Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

JUDUL PERCOBAAN :
PERCOBAAN III
ASIDI-ALKALIMETRI

Disusun Oleh :
Kelompok 5

Putri Widiarti Mariyono 24030119120026


Maria Christina N.A. 24030119120030
Siti Hajar 24030119120034
Muhammad Yudha N. 24030119130054
Oktavina Kristaningtyas 24030119130058
Ari Setyorini 24030119130078
Lidia Leela Laksita 24030119130080
Salsabila Aurelia S. 24030119140118

Jadwal Praktikum:
Rabu, 16 September 2020
Asisten :
Indah Salma Sausan
24030117120008

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
MODUL III
“ASIDI-ALKALIMETRI”
Semarang, 16 September 2020

Pratikan,

Putri Widiarti M           Maria Christina N.A Siti Hajar


24030119120026           24030119120030             24030119120034

 
Muhammad Yudha N. Oktavina Kristaningtyas Ari Setyorini
 24030119130054             24030119130058   24030119130078

Lidia Leela Laksita Salsabila Aurelia S.


24030119130080       24030119140118       

Mengetahui,
Asisten Laboratorium

Indah Salma Sausan


24030117120008
ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Asidi-Alkalimetri” yang


bertujuan untuk membuat larutan standar HCl dari HCl pekat dengan larutan
standar NaOH serta pengenceran larutan dan menerapkan larutan standar dalam
analisis kuantitatif, melakukan prosedur standarisasi larutan-larutan standar
sekunder sebelum dianalisis, menentukan kadar natrium karbonat dalam sampel-
sampel produk pangan, menentukan kadar asam asetat dalam sampel asam asetat
glasial maupun sampel cuka perdagangan, menentukan komposisi produk pangan
atau sampel buatan yang mengandung campuran karbonat dan natrium hidroksida,
dan dapat menentukan pilihan indikator dalam analisis campuran. Prinsip yang
digunakan adalah reaksi netralisasi asam-basa dan standarisasi larutan-larutan
standar sekunder, reaksi pembentukan garam dari asam dan basa ( netralisasi ).
Metode dalam percobaan ini adalah titrasi asidi-alkalimetri yang menggunakan
indikator phenolphtalien (PP) dan Metil Orange (MO) dengan range pH yang
disesuaikan dengan larutan yang akan dinetralkan. Titrasi adalah salah satu
analisis kuantitatif yang didasarkan pada pengukuran volume dari larutan yang
telah diketahui konsentrasinya secara pasti (larutan standar). Hasil yang didapat
yaitu standarisasi HCl dengan boraks menghasilkan nilai konsentrasi HCl sebesar
0,22 N, standarisasi NaOH dengan HCl.Nx menghasilkan konsentrasi NaOH
sebesar 0,092 N. Standarisasi NaOH dengan H2C2O4 menghasilkan konsentrasi
NaOH sebesar 0,193 N. Massa Na2CO3 dalam soda sebesar 0,010387 gr dengan
kemurnian Na2CO3 sebesar 1,635%. Kadar asam asetat glasial dihasilkan sebesar
50,2%. Dari campuran NaOH-Na2CO3 dihasilkan massa NaOH sebesar 0,0372
gram dan massa Na2CO3 sebesar 0,069954 gram. Dari campuran NaOH-NaHCO 3
dihasilkan massa NaOH sebesar 0,0336 gram dan massa NaHCO 3 sebesar
0,076312 gram. Kadar amonia pada garam ammonium sebesar 0,041956 gram.

Kata Kunci : Netralisasi, Larutan Standar,Standarisasi


PERCOBAAN 3
ASIDI-ALKALIMETRI

I. Tujuan Percobaan
I.1. Melakukan prosedur standardisasi larutan standar sekunder
sebelum analisis
I.2. Menentukan kadar senyawa dalam sampel:
a. Kadar Nakarbonat dalam Produk Pangan
b. Kadar Asam asetat dalam Asetat Glasial dan Cuka
perdagangan
I.3. Menentukan komposisi campuran CO3= dan NaOH dalam
produk pangan atau sampel buatan
I.4. Menentukan pilihan indikator yang tepat dalam analisis
campuran
II. Tinjauan Pustaka
II.1. Titrasi
II.1.1. Pengertian titrasi
Istilah titrasi mengacu pada proses pengukuran
volume dari titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik
ekivalen. Analisis dengan metode titrasi didasarkan pada
reaksi kimia seperti
aA + tT → Produk
di mana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul
pereaksi T. Pereaksi T disebut titran, ditambahkan secara
kontinu, biasanya dari sebuah buret, dalam wujud larutan
yang konsentrasinya diketahui. Larutan ini disebut
larutan standar (Day & Underwood, 2002).
II.1.2. Titik ekuivalen titrasi
Titik di mana jumlah T secara kimiawi sama dengan
yang telah ditambahkan kepada A disebut titik ekivalen
(Day & Underwood, 2002).
II.1.3. Titik akhir titrasi
Titik dalam titrasi di mana indikator berubah
warnanya disebut titik akhir (Day & Underwood, 2002).
II.2. Asidi-alkalimetri
Metode Asidi-alkalimetri adalah suatu metode analisis
berdasarkan teknik titrimetri yang digunakan untuk menetapkan
kadar suatu sampel berdasarkan reaksi netralisasi yaitu dengan
cara mereaksikan zat yang bersifat asam dengan basa atau
sebaliknya (Bahrun, 2017).
II.3. Standardisasi larutan
Proses di mana konsentrasi larutan ditentukan secara akurat
dinamakan standardisasi. Suatu larutan standar terkadang dapat
dipersiapkan dengan menguraikan suatu sampel dari zat terlarut
yang diinginkan dan menimbang secara akurat dalam suatu
larutan yang volumenya diukur secara akurat. Segelintir
substansi yang memadai untuk hal ini disebut standar primer.
Lebih umum lagi, sebuah larutan distandarisasi dengan titrasi, di
mana larutan tersebut bereaksi dengan sejumlah standar primer
yang telah ditimbang (Day & Underwood, 2002).
II.4. Analisis Bahan
II.4.1. Natrium tetraborat murni
Sifat fisis :
- Kristal putih
- Tidak berbau
Sifat kimia:
- Bereaksi dengan HCl membentuk asam borat
(Karaffa, 2013)
II.4.2. NaOH
Sifat fisis
- Kristal putih
- Tidak berbau
Sifat kimia
- Korosif
- Tidak mudah terbakar

