bergaris tengah 3-6 mm dengan panjang 140 mm, walaupun ukuran ini masih
bervariasi satu dengan yang lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao beratnya 4 g.
Suppositoria untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya dari ukuran untuk pria,
panjang 70 mm dan beratnya 2 g, inipun bila oleum cacao sebagai basisnya.

Suppositoia untuk hidung dan telinga


Suppositoia untuk hidung dan telinga yang disebut juga kerucut telinga, keduanya
berbentuk sama dengan suppositoria saluran urin hanya ukuran panjangnya lebih kecil,
biasanya 32 mm. Suppositoria telinga umumnya diolah dengan suatu basis gelatin yang
mengandung gliserin. Seperti dinyatakan sebelumnya, suppositoria untuk obat hidung dan
telinga sekarang jarang digunakan.

Tujuan Penggunaan Supositoria


1. Untuk tujuan lokal, seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan penyakit infeksi
lainnya. Suppositoria juga dapat digunakan untuk tujuan sistemik karena dapat
diserap oleh membrane mukosa dalam rectum. Hal ini dilakukan terutama bila
penggunaan obat per oral tidak memungkinkan seperti pada pasien yang mudah
muntah atau pingsan.
2. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal akan lebih cepat karena
obat diserap oleh mukosa rektal dan langsung masuk ke dalam sirkulasi pembuluh
darah.
3. Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran gastrointestinal dan
perubahan obat secara biokimia di dalam hati (Syamsuni, 2005).

Keuntungan dan Kerugian Supositoria


Keuntungan Supositoria:
a. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.
b. Dapat menghindari keruskan obat oleh enzim pencernaan dan asam lambung.
c. Obat dapat masuk langsung kedalam saluran darah sehingga obat dapat berefek lebih
cepat daripada penggunaan obat peroral.
d. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.
Kerugian Supositoria:
a. Pemakaiannya tidak menyenangkan.
b. Tidak dapat disimpan pada suhu ruang.

Persyaratan Supositoria
Sediaan supositoria memiliki persyaratan sebagai berikut:
1. Supositoria sebaiknya melebur dalam beberapa menit pada suhu tubuh atau melarut
(persyaratan kerja obat).
2. Pembebasan dan responsi obat yang baik.
3. Daya tahan dan daya penyimpanan yang baik (tanpa ketengikan, pewarnaan,
penegerasan, kemantapan bentuk, daya patah yang baik, dan stabilitas yang memadai
dari bahan obat).
4. Daya serap terhadap cairan lipofil dan hidrofil.

Basis supositoria
Sediaan supositoria ketika dimasukkan dalam tubuh akan melebur, melarut dan
terdispersi. Dalam hal ini, basis supositoria memainkan peranan penting. Maka dari itu basis
supositoria harus memenuhi syarat utama, yaitu basis harus selalu padat dalam suhu ruangan
dan akan melebur maupun melunak dengan mudah pada suhu tubuh sehingga zat aktif atau
obat yang dikandungnya dapat melarut dan didispersikan merata kemudian menghasilkan
efek terapi lokal maupun sistemik. Basis supositoria yang ideal juga harus mempunyai
beberapa sifat seperti berikut:
Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi.
Dapat bercampur dengan bermacam-macam obat.
Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukkan perubahan warna dan bau serta pemisahan
obat.
Kadar air mencukupi.
Untuk basis lemak, maka bilangan asam, bilangan iodium dan bilangan penyabunan harus
diketahui jelas.

Persayaratan Basis Suppositoria


Secara fisiologi netral (tidak menimbulkan rangsangan pada usus, hal ini dapat
disebabkan oleh massa yang tidak fisiologis ataupun tengik, terlalu keras, juga oleh
kasarnya bahan obat yang diracik).
Secara kimia netral (tidak tersatukan dengan bahan obat).
Interval yang rendah antara titik lebur dan titik beku (pembekuan dapat berlangsung
cepat dalam cetakan, kontraksibilitas baik, mencegah pendinginan mendaak dalam
cetakan).
Interval yang rendah antara titik lebur mengalir denagn titik lebur jernih (ini
dikarenakan untuk kemantapan bentuk dan daya penyimpanan, khususnya pada suhu
tinggi sehingga tetap stabil).

