Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II

PERCOBAAN I

‘’PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT PADA BEDAK SALISIL

METODE TITRASI ASAM BASA (NETRALISASI)’’

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK VII/FARMASI

B20

NURUL UTAMI RESKYANTI 202002069

RESKY AMALIAH.H 202002082

SITTI AMELYA AMINUDDIN 202002093

SUHERNI MALIK 202002099

TIARA PUSPITA DEWI H 202002104

YUNITA 202002110

PENANGGUNG JAWAB : Apt. TAUFIQ DALMING, S.Farm., M.Farm

ASISTEN : TUTI DWIJAYANTI A.Md.Farm

LABORATORIUM KIMIA

FARMASI PROGRAM STUDI D III

FARMASI

INSTITUTE ILMU KESEHATAN PELAMONIA

MAKASSAR TAHUN 2021/2022


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG

Asam salisilat adalah (Anti Ortohidroksi Benzoate) asam yang bersifat

intan lokal, yang terdapat digunakan secara topikal. Saat ini banyak produk

bedak yang beredar di masyarakat. Dan masyarakat pun banyak

menggunakan bedak yang dalam kandungannya mengandung asam salisilat

yang berfungsi sebagai keratolitikum dan anti jamur (K. Rao 2010).

Dengan adanya percobaan penetapan kadar asam salisilat pada bedak

memberikan pengetahuan pada masyarakat bahwa bedak yang mengandung

asam salisilat yaitu herocyn dimana kadar seperti yang tertera bahwa asam

salisilat tidak kurang dari 95% sehingga kita dapat mengetahui mutu dari

bedak tersebut dan aman digunakan (Tjay, 2012).

Bedak sangat akrab dengan kita dikehidupan sehari hari karena

manfaatnya yang begitu banyak. Bedak bahkan sudah kita kenal sejak bayi.

Namun, ada beberapa orang yang menyalahgunakan bedak dengan

penambahan bahan- bahan berbahaya kedalamnya. Jika kandungann salisilat

berlebih dalam bedak akibatnya kita dapat terkena iritasi kulit ringan sampai

parah yaitu keracunan. Maka dari itu perlu dilakukan pemeriksaan kadar asam

salisilat pada bedak (Arian, 2012).


Pada percobaan ini metode yang digunakan untuk mengukur kadar

asam salisilat pada bedak salisilat dengan menggunakan metode titrasi asam

basa (netralisasi) (Budi et all, 2020).

Titrasi adalah suatu cara untuk menetukan konsentrasi asam atau basa

dengan menggunakan larutan standar, larutan standar yang berupa asam atau

basa yang telah diketahui konsentrasinya dengan teliti. Larutan standar asam

diperlukan untuk menetapkan konsentrasi asam (Esti, 2011).

B. MAKSUD PERCOBAAN

Menetukan kadar asam suatu zat dalam bentuk sediaan farmasi

dengan menggunakan metode volumetrik.

C. TUJUAN PERCOBAAN

Menentukan kadar asam salisilat dalam bedak dengan metode

alkalimetri dan bromometri

D. PRINSIP PERCOBAAN

Menetukan kadar asam salisiliat dalam sediaan bedak dengan

menggunakan metode alkali. Metode ini berdasarkan reaksi netralisasi antara

asam salisilat sebagai zat uji NaOH sebagai larutan baku (titran). Titik akhir

ditandai dengan perubahan warna indicator dari titik warna bening menjadi

warna merah muda (pink).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI UMUM

Asam salisilat adalah salah satu contoh obat yang diketahui untuk

mengobati keratonid dan pengobatan yang baik khusus kondisi kulit, termasuk

psoriatic. Ketika mekanisme kerja keratonid tidak sepenuhnya dimengerti,

diperkirakan asam salisilat mungkin mengurangi keratonid- keratonid dengan

baik dan dengan perlahan- lahan mengurangi Ph pada statum corneum, efek ini

menjadi awal dari berkurangnya skala dan kelembutan pada daerah yang

terkena. Asam salisilat menjadi pilihan yang aman untuk mengontrol efek

psoriatic lokal pada kehamilan, bagaimanapun karena resiko yang sangat besar

dari sistem penyerapan dan efek racun, asam salisilat harus di hindarkan dari

jangkauan anak- anak (K.Rao, 2010).

Sifat- sifat yang dimiliki oleh asam salisilat adalah sebagai berikut:

1. Panas jika dihirup, ditelan dan apabila terjadi kontak dengan kulit.

2. Iritasi pada mata

3. Iritasi pada saluran pernafasan

4. Iritasi pada kulit asam salisilat bebas hanya memiliki efek antipiretik dan

analgetik yang rendah (Tjay, 2012).

Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion

H+ sedangkan basa adalah zat yang dalam air melepaskan ion OH- Lewis

mendefinisikan : Asam adalah senyawa kimia yang bertindak


sebagai penerima pasangan elektron. Basa adalah senyawa kimia yang

bertindak sebagai pemberi pasangan elektron. Menurut Bronsted dan Lowry,

asam adalah yang memberi proton, sedangkan basa adalah spesi yang

menerima proton pada suatu reaksi pemindahan proton (Arian, 2012).

Titrasi asam-basa merupakan penetapan konsentrasi senyawa yang

bersifat asam dengan larutan standar yang bersifat basa begitupun sebaliknya

dengan penetesan larutan standar melalui buret kedalam larutan yang

diinginkan diketahui konsentrasinya pada Erlenmeyer hingga mencapai titik

ekuivalen (Budi et all., 2020).

Titrasi asam basa memerlukan indicator untuk menunjukkan perubahan

warna pada setiap interval derajat keasaman (pH). Indicator sintesis yang

digunakan selama ini mempunyai beberapa kelemahan seperti polusi kimia,

ketersediaan dan biaya produksi mahall (Nuryanti, 2010).

Asam kuat dan basa kuat, dalam air akan terurai secara sempurna. Oleh

karena itu, ion hidrogen dan ion hidroksida selama titrasi dapat langsung

dihitung dari jumlah asam atau basa yang ditambahkan. Pada titik ekuivalen

dari titrasi asam kuat dan basa kuat, pH larutan pada temperature 25℃ sama

dengan pH air yaitu sama dengan 7. Sebagai catatan perlu dikemukakan bahwa

dasar kesetimbangan dan stoikiometri reaksi. Titrasi asam-basa dapat

dilakukan dengan menggunakan indicator atau menggunakan pH meter. Titrasi

asam-basa menggunakan
indikator didasarkan pada reaksi netralisasi asam basa. Pada titik ekuivalen,

jumlah asam dititrasii ekuivalen dengan jumlah basa yang dipakai. Untuk

menetukan titik ekuivalen ini biasanya dipakai suatu indicator asam basa, yaitu

suatu zat yang perubahan warnanya tergantung pada pH larutan. Perubahan

warna indicator timbul perubahan warna, maka titik akhir tidak selalu berimpit

dengan titik ekuivalen dan selisihnya disebut kesalahan titrasi. Dengan

pemilihan indicator yang tepat, maka dapat memperkecil kesalahan titrasi ini

(Esdi, 2011).

Indikator adalah zat yang digunakan untuk sinyal ketika titrasi tiba

dititk dimana reaktan kimia sama, seperti yang didefinisikan oleh persamaan

reaksi larutan standar adalah dengan konsentrasi tepat ditentukan. Awalnya

konsentrasi larutan standar ditentukan dari jumlah yang ditimbang dari sebuah

standar primer, bahkan kimia referensi yang sangat dimurnikan. Larutan

standar dapat dibuat dari salah satu dari dua (Weiner, 2010).

Dalam farmakope indonesia edisi ii metode standar penetapan kadar

asam salisilat dalam serbuk adalah yang menggunakan TLC (thin later

chrimatogrhic). Selain itu asam salisilat juga dapat ditetapkan secara colometri

dan U.V speatogmetri.

1. TLC (Thin layer chromatographic) (wasitaatmadja ,2015)

Pada dasarnya TLC setelah sampel di evaluasi dan

didapatkan titik noda maka di semprot dengan 5 % larutan ferri


klorida. Seperti asam salisilat,isolasi senyawa tunggal dan kumpulan senyawa.

2. Colometri (wetson,2012)

Colometri adalah metode perbandingan menggunakan perbedaan

warna suatu zat sebagai perbandingan. Biasanya cahaya putih digunakan

sebagai sumber cahaya untuk membandingkan absorbsi cahaya relatif

terhadap suatu zat.

3. Spektrofotometri UV-VIS(wetson,2012)

Spektofotometri UV – VIS merupakan suatu metode penetapan

kadar yang memiliki sensitivitas yang tinggi dan dapat memberikan hasil

yang akurat. Prinsip kerja dari instrumentasi spektrofotometri UV-VIS ini

adalah pengukuran serapan sinar manokromatis oleh suatu laju larutan

yang memiliki gugus kromosar pada panjang gelombang spesifik dengan

monokromator prisma.
B. URAIAN BAHAN

1. Asam salisilat (FI ed. III.1979:43)

Nama Resmi : ACIDUM SALICYLICUM

Nama Lain : Asam salisilat

RM/BM : C7H603/138,12

Pemerian Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk

: berwarna putih hampir tidak berbau rasa

agak manis dan tajam.

Kelarutan Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4

bagian etanol 95% p. larut dalam klorofrom


:
p. dan eter p. dinatrikum hidrogenfosfat

p.kalium sitrat p. dan natrium sitrat p.

Khasiat : Sebagai bahan dasar sintesa metil salisilat

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

2. Alkohol ( FI ed.III.1979:65)
Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama Lain : Alkohol, etanol, ethyl alkohol

RM/BM : C2H60

Pemerian : Cairan tidak berwarna

Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, dalam


:
klorofrom p, dan dalam eter p.

Kegunaan : Zat tambahan


Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari
:
cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api.

3. Aqua Destillata (FI ed.III.1979:96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : Air suling

RM/BM : H2O/18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa.

Kegunaan : Zat tambahan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

4. Fenolftalein (FI ed.IV.1995:662)

Nama Resmi : PHENOLPHTHALEINUM

Nama Lain : Fenolftalein

RM/BM : C2OH14O4/318,33

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan

lemah, tidak berbau, stabil diudara.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam

etanol, agak sukar larut dalam etanol.

Kegunaan : Indicator

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


5. Kalium Biftalat (FI ed. III.1979:686)

Nama Resmi : KALIUM HIDROGENFTALAT

Nama Lain : Kalium biftalat

RM/BM : CO2H.C6H4.CO2K/204,2

Pemerian : Serbuk hablur, putih tidak berwarna

Kelarutan : Larut berlahan-lahan dalam air, larutan

jernih.

Kegunaan : Larutan baku primer

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

6. Natrium Hidroksida (FI ed.III.1979:412)

Nama Resmi : NATRII HIDROXIDUM

Nama Lain : Natrium Hidroksida

RM/BM : NaOH/40,00

Pemerian : Putih atau praktis putih, massa hablur,

berbentuk pellet, serpihan atau batangan atau

bentuk lain, keras, rapuh, dan menunjukkan

pecahan hablur, bila dibiarkan diudara akan

menyerap

karbondioksida dan lembab.

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan etanol.

