No Resep : 49/B
Bentuk Sediaan : SOLUTIO
Penyusun :
LABORATORIUM FARMASETIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA
DENPASAR
2023
Resep Nomor : 49/B
Bentuk Sediaan : Solutio
A. Dasar Teori
Solutio adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut. Kecuali
dinyatakan lain sebagai pelarut digunakan air suling. Larutan steril yang digunakan
sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada Injectiones. Wadah harus
dapat dikosongkan dengan cepat. Kemasan boleh lebih dari 1 liter.(FI III,1979)
Solutiones atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang terlarut. Larutan terjadi jika sebuah bahan padat tercampur atau terlarut secara
kimia maupun fisika ke dalam bahan cair. Larutan dapat digolongkan menjadi larutan
langsung (direct) dan larutan tidak langsung (indirect) (FI IV, 1995).
Berikut merupakan keuntungan sediaan solutio (Syamsuni, 2006)
1. Merupakan campuran homogen
2. Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan
3. Dapat diberikan dalam larutan encer, sedangkan kapsul dan tablet sulit diencerkan
4. Kerja awal obat lebih cepat karena obat cepat diabsorpsi
5. Mudah diberikan pemanis, bau-bauan, warna dan hal ini cocok untuk pemberian
obat pada anak-anak
6. Untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan
Berikut merupakan kerugian sediaan solutio (Syamsuni, 2006):
1. Volume bentuk larutan lebih besar
2. Ada obat yang tidak stabil dalam larutan
3. Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan
Berdasarkan Buku Ilmu Meracik Obat tentang pembuatan solutio yaitu (Anief,
2007):
1. Zat-zat yang mudah larut, dilarutkan dalam botol
2. Zat-zat yang agak sukar dilarutkan dengan pemanasan
3. Untuk zat yang akan terbentuk hidrat maka air dimasukkan dulu dalam Erlenmeyer
agar tidak terbentuk senyawa hidrat yang lebih lambat larutnya. Zat-zat tersebut
adalah Glucosum, Borax dan Natrii Bromidum
4. Untuk zat yang meleleh dalam air panas dan merupakan tetes besar dalam dasar
erlenmeyer atau botol maka perlu dalam melarutkkan digoyang-goyangkan atau
digojok untuk mempercepat larutnya zat tersebut. Zat tersebut adalah Codeinum
base, Nipagin, Chlorbutanolum, dan Acetanilidum.
2
5. Zat-zat yang mudah terurai pada pemanasan tidak boleh dilarutkan dengan
pemanasan dan dilarutkan secara dingin. Zat tersebut ialah: Hexaminum, Natrii
Bicarbonas, Chlorali Hydras, Protargol, Luminal Natrium, Veronal Natrium, Calcii
Acetylsalicylas.
6. Zat-zat yang mudah menguap bila dipanasi, dilarutkan dalam botol terutup dan
dipanaskan serendah-rendahnya sambil digoyang-goyangkan. Zat tersebut ialah:
Camphora, Thymolum, Acidum Benzoicum dan Acidum Salicylicum.
7. Obat-obat keras harus dilarutkan tersendiri, untuk meyakini apakah sudah larut
semua. Dapat dilakukan dalam tabung reaksi lalu dibilas.
8. Perlu diperhatikan bahwa pemanasan hanya diperlukan untuk mempercepat
larutnya suatu zat, tidak untuk menambah kelarutan, sebab bila keadaan menjadi
dingin maka akan terjadi endapan.
B. Resep
I. Resep Lengkap
dr. Ampuh Pribadi
SIP: 123.456.789.000
Jl. Tukad Barito No. 57 Renon, Denpasar
80226 (0361-4749310)
R/ Clindamycin HCl 1%
Propylen glycol 1,5 mL
IPA 50%
Aquadest aa ad 15ml
m.f. lotio
3
9. Spatula stainless steel
10. Kertas saring
11. Botol kaca 20ml
12. Corong kaca
b). Bahan
1. Clindamycin HCl / Klindamisina Hidroklorida
2. Propylen Glycol
3. IPA (Isopropanolum)
4. Aquadest
III. Pemerian Bahan
1. Clindamycin HCl / Klindamisina Hidroklorida (Farmakope Indonesia III,
1979; 168)
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau
Kelarutan : Mudah larut dalam air,dalam dimetil formamida P,dalam
methanol P,larut dalam etanol (95%) P ,Praktis tidak larut
dalam aseton P.
Penyimpanan : Dalam wadag tertutup rapat
Khasiat : Antibiotikum
2. Propylen Glycol (Propylenglycolum) (Farmakope Indonesia III, 1979; 534)
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak
manis; higroskopis
Kelarutan : Dapat campur dengan air ,dengan etanol (95%) P dan dengan
kloroform ,larut dalam 6 bagian eter P ,tidak dapat campur
eter dan minyak tanah P ,dan dengan minyak lemak.
