Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM OBAT MAKANAN DAN KOMETIKA

ANALISIS BORAKS PADA SAMPEL BAKSO KEMASAN

OLEH :
KELAS : 6C
KELOMPOK 5

1. Clara Montella NIM. 11194761910458


2. Annisa Fitria NIM. 11194761910454
3. Misa Raema NIM. 11194761910482
4. Muhammad Rian Al Nafis Karami NIM. 11194761910484
5. Mawaddah Rahmah NIM. 11194761910481
6. Sri pitaloka NIM. 11194761910504
7. Muhammad Kasmayuda NIM. 11194761910483

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 2


BAB I ............................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 3
B. Kompetensi Praktikum......................................................................................... 4
BAB II .............................................................................................................................. 5
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................ 5
A. Deskripsi bahan praktikum .................................................................................. 5
B. Deskripsi Bahan Hasil Pembuatan ........................................................................ 7
BAB III ............................................................................................................................. 8
METODE PRAKTIKUM ...................................................................................................... 8
A. Alat...................................................................................................................... 8
B. Bahan .................................................................................................................. 8
C. Prosedur Kerja ..................................................................................................... 8
BAB IV ........................................................................................................................... 11
HASIL ............................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 15
JAWABAN PERTANYAAN ............................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peranan bahan tambahan pangan (BTP) khususnya bahan pengawet
menjadi semakin penting sejalan dengan kemajuan teknologi produksi BTP
sintesis. Banyaknya BTP dalam bentuk lebih murni dan tersedia secara
komersil dengan harga yang relatif murah akan mendorong meningkatnya
pemakaian BTP yang berarti meningkatkan konsumsi bahan tersebut bagi
setiap individu (Cahyadi, 2008).
Meningkatnya pertumbuhan industri makanan di Indonesia, telah
terjadi peningkatan produksi makanan yang beredar di masyarakat. Sudah
tidak asing lagi bahwa banyak zat-zat berbahaya yang langsung dicampur
sebagai bahan tambahan makanan, salah satu zat yang sering digunakan yaitu
‘Boraks’ atau ‘Bleng’. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:
722/MenKes/Per/IX/88 tentang BTP, boraks termasuk bahan yang berbahaya
dan beracun sehingga tidak boleh digunakan sebagai BTP.
Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak
serta berakibat buruk secara langsung, tetapi boraks akan menumpuk sedikit
demi sedikit karena diserap dalam tubuh. Seringnya mengonsumsi makanan
yang mengandung boraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal
(Cahyadi, 2008).
Efek negatif toksisitas boraks pada manusia masih dapat ditoleransi
seperti nafsu makan yang menurun, gangguan sistem pencernaan, gangguan
pernafasan gangguan sistem saraf pusat ringan seperti halnya mudah bingung,
anemia, serta kerontokan pada rambut. Namun bila dosis toksin telah
mencapai atau bahkan melebihi batas maksimal maka akan mengakibatkan
dampak yang fatal, mulai dari muntah-muntah, diare, sesak nafas, kram perut
dan nyeri perut bagian atas (epigastrik), mual, lemas, pendarahan
gastroentritis disertai muntah darah serta sakit kepala yang hebat. Boraks
tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga dapat diserap melalui
kulit (Paratmanitya & Aprilia 2016).

1
2

B. Kompetensi Praktikum
Memahami prinsip-prinsip metode analisis boraks
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi bahan praktikum


1. Bakso
Menurut Astawan (2008), bahwa bakso adalah produk olahan
daging giling yang dicampur dengan tepung dan bumbu-bumbu serta
bahan lain yang dihaluskan, kemudian dibentuk bulatan – bulatan dan
kemudian direbus hingga matang. Istilah bakso biasanya diikuti dengan
nama jenis dagingnya, seperti bakso ikan, bakso udang, bakso ayam, bakso
sapi, bakso kelinci, bakso kerbau dan bakso kambing.
Menurut Andarwulan, pakar teknologi pangan dari Institut
Pertanian Bogor, bakso merupakan produk gel dari protein daging, baik
dari daging sapi, ayam, ikan, maupun udang dan dibentuk bulatan –
bulatan kemudian direbus. Selain protein hewani, aneka daging itu juga
mengandung zat-zat gizi lainnya, termasuk asam amino esensial yang
penting bagi tubuh (Cahyadi, 2009).
2. Aquadest (FI Edisi III, hal : 96)
Nama Resmi : Aqua Destillata
Nama Lain : Air Suling
Kelarutan : Larut dalam etanol gliser
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
3. Metanol (Dirjen POM edisi III 1979 : 706)
Nama : Metanol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, membentuk cairan jernih,
tidak berwarna
Kegunaan : Pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