Macam-macam Basis Suppositoria


1. Basis berlemak, contohnya: oleum cacao.
2. Basis lain, pembentuk emulsi dalam minyak: campuran tween dengan gliserin laurat.
3. Basis yang bercampur atau larut dalam air, contohnya: gliserin-gelatin, PEG (polietien
glikol).

Faktor-faktor yang mempengaruhi Absobsi Obat per Rektal


Rektum mengandung sedikit cairan dengan PH 7,2 dan kapasitas dapar rendah. Epitel
rektum sifatnya berlipoid (berlemak) maka diutamakan permeabel terhadap obat yang tidak
terionisasi (obat yang mudah larut lemak).

BAB II

PRAFORMULASI SUPPOSITORIA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Sifat Fisiko kimia Zat Aktif

Theofilin

Rumus Molekul : C7H8N4O2.H2O


Berat Molekul :198,19

Pemerian : Serbuk hablur, putih. Tidak berbau, stabil di udara.

Kelarutan : Sukar larut dalam air dan etanol, tetapi mudah larut dalam air
panas.

Khasiat : Spasmolitikum bronkial, Bronchodilator Chronic.

Dosis : dua kali sehari.

Stabilitas : Jika terpapar udara, akan menyerap air kurang lebih 4 %.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik,suhu 25C.

2.1.2 SifatFisikokimia Basis

a. Oleum Cacao

Pemerian : Pada suhu kamar berbentuk cair,berwarna kekuning-


kuningan(USP).

Titik lebur : 30-36()C. (Ansel,1990 hal.376)

Kelarutan : Mudah larut dalam kloroform, eter. Larut dalam etanol panas.

Sedikit larut dalam etanol 95%.

Fungsi : Sebagai basis lemak dalam suppositoria

Panas peleburan : Dibawah 40 C.

Penyimpanan : Ditempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya

b. Cera Alba

Pemerian :Padatan putih kekuningan,sedikit tembus cahaya.Bebas bau


tengik.
Kelarutan : tidak larut dalam air,agak sukar larut dalam etanol dingin.
Larut sempurna dalam klorofom,eter dan minyak lemak.

Fungsi : Agen stabilisasi, stiffening agent.

OTT : Inkompatibel dengan agen pengoksidasi

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

2.2 Rancangan Formulasi

Theofilin akan dibuat kedalam bentuk sediaan Suppositoria


Berat masing-masing suppositoria adalah 3 gram.
Akan dibuat 6 suppositoria
Basis yang digunakan adalah Oleum Cacao 70 % dibantu dengan stiffening agent
(Cera Alba) 30 %.
Metode pembuatan yang digunakan adalah metode peleburan
Pembekuan suppositoria menggunakan freezer suhu 11 C.

2.3 .AlasanPemilihan Basis

a. Oleum cacao Dipilih sebagai basis karena :


1. Theofilin tidak larut air ,sehingga basis yang
paling tepat adalah basis lipofilik (basis lemak).
2. Dari semua basis lemak, oleum cacao merupakan
basis lemak yang paling cepat melebur pada suhu
tubuh, sehingga baik efek local ataupun sistemik
dapat cepat dicapai.

b. Cera Alba Dipilih sebagai basis karena :


Sebagai stiffening agent.
Yaitu untuk melengkapi kekurangan dari oleum
cacao. Oleum cacao jika dipanaskan lebih tinggi
dari suhu leburnya, cenderung akan menghasilkan
suppositoria yang lunak.Oleh karena itu perlu
ditambahkan agen pengaku (stiffening agent) .
BAB III
FORMULASI SUPPOSITORIA

