Anda di halaman 1dari 17

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS PANGAN

JURUSAN FARMASI

PRAKTIKUM I

IDENTIFIKASI BAHAN TAMBAHAN PANGAN BERBAHAYA

RODHAMIN B PADA SAMPEL SUKADE, SIRUP, DAN MAKARONI

NAMA MAHASISWA / NIM :

ANISA USWATUN KHASANAH PO713251171058

ASA ANNISA PO713251171059

NAMA PEMBIMBING : RATNASARI DEWI

POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makanan merupakan elemen penting bagi tubuh manusia. Hal ini

disebabkan karena makanan memberikan energi dan tenaga bagi tubuh

untuk melakukan bekerja. Mengkonsumsi makanan yang sehat menjadi

harapan setiap manusia karena asupan gizi yang cukup, memberikan energi

yang maksimal bagi tubuh. Jadi, jika kita harus mendisiplinkan diri untuk

hidup sehat dan mangatur pola makan yang baik untuk kesehatan tubuh kita.

Dewasa ini, banyak sekali kasus keracunan makanan mewarnai

media cetak maupun televisi. Ada juga kasus kematian yang merupakan

akibat dari keracunan makanan. Kasus keracunan makanan yang dilaporkan

tidak hanya bersumber pada ketidak higienisan makanan. Namun, adanya

fenomena penggunaan bahan-bahan kimia yang dilarang dalam makanan

juga turut mendominasi.

Salah satu contoh bahan kimia berbahaya yang digunakan produsen

makanan yang perlu diwaspadai konsumen adalah zat pewarna merah

Rhodamin B. Berdasarkan hasil penelitian banyak ditemukan zat pewarna

Rhodamin B pada produk industri rumah tangga. Rhodamin B adalah bahan

kimia yang digunakan untuk pewarna merah pada industri tekstil plastik dan

kain. Kelebihan dosis Rhodamin B bisa menyebabkan kanker, keracunan,

iritasi paru-paru, mata, tenggorokan, hidung, dan usus.


B. Maksud dan Tujuan Percobaan

a. Maksud percobaan

Mengetahui adanya bahan tambahan pangan berbahaya dalam

sampel Makanan dan minuman.

b. Tujuan Percobaan

Mengaetahui adanya bahan tambahan pangan berbahaya berupa

pewarna jenis Rodhamin B pada sampel makanan dan minuman.

C. Prinsip Percobaan

Berdasarkan metode uji kualitatif dengan menggunakan

kromatografi lapis tipis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Bahan Tambahan Pangan adalan bahan atau campuran bahan yang

secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

diambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk

pangan, antara lain pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal,

pemucat dan pengental (menurut Undang-undang RI nomor 7 tahun 1996

tentang Pangan).

Penggunaan BTP ini diatur oleh perundang-undangan, oleh karena

itu perlu dipilih secara benar jika akan digunakan dalam pangan. Berikut ini

adalah penggolongan BTP (Depkes RI, 2007) :

1. Pewarna, yaitu BTP yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada

pangan. Contoh pewarna alami : Karamel (gula yang digosongkan), beta

karoten (ekstrak umbi wortel), dan kurkumin (ekstrak umbi kunyit).

2. Pemanis Buatan

Sering ditambahkan kedalam pangan sebagai pengganti gula karena

mempunyai kelebihan dibandingkan dengan pemanis alami (gula) yaitu:

a. Rasanya lebih manis.

b. Membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis.

c. Tidak mengandung kalori atau mengandung kalori yang jauh lebih

rendah sehingga cocok untuk penderita penyakit gula (diabetes).

d. Harganya lebih murah.


3. Pewarna makanan merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang

dapat memperbaiki tampilan makanan. Secara garis besar, pewarna

dibedakan menjadi dua, yaitu pewarna alami dan sintetis. Selain itu,

khusus untuk makanan dikenal pewarna khusus makanan (food grade).

Ironisnya, di Indonesia terutama industri kecil dan industri rumah

tangga makanan masih banyak menggunakan pewarna nonmakanan

atau pewarna untuk pembuatan cat dan tekstil (Mudjajanto, 2006).

Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan

pada industri tekstil dan kertas. Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang

penggunaannya pada makanan melalui Menteri Kesehatan (Permenkes)

No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan Rhodamine dalam makanan masih

terdapat di lapangan. Contohnya, BPOM di Makassar berhasil menemukan zat

Rhodamine-B pada kerupuk, sambak botol, dan sirup melalui pemeriksaan pada

sejumlah sampel makanan dan minuman.

Rhodamin B ini juga adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan

pewarna dasar dalam tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini digunakan untuk

kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang

berhubungan dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari (Hamdani,

2013).

Di dalam Rhodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin ( Cl ) yang

dimana senyawa klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga

berbahaya. Rekasi untuk mengikat ion klorin disebut sebagai sintesis zat warna.

Disini dapat digunakan Reaksi Frield- Crafts untuk mensintesis zat warna seperti
triarilmetana dan xentana. Rekasi antara ftalat anhidrida dengan resorsinol dengan

keberadaan seng klorida menghasilkan fluoresein. Apabila resorsinol diganti

dengan N-N-dietilaminofenol, reaksi ini akan menghasilkan rhodamin B.

Selain terdapat ikatan Rhodamin B dengan Klorin terdapat juga ikatan

konjugasi. Ikatan konjugasi dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan Rhodamin

B bewarna merah. Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamin B dan Klorin

membuat adanya kesimpulan bahwa atom Klorin yang ada pada Rhodamin B yang

menyebabkan terjadinya efek toksik bila masuk ke dalam tubuh manusia. Atom

Cl yang ada sendiri adalah termasuk dalam halogen, dan sifat halogen yang berada

dalam senyawa organik akan menyebabkan toksik dan karsinogen (Nizma, 2013)

B. Uraian Bahan

1. Aqua Destillata ( FI edisi III, hal

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : Air suling.

Rumus Molekul : H2O

Pemerian : Cairan Jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa.

Penyimpanan : dalam wdah tertutup baik.

Kegunaan : Eluen.

2. Asam asetat ( FI edisi III, hal 41 )

Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM

Nama Lain : Asam asetat, cuka.

Rumus Molekul : C2H4O2


Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau menusuk, rasa

asam, tajam.

Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P

dengan gliserol P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Pelarut.

3. Amonia ( FI edisi III, Hal.86 )

Nama Resmi : AMMONIA

Nama Lain : Amonia

Rumus Molekul : NH4OH

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, menusuk

kuat.

Kelarutan : mudah larut dalam air.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk.

Kegunaan : pelarut.

4. Etanol ( FI edisi III, hal 65 )

Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama Lain : Etanol, Alkohol.

Rumus Molekul : C2H6O

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan

mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah

terbakar, dengan memberikan nyala biru yang tidak

berasap.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P,

dan dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya,

ditempat sejuk, jauh dari nyala api.

Kegunaan : Eluen.

5. N-Butanol ( FI edisi III, Hal 663 )

Nama Resmi : n-BUTANOL

Nama Lain : n-Butanol

Rumus Molekul : CH3-CH2-CH2-CH2-OH

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna.

Kelarutan : larut dalam 11 bagian air pada suhu 15,5°, dapat

bercampur dengan etanol (95%) P.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : eluen.

6. Metanol ( FI edisi III, hal 706 )

Nama Resmi : METANOL

Nama Lain : metanol

Rumus Molekul : CH3OH

Pemerian : cairan tidak berwarna, jerih, bau khas.

Kelarutan : dapat bercampur dengan air, membentuk cairan

jernih tidak berwarna.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.

Kegunaan : Pelarut.
BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan bahan yang digunakan

a. Alat yang digunakan

Alu dan lumpang

Batang pengaduk

Beakerglass

Benang wol

Bunsen

Gelas ukur

Kaki tiga

Lepeng

Penangas air

Pinset

Pipa kapiler

b. Bahan yang digunakan

Sampel

Aqua destillata

Asam asetat

Amonia

Butanol

Metanol

Rodhamin B
B. Metode kerja

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Dihaluskan sampel terlebih dahulu.