(Karaffa, 2013)
II.4.3. HCl pekat
Sifat fisik :
- Berwujud cair
- Tidak berwarna
- Densitas 1,01 g/cm3
Sifat kimia:
- pH < 1
- Korosif

(Karaffa, 2013)
II.4.4. Akuades
Sifat fisik :
- Titik didih 100°C
- Titik beku 0°C
Sifat kimia:
- Bereaksi hebat dengan logam alkali
- Pada temperatur tinggi bereaksi dengan karbon
membentuk CO

(Karaffa, 2013)
II.4.5. Indikator MO
Sifat fisik :
- Larutan pada suasana agak asam berubah dari
merah menjadi jingga dan akhirnya menjadi kuning
- Larut dalam air
Sifat kimia:
- Rumus molekul C14H14NaO3S
- pKa 3,47

(Karaffa, 2013)
II.4.6. Sampel soda
Sifat fisik :
- Padatan putih
- Tak berbau
Sifat kimia:
- Tidak terbakar
- Bereaksi dengan asam membentuk garam, air dan
CO2
(Karaffa, 2013)
II.4.7. Sampel asam cuka
Sifat fisik :
- Cairan tidak berwarna
- Bau menyengat
Sifat kimia:
- Korosif
- Pelarut protik hidrofilik

(Karaffa, 2013)
II.4.8. Sampel garam ammonium
Sifat fisik :
- Larutan
- Tidak berwarna
Sifat kimia:
- Garam amonium dari nitrat dan terutama perklorat
sangat mudah meledak
- Dapat membentuk amalgam

(Karaffa, 2013)
II.4.9. H2C2O4
Sifat fisis :
- Kristal putih
- Tidak berbau
Sifat kimia:
- Dapat terbakar
- Korosif

(Karaffa, 2013)
II.4.10.Indikator PP
Sifat fisis :
- Cairan
- Tidak berwarna
Sifat kimia:
- Mudah terbakar

(Karaffa, 2013)
II.4.11.Na2CO3
Sifat fisis :
- Padatan putih
- Tidak berbau
Sifat kimia:
- Tidak terbakar
(Karaffa, 2013)
II.4.12.NaHCO3
Sifat fisik :
- Padatan putih
- Tak berbau
Sifat kimia:
- Tidak terbakar
- Bereaksi dengan asam membentuk garam, air dan
CO2

(Karaffa, 2013)
III. Metode Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a. Neraca listrik
b. Labu takar 50 mL
c. Buret
d. Erlenmeyer
e. Pipet ukur
f. Pipet tetes
g. Gelas beker
h. Kaca arloji
i. Gelas ukur
3.1.2 Bahan
a. Natrium tetraborat murni
b. NaOH
c. HCl pekat
d. Akuades
e. Indikator MO
f. Sampel soda
g. Sampel asam cuka
h. Sampel garam ammonium
i. H2C2O4
j. Indikator PP
k. Na2CO3
l. NaHCO3
3.2 Gambar Alat
a. Neraca listrik
b. Labu takar 50 mL

c. Buret

d. Erlenmeyer

e. Pipet ukur

f. Pipet tetes

g. Gelas beker
h. Kaca arloji

i. Gelas ukur

3.3 Skema Kerja


Prosedur 1
3.3.1. Preparasi dan standarisasi HCl
a) Preparasi HCl 0,1 N

x mL larutan HCl pekat 37%

Labu ukur 100 mL

- Penambahan aquades hingga tanda


batas

Hasil

b) Standardisasi HCl dengan Boraks

0,5 gr Natrium Tetraborat murni

Erlenmeyer

- Penambahan 50 mL aquades
- Penambahan 2 tetes indikator MO

Larutan berwarna kuning


Erlenmeyer
- Titrasi dengan HCl
- Pencatatan volume HCl
- Pengulangan triplo titrasi

Hasil

3.3.2. Preparasi dan Standarisasi NaOH


a) Preparasi larutan NaOH bebas karbonat

50 gr kristal NaOH

Gelas beker

- Penambahan 50 mL aquades
- Diamkan hingga larutan atas berwarna
bening, larutan bening merupakan
NaOH pekat
Hasil
b) Pembuatan larutan NaOH 0,1 N

6,5 mL larutan NaOH pekat

Labu ukur 1000 mL

- Penambahan aquades hingga tanda


batas
- Penggojogan hingga homogen

Hasil

c) Standardisasi NaOH dengan HCl Nx

10 mL larutan NaOH encer

Erlenmeyer

- Penambahan 2 tetes indikator MO


Larutan berwarna kuning
Erlenmeyer

- Titrasi dengan HCl Nx


- Pencatatan volume HCl Nx
- Pengulangan triplo titrasi

Hasil

d) Standardisasi NaOH dengan H2C2O4

0,2 gr H2C2O4

Erlenmeyer

- Penambahan 50 mL aquades
- Penambahan 2 tetes indikator PP

Larutan berwarna bening

Erlenmeyer

- Titrasi dengan NaOH


- Pencatatan volume NaOH
- Pengulangan triplo titrasi

Hasil

Prosedur 2
3.3.3. Penentuan Na2CO3 dalam Soda

3,5 gr sampel soda

Labu ukur 250 mL


- Penambahan aquades sampai tanda batas
- Penggojogan sampai homogen

25 mL larutan soda
Erlenmeyer

- Penambahan 2 tetes indikator MO


- Titrasi dengan HCL 0,1 N
- Pencatatan volume HCl 0,1 N
- Pengulangan triplo titrasi