Formulasi Suppositoria Theofilin


R/ Theofilin 10% 0,2 g
Oleum Cacao 70%
Cera Alba 30%
Perhitungan dan Penimbangan Bahan
Perhitungan Bilangan Pengganti
Basis :
Bobot total 3 basis : 7,9 g
Bobot rata-rata 3 basis : 2,6 g
Basis + Theofilin 10% :
Bobot rata-rata 3 suppos (basis+theofilin) : 2,72 g

Kadar theofilin dalam 1 suppos :


0,272 x 10% = 0,272 g

Kadar basis dalam 1 suppos :


2,72 - 0,272 = 2,448 g

Bilangan pengganti :
Bobot rata-rata 3 basis kadar basis dalam 1 suppos
= 2,6 g 2,448 g
=0,152 g

Sebanyak 0,272 g theofilin setara dengan 0,152 g basis

Bobot Basis dalam 1 g theofilin :

0,272 g 0,152 g
1g = x

0,152
x
= 0,272
x = 0,5588 g basis

Bobot basis dalam 0,2 g theofilin :


0,5588 x 0,2 = 0,1176

Bobot basis dalam 1 suppos :


2,6 g 0,11176 g = 2, 488 g

Penimbangan Bahan
Suppositoria yang akan dibuat sebanyak 6. Dilakukan dalam 2 tahap masing-masing
membentuk 3 suppositoria.
Pada pembuatan masing-masing di lebihkan 1 suppositoria, jadi, terhitung 8
suppositoria.
Tahap 1 dibuat 3 suppos yang dilebihkan 1 = 4 suppos
4 x 2,488 g = 9,952 g

Oleum Cacao :
70% x 9,952 g = 6,9 g
Cera Alba :
30% x 9,952 g = 2,9856 g
Theofilin :
0,2 g x 4 = 0,8 g

Alat dan Bahan


Alat :
1. Neraca analitik
2. Perkamen
3. Cawan porselen
4. Sendok
5. Sudip
6. Batang pengaduk
7. Beker glass
9. Alumunium foil
11. Pencetak supositoria
12. Hotplat

Bahan :
1. Teofilin
2. Oleum cacao
3. Cera alba
4. Aquadest
Metode Pembuatan

Disiapkan Alat dan Bahan


Ditimbang theofilin 0,8 g , Oleum cacao 6,9, dan Cera alba 2,9856 g
Dilebur Oleum cacao pada suhu 60 C diatas penangas hingga lebur sempurna
Campurkan Cera alba dalam leburan oleum cacao, aduk hingga cera alba
melebur dan homogen pada suhu 60 C
Masukkan teofilin dalam campuran oleum cacao dan cera alba. Teofilin
diemulsikan dalam basis yang telah dilebur, aduk hingga homogen.
Dimasukkan pada cetakannya.Sebelum cetakan digunkan diolesi paraffin
terlebih dahulu.
Dimasukkan dalam lemari es dengaan suhu < 15 C hingga suppos mengeras.
Steleh beberapa menit, keluarkan suppos dari dalam cetakan
Disiapkan alumunium foil sebagai pembungkus suppo.
Dimasukkan dalam kemasan yang sudah disiapkan sebelumnya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Bobot Suppositoria


No Nama Bobot Organoleptis
1. Suppos 1 2,5546g Putih, permukaan
2. Suppos 2 2,3699g
kasar dan
3. Suppos 3 2,2882g
4. Suppos 4 2,7852g berlubang-lubang,
5. Suppos 5 2,4427g saat dibelah tidak
6. Suppos 6 2,2889g
tebal
Rata-rata 2,4549g

