Anda di halaman 1dari 17

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PROGRAM STUDI DIII ANALIS FARMASI & MAKANAN FMIPA


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KOSMETIK DAN ALAT


KESEHATAN

PERCOBAAN II
IDENTIFIKASI BAHAN PEWARNA (RHODAMIN-B) PADA KOSMETIK
DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Disusun Oleh:
Mahrida
1701011320024
Kelompok VII

PROGRAM STUDI DIII ANALIS FARMASI & MAKANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
LABORATORIUM KIMIA FARMASI
PROGRAM STUDI DIII ANALIS FARMASI & MAKANAN FMIPA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

PERCOBAAN II
IDENTIFIKASI BAHAN PEWARNA (RHODAMIN-B) PADA KOSMETIK
DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Asisten Nilai Laporan Awal Nilai Laporan Akhir

(Akhmad Rezeki Firdaus) Tanggal Praktikum : Tanggal Dikumpul :


26 Maret 2019 19 Maret 2019

PROGRAM STUDI DIII ANALIS FARMASI & MAKANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
PERCOBAAN II
IDENTIFIKASI BAHAN PEWARNA (RHODAMIN-B) PADA KOSMETIK
DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

I. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip dasar identifikasi bahan pewarna
dengan menggunakan metode KLT dan spektrofotometri UV-Vis
2. Mahasiswa dapat menjelaskan alasan pemilihan metode KLT dan
spektrofotometri UV-Vis untuk analisis sampel
3. Mahasiswa dapat mempraktikkan analisis kualitatif dan kuantitatif kandungan
pewarna dalam sampel

II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1 Dasar Teori
Lipstik adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk mewarnai bibir
dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias
wajah, tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada bibir. Bahan-bahan utama
dalam lipstik yaitu lilin, minyak, lemak, acetoglycerides, zat-zat pewarna,
surfaktan, antioksidan, bahan pengawet, dan bahan pewangi (Mamoto &
Citraningtyas, 2013). Pewarna lipstik berdasarkan sumbernya ada 2 yaitu
pewarna alami dan pewarna sintetis. Pewarna alami diperoleh dari akar, daun,
bunga, dan buah. Sedangkan pewarna sintetis berasal dari reaksi antara dua atau
lebih senyawa kimia. Zat warna sintetis yang diperbolehkan untuk lipstik
misalnya merah DC, dan merah hijau no.17, kedua zat tersebut mempunyai
beberapa kelebihan yaitu stabil dalam jangkawaktu lama serta memberikan hasil
yang seragam, namun ada beberapa zat warna sintetis yang dilarang
penggunaannya untuk makanan dan kosmetik yang salah satunya adalah
Rhodamin B (Afriyeni & Utari, 2016).
Rhodamin B yaitu zat pewarna berupa serbuk kristal berwarna hijau atau
ungu kemerahan, tidak berbau, serta mudah larut dalam larutan warna merah
terang berfluoresan digunakan sebagai bahan pewarna tekstil, cat, kertas atau
pakaian Rhodamin B dapat tmengitasi saluran pernapasan dan juga bersifat
karsinogenik atau memacu pertumbuhan sel kanker jika digunakan terus menerus.
Sifat karsinogenik tersebut disebabkan oleh unsur N+(nitronium) dan Cl- (klorin)
yang terkandung pada Rhodamin B yang bersifat sangat reaktif dan berbahaya.
Penumpukan Rhodamin B dalam hati akan menyebabkan gangguan fungsi hati
berupa kanker hatidan tumor hati (Afriyeni & Utari, 2016).
Menganalisis kualitatif keberadaan Rhodamin B dalam lipstik dapat
digunakan metode kromatografi lapis tipis dan spektrofotometri UV-Vis.
Kromatografi adalah teknik pemisahan diantara dua fase, yaitu fase diam (padat
atau cair) dan fase gerak (cair atau gas). Kromatografi lapis tipis merupakan salah
satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan
komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. Spektrofotometri
UV-Vis merupakan metode analisis dengan penyerapan sinar tampak atau
ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan eksitasi elektron dalam
orbital molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih
tinggi (Mamoto & Citraningtyas, 2013).
Preparasi sampel untuk analisis rhodamin B dapat dilakukan dengan
menggunakan benang wol. Prinsip
II.2 Uraian Bahan
II.2.1 Aquades
Nama Resmi : Air suling
Nama Latin : Aqua Destillata
Struktur kimia : H2O

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak


mempunyai rasa
Kelarutan : -
Indikasi : Sebagai pelarut
BM : 18,02
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

(Kemenkes RI, 2014).

II.2.2 Asam asetat


Nama Resmi : Asam asetat
Nama Latin : Acetic acid
Struktur kimia : CH3COOH

Pemerian : Berupa cairan jernih tidak berwarna, berbau khas


Kelarutan : Mudah larut dalam air, alkohol, dan eter
Indikasi : Pereaksi
BM : 60,05
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
(Kemenkes RI, 2014).

II.2.3 Etanol 70%


Nama Resmi : Etanol
Nama Latin : Aethanolum
Struktur kimia : C2H6O
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna.
Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada
lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah
dan mendidih pada suhu 78°. Mudah terbakar.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur
dengan semua pelarut organik
Indikasi : Pelarut
BM : 46,07
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh-jauh dari api
(Depkes RI, 1979).
II.2.4 Etil asetat
Nama Resmi : Etil asetat
Nama Latin :
Struktur kimia : CH3CO.O.C2H5

Pemerian : Cairan, tidak berwarna, bau khas


Kelarutan : Larut dalam 15 bagian air, dapat bercampur
dengan etanol (95%) dan dengan eter
Indikasi : Pereaksi
BM : 88,11
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
(Kemenkes RI, 2014).

II.2.5 Larutan Amonia


Nama Resmi : Amonia
Nama Latin : Ammonia
Struktur kimia : NH3
Pemerian : Caira jernih, tidak berwarna, berbau khas,
menusuk kuat. Bobot jenis kurang dari 0,90
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Indikasi : Pereaksi
BM : 35,05
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat pada suhu tidak lebih
dari 25º
(Kemenkes RI, 2014).

II.2.6 Larutan HCl


Nama Resmi : Asam Klorida
Nama Latin : Hydrochloric acid
Struktur kimia : HCl

Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang.


Jika diencerkn dengan 2 bagian volume air, asap
hilang. Bobot jenis lebih kurang 1,18.
Kelarutan : -
Indikasi : Pereaksi
BM : 36, 46
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
(Kemenkes RI, 2014).

II.2.7 N- butanol
Nama Resmi : N- butanol
Nama Latin : Butanol
Struktur kimia : C4H9OH

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna


Kelarutan : Larut dalam 11 bagian air pada suhu 15,5°
Indikasi : Pereaksi
BM : 74,12
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
(Depkes RI, 1979).

III. ALAT DAN BAHAN


III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Batang pengaduk
2. Chamber
3. Corong
4. Erlenmeyer
5. Gelas kimia
6. Gelas ukur
7. Hot plate
8. Labu takar
9. Neraca analitik
10. Oven
11. Pipa kapiler
12. Pipet tetes
13. ok tanduk
14. Spektrofotometri UV-Vis
15. Tabung reaksi
III.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Aquades
2. Asam asetat
3. Benang wol
4. Etanol 70%
5. Etil asetat
6. Kertas saring whatman no. 1
7. Laruran amonia
8. Larutan HCl
9. Lempeng KLT
10. N-butanol
11. Sampel lipstik

IV. CARA KERJA


4.1 Preparasi Sampel

Lipstik
- Ditimbang sebanyak 1 gram
- dimasukkan ke dalam Erlenmeyer

10 ml ammonia 2%
(yang dilarutkan dalam etanol 70%)
- Direndam selama semalaman
- Disaring filtratnya menggunakan kertas
saring whatman
- Dipindahkan ke dalam gelas kimia dan
dipanaskan di atas hot plate
Residu dari penguap
- Dilarutkan dalam 10 ml air yang
mengandung asam (larutan dibuat dengan
mencampurkan 10 ml air dan 5 ml asam
asetat 10%)
Benang wol 15 cm

- Dimasukkan ke dalam larutan asam


- Dididihkan selama 10 menit
- Diangkat dan dicuci dengan aquades
- Dimasukkan ke dalam larutan basa yaitu
10 ml amonia 10%
- Dididihkan, benang wol akan melepaskan
pewarna, pewarna akan masuk ke larutan
basa
Larutan basa
- Digunakan sebagai sampel pada analisis
KLT dan spektrofotometri UV-Vis

Hasil-

4.2 Pembuatan Larutan Seri Kadar Rhodamin B dan Seri Kadar

Larutan baku
- Dibuat dengan pelarut HCl
Larutan seri kadar

- Dibuat dengan konsentrasi 0; 1; 2; 3; 4;


dan 5 ppm
Larutan baku
4.3 Identifikasi Sampel dengan KLT

Lempeng KLT

- Diaktifkan dengan cara dipanaskan dalam


oven dengan suhu100ºC selama 30 menit
Sampel
- Ditotolkan di lempeng KLT menggunakan
pipa kapiler
Lempeng KLT yang ditotol