3. Ditimbang 10g – 20g sampel, ditambahkan 5- 20 ml asam asetat 10%.

4. Diaduk hingga mengeluarkan warna, dimasukkan benang wol 3 helai

kemudian di aduk hingga warnanya meresap.

5. Dipanasan campuran di atas hingga mendidih, setelah mendidih tunggu

hingga 5 menit.

6. Keluarkan benang wol, bilas dengan aqua destillata, kemudian

ditambahkan ammonia 10% sebanyak 5 ml.

7. Dipanaskan diatas penangas air sampai pelarutnya menguap.

8. Ditetesi metanol ± 2 tetes, kemudian di aduk hingga homogen.

9. Ditotol pada lempeng.

10. Dimasukkan dalam cember dengan eluen yang telah di jenuhkan.

11. Diukur nilai Rf pada lempeng untuk menyimpulkan hasil.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Nilai Rf
No Sampel Hasil
Sampel Rodhamin

1 Sukade 0,76 0.82

2 Sirup 0,74 0,82

3 Makaroni 0.9 0,94

B. Pembahasan

Praktikum kali ini membahas tentang identifikasi Rhodamin B

dalam sampel makanan dengan tujuan dapat mengidentifikasi adanya

kandungan Rhodamin B dalam sampel makanan dengan menggunakan

metode kromatografi sederhana, yaitu Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

Rhodamin B merupakan pewarna sintesis berbentuk serbuk kristal,

berwarna hijau atau ungu kemerahan, tidak berbau dan dalam larutan akan

berwarna merah terang berpendar/berfluoresensi. Rhodamin B merupakan

zat warna golongan xanthenes dyes yang digunakan pada industri tekstil dan

kertas, sebagai pewarna kain, kosmetika, produk pembersih mulut dan

sabun. Nama lain Rhodamin B adalah D dan C Red no 19. Food Red 15,

ADC Rhodamin B, Aizen Rhodamin dan Brilliant Pink (Maryadele, 2006).

Pada praktikum ini dilakukan identifikasi Rhodamin B pada sampel

sukade, makaroni goreng, dan sirup dengan menggunakan Kromatografi


Lapis Tipis (KLT). Percobaan pertama yaitu membuat larutan standar

Rhodamin B sebagai pembanding sampel, tetapi standar Rhodamin B sudah

tersedia di Laboratorium sehingga tidak dibuat lagi. Selanjutnya masing-

masing sampel dilarutkan dengan asam asetat 10% dengan tujuan untuk

mendestruksi senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel dan

menstabilkan Rhodamin B agar tidak berubah dari bentuk terionisasi

menjadi bentuk netral, setelah itu dilakukan pemanasan hingga mendidih.

Dalam pemanasan tersebut telah di sertakan benang wol bebas lemak

sebagai media pernyerapan warna. Benang wol kemuadian dibilas dengan

aqua destillata terlebih dahulu untuk kemudian di tambahkan amonia 10%

dalam cawan porselen dan diuapkan dipenangas air. Setelah amonia

menguap, sampel ditetesi dengan metanol beberapa tetes untuk kemudian di

totol pada lempeng.

Sebelumnya dilakukan penyiapan eluen sebagai pelarut atau fase

gerak, Digunakan n-butanol, air, dan etanol dengan perbandingan 25:20:25.

Penggunaan eluen ini disesuaikan dengan sifat polar Rhodamin B karena

memiliki gugus karboksil dengan pasangan elektron bebas dan gugus amina

pada struktur molekulnya. Gugus karboksil dan amina ini akan membentuk

ikatan hydrogen intermolecular dengan pelarut polar sehingga mudah larut

dalam pelarut polar seperti alcohol. Sehingga digunakan campuran eluen

polar agar dapat mengelusikan Rhodamin B dengan baik. Berikut struktur

dari Rhodamin B.
Setelah dibuat eluen, maka larutan eluen tersebut dijenuhkan

terlebih dahulu. Tujuan penjenuhan adalah untuk memastikan partikel fase

gerak terdistribusi merata pada seluruh bagian chamber sehingga proses

pergerakan spot diatas fase diam oleh fase gerak berlangsung optimal,

dengan kata lain penjenuhan digunakan untuk mengoptimalkan naiknya

eluen. Kemudian dilakukan penotolan larutan baku dan sampel

menggunakan pipa kapiler. Tujuannya yaitu supaya diperoleh hasil

penotolan yang kecil, karena dalam kromatografi kertas penotolan yang

baik diusahakan sekecil mungkin untuk menghindari pelebaran spot dan jika

sampel yang digunakan terlalu banyak akan menurunkan resolusi. Lalu plat

dimasukkan dengan hati-hati ke dalam chamber tertutup yang berisi fase

gerak dengan posisi fase gerak berada dibawah garis. Fase gerak perlahan-

lahan bergerak naik, setelah mencapai jarak tempuh, kertas diangkat dan

dibiarkan kering diudara, untuk menguapkan sisa pelarut.

Dari hasil pengamatan diperoleh sampel Sukade terlihat adanya spot

dengan jarak 3,8 cm dan spot untuk standar Rhodamin B yaitu 4,1 cm.

Dengan jarak migrasi eluen 5 cm, sehingga diperoleh nilai Rf untuk sampel

sukade sebesar 0,76 dan untuk standar rodhamin B adalah 0,82. Pada sampel

makaroni goreng terlihat adanya spot dengan jarak 4,5 cm dan spot untuk

standar Rhodamin B yaitu 4,7 cm. Dengan jarak migrasi eluen 5 cm,

sehingga diperoleh nilai Rf untuk sampel makaroni goreng sebesar 0,9 dan

untuk standar rodhamin B adalah 0,94. Pada sampel Sirup terlihat adanya

spot dengan jarak 3,5 cm dan spot untuk standar Rhodamin B yaitu 3,9 cm.
Dengan jarak migrasi eluen 4,7 cm, sehingga diperoleh nilai Rf untuk

sampel sirup sebesar 0,74 dan untuk standar rodhamin B adalah 0,82.

Berdasarkan perolehan nilai Rf maka sampel makaroni goreng

memiliki nilai Rf yang hampir sama dengan nilai Rf standar Rhodamin B,

sehingga memiliki kemungkinan terbesar positif mengandung Rodhamin B.


Gambar 1.1 Lempeng KLT

a. Perhitungan Rf

a. Sampel sukade – rodhamin B


3,8
Sukade (S) : = 0,76
5

4,1
Rodhamin B (R) : = 0,82
5

b. Sampel makaroni – rodhamin B


4,5
Makaroni (M) : = 0,9
5

4,7
Rodhamin B (R) : = 0,94
5

c. Sampel sirup – rodhamin B

3,5
Sirup (SR) : 4,7 = 0,74

3,9
Rodhamin B (R) : 4,7 = 0,82
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan diperoleh sampel Sukade terlihat adanya spot

dengan jarak 3,8 cm dan spot untuk standar Rhodamin B yaitu 4,1 cm.

Dengan jarak migrasi eluen 5 cm, sehingga diperoleh nilai Rf untuk sampel

sukade sebesar 0,76 dan untuk standar rodhamin B adalah 0,82. Pada sampel

makaroni goreng terlihat adanya spot dengan jarak 4,5 cm dan spot untuk

standar Rhodamin B yaitu 4,7 cm. Dengan jarak migrasi eluen 5 cm,

sehingga diperoleh nilai Rf untuk sampel makaroni goreng sebesar 0,9 dan

untuk standar rodhamin B adalah 0,94. Pada sampel Sirup terlihat adanya

spot dengan jarak 3,5 cm dan spot untuk standar Rhodamin B yaitu 3,9 cm.

Dengan jarak migrasi eluen 4,7 cm, sehingga diperoleh nilai Rf untuk

sampel sirup sebesar 0,74 dan untuk standar rodhamin B adalah 0,82.

B. Saran

Diharapkan pada seluruh praktikan agar lebih disiplin pada saat

melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai