Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

JUDUL PERCOBAAN :
PERCOBAAN III

ASIDI - ALKALIMETRI

Disusun Oleh :

Praktikan : Putri Widiarti Mariyono


NIM : 24030119120026
Jurusan : Kimia
Jadwal Praktikum : Rabu, 16 September 2020
Asisten : Indah Salma Sausan
NIM Asisten : 24030117120008

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
LEMBAR PENGESAHAN
PERCOBAAN III

“ASIDI - ALKALIMETRI”

Judul : Percobaan 3 Asidi-Alkalimetri

Hari, Tanggal : Rabu, 22 September 2020

Waktu : 13.00-15.50 WIB

Semarang, 16 September 2020


Mengetahui,
Asisten Pratikum, Praktikan,

Indah Salma Sausan Putri Widiarti M


NIM.24030117120008 NIM.24030119120026
PERCOBAAN III

ASIDIMETRI - ALKALIMETRI

I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Melakukan prosedur standardisasi larutan standar sekunder sebelum
analisis.
1.2 Menentukan kadar senyawa dalam sampel:
a. Kadar Nakarbonat dalam Produk Pangan
b. Kadar Asam asetat dalam Asetat Glasial dan Cuka Perdagangan
1.3 Menentukan komposisi campuran CO3 dan NaOH dalam produk pangan
atau sampel buatan.
1.4 Menentukan pilihan indikator yang tepat dalam analisis campuran.

II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1. Titrasi
II.1.1. Pengertian Titrasi
Titrasi atau titrimetri mengacu pada analisa kimia kuantitatif yang
dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya
diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif
dengan larutan dari zat yang akan dianalisis. Larutan dengan konsentrasi
yang diketahui tersebut disebut larutan standar. Bobot zat yang hendak
dianalisis dihitung dari volume larutan standar yang digunakan serta
hukum stoikiometri yang diketahui. (Anonim, 2012).
Tiga jenis reaksi titrasi asam dan basa : (1) titrasi yang melibatkan
asam kuat dan basa kuat (2) titrasi yang melibatkan asam lemah danbasa
kuat, dan (3) titrasi yang melibatkan asam kuat dan basa lemah.titrasi asam
lemah dan basa lemah dirumitkan oleh terhidrolisisnyakation dan anion
dari garam yang terbentuk (Chang, 2005).
II.1.2. Titik Ekivalen
Titik ekivalen adalah titik selama proses titrasi dimana tepatnya titrat
telah cukup ditambahkan untuk bereaksi dengan titran. Secara ideal, titik
akhir dan titik ekivalen seharusnya identik, tetapi dalam prakteknya jarang
sekali ada orang yang mampu membuat kedua titik tersebut tepat sama,
meskipun ada beberapa hal dimana perbedaan antara kedua hal tersebut
dapat diabaikan (Snyder, 1996). Menurut (Petrucci, 1987) titik ekivalen
adalah titik pada reaksi dimana asam dan basa keduanya setara, yaitu
dimana keduanya tidak ada yang berlebihan.
II.1.3. Titik Akhir
Titik akhir titrasi adalah kondisi saat indikator menunjukkan
perubahan warna. Titrasi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasi
tercapai, yang ditandai dengan perubahanwarna indikator. Titik akhir
titrasi tidak terlalu berimpit dengan titik ekuivalen, dengan pemilihan
indikator yang tepat kita dapat memperkecil kesalahan titrasi (Snyder,
1996).
Indikator yang digunakan harus memberikan perubahan warna yang
nampak di sekitar pH titik ekivalen titrasi yang dilakukan, sehingga titik
akhirnya masih jatuh pada kisaran perubahan pH indikator tersebut. Bila
suatu indikator digunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi, maka : (1)
Indikator harus berubah warna tepat pada saat titrant menjadi ekivalen
dengan titrat, dan (2) Perubahan warna itu harus terjadi secara mendadak,
agar tidak ada keraguan-keraguan tentang kapan titrasi harus dihentikan
(Harjadi, 1986).
II.2. Asidi-Alkalimetri
Asidi-alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion
hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari
basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral (Rohman dkk, 2007).
Asidimetri dan alkalimetri sebaiknya diartikan secara umum saja,
yakni titrasi yang menyangkut reaksi-reaksi asam dengan basa. Secara
tersirat diartikan di atas, bahwa asidimetri-alkalimetri menyangkut reaksi
dengan asam dan atau dengan basa. Diantaranya :

1. asam kuat – basa kuat


2. asam lemah – basa kuat
3. asam kuat – basa lemah
4. asam kuat – garam dan asam lemah
5. basa kuat – garam dan basa lemah
dalam titrasi asidi alkalimetri, perubahan terpenting yang mendasari
penentuan titik akhir dan cara perhitungan adalah perubahan pH titrat

1. Asam dengan basa (reaksi penetralan), agar kuantitatif maka asam dan
atau basa yang bersangkutan harus kuat.
2. Asam dengan garam (reksi pembentukan asam lemah), agar kuantitatif,
asam harus kuat dan garam itu harus terbentuk dari asam lemah sekali.
3. Basa dengan garam, agar kuantitatif basa harus kuat dan garam harus
terbentuk dari basa lemah sekali, jadi berdasar pembentukan basa
lemah tersebut.
(Harjadi, 1986)

II.3. Standarisasi Larutan


Standarisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk
menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan. Larutan standar adalah
larutan yang konsentrasinya telah diketahui. Larutan standar kadang-
kadang dapat dibuat dari sejumlah contoh solute yang diinginkan yang
secara teliti ditimbang dengan melarutkannya ke dalam volume larutan
yang secara teliti diukur volumenya. Cara ini biasanya tidak dapat
dilakukan, akan tetapi karena relatif sedikit reaksi kimia yang diperoleh
dalam bentuk cukup murni untuk memenuhi permintaan analis akan
ketelitiannya. Beberapa zat tadi yang memadai dalam hal ini disebut
standar primer. Suatu larutan lebih umum distandarisasikan dengan cara
titrasi yang pada proses itu dengan sebagian berat dari standar primer
(David, 2016).
II.4. Analisa Bahan

II.4.1. HCl pekat

Sifat Fisik : larutan tidak berwarna, berbau, titik didih 50,50C, titik leleh
-250C.
Sifat Kimia : asam kuat, korosif, larut dalam air.
(MSDS, 2012a)
II.4.2. NaOH

Sifat Kimia : menyerap air dan CO2 dari udara, larut dalam air, alkohol.
Sifat Fisik : kristal berwarna putih, titik didih 19390C, titik leleh 3180C.
(MSDS, 1998)

II.4.3. Aquadest
Sifat Kimia : pelarut polar, bersifat netral.
Sifat Fisik : tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, titik didih 1000C,
titik leleh 0˚C.
(MSDS, 2017)

II.4.4. Natrium Teraborat murni

Sifat Kimia : larut dalam air dan gliserol.


Sifat Fisik : kristal berwarna putih, tidak berbau, titik didih 3200C, titik
leleh 75˚C.
(MSDS, 2007)
II.4.5. Na2CO3

Sifat Kimia : agak higrokopis, dapat dititrasi dengan indikator PP,


merupakan soda pembersih, larut dalam air.
Sifat Fisik : berbentuk bubuk putih, tidak berbau, titik didih 16000C, titik
leleh 851˚C.
(MSDS, 1999)
II.4.6. Asam asetat
Sifat Kimia : asam lemah, larut dalam air, etanol, aseton, dan gliserol.
Sifat Fisik :cairan tidak berwarna, berbau, titik didih 1180C.
(MSDS, 2016)

II.4.7. Indikator Metil Orange

Sifat Kimia : asam paradimetilaminoazbenzena karboksilat, larutan


0,02% dalam etanol 60%, digunakan sebagai
indikator.

Sifat Fisik : berbentuk cairan, pH 4,4 (Merah) hingga 6,0 (kuning),


berwarna orange.

(MSDS, 2015)

II.4.8. Indikator PP
Sifat Kimia : Senyawa hablur putih, sukar larut dalam air, tetapi
dapat berinteraksi dengan air, larut dalam alkohol.

Sifat Fisik : Titik leleh :2610C, trayek pH ialah 8,0-9,8, perubahan


warna dari tak berwarna menjadi merah.
(MSDS, 2004)

II.4.9. Asam Oksalat Kristal

Sifat Kimia : Sangat stabil dalam keadaan atmosfer biasa, harus


dititrasi sebagai asam berbasa dua dengan indikator
fenolftalein atau biru timol.

Sifat Fisik : berbentuk kristal berwarna putih, BM 126 gram / mol,


densitas 1,90 g cm-3.

(MSDS, 2012)
2.10. Sampel Soda

Sifat Kimia : Larut dalam air.