Persentase Kesalahan : ((2,6-2,4549):2,6)x100%


: (0,1451/2,6)x 100%
: (0,0558) x 100%
: 5,58%
Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan pembuatan suppositoria. Suppositoria
merupakan sedian padat yang diberikan melalui rektal, vagina, atau uretra dan
umumnya meleleh pada suhu tubuh. Formulasi suppositoria theofilin ini
menggunakan bahan oleum kakao, cera alba dan zat aktif teofilin. Teofilin berkhasiat
sebagai bronkodilator. Basis yang digunakan didalam formulasi adalah basis lemak
yaitu oleum kakao, alasan dipilih basis berupa basis lemak yaitu karena sifat
fisikokimia dari zat aktif teofilin itu sendiri, selain itu basis oleum cacao memiliki
sifat yang memenuhi persyaratan sebagai basis ideal,diantaranya tidak berbahaya,
lunak, tidak reaktif, serta meleleh pada temperaturtubuh. Teofilin bersifat sukar larut
didalam air, sehingga basis lemak cocok digunakan sebagai pembawa dari teofilin.
Suhu yang cukup tinggi dapat mempengaruhi stabilitas fisik suppositoria dengan
menggunakan basis oleum cacao ini, karenanya diperlukan suatu bahan untuk meningkatkan
suhu leburnya. Bahan tersebut dikelompokkan sebagai stiffening agent.Pada suhu 300C
Oleum cacao akan mulai mencair dan biasanya meleleh sekitar suhu 34 350C, jika suhu
pemanasannya tinggi, akan mencair sempurna seperti minyak. Cera Alba didalam formula
berfungsi sebagai agen pengeras bagi basis oleum cacao.

Pembuatan suppositoria yaitu dengan meleburkan basis oleum cacao dan cera
alba diatas penangas air hingga melebur seluruhnya. Suhu penangas diatur hingga
100oC.Setelah oleum cacao dan cera alba melebur seluruhnya kemudian teofilin
dimasukkan sedikit demi sedikit sambil diaduk. Setelah teofilin tercampur seluruhnya
dengan basis, seluruh campuran suppositoria segera dituang kedalam alat pencetak
suppositoria yang telah dioleskan dengan gliserin. Kemudian Suppositoria dimasukan
kedalam lemari pendingin. Dalam penimbangan bahan, diproleh bilangan pengganti
untuk basis oleum cacao yaitu 0,667 untuk setiap 1g teofilin. Maka untuk 200mg
teofilin setaara dengan 0,135 basis. Maka untuk basis dari teofilin tersebut ditimbang
sebanyak 2,864g. Fungsi dari perhitungan bilangan pengganti yaitu dimaksudkan
untuk mengetahui berat oleum cacao yang mempunyai besar volume yang sama
dengan 1g zat aktif.

Dalam praktikum ini dicetak 6 suppositoria, dihasilkaan 6 suppositoria yang


memiliki bobot beragam dengan rata-rata bobot yaitu 2,4549. Persentase kesalahan
pada suppositoria sebesar yaitu 5.58%. Hasil Evaluasi organoleptis pada keenam
suppositoria memberikan hasil bahwa suppositoria yang dihasilkan kurang baik.
Suppositoria memiliki warna tampilan putih, permukaan yang kasar dan berlubang-
lubang serta bagian dalam yang tidak pada saat suppositoria dibagi menjadi dua.
Permukaan yang kasar dan berlubang ini dapat disebabkan karena pengolesan gliserin
yang tidak rata pada permukaan cetakan, sehingga memberikan hasil supositoria yang
berlubang, selain itu juga disebabkan adanya udara didalam. Suppositoria ini tidak
padat dibagian dalam dikarenakan teknik penuangan yang salah, penuangan tidak
dilakukan pada dinding cetakan, melainkan langsung kedasar cetakan. Hal ini
menyebabkan bagian tengan suppositoria tidak terisi penuh dan bagian pinggir
suppositoria mengering terlebih dahulu, maka terbentuklah lubang ditengan dan
tekstur yang kurang padat.

Lampiran
Kemasan Suppositoria Teofilin

Daftar Pustaka
Anonim, 1978, Formularium Nasional Edisi Kedua, Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Ansel,H.C.,2005,PengantarBentukSediaanFarmasi,edisIV,255,Penerbit
UniversitasIndonesia,Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 1995.

Anief, Moh, 2000, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Syamsuni, 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai