PEMBAHASAN
Ag+¿+Cl ¿
(Svehla, 1985).
Endapan tersebut dapat terbentuk karena hasil kali kelarutan dari
larutan dari larutan tersebut melampaui hasil kali konsentrasi ion-ion yang
terlibat (Qc > Ksp). Ksp dari AgCl yaitu sebesar 1x10-12, larutan tersebut
dikatakan telah jenuh karena zat yang bersangkutan dapat membentuk
endapan. Setelah itu ditambahkan HNO3 yang bertujuan untuk melarutkan
endapan AgCl dan diperoleh larutan yang masih keruh dan endapan putih
yang tidak larut. Ini karena senyawa AgCl- sudah cukup stabil dan memiliki
kerapatan yang tinggi sehingga sulit untuk memutuskan ikatan melalui
penambahan HNO3 encer. Selain itu AgCl memiliki Ksp yang sangat kecil
(1,5x10-10), sehingga tidak larut dengan penambahan HNO3 yang memiliki
konsentrasi rendah. Oleh karena itu, pada uji ini penambahan HNO3 bertujuan
untuk menguatkan identifikasi adanya ion Cl-, dimana terbentuknya endapan
AgCl yang tidak larut dengan HNO3 encer. Reaksinya:
AgCl (s) + HNO3 AgCl (s) ↓+ H2O + NO3-
Endapan putih (Svehla, 1985 ).
Endapan putih menunjukkan bahwa sampel positif pada test ketiga dan
mengandung ion Cl-. Kemudian dilakukan test keempat dengan penambahan
Ba(C2H3O2)2 dan HCl. Setelah penambahan reagen Ba(C2H3O2)2, larutan
menjadi bening. Ini karena tidak ada kelompok anion barium kalsium yang
diendapkan. Lalu, setelah penambahan HCl larutan tetap bening. Pada test
keempat ini, dihasilkan uji negatif karena pada uji ini adalah uji definitif anion
barium kalsium dan berdasarkan test keempat ini menandakan tidak adanya
anion barium kalsium pada larutan NaCl.