Kegunaan : Pelarut/ zat tambahan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat


BAB III

METODE KERJA

A. ALAT

a. Batang pengaduk

b. Buret

c. Erlenmeyer 250 mL

d. Gelas kimia

e. Labu ukur

f. Neraca analitik

g. Penangas air

h. Pipet tetes

i. Pipet volume

j. Statif

k. Sendok tanduk

l. Batang pengaduk

m. Buret

n. Erlenmeyer 250 mL

o. Gelas kimia

p. Labu ukur

q. Neraca analitik

r. Penangas air

s. Pipet tetes

t. Pipet volume
u. Statif

v. Sendok tanduk

B. BAHAN

a. Aluminium foil

b. Asam salisilat

c. Aqua bebas karbondioksida

d. Etanol netral

e. Fenolftalein

f. Kalium biftalat

g. Natrium hidrogen ( NaOH)

h. Sampel : bedak salisil

C. PROSEDUR KERJA

1. Pembuatan reagen

a. Aqua bebas karbondioksida

Sejumlah aquadest (pelarut) yang dibutuhkan dipanaskan hingga

mendidih selama 5-10 menit. Kemudian didinginkan,selama

pendinginan dan penyimpanan harus terlindungi dari udara.

b. Fenolptalein

Ditimbang 200 mg fenolptalein. Kemudian dilarutkan dengan 60 ml

etanol 90 % dan cukupkan volumenya dengan aquadest sampai 100

ml.
c. Etanol Netral

Sejumlah etanol yang di butuhkan kemudian di tambahkan 0,5 ml

larutan fenolptalein. Dilanjutkan dengan menambahkan sejumlah

NaOH hingga larutan bewarna merah jambu, etanol netral harus

dibuat baru.

d. NaOH 0,1 N

Ditimbang 2 g kristal natrium hidroksida dalam gelas kimia 100 ml,

larutkan dengan air suling. Masukkan ke dalam labu ukur 500 ml.

Bilas gelas kimia beberapa kali dengan air suling, masukkan

bilasankedalam labu ukur diatas.

2. Pembakuan NaOH

a. Ditimbang seksama 400 mg kalium biftalat masukkan kedalam

erlemenyer 250 ml

b. Dilarutkan dengan 50 ml air bebas karbondioksida

c. Ditambahkan 3 tetes larutan indikator fenolptalein, kocok hingga

homogen

d. Dititrasi dengan larutan natrium hidroksida hingga warna larutan

berubah dari tidak bewana menjadi merah muda pink

e. Diulangi prosedur ini 3 kali

f. Hitung normalitas larutan titren natrium hidoksida tersebut (normalitas

larutan hasil perhitungan ditulis sampai 4 desimal) dengan rumus.


Mgrek NaOH = Mgrek KH Ftalat

berat KH Ftalat
VNaOH X NNaOH = BE KH Ftalat

berat KH Ftalat
VNaOH X NNaOH = 204,23

berat KH Ftalat
NNaOH =
204,23 X VNaOH

Dimana

VNaOH = volume larutan titer yang diperlukan pada proses titrasi

(ml) berat KH flafat dibuat dalam satuan berat mg

3. Penentuan kadar asam salisilat

a. Ditimbang saksama sampel uji (bedak salisil) setara dengan 300 mg

asam salisilat, masukkan ke dalam labu erlemeyer 250 ml


0,3
(sampel uji yang di timbang = 0,3 X 100 g)
kadar pada etiket %

b. Dimasukkan kedalam erlemeyer tambahkan 25 ml etanol yang sudah

dinetralkan dengan natrium hidroksida 0,1 N

c. Ditambahkan 25 ml air suling dan beberapa tetes indikator

fenolptalein (untuk memperjelas titik akhir karena adanya talkum)

d. Dititrasi hingga larutan berubah dari tidak bewarna menjadi pink,

e. Di ulangi prosedur ini 2 kali lagi

f. Dihitung kadar asam salisil dalam salisilat dalam sampel uji hasil

perhitungan ditulis.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN & PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN

1. Pembakuan larutan NaOH 0,5 N

No Pembacaan skala buret Volume titrasi


Berat (g)
Titik awal Titik akhir (ml)
titrasi titrasi
1. 0,4 gram 39 ml 35,2 ml 3,8ml
2. 0,4 gram 32 ml 28 ml 4 ml
3. 0,4 gram 27 ml 23,5 ml 2,5 ml
2. Penetapan kadar asam salisilat