Sifat Fisik : cairan bening, tidak berbau, massa jenis 2.52g/cm3.


(MSDS, 2018)
2.11. Garam Amonium

Sifat Kimia : Larut dalam air, etanol,dan metanol.

Sifat Fisik : Padatan granul berwarna putih atau tidak berwarna,


titik leleh 155⁰C, titik didih 210⁰C.
(MSDS, 2018)

2.12. NaHCO3
Sifat Kimia : Larut dalam air dan sedikit larut dalam etanol, serbuk
kuning pemadam api dikenal sebagai soda kue.

Sifat Fisik : Padatan kristal putih, 84.01 gram / mol , densitas 2.159
gram / ml.
(MSDS, 2019)
III. METODE PERCOBAAN
III.1. Alat

1. Neraca listrik
2. Labu takar 250 ml
3. Buret
4. Erlenmeyer
5. Pipet tetes
6. Pipet ukur
7. Gelas arloji
8. Gelas beker
9. Gelas ukur

III.2. Bahan
1. Na2B4O7
2. HCl pekat
3. Kristal H2C2O4
4. Akuades
5. Na2CO3
6. Indikator Metil Red
7. Indikator PP
8. Sampel Soda
9. Asam asetat
10. NaHCO3
11. Sampel soda
12. Garam ammonium
III.3. Gambar Alat

Neraca Listrik Labu takar 250ml Buret

Erlenmeyer Pipet tetes Pipet ukur

Gelas Arloji Gelas Beker Gelas Ukur


3.4. Skema kerja
A. Prosedur 1
3.4.1. Preparasi dan standarisasi HCl
a). Preparasi HCl 0,1 N

x ml HCl pekat 37%

Labu takar 100 ml

- Penambahan aquades hingga tanda batas


- Memperhatikan sifat fisik dan kimia
- BJ HCl dengan Aerometer

Hasil

b). Standarisasi HCl dengan Boraks


0,5 g natrium tetraborat murni

Erlenmeyer

Penambahan 50 ml aquadest

Penambahan 2 tetes indikator M.O

Larutan berwarna Kuning

Erlenmeyer

Penitrasian dengan HCl


Pencatatan volume HCl
Pengulangan triplo titrasi
Hasil
3.4.2. Preparasi dan standarisasi NaOH

a).Preparasi larutan NaOH bebas karbonat

50 gr kristal NaOH

Beker gelas

-Penambahan aquades 50 ml

-Diamkan sampai bagian atas larutan


bening (NaOH pekat)

Hasil

b) Pembuatan larutan NaOH 0,1 N

6,5 ml NaOH pekat

Labu takar 1 liter

-Penambahan aquades sampai tanda


batas

-Pengocokan sampai homogen

Hasil
c). Standarisasi NaOH dengan HCl Nx

10 ml NaOH encer

Erlenmeyer
-Penambahan 2 tetes Metil Orange

Larutan berwarna kuning

Erlenmeyer

- Penitrasian dengan HCl Nx


- Pencatatan volume HCl Nx
-Pengulangan penitrasi sampai 3 x
Hasil

d). Standarisasi NaOH dengan H2C2O4


0,2 g H2C2O4
Erlenmeyer

Penambahan 50 ml aquadest
Penambahan 2 tetes PP

Larutan berwarna bening


Erlenmeyer

Penitrasian dengan NaOH


Pencatatan volume NaOH
Pengulangan triplo titrasi

Hasil
B. Prosedur 2

3.4.3. Penentuan Sampel


a).Menentukan Na2CO3 dalam soda

3,5 g Soda
Labu ukur 250 ml

Penambahan aquadest sampai tanda batas


Pengocokan hingga homogen

25 ml larutan Soda
Erlenmeyer

Penambahan 2 tetes M.O


Penitrasian dengan HCl 0,1 N
Pencatatan volume HCl 0,1 N
Pengulangan triplo titrasi