Penyimpanan : Wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan; pelarut
3. IPA (Isopropanolum) Isopropil alcohol / Iso Propanol (Farmakope Indonesia
III, 1979 ; 325)
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas mirip etanol, rasa
membakar, mudah terbakar
Kelarutan : Mudah larut dalam air , dalam kloroform dan eter P.
Penyimpanan : Wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan, pelarut
4. Aquadest/ Aqua Destilata (Farmakope Indonesia III, 1979; 96)
4
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
BJ : 1 g/mL
5
V. Cara Kerja
6
VIII. Salinan resep
Apotek STF Mahaganesha
SIA : 01/ABC/18
SIPA :123.456.789.000
Jl.Tukad Barito No 57, Renon, Denpasar 80226
APOGRAPH
R/ Clindamycin 1%
IPA 50%
Aquadest aa ad 15ml
m.f,lotio
det
p.c.c
Cap
apotek paraf apoteker
aapotek
7
C. Pembahasan
Pada pratikum ini, yaitu pembuatan sediaan dalam bentuk liquid yaitu solutio.
Solutio adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut ( FI III) .Sediaan
solution memiliki kelebihan seperti yaitu merupakan campuran yang homogen, dosis
dapat diubah – ubah dalam pembuatan, kerja awal obat lebih cepat karena obat cepat
diabsorpsi. Pada pratikum pembuatan sediaan solutio ini bertujuan untuk mengobati luka
infeksi akibat bakteri.
Bahan yang digunakan yaitu clindamycin HCl. Clindamycin merupakan
antitoksin terbaik,terutama untuk penyakit anaerob (Ratnasari,2016) , propylen glycol,
isopropanol, aquadest. Bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan solutio
berdasarkan resep tersebut ditimbang dalam neraca obat yang sudah setimbang
berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan.
Berdasarkan perhitungan sesuai hal diatas, ditara clindamycin HCl sebanyak 0,15
gram; propylene glycol sebanyak 1,5 mL; aquadest sebanyak 6,7 mL; dan IPA 50%
sebanyak 6,7 mL. Setelah mempersiapkan alat mengukur bahan – bahan yang
dibutuhkan, langkah selanjutnya yaitu masukan clindamycin HCl ke dalam beaker gelas.
Selanjutnya, tambahkan IPA berdasarkan konsentrasi dan volume yang diminta.
Berikutnya ditambahkan aquadest agar bahan tercampur
Saring campuran tersebut dengan kertas saring yang sudah dibasahi dengan
aquadest terlebih dahulu. Maka selanjutnya dapat dituangkan ke dalam wadah, yaitu
botol berwarna coklat 20ml. Setelahnya tambahkan propilen glikol sebagai pelarut ke
dalam botol tersebut. Langkah terakhir yaitu tutup botol dan kocok hingga homogen dan
berikan etiket berwarna biru karena sulotio yang dibuat ini merupakan obat luar.
Pada pratikum pembuatan sediaan solution yang sudah dilakukan, tidak terjadi
permasalahan dalam proses pengerjaan pembuatan sediaan tersebut, dimulai dari
persiapan, penimbangan, pencampuran, hingga pengemasan sudah melakukannya
dengan baik serta hasil sediaan solution yang dihasilkanpun sesuai berdasarkan syarat
larutan yang baik yaitu homogenitas dari sediaan solutio tersebut.
Berdasarkan prosedur pembuatan solutio yang sudah dijelaskan, diharapkan
mendapat sediaan solutio yang dapat memenuhi syarat solution yaitu merupakan
campuran yang homogen, sehingga mampu memberikan efek terapeutik.
8
Penyimpanan sediaan oral seperti solutio harus disimpan di tempat yang dingin
dan sejuk, terhindar dari paparan sinar matahari langsung dan wadah tertutup agar zat
yang terkandung tidak mudah rusak maupun hilang. Etiket yang digunakan adalah etiket
berwarna biru, karena resep ini ditujukan untuk pemakaian luar. Dalam perdagangan,
contoh sediaan paten solutio untuk sebagai antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri
yaitu clinidac.
D. Kesimpulan
Dalam praktikum ini dapat di simpulkan yaitu:
pada proses pembuatan sediaan sulotio harus diperhatikan langkah Langkah secara
sistematis karena sudah diatur dalam ketentuan yang berlaku dan setiap langkah memiliki
tujuannya dan bahan bahan yang digunakan memiliki pemerian yang harus diperhatikan serta
penimbangan dan perhitungannya dengan teliti . Sediaan sulotio yang dibuat sesuai
berdasarkan syarat umum sediaan sulotio yaitu campuran yang hamogen dan mampu
memberikan efek terapeutik .Sediaan ini dibuat untuk mengobati luka infeksi akibat bakteri
dan diberikan etiket biru karena merupakan obat luar
E. Daftar Pustaka
Anief, M. 2007. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, ed III.
Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia, ed IV.
Jakarta.
Ratnasari, D. 2016, Preparasi Sediaan Nanopartikel Klindamisin Hcl-kitosan Dan Uji
Aktivitasnya Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes. Jurnal Mahasiswa
Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN, 3(1).
Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.