No Pembacaan skala buret Volume titrasi


Berat (g)
Titik awal Titik akhir (ml)
titrasi titrasi
1. 0,45 g 42 ml 41,2 ml 0,3 ml
2. 0,45 g 45 ml 44,5 ml 0,5 ml

B. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai penetapan kadar

asam salisilat pada bedak salisilat metode titrasi asam basa (netralisasi)

adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alat batang

pengaduk, buret 50 ml, erlemeyer 250 ml, gelas beaker, labu ukur, neraca

analitik, pipet volume, pipet tetes, penangas air,sendok tanduk dan statif.

Adapun bahannya yakni asam salisilat, aquadest, almunium foil, etanol

netral,fenolflatein, kalium biftalat, NaOH dengan sampel yang akan di teiliti

yakni bedak caladin.


Langkah pertama yang dilakukan yakni pembuatan reagen, yakni

pembuatan aquadest bebas karbondioksida, reagen fenolptalein, regen etanol

netral dan reagen NaOH 0,7 N.

Dalam praktikum kali ini penetapan kadar asam salisilat dilakukan dengan

menggunakan metode titrasi asam basa (netralisasi) yang dimana metode

titrasi asam basa adalah merupakan metode yang digunakan untuk

menentukan konsentrasi suatu larutan dalam senyawa. Metode ini dilakukan

dengan meneteskan larutan larutan basah yang konsentrasinya sudah

diketahui atau dengan cara sebaliknya(Gelge dkk,2013),maka dari itu pada

percobaan kali ini digunakan metode titrasi asam dan basa untuk menentukan

dan menetapkan kadar asam salisilat dalam bedak, dalam hal ini bedak

caladine.

Langkah kedua dilakukan standarisasi/pembekuan sebelum menggunakan

larutan NaOH 0,7 N yang telah dibuat. Standarisasi NaOH dilakukan kedalam

50 ml air beras karbondioksida, kemudian ditambahkan 3 tetes larutan

indikator fenolptalein. Kocok hingga homogen , kemudian dititrasi

menggunakan NaOH 0,7 N. Penambahan indikator ini bertujuan untuk

perubahan warna yang jelas dimana indikator pp ini mempunyai prayer 4,8

sampai 10,4 dan mempunyai nilai peka 9,4(Gandjar & Lachman 2017)

penambahan indikator juga berfungsi yaitu untuk mengetahui titik akhir

titrasi yang ditandai adanya perubahan warna yang stabil pada larutan yang

warna merah muda dan


stabil. Pada tahap standarisasi/pembakuan NaOH dilakukan pengulangan

sebanyak 3 kali untuk menghindari besarnya kesalahan yang mungkin terjadi.

Pada titrasi pembakuan pertama diperoleh 0,5.54 mg/ml,titrasi kedua

diperoleh 0,4896 mg/ml dan titrasi ketiga diperoleh 0,0510 mg/ml dari data

yang didapatkan menunjukkan bahwa NaOH 0,7 N tidak mencapai normalitas

yang seharusnya yaitu o,7 N

Penetapan kadar asam salisil dengan bedak caladine dilakukan titrasi

sebanyak dua kali meminimalkan kesalahan dalam percobaan dengan

menimbang sebanyak 0,45 mg bedak asam salisil yang kemudian dilarutkan

dalam 25 ml etanol netral dan ditambahkan 25 ml aquadest. Penggunaan

etanol netral karena asam salisil dalam etanol dapat menjaga PH dari asam

salisilat kemudian sampel ditetesi 10 tetes indikator pp untuk memperjelas

reaksi titrasi akhir karena adanya talkum , setelah dititrasi dengan NaOH 0,7

N menggunakan indikator pp, titik akhir titrasi, diterapkan pada saat larutan

merah yang stabil , pada titrasi penetapan kadar.

Asam salisil titrasi pertama diperoleh kadar sebesar 0,04 % (b/v) dan

dititasi kedua diperoleh 0,07 % (b/b) dan data yang didapatkan ini

menunjukkan bahwa kadar asam salisil dalam sampel bedak caladin kecil dan

aman serta memenuhi standar yang ditetapkan oleh (BPOM RI,2011) dalam

persyaratan teknis bahan kosmetik, kadar asam salisil di batasi 3 % produk

bilas dan 2 % untuk bahan lainnya.


Berikut reaksi antara asam salisil dengan NaOH :
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang dilakukan, yakni penetapan kadar asam

salisilat yang telah dilakukan mampu menentukan kadar asam salisilat pada

sampel dengan metode titrasi asam basa yang dilanjutkan dengan pangamatan

dan perhitungan, diperoleh hasil :

Hasil kadar asam salisilat yang pertama diperoleh sebesar 0,04 % hal ini

menandakan bahwa sampel aman karena tidak melebihi ketetapan yakni

2%

1. Hasil kadar asam salisilat yang kedua dilakukan dipeoleh sebesar 0,07 %

hal ini menandakan bahwa sampel aman karena tidak melebihi ketetapan

3%

B. SARAN

Sebaiknya sebelum praktikum berlangsung praktikan memperhatikan dan

memahami prosedur kerja yang akan dilakukan agar praktikum berjalan

lancar, serta sebaiknya alat dan bahan yang digunakan didalam laboratorium

diperbanyak agar berjalan lancar


DAFTAR PUSTAKA

Arian, I.W., 2012. Sintetis Senyawa Orto-Feni Naftul Sebagai Indikator


Dalam Titrasi, Jurnal Kimia, Vol.4. Universitas Udayana.

Depkes RI., 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.

Depkes RI., 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

Esdi Panganti, 2011. Kimia Analitik. Gramedia; Gramedia.

K. Rao, Purushotam, Khalif K., Khasat “Preparation Of Pharma And Bio


Sciences. India.

Nuryanti, Sitti, Dkk., 2020. Indikator Titrasi Asam Basa Dari Ekstrak Bunga Sepatu.
Yogyakarta: Jurusan Kimia FMIPA UGM.

Untari, Budi, Dkk., 2020. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas Dan
Kandungan Jenis Asam Lemak Dalam Minyak Yang
Dipanaskan Dengan Metode Titrasi Asam Basa Dan
Kromotrogafi Gas. Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi. Vol. 1 : Hal 1- 10.

Tjay Dan Rahardja, 2012. Obat-Obatan Penting, Edisi Ke-8. Penerbit Elex Media
Komputindo, Jakarta.

Welner, 2010. “Introduction To Chemical Principles” USA.

Wasitomadja.m.s,2015 Penuntun kosmetik medis UI Press:jakarta

Watson.2013,Analisis farmasi buku kedokteran EGC:jakarta


LAMPIRAN

Gambar 1 Pembuatan Gambar 2


air bebas Pembuatan etanol netral
karbondioksida

Gambar 3 Gambar 4
Penimbangan kalium biftalat Kalium biftalat dilarutkan
dengan air bebas
karbondioksida
Gambar 5 Gambar 6
Penambahan 3 tetes indikator Titrasi dengan NaOH 0,7 N
pp kedalam larutan

Gambar 7 Gambar 8
Penimbangan sampel bedak Sampel ditambahkan etanol
caladine netral dan air suling
Gambar 9 Gambar 10
Ditambahkan indikator pp Sampel dititrasi dengan NaOH
sebanyak 10 tetes 0,7 N hingga berubah warna
menjadi pink

Gambar 11 Gambar 12
Hasil pembakuan NaOH 0,7 N Hasil penentuan kadar asam
salisilat pada bedak salilsil
LAMPIRAN

1. Perhitungan penimbangan NaOH 0,7N


Dibuat sebanyak 100 ml
BM NaOH = 40 g/Mol
NaOH 0,7N = 0,7 N X 100 Ml X 40 g/Mol
= 70 x 40 g/Mol
= 2.800 mg =2,8 g
2. Karakteristik sampel uji
Merk sampel : CALADINE

No Batch : Na18190405052kI9002

Kadar asam salisilat sesuai tabel :2%

Perhitungan jumlah sampel uji yang harus ditimbang :


0,3
=0,3 X 100 g)
kadar pada etiket %

0,3
=0,3 X 100 %)
2%

0,3
= 2 /100

= 0,45 ml

3. Perhitungan kadar pembekuan NaOH

Sampel (1)

berat KH Ftalat
NaOH = 204,23 X VNaOH

400 mg
= 204,23 X 3,8 ml

400 mg
= 776,074 ml

= 0,5154 mg/ml
Sampel (2)

berat KH Ftalat
NaOH = 204,23 X VNaOH

400 mg
= 204,23 X 3,5 ml

400 mg
= 714,805 ml

= 0,5595 mg/ml

4. Perhitungan kadar asam salisil

Sampel (1)

Asam salisil = VNaOH X NNaOH X BE As salisilat

= 0,3 ml X 0,5215 mg/ml X 138

= 21,59 mg/ml

21,59 mg/ml
Kadar asam salisil = X 100 %
450 mg

= 0,04 %
SKEMA KERJA

1. PEMBUATAN AQUA BEBAS KARBONDIOKSIDA

DISAPKAN ALAT DAN BAHAN

SEJUMLAH AQUADEST
DIPANASKAN 5-10 MENIT

DINGINKAN DAN SIMPAN PADA


TEMPAT YANG TERLINDUNGI
DARI UDARA

2. PEMBUATAN FENOLPTALEIN

DISAPKAN ALAT DAN BAHAN

DITIMBANG 200 MG
FENOLPTALEIN

LARUTKAN DENGAN 60 ML
ETANOL 90 % CUKUPKAN
VOLUMENYA DENGAN
AQUADEST HINGGA 100 ML
3. PEMBUATAN ETANOL NETRAL

DISAPKAN ALAT DAN BAHAN

SEJUMLAH ETANOL
DITAMBAHKAN 0,5 ML
LARUTAN FENOLPTALEIN

DITAMBAHKAN NaOH HINGGA


BEWARNA MERAH JAMBU

4. PEMBUATAN NaOH 0,7 N

DISIAPKAN ALAT DAN BAHAN

DITIMBANG 2,8 gram NaOH

DILARUTKAN DENGAN
SEBAGIAN AQUADEST

KEMUDIAN DIMASUKKAN
KEDALAM LABU UKUR 100 ML
LALU UKUR 100 ML DAN
CUKUPKAN VOLUMENYA
HINGGA TANDA BATAS
5. PEMBAKUAN NaOH

DISIAPKAN ALAT DAN BAHAN

DITIMBANG KALIUM BIFTALAT


400 MG

KALIUM BIFTALAT DILARUTKAN


DENGAN 50 ML AIR BEBAS
KARBONDIOKSIDA

DITAMBAHKAN 3 TETES
INDIKATIR
PP(FENOLPTALEIN)

DITITASI DENGAN LARUTAN


NATIRUM HIDROKSIDA
,HINGGA BERUBAH WARNA
,DIULANGI SEBANYAK 3 KALI
6. PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

DISIAPKAN ALAT DAN BAHAN

DITIMBANG SAMPEL BEDAN


CALADINE 0,45 GRAM

DITAMBAHKAN 25 ML ETANOL
NETRAL

DITAMBAHKAN 25 ML
AQUADEST DAN BEBERAPA 10
TETES INDIKATOR PP

DITITRASI DENGAN LARUTAN


NaOH0,7 N

DILANGI 3 KALI DAN DIHITUNG


KADAR ASAM SALISILAT

Anda mungkin juga menyukai