Hasil

b). Menentukan Asam Asetat Glasial

2 gr asam asetat glasial


Labu takar 250 ml

Penambahan aquadest sampai tanda batas

25 ml asam asetat

Erlenmeyer

Penambahan 2 tetes indikator PP


Penitrasian dengan NaOH standarr
Pengulangan triplo titrasi

Hasil
c). Menentukan campuran NaOH + Na2CO3
25 ml larutan campuran
Erlenmeyer

Penambahan 2 tetes indikator PP


Penambahan aquadest

Larutan berwarna merah muda


Erlenmeyer

Penitrasian dengan HCl 0,1N


Pencatatan volume HCl 0,1N

Larutan berwarna bening


Erlenmeyer

Penambahan 2 tetes M.O

Larutan berwarna orange


Erlenmeyer

Penitrasian dengan NaOH

Pencatatan volume NaOH

Hasil
d). Penentuan campuran Na2CO3 + NaHCO3

25 ml larutan campuran

Erlenmeyer
Penambahan 2 tetes indikator PP
Penambahan aquadest

Larutan berwarna merah muda


Erlenmeyer

Penitrasian dengan HCl 0,1 N


Pencatatan volume HCl 0,1N

Larutan berwarna bening


Erlenmeyer

Penambahan 2 tetes Metil Orange

Larutan berwarna kuning


Erlenmeyer

Penitrasian dengan NaOH 0,1 N

Pencatatan volume NaOH

Hasil
e.) Penentuan Ammonia dalam garam Ammonium

25 ml larutan garam amonium

Erlenmeyer

-Penambahan 35 ml NaOH 0,0991 N

-Pemanasan hingga Pendidihan


-Pendinginan, kemudian penambahan 2 tetes MO
-Penitrasian dengan HCl 0,1 N
-Pencatatan volume HCl 0,1 N

Hasil
IV. HIPOTESA
Percobaan berjudul asidi-alkalimetri bertujuan untuk menentukan
konsentrasi yang tepat dari larutan standar, menentukan jumlah Na 2CO3 dalam
sampel, menentukan jumlah campuran NaOH dan Na 2CO3 dalam larutan dan
untuk menentukan indikator yang tepat. Pada percobaan ini metode yang
digunakan adalah metode titrasi. Prinsip yang dilakukan adalah standarisasi
larutan-larutan standar sekunder dengan menggunakan beberapa indikator dan
reaksi asam basa. Penambahan PP memberi warna merah muda dengan basa.
Titik ekivalen dan titik akhir akan diketahui dari perubahan warnanya.
Indikator metil orange memberikan warna merah kekuningan (orange) pada
saat titrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2012). Penuntun Praktikum Kimia Analisis. Makassar: FF UMI.

Chang, R. (2005). Kimia dasar: konsep-konsep inti. Jakarta: Erlangga.

David, O. W. (2016). Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi 4 Jilid 2.

Harjadi. (1986). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.

MSDS. (1998). Sodium Hydroxide. Retrieved from www.big.be/antigif.htm

MSDS. (1999). Sodium carbonate. Retrieved September 13, 2020, from


https://fscimage.fishersci.com/msds/21080.htm

MSDS. (2004). Phenolphthalein. Retrieved from www.big.be/antigif.htm

MSDS. (2007). Sodium Tetraborate. Retrieved from www.labchem.com

MSDS. (2012a). Hydrochloric acid. Retrieved from www.pioneerforensics.com

MSDS. (2012b). Oxalic Acid. Retrieved from www.big.be/antigif.htm

MSDS. (2015). Methyl Orange. Retrieved from www.labchem.com

MSDS. (2016). Acetic acid. Retrieved from www.big.be/antigif.htm

MSDS. (2017). Aquadest. Retrieved from www.smartlab.co.id

MSDS. (2018a). Ammonium salt.

MSDS. (2018b). Soda Ash.

MSDS. (2019). Sodium bicarbonate.

Petrucci, R. H. (1987). Kimia Dasar Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta: Penerbit


Erlangga.

Rohman, A., & Gandjar, G. (2007). Kimia Farmasi Analis Pustaka Pelajar
Yogjakarta.
Snyder, M. K. (1996). Chemistry Structure and Reaction. New York: Holt
Rinehart And winston Inc.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

 Prosedur 1
1. Preparasi dan standariasi HCl
a) Menghitung volume HCl pekat 37% yang dibutuhkan untuk membuat
100ml larutan HCl 0,1 N
n = N . Vml
n = 0,1 N . 100ml
n = 10 mmol
¿ x ml . L . k
x=
100

x ml . L . k g /ml
x ¿. =
100 . Mr mg/mmol

x ml . L. k . 10 00 mg/ml
x ¿. =
100 . Mr mg/mmol

10 . x . L . k
x ¿. = mmol
Mr

10 . x . L. k
n mmol= mmol
Mr

10 . x . 37 .1,015
10=
365

x=0,971 ml atau x=1 ml

b) Standarisasi HCl
gr boraks = 0,5 gr
BM boraks = 381,37 g/mol
e boraks = 2
V boraks = 50 ml
11,8 +11,2+12.3
Vrata−rata HCl=
3
Vrata−rata HCl=11,76 ml

gr 1000
M boraks= x
BM P
e
0,5 1000
M boraks= x
381,37 50
2
M boraks=0,052 M
Maka,
Va . Na = Vb. Nb
11,76 . Na = 50 . 0,052
Na = 0,22 N