3
4

4. HCl (FI Edisi III, hal : 53)


Nama Resmi : Acidum Hydrochloridum
Nama Lain : Asam Klorida
Kelarutan : Larut dalam etanol, asam asetat, tidak larut dalam air
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, berasap
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
Kegunaan : Zat tambahan
5. Asam Oksalat (Depkes RI, 1979)
Nama Resmi : Asam Oksalat
Pemerian : Hablur dan tidak berwarna
Kelarutan : Larut dalam air dan dalam etanol 95%
Indikasi : Murni pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
6. Indikator PP (Depkes RI, 2014)
Nama Resmi : Fenolftalein
Pemerian : Serbuk hablur; putih atau putih kekuningan lemah; tidak
berbau; stabil di udara
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam etanol; agak
sukar larut dalam eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya pada
suhu ruang
7. NaOH (Depkes RI, 2014)
Nama Resmi : Natrium Hidroksida
Pemerian : putih atau praktis putih, keras, rapuh dan menunjukkan
pecahan hablur. jika terpapar di udara, akan cepat
menyerap karbon dioksida dan lembab. Massa melebur,
berbentuk pellet kecil, serpihan atau batang atau bentuk
lain
Kelarutan : mudah larut dalam air dan dalam etanol
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
5

B. Deskripsi Bahan Hasil Pembuatan


1. BORAKS ( Depkes RI, 1995)
Nama : Natrium tetraborat
Pemerian : hablur, transparan, tidak bewarna atau serbuk hablur
putih, tidak berbau, larutan bersifat basa terhadap
fenolftalein
Kelarutan : dalam air, mudah larut dalam air mendidih dan dalam
gliserin, tidak larut dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat
a. Buret
b. statif dan klaim
c. Erlenmeyer
d. pipet volume
e. gelas bekker
f. cawan porselen
g. korek api
h. pemijar
i. pipet tetes
j. gelas ukur
k. mortir
l. stamper
m. timbangan analitik
n. sendok tanduk
o. penyaring

B. Bahan
a. Sampel (Bakso Kemasan)
b. aquadest bebas CO2
c. HCl Pekat
d. Metanol
e. Asam Oksalat
f. Indikator PP
g. NaOH

C. Prosedur Kerja
1. Uji Nyala Api

Sampel (Bakso Kemasan) dihaluskan lalu ditimbang 50 gram

tambahkan aquadest bebas CO2 sampai semua terbasahi

kemudian saring, ambil 5 ml larutan sampel masukkan dalam


cawan porselen

6
5
tambahkan 1-2 tetes HCl pekat dan 1-2 tetes metanol

masukkan kapas ke dalam cawan porselen lalu dibakar

apabila terdapat nyala api berwarna hijau, maka larutan


sampel positif mengandung boraks

2. Titrasi Asam Basa


a. Larutan Pembanding

Ambil 10 ml larutan asam oksalat masukkan ke dalam


erlenmeyer

tambahkan Indikator PP 2-4 tetes

titrasi menggunakan NaOH

amati volume NaOH yang diperlukan untuk mengubah


warna larutan yang tidk berwarna menjadi merah muda
konstan, ulangi sebanyak 2 kali

b. Larutan Sampel

Ambil 10 ml larutan sampel masukkan ke dalam erlenmeyer

tambahkan Indikator PP 2-4 tetes

titrasi menggunakan NaOH

amati volume NaOH yang diperlukan untuk mengubah


warna larutan yang tidk berwarna menjadi merah muda
konstan, ulangi sebanyak 2 kali

6
9

BAB IV

HASIL

No. Metode Gambar Keterangan


1. Kualitatif Nyala api berwarna
Uji Nyala Api kuning dengan
pinggirannya
kehijauan sehingga
dapat dikatakan (+)
mengandung boraks.