Hasil

3.3.4. Penentuan Asam Asetat Glasial

2 gr asam asetat glasial

Labu ukur 250 mL

- Penambahan aquades sampai tanda batas

25 mL asam asetat

Erlenmeyer

- Penambahan 2 tetes indikator PP


- Titrasi dengan larutan NaOH standar
- Pengulangan triplo titrasi

Hasil
3.3.5. Penentuan Campuran NaOH – Na2CO3

25 mL larutan campuran

Erlenmeyer

- Penambahan 2 tetes indikator PP


- Pengenceran dengan aquades

Larutan berwarna merah muda

Erlenmeyer

- Titrasi dengan HCl 0,1 N


- Pencatatan volume HCl 0,1 N

Larutan berwarna bening


Erlenmeyer

- Penambahan 2 tetes indikator MO

Larutan berwarna orange

Erlenmeyer

- Titrasi dengan HCl 0,1 N


- Pencatatan volume HCl 0,1 N

Hasil

3.3.6. Penentuan Campuran Na2CO3 – NaHCO3

25 mL larutan campuran

Erlenmeyer

- Penambahan 2 tetes indikator PP


Larutan berwarna merah muda

Erlenmeyer

- Titrasi dengan HCl 0,1 N


- Pencatatan volume HCl 0,1 N

Larutan berwarna jernih


Erlenmeyer

- Penambahan 2 tetes indikator MO

Larutan berwarna kuning

Erlenmeyer

- Titrasi dengan HCl 0,1 N


- Pencatatan volume HCl 0,1 N

Hasil

3.3.7. Penentuan Amonia dalam Garam Amonium

25 mL garam ammonium

Erlenmeyer

- Penambahan 35 mL NaOH 0,0991 N


- Pemanasan hingga mendidih
- Pendinginan kemudian penambahan 2 tetes
indikator MO
- Titrasi dengan HCl 0,1 N
- Pencatatan volume HCl 0,1 N
Hasil
IV. Data Pengamatan
a. Prosedur 1

No Perlakuan Hasil
1 Preparasi dan standarisasi HCl
a. Preparasi HCl 0,1 N Larutan menjadi lebih
1- Pelarutan HCl pekat 37% dalam encer
aquadest
b. Standarisasi HCl dengan boraks Larutan setelah ditambah
2- 0,5 gr Natrium tetraborat murni metil orange menjadi
dan larutkan dalam aquadest berwarna orange setelah
3- Penambahan beberapa tetes dititrasi larutan berwarna
indikator metil merah (metil orange kemerahan.
orange) V1 HCl = 11,8 mL
4- Penitrasian dengan HCl V2 HCl = 11,2 mL
5- Perhitungan volume titrasi V3 HCL = 12,3 mL

2 Preparasi dan standarisasi NaOH


a. Preparasi larutan NaOH bebas Larutan menjadi bening
karbonat
6- Penambahan 50 mL aquades Larutan menjadi lebih
b. Pembuatan NaOH 0,1 N encer
7- Penambahan aquades pada 6,5
mL NaOH pekat
8- penggojogan
c. Standarisasi NaOH dengan HCl Nx Larutan setelah ditambah
9- Penambahan 2 tetes MO metil orange menjadi
10- Penitrasian dengan HCl Nx berwarna kuning
11- Pencatatan volume HCl Nx V1 HCl = 9,2 mL
V2 HCl = 8,8 mL
V3 HCL = 9,6 mL
d. Standarisasi NaOH dengan H2C2O4 Larutan setelah ditambah
12- Natrium oksalat dilarutkan PP tetap bening setelah
dalam aquadest dititrasi berwarna merah
13- Penambahan 2 tetes muda.
indicator PP V1 NaOH = 16,6 mL
14- Penitrasian dengan NaOH V2 NaOH = 16,3 mL
15- Perhitungan volume V3 NaOH = 15,9 mL

b. Prosedur 2

No Perlakuan Hasil
1 Penentuan Na2CO3 dalam soda Larutan setelah
a. 3,5 g soda, dilarukan dalam aquadest dan ditambah metil orange
digojog menjadi berwarna
b. Penambahan 2 tetes metil orange pada 25 orange setelah dititrasi
mL larutan soda menjadi orange
c. Penitrasian dengan HCl 0,1 N kemerahan.
d. Pencatatan volume HCl 0,1 N V1 HCl = 2,2 mL
V2 HCl = 2,2 mL
V3 HCL = 1,5 mL
2 Penentuan asam asetat glasial
−2 gr asam asetat glasial ditambahkan Larutan berwarna
aquadest bening
−Penambahan indikator PP 2 tetes Larutan berwarna
−Penitarisan dengan menggunakan NaOH ungu pada saat titik
−Pencatatan voume akhir

V1 NaOH = 21,6 mL
V2 NaOH = 22,3 mL
V3 NaOH = 22,0 mL
3 Penentuan campuran NaOH-NaCO3
a. Penambahan 2 tetes indikator PP pada Larutan menjadi
campuran berwarna merah muda
b. Penitrasian dengan HCl 0,1 N setelah dititrasi
c. Pencatatan volume HCl 0,1 N menjadi bening.
V HCl(PP) = 12,6 mL
d. Penambahan indikator MO 2 tetes Larutan menjadi
e. Penitrasian dengan HCl 0,1 N orange
f. Pencatatan Volume HCl 0,1 N V HCl (MO) = 3,3 mL
4 Penentuan campuran Na2CO3-NaHCO3
g. Penambahan 2 tetes indikator PP pada Larutan menjadi
campuran berwarna merah muda
h. Penitrasian dengan HCl 0,1 N setelah dititrasi
i. Pencatatan volume HCl 0,1 N menjadi bening.
j. Penambahan indicator MO 2 tetes V HCl (PP) = 12 mL
k. Penitrasian dengan HCl 0,1 N Larutan menjadi
Pencatatan Volume HCl 0,1 N kuning
V HCl (MO) = 13,6
mL
5 Penentuan ammonia dalam garam ammonium
l. Penambahan a mL NaOH 0,0991 N V a = 35 mL
m. Pemanasan V b = 10 mL
n. Pendinginan dan penambahan 2 tetes
MO
o. Penitrasian dengan HCl 0,1 N
p. Pencatatan volume HCl 0,1 N
V. Hipotesis

Akan dilakukan percobaan yang berjudul “Asidi-Alkalimetri” yang


bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan prosedur standardisasi
larutan standar sekunder sebelum analisis, menentukan kadar
Nakarbonat dalam produk pangan dan kadar Asam asetat dalam
Asestat glasial dan cuka perdagangan, menentukan komposisi
campuran CO3= dan NaOH dalam produk pangan atau sampel buatan,
dan menentukan pilihan indikator yang tepat dalam analisis campuran.
Pada percobaan ini metode yang digunakan adalah metode titrasi.
Prinsip yang dilakukan adalah standarisasi larutan-larutan standar
skunder dengan menggunakan beberapa indikator dan reaksi asam
basa. Penambahan PP memberi warna merah muda dengan basa. Titik
ekivalen dan titik akhir diketahui dari perubahan warnanya. Indikator
metil orange memberikan warna merah kekuningan (orange) pada saat
titrasi. Hasil yang akan didapat adalah normalitas HCl, Normalitas
NaOH, kadar Na2CO3, kadar NaOH, massa NaOH, dan massa Na2CO3
VI. Pembahasan
Telah dilakukan percobaan berjudul “Asidi-Alkalimetri” yang
bertujuan untuk melakukan prosedur standardisasi larutan standar
sekunder sebelum analisis, menentukan kadar senyawa dalam sampel
kadar nakarbonat dalam produk pangan dan kadar asam asetat dalam
asetat glasial dan cuka perdagangan, menentukan komposisi campuran
CO32- dan NaOH dalam produk pangan atau sampel buatan, dan
menentukan pilihan indikator yang tepat dalam analisis campuran. Metode
yang digunakan adalah metode titrasi, dimana suatu larutan akan
ditentukan konsentrasinya dengan mereaksikannya dengan larutan standar
yang sudah diketahui konsentrasinya. Prinsip yang digunakan adalah
reaksi netralisasi asam basa dan standarisasi larutan-larutan standar
sekunder dengan menggunakan beberapa indikator.
Prosedur 1
VI.1. Preparasi dan Standarisasi HCl
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk membuat
preparasi dan standarisasi HCl. Preparasi larutan atau pengenceran
adalah pencampuran larutan pekat (berkonsentrasi tinggi) dengan
pelarut umum yang bertujuan untuk meningkatkan volume dari
larutan dan menurunkan kepekatan larutan. Standarisasi larutan
merupakan proses saat konsentrasi larutan standar sekunder
ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan
standar primer (Kenkel, 2002).
6.1.1. Preparasi HCl 0,1 N
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk
menyiapkan larutan HCl yang akan dianalisis. Hal yang
dilakukan pada proses ini adalah mengukur volume HCl
menggunakan labu ukur 100 mL sebesar 1 mL HCl 0,1 N.
Tujuan dilakukannya pengukuran adalah untuk mengetahui
volume awal HCl. Kemudian dilakukan penambahan
aquades hingga tanda batas dari labu ukur dan dilakukan
penggojogan. Fungsi ditambahkannya aquades adalah
sebagai pelarut. Tujuan dilakukan penggojogan adalah
untuk menghomogenkan larutan. Hasil yang didapat adalah
volume HCl pekat 37% sebesar 100 mL.
6.1.2. Standarisasi HCl dengan boraks
Percobaan ini dilakukan untuk menguji keakuratan
konsentrasi HCl yang dibuat dari pengenceran dan
mengetahui indikator apakah yang tepat untuk standarisasi
HCl. Dalam standarisasi ini, HCl bertindak sebagai titran
yaitu larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan
terdapat di dalam buret sedangkan boraks bertindak sebagai
titrat yaitu larutan yang belum ditentukan konsentrasinya
dan terdapat di dalam erlenmeyer. Boraks yang merupakan
basa lemah digunakan sebagai titran karena reaksinya
dengan HCl dapat menghasilkan keakuratan yang lebih baik
dibanding dengan basa lemah lain. Reaksi antara HCl dan
boraks menghasilkan reaksi sempurna. HCl (asam kuat)
akan bereaksi dengan boraks (basa lemah) membentuk
garam yang bersifat asam. Dari reaksi antara asam kuat dan
basa lemah itu akan lebih mudah diamati titik akhir
titrasinya, dimana perubahan warna yang terjadi pada
larutan sudah dapat teramati oleh praktikan. Reaksi :

Na2B4O710H2O(aq) + 2HCl(aq) 2NaCl(s) + 4H3BO3(aq) +5H2O(l)

(Svehla, 1990)

Dari reaksi antara asam kuat dan basa lemah itu akan lebih
mudah diamati titik akhir titrasinya.

