Anda di halaman 1dari 3

VI.

PEMBAHASAN

Telah dilakukan percobaan berjudul “Analisis Anion”, yang bertujuan


untuk dapat mengidentifikasi anion-anion dalam larutan dan padatan known
maupun unknown. Metode yang digunakan adalah pemisahan kemikalia cair
yang didasarkan pada kelakuan-kelakuan ion-ion yang berbeda ketika
direaksikan dengan reagen-reagen tertentu. Prinsip yang digunakan yaitu
didasarkan pada reaksi spesifik dan reaksi selektif ion. Reaksi spesifik yaitu
penambahan suatu bahan atau reagen yang hanya dapat bereaksi dengan satu
ion tertentu (Harjadi, 1990). Sedangkan, reaksi selektif ion adalah
penambahan suatu bahan atau reagen yang bereaksi atas sekelompok ion yang
berbeda-beda (Harjadi, 1990).

Dalam mengidentifikasi anion-anion yang ada pada sampel, maka


dilakukan beberapa test untuk mengujinya. Test yang pertama dilakukan yaitu
melihat penampakan fisik dari padatan maupun larutan, test kedua yaitu
penambahan H2SO4 pada sampel yang bertujuan untuk menguji anion, pada
test ketiga dilakukan penambahan AgNO3 pada sample yang bertujuan untuk
mengendapkan beberapa anion perak dan akan mengendapkannya dalam
bentuk garam dengan kation Ag+. Kemudian ditambahkan HNO3 jika terdapat
endapan. Penambahan HNO3 berfungsi untuk menguatkan adanya ion perak
pada sampel. Test keempat yaitu penambahan reagen Ba(C2H3O2)2 yang
bertujuan untuk mengendapkan anion kelompok barium kalsium. Kemudian
penambahan HCl untuk uji definitif anion golongan barium kalsium.

6.1 Uji Ion klorida (dalam NaCl)

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentikasi adanya anion klorida


dalam sampel larutan known dengan menggunakan metode kemikalia cair
yang berdasarkan perbedaan kelakuan ion ketika direaksikan dengan reagen
tententu. Test pertama yaitu uji kenampakan larutan ion Cl- yang terdapat
dalam larutan NaCl, pada test ini didapat hasil larutan berwarna bening.
Selanjutnya pada test kedua, larutan NaCl ditambahkan dengan H2SO4 pekat
sehingga menghasilkan panas dan larutan tetap bening. Adanya panas ini
disebabkan karena terjadi pelepasan hidrogen klorida sehingga reaksi bersifat
eksoterm. Reaksi :
Cl- + H2SO4 HCl + HSO4- (Svehla, 1985)
Kemudian dilakukan penambahan reagen AgNO3. Terjadi perubahan
warna larutan dari bening menjadi putih keruh dan terdapat endapan putih.
Fungsi penambahan AgNO3 adalah untuk mengendapkan Cl- sebagai AgCl,
reaksinya:
−¿ →AgCl ↓¿

Ag+¿+Cl ¿
(Svehla, 1985).
Endapan tersebut dapat terbentuk karena hasil kali kelarutan dari
larutan dari larutan tersebut melampaui hasil kali konsentrasi ion-ion yang
terlibat (Qc > Ksp). Ksp dari AgCl yaitu sebesar 1x10-12, larutan tersebut
dikatakan telah jenuh karena zat yang bersangkutan dapat membentuk
endapan. Setelah itu ditambahkan HNO3 yang bertujuan untuk melarutkan
endapan AgCl dan diperoleh larutan yang masih keruh dan endapan putih
yang tidak larut. Ini karena senyawa AgCl- sudah cukup stabil dan memiliki
kerapatan yang tinggi sehingga sulit untuk memutuskan ikatan melalui
penambahan HNO3 encer. Selain itu AgCl memiliki Ksp yang sangat kecil
(1,5x10-10), sehingga tidak larut dengan penambahan HNO3 yang memiliki
konsentrasi rendah. Oleh karena itu, pada uji ini penambahan HNO3 bertujuan
untuk menguatkan identifikasi adanya ion Cl-, dimana terbentuknya endapan
AgCl yang tidak larut dengan HNO3 encer. Reaksinya:
AgCl (s) + HNO3 AgCl (s) ↓+ H2O + NO3-
Endapan putih (Svehla, 1985 ).
Endapan putih menunjukkan bahwa sampel positif pada test ketiga dan
mengandung ion Cl-. Kemudian dilakukan test keempat dengan penambahan
Ba(C2H3O2)2 dan HCl. Setelah penambahan reagen Ba(C2H3O2)2, larutan
menjadi bening. Ini karena tidak ada kelompok anion barium kalsium yang
diendapkan. Lalu, setelah penambahan HCl larutan tetap bening. Pada test
keempat ini, dihasilkan uji negatif karena pada uji ini adalah uji definitif anion
barium kalsium dan berdasarkan test keempat ini menandakan tidak adanya
anion barium kalsium pada larutan NaCl.

Anda mungkin juga menyukai