2. Kuantitatif Larutan sampel


Titrasi Asam Basa setelah dititasi
menggunakan NaOH
berubah warna
menjadi merah muda
konstan yang
menandakan larutan
sampel tersebut (+)
mengandung boraks.

Perhitungan Kadar Boraks Metode Titrasi Asam Basa


Volume titran pertama sampel = 2,5 ml
Volume titran kedua sampel = 2,5 ml
2,5 𝑚𝑙+2,5 𝑚𝑙
Volume rata-rata sampel = = 2,5 ml
2

Volume titran pertama Asam Oksalat = 10,3 ml


Volume titran kedua Asam Oksalat = 10,3 ml
10,3 𝑚𝑙+10,3 𝑚𝑙
Volume rata-rata titran Asam Oksalat = = 10,3 ml
2

Berat Sampel = 50 gram × 1000 = 50.000 mg


𝑉.𝐻2 𝐶2 𝑂4 × 𝑁.𝐻2 𝐶2 𝑂4 10 𝑚𝑙 ×0,1 𝑁
N. Asam Oksalat = = = 0,097 N
𝑉.𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 10,3 𝑚𝑙
𝐹𝑝 ×𝑉.𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 ×𝑁.𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 ×𝐵𝐸.𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠
Kadar boraks = × 100%
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

10 ×2,5 𝑚𝑙 ×0,097𝑁×190,72 𝑚𝑔/𝑚𝑙


= × 100%
50.000 𝑚𝑔

= 0,00924 × 100% = 0,924%


BAB V

PEMBAHASAN

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/IX/1988,


asam borat dan senyawanya merupakan salah satu dari jenis bahan tambahan
pangan yang dilarang digunakan dalam produk makanan. Karena asam borat
dan senyawanya merupakan senyawa kimia yang mempunyai sifat
karsinogen. Meskipun boraks berbahaya bagi kesehatan ternyata masih
banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bahan tambahan makanan, karena
selain berfungsi sebagai pengawet, boraks juga dapat memperbaiki tesktur
bakso dan kerupuk hingga lebih kenyal dan lebih disukai konsumen (Anonim,
2008).

Boraks atau Natrium Tetraborat mengandung sejumlah Na2B4O7, yang


serata dengan tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 105,0%
Na2B4O7.10H2O. Boraks yang merupakan hablur transparan tidak berwarna
atau serbuk hablur putih, tidak berbau. Larutan bersifat basa terhadap
fenolftalein. Pada waktu mekar di udara kering dan hangat, hablur sering
dilapisi serbuk warna putih (Anonim, 1995).

Boraks merupakan racun bagi semua sel. Pengaruhnya terhadap organ


tubuh tergantung konsentrasi yang dicapai dalam organ tubuh. Kadar tertinggi
tercapai pada waktu diekskresi sehingga ginjal merupakan organ yang paling
terpengaruh dibandingkan dengan aorgan yang lain (C. Saparinto dan D.
Hidayati, 2006).

Metode pengujian boraks dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif,


metode pengujian boraks dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
boraks dalam sampel bakso kemasan dan mengetahui jumlah kadar boraks di
sampel bakso kemasan. Pada pengujian boraks analisa kualitatif digunakan
menggunakan uji nyala api. Metode pengujian kuantitatif pada sampel boraks
dilakukan dengan cara analisa volumetri dengan menggunakan titran NaOH,
pengujian ini merupakan metode titrasi asam-basa.

8
9

Identifikasi menggunakan uji nyala api dilakukan dengan mengambil


5 ml larutan sampel dimasukkan dalam cawan porselen yang kemudian
ditambahkan dengan 1-2 ml HCl pekat dan 1-2 ml metanol. Kemudian
sampel dalam cawan dibakar. Hasil penambahan HCl pekat menghasilkan
produk-produk, salah satunya berupa asam borat. Adapun reaksinya sebagai
berikut : Na2B4O7 + 2HCl + 5H2O 4H3BO3 + 2NaCl.