Pada percobaan ini, boraks merupakan larutan standar


primer yaitu larutan yang mengandung zat padat murni
yang konsentrasi larutannya diketahui secara tepat melalui
metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan
untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum
diketahui dan HCl merupakan larutan standar sekunder
yaitu larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat
diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak
pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan
pembakuan menggunakan larutan baku primer. Hal ini
disebabkan kerena :

- Boraks adalah suatu garam yang bersifat basa lemah,


sifatnya yang tidak mudah teroksidasi, boraks cenderung
stabil, selain itu juga boraks ditemukan dalam keadaan
murni, tidak korosif. Bobot ekivalen boraks tinggi, yaitu
123 g/aq (Budavari, O’Neil, Smith, & Heckelman, 1989).
- HCl merupakan larutan gas HCl dalam air (Budavari et al.,
1989). Hal ini memungkinkan kelarutannya mudah sekali
berubah terhadap perubahan suhu, perubahan kelarutan
tersebut akan mempengaruhi konsentrasinya (Petrucci,
1985).
- HCl yang digunakan yaitu berasal dari hasil pengenceran
sehingga dimungkinkan konsentrasi HCl yang didapat tidak
tepat (Budavari et al., 1989).
Pada percobaan ini 0,5 gram natrium tetraborat
murni diencerkan 50 mL aquadest. Pengenceran dengan
aquadest bertujuan untuk melarutkaan natrium tetraborat,
kemudian ditetesi indikator, indikator yang digunakan untuk
titrasi ini adalah indikator MO (Metil orange) yang
memiliki range pH 3 - 4,5, karena pH dari produk garam
yang dihasilkan akan bersifat asam (mendekati range pH
dari indikator MO) sehingga larutan berwarna kuning ke
orange. Kemudian dititrasi dengan HCl sampai mencapai
warna titrat berubah menjadi tepat orange kemerahan
(pekat) dimana pada proses titrasi telah mencapai titik
ekuivalen yaitu keadaan dimana jumlah titran yang
ditambahkan tepat sama dengan perubahan warna yang
timbul pada larutan titrat, dan pada saat itu volume HCl
yang dibutuhkan sebanyak 11,76 mL. Dan ketika warna
larutan benar-benar sudah terlihat titrasi dihentikan karna
sudah mencapai titik akhir titrasi dimana perubahan warna
sudah teramati oleh pratikan. Reaksi :

Na2B4O7(aq) + 10H2O(l) + 2HCl(aq) 2NaCl (s) +


4H3BO3(aq) + 5H2O(l)

(Svehla, 1990)
Dari percobaan ini didapatkan konsentrasi boraks sebagai
titrat yaitu 0,052 M dan dari hasil perhitungan konsentrasi
HCl yang sebenarnya adalah 0,22 N. Sedangkan konsentrasi
HCl yang kita inginkan adalah 0,1 N, jadi konsentrasi HCl
yang sebenarnya sudah mendekati konsentrasi yang kita
inginkan. Titrasi dilakukan tiga kali pengulangan agar data
yang diperoleh lebih akurat.