- Dimasukan ke dalam chamber yang sudah


dijenuhkan dengan fase gerak butanol :
etil asetat : ammonia (10 : 4 : 5)
- Dibiarkan terelusi sempurna
- Diangkat
- Diamati dibawah sinar UV 254 nm dan
366 nm

Hasil

4.1 Penetapan Kadar Rhodamin dengan Spektrofotometri UV-Vis (λ 550


nm)
Larutan seri kadar
- Dimasukkan ke dalam kuvet
spektrofotometri UV-Vis, dilihat
absorbansinya
Sampel
- Dimasukkan ke dalam kuvet
spektrofotometri UV-vis, dilihat
absorbansinya.
- Dihitung kadar rhodamin B dengan
menggunakan kurva kalibrasi
Hasil
TULIS TANGAN :
VI. HASIL (20)
VII. PERHITUNGAN (JIKA ADA) (15)
VIII. PEMBAHASAN (30)
IX. KESIMPULAN DAN SARAN (20)
IX.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah
1. Xxxxxxx yyyyyyyy xxxxxxxxxuuuuuuu
2. Dst
IX.2 Saran
Saran xxxxx xxxxxxxxxuuuuuuuuuuuuuuyy xxxiauddhiw
DAFTAR PUSTAKA

Adinda, A., A. Trisnawati, N.F. Ayu W & M. Restiawati.2018. Pengaruh


Kecerahan Warna Lipstik terhadap Banyaknya Kandungan Logam Berat
Timbal, Kromium, dan Kadmium yang Dianalisis Menggunakan Atomic
AbsorptionSpectroscopy (AAS). Cheesa. 1 : 1-6.

Anwarulloh, T., Supandi & A. Situmorang. 2014. Optimasi Dan Validasi Metode
Analisis Identifikasi Orto, Meta, dan Para Fenilendiamin Dalam Sediaan
Pewarna Rambut Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Pharmacy. 11 :
49-61.

BPOM RI. 2010. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.12.10.12459 Tahun 2010 Tentang
Persyaratan Teknis Kosmetika. BPOM, Jakarta.

BPOM RI. 2015. Peraturann Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2015 Tentang persyaratan Teknis
Kosmetika. BPOM, Jakarta

Duma, N. 2014. Mempelajari Kestabilan dan Efek Iritasi Losion Alas Bedak yang
Diformulasi dengan Substistusi Lemak Kakao. Jurnal Hasil Perkebunan. 9 :
9-14.

Fatmawati, F & L. Herlina. 2017. Validasi Metode dan Penentuan Kadar Asam
Salisilat Bedak Tabur dari Pasar Majalaya. EduChemia. 2 : 141-149.

Haryanti, R., A. Suwantika & M. Andassah. 2018. Artikel Ulasan: Tinjauan


Bahan Berbahaya dalam Krim Pencerah Kulit. Farmaka. 16 : 214-222.

Mita, S. R., P. Husni & I.K. Syah. 2017. Cara Menghindari Kosmetika Palsu
dengan Organoleptik. Majalah Farmasetika. 2 : 8-11.

Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta.

Tranggono, R. I. & F, Latifah.2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.


PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Soerjono, S., N. Yuanita, & T. Lily. 2004. Manajemen Farmasi. Airlangga
University Press, Surabaya.

Alex, A., A. Eguonor, V. Eguonor, & Orhehe. 2013. Antinociceptive and Anti-
Inflammatory Studies of the Aqueous Leaf Extract of Carica papaya in
Laboratory Animals. Asian Journal Exp. Biological Science. 4: 89-96.

1) COVER DEPAN WARNA BIRU


2) LAPORAN AWAL DIKUMPUL SEBELUM PRAKTIKUM
DIMULAI
3) DAFTAR PUSTAKA MINIMAL 2 BUKU 1 JURNAL (tahun jurnal
diatas 2010, dan buku farmakope tidak termasuk)
4) PRETES DILAKSANAKAN SENIN SORE JAM 4
5) MEKANISME INHAL DITENTUKAN ASISTEN KEMUDIAN
6) BAWA LITERATUR PENDUKUNG (BUKU ATAU JURNAL)
SAAT PRAKTIKUM

Anda mungkin juga menyukai