Tujuan penambahan 1-2 ml HCl yaitu agar memberi suasana asam


pada sampel. Jika dinyalakan dengan methanol maka akan menimbulkan
nyala api yang pinggirannya hijau. Apabila sampel uji memberikan nyala api
dengan pinggirannya hijau, maka menunjukkan sampel tersebut positif
mengandung boraks (Svehla, 1985).

Setelah melakukan identifikasi secara kualitatif dengan uji nyala api,


dilanjutkan dengan secara kuantitatif dengan metode titrasi asam-basa untuk
mengetahui jumlah kadar boraks pada sampel. Analisis diawali dengan
mengambil larutan sampel sebanyak 10 ml, dimasukkan dalam Erlenmeyer,
kemudian ditambahkan indikator PP sebanyak 2-4 tetes. Kemudian dilakukan
titrasi hingga mencapai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi asidimetri dengan
menggunakan indikator PP ditandai dengan berubahnya warna larutan yang
tadinya tidak berwarna menjadi berwarna merah muda yang konstan pada
titik akhir titrasinya. Dalam analisa kuantitatif dengan metode titrasi didapat
hasil bahwa bakso kemasan positif mengandung boraks ditandai dengan
adanya perubahan warna saat proses titrasi menjadi merah muda yang
konstan.

Berdasarkan hasil pengujian diatas, kadar boraks yang didapatkan


pada bakso kemasan adalah sebesar 0,924%. Menurut Permenkes No.033
tahun 2012, bahwa boraks dicantumkan sebagai salah satu bahan berbahaya
yang dilarang apabila ditambahkan pada makanan dalam konsentrasi sekecil
apapun.
BAB VI

KESIMPULAN

Pada analisa kualitatif dengan uji nyala api menunjukkan hasil positif
yang ditandai adanya nyala api berwarna kuning dengan pinggirannya hijau
pada sampel bakso kemasan, sedangkan pada analisa kuantitatif dengan titrasi
asam-basa menunjukkan hasil positif yang ditandai adanya perubahan warna
saat proses titrasi menjadi merah muda yang konstan pada larutan sampel.
Berdasarkan hasil perhitungan kadar boraks pada sampel bakso kemasan
didapatkan hasil 0,924%.

8
9

DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, W. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.


Bumi Aksara : Jakarta.

DepKes. RI. 1988. Peraturan Menteri Kesehatan RI No :


722/Menkes/Per/IX/1988 Tentang Bahan Tambahan Pangan. DepKes
RI : Jakarta.

Paratmanitya, Y.. Aprilia V. (2016). Kandungan Bahan Tambahan Pangan


Berbahaya Pada Makanan Jajanan Anak Sekolah Dasar di Kabupaten
Bantul. Jurnal Gizi Dan Dietetik Indonesia. Vol. 4 (1). Hal : 49-55.
Program Studi S1 Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,
Universitas Alma Ata Yogyakarta.

Astawan, Made.2008.Sehat dengan hidangan hewani.Jakarta: Penebar


Swadaya.

Cahyadi, W. (2009).Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.


Bumi Aksara: Jakarta.

Depkes RI., 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta,6-7.

Depkes RI., 2014. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta. 93-95.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI. Hal. 32-33.

Anonim., 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

Saparinto, C., Hidayati, D., 2006, Bahan Tambahan Pangan, Kanisius,


Yogyakarta.

Svehla,G., (1985), Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro,


Edisi kelima, Bagian I, Kalman Media Pusaka, Jakarta.
JAWABAN PERTANYAAN

1. Apa yang dimaksud dengan asam borat ?


2. Bagaiman prinsip analisis asam borat ?
JAWAB
1. Boraks merupakan senyawa dengan nama kimia natrium tetraborat yang
berbentuk kristal lunak boraks bila dilarutkan dalam air akan terurai
menjadi natrium hidroksida dan asam borat.
2. Sampel dikatakan positif mengandung boraks jika memiliki noda yang
sama dengan kontrol positif, sedangkan sampel dikatakan negatif
mengandung boraks jika memiliki noda yang sama dengan kontrol
negatif. Prinsip uji ini adalah bahwa ekstrak turmerik yang menempel di
kertas saring mengandung kurkumin.

Anda mungkin juga menyukai