2. Standarisasi NaOH
a) Dengan HCl Nx
9,2+ 8,8+9,6
Vrata−rata HCl Nx=
3
Vrata−rata HCl Nx=9,2 mL
BM HCl = 36,5 gr/mol

e HCl = 1

N HCl Nx =0,1 N

V NaOH = 10 mL

Maka,

Va . Na = Vb . Nb
9,2 . 0,1 = 10 . Nb
Nb = 0,092 M

b) Dengan H2C2O4
16,6+16,3+15,9
Vrata−rata=
3
Vrata−rata=16,26 ml
BM Asam Oksalat = 126,07 gram/mol

e asam oksalat = 2

0,2 1000
M as . oksalat= x
126,07 50
2
M as . oksalat=0,063 M

Va . Na = Vb . Nb
50 . 0,063 = 16,26 . Nb
Nb = 0,193 M

 Prosedur 2
a) Menentukan Na2CO3 dalam Soda
Diketahui : NHCl = 0,1 N
2,2+2,2+1,5
Vrata−rata HCl= =1,96 ml
3

BM Na2CO3 = 105,99
e Na2CO3 = 2
Ditanya % Kemurnian Na2CO3?
Mgrek Na2CO3 = Mgrek HCL
= NHCl x VHCl=0,1 N x 1,96 ml = 0,196 mg
BM
Massa Na2CO3 = Mgrek Na2CO3 x
e
105,99
= 0,196 mg x =10,387 mg
2

= 0,010387 gram

Massa Na2CO3 sampel = P x Vsampel

= 2,54 x 25 ml

= 0,635 gram

Kemurnian =

Massa Na2 CO 3 0,010387 gram


x 100 %= x 100 %=1,635 %
Massa Sampel 0,635 gram

b) Standarisasi NaOH dengan Asam asetat Glasial


21,6+22,3+22
Vrata−rata= =21,96 ml
3

Mgrek asam asetat = Mgrek NaOH


= NNaOH x VNaOH
= 0,1 N x 21,96 ml = 2,196 mg
BM
Massa asam asetat = xMgrek
e
60,053 g /mol
= x 2,196 mg=131,876 mg=0,1318 gram
1

Massa asetat sampel = P x Vsampel

= 1,05g/cm3 x 25 ml

= 26,25 mg = 0,2625 gram

Massaasam asetat 0,1318 gram


Kemurnian = x 100 %= x 100 %=50,2 %
massa sampel 0,2625 gram

c) Penentuan campuran NaOH-Na2CO3


m gram NaOH=(a-b)0,1x BM NaOH
a = Volume HCl indikator pp = 12,6 ml
b = Volume HCl indikator MO = 3,3 ml
*mgram NaOH = (12,6 ml – 3,3 ml)x 0,1 x 40 gram/mol
= 37,2 mgram
= 0,0372 gram
*mgram Na2CO3 = b x 0,1 x 2 x BM Na2CO3
= 3,3 ml x 0,1 x 2 x 105,99 gram/mol
= 69,954 mgram
= 0,069954 gram

d) Penentuan campuran NaOH-NaHCO3


m gram NaOH=(a-b)0,1x BM NaOH
a = Volume HCl indikator pp = 12 ml
b = Volume HCl indikator MO = 3,6 ml
*mgram NaOH = (12 ml – 3,6 ml)x 0,1 x 40 gram/mol
= 33,6 mgram
= 0,0336 gram
*mgram Na2CO3 = b x 0,1 x 2 x BM Na2CO3
= 3,6 ml x 0,1 x 2 x 105,99 gram/mol
= 76,312 mgram

e) Penentuan ammonia dalam gram ammonium


Diketahui : a = 35 ml
b = 10 ml
NH3 = {[(a x 0,0991) - (b x 0,1)] x BM NH3} mgr
NH3 = {[(35 x 0,0991) – (10 x 0,1)] x 17} mgr
NH3 = {[2,468] x 17} mgr
NH3 = 41,956 mgram

Anda mungkin juga menyukai