Laporan AOMK Boraks
Laporan AOMK Boraks
OLEH :
KELAS : 6C
KELOMPOK 5
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan bahan tambahan pangan (BTP) khususnya bahan pengawet
menjadi semakin penting sejalan dengan kemajuan teknologi produksi BTP
sintesis. Banyaknya BTP dalam bentuk lebih murni dan tersedia secara
komersil dengan harga yang relatif murah akan mendorong meningkatnya
pemakaian BTP yang berarti meningkatkan konsumsi bahan tersebut bagi
setiap individu (Cahyadi, 2008).
Meningkatnya pertumbuhan industri makanan di Indonesia, telah
terjadi peningkatan produksi makanan yang beredar di masyarakat. Sudah
tidak asing lagi bahwa banyak zat-zat berbahaya yang langsung dicampur
sebagai bahan tambahan makanan, salah satu zat yang sering digunakan yaitu
‘Boraks’ atau ‘Bleng’. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:
722/MenKes/Per/IX/88 tentang BTP, boraks termasuk bahan yang berbahaya
dan beracun sehingga tidak boleh digunakan sebagai BTP.
Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak
serta berakibat buruk secara langsung, tetapi boraks akan menumpuk sedikit
demi sedikit karena diserap dalam tubuh. Seringnya mengonsumsi makanan
yang mengandung boraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal
(Cahyadi, 2008).
Efek negatif toksisitas boraks pada manusia masih dapat ditoleransi
seperti nafsu makan yang menurun, gangguan sistem pencernaan, gangguan
pernafasan gangguan sistem saraf pusat ringan seperti halnya mudah bingung,
anemia, serta kerontokan pada rambut. Namun bila dosis toksin telah
mencapai atau bahkan melebihi batas maksimal maka akan mengakibatkan
dampak yang fatal, mulai dari muntah-muntah, diare, sesak nafas, kram perut
dan nyeri perut bagian atas (epigastrik), mual, lemas, pendarahan
gastroentritis disertai muntah darah serta sakit kepala yang hebat. Boraks
tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga dapat diserap melalui
kulit (Paratmanitya & Aprilia 2016).
1
2
B. Kompetensi Praktikum
Memahami prinsip-prinsip metode analisis boraks
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
METODE PRAKTIKUM
A. Alat
a. Buret
b. statif dan klaim
c. Erlenmeyer
d. pipet volume
e. gelas bekker
f. cawan porselen
g. korek api
h. pemijar
i. pipet tetes
j. gelas ukur
k. mortir
l. stamper
m. timbangan analitik
n. sendok tanduk
o. penyaring
B. Bahan
a. Sampel (Bakso Kemasan)
b. aquadest bebas CO2
c. HCl Pekat
d. Metanol
e. Asam Oksalat
f. Indikator PP
g. NaOH
C. Prosedur Kerja
1. Uji Nyala Api
6
5
tambahkan 1-2 tetes HCl pekat dan 1-2 tetes metanol
b. Larutan Sampel
6
9
BAB IV
HASIL
PEMBAHASAN
8
9
KESIMPULAN
Pada analisa kualitatif dengan uji nyala api menunjukkan hasil positif
yang ditandai adanya nyala api berwarna kuning dengan pinggirannya hijau
pada sampel bakso kemasan, sedangkan pada analisa kuantitatif dengan titrasi
asam-basa menunjukkan hasil positif yang ditandai adanya perubahan warna
saat proses titrasi menjadi merah muda yang konstan pada larutan sampel.
Berdasarkan hasil perhitungan kadar boraks pada sampel bakso kemasan
didapatkan hasil 0,924%.
8
9
DAFTAR PUSTAKA