VI.2. Preparasi dan Standarisasi NaOH


Tujuan dari percobaan ini untuk membuat preparasi dan
standarisasi NaOH. Prinsip percobaan ini pelarutan dan penetralan.
Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah titrasi metode
kimia untuk dapat menentukan konsentrasi suatu larutan dengan
cara mereaksikan sejumlah volume larutan itu terhadap sejumlah
volume larutan lain yang konsentrasinya itu sudah diketahui
(Harjadi, 1990).
6.2.1. Preparasi larutan NaOH bebas karbonat
Tujuan dari percobaan ini untuk membuat larutan
NaOH bebas karbonat. Prinsip dari percobaan ini adalah
pelarutan. Metode percobaan ini adalah pengenceran
dengan aquadest. Pertama-tama dilakukan kristal NaOH
sebanyak 50 gram pada kaca arloji menggunakan neraca.
Fungsi kaca arloji sebagai alas peletakkan NaOH agar tidak
terkontak langsung dengan neraca. Pemasukkan kristal
NaOH dalam gelas beker dan dilarutkan dengan dengan
aquadest 50 ml. Aquadest termasuk pelarut universal,
sebagai pelarut NaOH agar didapatkan konsentrasi yang
lebih rendah. Pendiaman larutan NaOH sampai terbentuk
larutan atas berwarna bening yaitu NaOH pekat. Fungsi
pendiaman agar kristal NaOH dapat larut sempurna dalam
aquadest dan didapatkan larutan yang homogen.
6.2.2. Preparasi larutan NaOH 0,1 N
Percobaan ini bertujuan untuk memperoleh larutan
NaOH dengan konsentrasi yang lebih kecil. Prinsip
dilakukannya percobaan ini adalah pelarutan, sedangkan
metode yang digunakan adalah pengenceran. Percobaan
ini dilakukan dengan menambahkan aquades kepada 6,5
ml larutan NaOH pekat dalam labu takar 1000 ml sampai
tanda batas kemudian dilakukan pengocokan. Tujuan
dilakukan pengocokan ini adalah untuk membuat larutan
menjadi homogen, sedangkan penambahan aquades
sendiri dilakukan karena aquades merupakan pelarut
universal yang dapat digunakan untuk memperkecil
konsentrasi larutan. Hasil yang diperoleh dari percobaan
ini adalah larutan NaOH dengan konsetrasi 0,1 N
6.2.3. Standarisasi NaOH dengan HCl Nx
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menguji
keakuratan konsentrasi dari NaOH yang nantinya akan
digunakan sebagai larutan standar. Dalam percobaan ini
NaOH berperan sebagai titran yang akan ditentukan
konsentrasiya dan ditempatkan di erlenmeyer, sedangkan
HCl berperan sebagai titrat yaitu larutann yang sudah
ditentukan konsentrasinya dan terdapat dalam buret. HCl
yang merupakan asam kuat digunakan sebagai titrat
karena reaksinya dengan NaOH dapat menghasilkan
keakuratan yang lebih baik dibanding dengan asam kuat
lainnya.
Percobaan ini dilakukan dengan menambahkan 2
tetes metil orange pada larutan NaOH yang telah
diencerkan sehingga larutan menjadi berwarna kuning.
Metil orange ini berfungsi sebagai indikator perubahan
warna pada saat terjadinya titik akhir titrasi. Alasan
penggunaan indikator metil orange ini karena indikator
MO (Metil orange) yang memiliki range pH 3 - 4,5,
karena pH dari produk garam yang dihasilkan akan
bersifat basa) sehingga dalam titrasi ini larutan akan
berubah warna menjadi bening. Setelah itu dilakukan
pencatata volume yang dibutuhkan HCl saat terjadinya
titik akhir titrasi. Titrasi ini dilakukan sebanyak 3 kali
(triplo) supaya diperoleh hasil yang lebih akurat. Reaksi
yang terjadi sebagai berikut:
NaOH (aq)+ HCl(aq) → NaCl(aq) + H 2 O(l)
(Svehla, 1990)
Dari perobaan ini diperoleh data volume HCl adalah
9,2 ml; 8,8 ml; dan 9,6 ml, dan rata- rata volumenya
adalah 9,2 ml. Dengann perhitungan diperoleh konsentrasi
NaOH adalah 0,092 N.
6.2.4. Standarisasi NaOH dengan H2C2O4
Percobaan ini dilakukan bertujuan menguji keakuratan
konsentrasi NaOH, dimana NaOH distandarisasi dengan
asam lemah yaitu asam oksalat. Tujuan dari standarisasi
NaOH ialah memastikan keakuratan konsentrasi NaOH
yang nantinya akan digunakan sebagai larutan standar
yaitu larutan yang konsentrasinya sudah diketahui, dan
untuk menunjukkan apakah larutan NaOH ini dapat
bereaksi sempurna baik dengan asam lemah maupun kuat.
Cara kerja reaksi standarisasi NaOH dengan asam
oksalat dilakukan dengan melarutkan 0,2 gram oksalat ke
dalam 50 ml aquadest. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan larutan yang homogen dan menghasilkan
garam yang bersifat basa, sehingga indikator yang
digunakan adalah indikator PP, sebab range pH PP adalah
8,5-10, mendekati range pH garam basa yang dihasilkan.
Sehingga warna tetap bening ketika ditambahkan 2 tetes
PP. Kemudian dititrasi dengan NaOH hingga titrat/asam
oksalat berubah warna menjadi tepat merah muda yang
menunjukkan larutan bersifat basa. Titrasi dilakukan
pengulangan triplo, agar hasil yang didapat semakin
akurat. Pada titrasi pertama, didapat volume NaOH yang
diperlukan sebanyak 16,6 ml. Pada tirasi kedua, didapat
volume NaOH yang diperlukan sebanyak 16,3 ml. Pada
tirasi ketiga, didapat volume NaOH yang diperlukan
sebanyak 15,9 ml.
Reaksi :
2NaOH(aq) + H2C2O2(aq) Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)
(Svehla, 1990)
Dari percobaan ini didapatkan konsentrasi NaOH
0,193 N. Dari percobaan, dapat dibuktikan bahwa NaOH
bereaksi sempurna dengan asam lemah maupun kuat.
Dan NaOH dapat digunakan sebagai larutan standar
untuk titrasi asam basa.
Prosedur 2
6.1. Menentukan Na2CO3 dalam Soda
Pada percobaan ini, sebanyak 3,5 gram soda diencerkan dalam
labu ukur 250 mL. Tujuan pelarutan adalah agar larutan menjadi
homogen. Setelah terlarut sempurna, 25 ml larutan tersebut
dimasukkan dalam erlenmeyer dan di titrasi dengan HCl 0,1N.
Reaksi :
CO3 2-(aq) + H3O +(aq) HCO3 –(aq) + H2O(l)
HCO3 –(aq) + H3O +(aq) H2CO3(aq) + H2O(l)
(Day & Underwood, 2002)
Indikator yang digunakan pada percobaan ini adalah metil
orange karena produk yang terbentuk adalah asam lemah, sehingga
kesetimbangan tercapai pada pH < 7. Dan range pH metil orange
3,1-4,4 (Brady, 1999). Terjadinya titik akhir titrasi ditandai dengan
terjadinya perubahan warna dari orange ke orange pekat atau
orange kemerahan. Titrasi dilakukan pengulangan triplo, agar hasil
yang didapat semakin akurat. Pada titrasi pertama, didapat volume
HCl yang diperlukan sebanyak 2,2 ml. Pada tirasi kedua, didapat
volume HCl yang diperlukan sebanyak 2,2 ml. Pada tirasi ketiga,
didapat volume HCl yang diperlukan sebanyak 1,5 ml. Kemudian,
dari data tersebut dapat ditentukan kemurniannya melalui
perhitungan dan diperoleh kemurnian Na2CO3 sebesar 1,635 %.
VI.2. Penentuan Asam Asetat Glasial
Tujuan dilakukannya tahap ini adalah untuk menentukan asam
asetat glasial. Langkah-langkah dalam melakukan percobaan
penentuan asam asetat glasial ini yang pertama menyiapkan 2 gram
asam asetat glasial ke dalam labu ukur 250 mL lalu ditambahkan
dengan aquades hingga tanda batas. Selanjutnya menyiapkan 25
mL asam asetat pada erlenmeyer kemudian ditambahkan indikator
PP sebanyak 2 tetes. Digunakannya penambahan indikator pp
karena larutan tersebut yang akan dititrasi sifatnya basa sehingga
digunakanlah indikator ini. Berikutnya dilakukan penitrasian
dengan larutan NaOH standar, dilakukan secara triplo. Tujuan
dilakukannya titrasi secara triplo adalah agar semakin banyak data
yang diperoleh. Reaksi yang terbentuk sebagai berikut :
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)
(Day & Underwood, 2002)
Hasil yang diperoleh dari proses penitrasian ini larutan yang
semula berwarna bening menjadi berwarna ungu. Dari proses titrasi
ini diperoleh data pada saat titrasi pertama yaitu volumenya sebesar
21,6 mL, lalu pada saat titrasi yang kedua diperoleh hasil
volumenya NaOH sebesar 22,3 mL, sedangkan pada titrasi yang
ketiga diperoleh data volume NaOH sebesar 22,0 mL. Hasil
presentase kemurnian yang di dapat yaitu sebesar 50,2 %
VI.3. Penentuan Campuran NaOH dan Na2CO3
Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui
kandungan masing-masing zat dalam larutan. Langkah-langkah
dalam melakukan percobaan ini yang pertama mengambil 25 mL
larutan campuran dengan pipet, masukkan ke dalam Erlenmeyer.
Lalu menambahkan 2 tetes indikator pp dan diencerkan dengan
aquadest. Tujuan ditambahkannya indikator pp karena larutannya
suasana basa sehingga pada penentuan titik akhir yang pertama saat
ditambahkan indikator PP akan merubah warna larutan dari yang
tak berwarna menjadi berwarna merah muda.
(Salirawati, Meilina, & Suprihatiningrum, 2007)
Pada saat proses titik akhir titrasi pertama, NaOH dinetralkan
secara sempurna dan Na2CO3 akan tepat bereaksi sehingga nantinya
menghasilkan HCO3– yang sifatnya basa dan reaksinya berlangsung
pada pH 8,3. Reaksi yang terbentuk sebagai berikut :
NaOH + HCl NaCl + H2O
CO32- + H+ HCO3-
(Svehla, 1985)
Langkah berikutnya adalah larutan yang berwarna merah muda
hasil dari penambahan indikator PP tadi dilakukan titrasi dengan
HCl 0,1 N. Dalam percobaan ini yang berperan sebagai titrannya
adalah HCl sedangkan yang berperan sebagai titratnya adalah
larutan campuran dari NaOH dan Na2CO3. Hasil yang diperoleh
dari proses pentitrasian ini adalah larutan yang semula berwarna
merah muda menjadi tidak berwarna. Tujuan digunakannya HCl
sebagai larutan standar adalah karena HCl memiliki sifat sebagai
asam kuat jika larutan yang dipakai adalah asam lemah direaksikan
dengan basa yang lemah juga maka nantinya titik akhir pada saat
proses titrasi tidak akan bisa diamati dikarenakan titik ekuivalen
akan terhidrolisis kembali. Langkah berikutnya larutan yang
berwarna bening hasil dari titrasi dengan HCl ditambahkan dengan
indikator MO sebanyak 2 tetes. Penambahan indikator MO ini
digunakan untuk mengidentifikasikan TE suasana asam. Hasil yang
didapat dari proses penambahan indikator MO adalah larutan yang
semula berwarna bening menjadi berwarna orange kemudian
dilakukan titrasi yang kedua dengan HCl 0,1N dan mencatat
volume nya pada saat larutan tepat berubah warna. Gambar struktur
dari Indikator MO sebagai berikut :

((Salirawati et al., 2007)


Pada saat titik akhir proses titrasi kedua yang terjadi adalah
HCO3– akan bereaksi dengan H+ dari HCl sehingga membentuk
H2CO3, larutannya akan bersuasana lebih asam dengan pH antara
3,2 – 4,4 atau pH < 7. Oleh sebab itu digunakan indikator MO agar
kerjanya lebih maksimal. Reaksi yang terbentuk:
HCO3- + H+ H2CO3
(Svehla, 1985)
Proses titrasi percobaan ini dilakukan sebanyak 2 kali atau titrasi
bertingkat karena larutan yang digunakan pada percobaan ini
adalah campuran dan kita akan menentukan komposisi dari masing-
masing campuran sehingga dilakukan 2 kali nanti akan terbentuk
reaksinya yaitu natrium bikarbonat. Hasil yang diperoleh dari
percobaan penentuan campuran NaOH dan Na2CO3 yaitu pada saat
titrasi pertama dengan indikator PP volume HCl nya sebesar 12,6
mL sedangkan volume HCl yang diperoleh pada saat penambahan
indikator MO sebesar 3,3 mL. Massa NaOH sebesar 37,2 mgram
sedangkan massa Na2CO3 sebesar 69,954 mgram.
VI.4. Penentuan campuran Na2CO3 – NaHCO3
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
konsentrasi dari natrium karbonat dengan natrium bikarbonat pada
sampel yang akan diuji. Prinsip yang digunakan dalam percobaan
ini adalah titrasi yang melibatkan reaksi netralisasi antara asam-
basa secara tepat untuk menentukan kadar suatu senyawa di dalam
larutan dengan bantuan indikator asam-basa. Kemudian metode
dalam percobaan ini adalah asidi-alkalimetri.
Percobaan ini dilakukan dengan cara mengambil larutan
campuran kedalam erlenmeyer yang kemudian ditetesi dengan
menggunakan indikator PP. Penggunaan indikator PP pada titrasi
yang pertama ini dikarenakan rentang pH dari indikator tersebut
cocok dengan titrasi pertama ini dimana nantinya akan terbentuk
natrium bikarbonat pada kisaran pH 8. pH tersebut masuk pada
range pH indikator PP yaitu 8,0-9,6. Setelah penambahan indikator
PP larutan campuran Na2CO3–NaHCO3 dititrasi dengan HCl.
Warna larutan yang sebelumnya berwarna merah muda yang mana
setelah dilakukan titrasi maka pada saat titik akhir berubah warna
menjadi bening. Pada proses titrasi ini yang berperan sebagai titran
adalah adalah HCl dan yang berperan sebagai titrat adalah
campuran Na2CO3 – NaHCO3. Reaksi yang terjadi :
Na2CO3 + HCl → NaHCO3 + NaCl
(Padmaningrum, 2013)
Kemudian larutan yang telah melalui tahap reaksi pertama
ditambahkan dengan metil orange yang kemudian dititrasi kembali
dengan HCl. Penggunaan metil orange sebagai indikator karena
pada saat terjadinya reaksi yang akan terbentuk nantinya adalah
karbon dioksida dengan pH 3,8 , dan pH tersebut terletak pada
rentang pH metil orange 3,1-4,4. Saat penambahan indikator
larutan berwarna kuning dan kemudian setelah dilakukan titrasi
hingga pada titik akhir larutannya berubah warna menjadi orange.
Reaksi yang terjadi adalah :
NaHCO3 + HCl NaCl + H2O + CO2
(Padmaningrum, 2013)
Pada titrasi pertama didapatkan volume titik akhirnya 12,6
mL dan pada titrasi kedua adalah didapatkan volume titik akhir
sebanyak 3,3 mL. Dari perhitungan yang telah dilakukan
didapatkan hasil kadar Na2CO3 dalam sampel sebesar 0,0763128
gram dan hasil kadar NaHCO3 0,07056 gram.
VI.5. Penentuan ammonia dalam garam ammonium
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah amonia yang
terkandung dari garam amonium sampel. Metode yang digunakan
adalah titrasi asidi-alkalimetri. Prinsipnya adalah reaksi netralisasi
untuk mengetahui kadar suatu zat dalam larutan dengan bantuan
indikator pH. Pada percobaan ini digunakan titrasi balik. Titrasi
balik dilakukan dengan menambahkan reagen berlebihan yang
diketahui jumlahnya, ke dalam sampel, dan menitrasi kelebihan
reagen yang tidak bereaksi dengan menggunakan titran yang sesuai
(Cairns, 2004).
Mula-mula 25 gram sampel direaksikan dengan sejumlah NaOH
0,0991 N. Reaksi ini bertujuan untuk mengubah ion amonium
menjadi amonium hidroksida. Jumlah NaOH yang bereaksi setara
dengan jumlah ion amonium.
NH4+ + NaOH → NH4OH + Na+
(Cairns, 2004)
Kemudian NaOH yang tidak bereaksi akan dititrasi
menggunakan HCl. Selisih jumlah NaOH dengan NaOH yang
dititrasi setara dengan jumlah amonia dalam garam amonium.
Penggunaan metil jingga karena titik ekuivalen titrasi berada pada
rentang pH indikator metil jingga. Larutan berwarna kuning pada
awalnya dan saat titik akhir berubah menjadi jingga. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut.
NaOH + HCl → NaCl + H2O
(Cairns, 2004)
Dari percobaan ini diperoleh hasil bahwa HCl yang diperlukan
untuk titrasi sebanyak 10 ml dan volume awal NaOH sebanyak 35
ml. Sehingga diperoleh hasil jumlah amonia sebanyak 0,041965 g.

VII. Penutup
7.1. Kesimpulan
7.1.1. Normalitas HCl hasil standarisasi dengan boraks adalah
0,22 N
7.1.2. Normalitas NaOH hasil standarisasi dengan HCl Nx
adalah 0,092 N
7.1.3. Normalitas NaOH hasil standarisasi dengan H2C2O4
adalah 0,1937 N
7.1.4. Kadar kemurnian Na2CO3 dalam soda adalah 0,297%
7.1.5. Kadar kemurnian asam asetat dalam NaOH adalah
0,5023%
7.1.6. Kadar NaOH dan Na2CO3 masing-masing dalam
campurannya sebesar 0,0372 gram dan 0,069954 gram
7.1.7. Kadar Na2CO3 dan NaHCO3 masing-masing dalam
campurannya sebesar 0,0763128 gram dan 0,07056 gram.
7.1.8. Massa NH3 dalam garam ammonium adalah sebesar
0,041965 g
VII.2. Saran
VII.2.1. Praktikan diharapkan melakukan penimbangan
H2C2O4.2H2O dengan cepat karena H2C2O4.2H2O
mudah bereaksi dengan udara.
VII.2.2. Saat melakukan titrasi, praktikan harus
memperhatikan tetesan larutan baku yang diteteskan agar
tidak mengenai dinding labu tetapi langsung kelarutan.
VII.2.3. Pada saat melakukan penimbangan kristal NaOH
praktikan diharapkan melakukannya dengan cepat karena
NaOH bereaksi dengan udara
Daftar Pustaka

Bahrun, M. (2017). IDENTIFIKASI FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR KOTA
KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA. Poltekkes Kemenkes Kendari.
Budavari, S., O’Neil, M., Smith, A., & Heckelman, P. (1989). The Merck Index 11th
edition. Merck & Co. Inc., Rahway, New Jersey.
Cairns, D. (2004). Intisari Kimia Farmasi: Egc.
Day, R., & Underwood, A. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif ed. ke-6. Hilarius Wibi &
Lameda Simarmata. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Quantitative
Analysis.
Harjadi, W. (1990). Ilmu Kimia Analitik Dasar: PT. Gramedia.
Karaffa, L. S. (2013). The Merck index: an encyclopedia of chemicals, drugs, and
biologicals: RSC Publishing.
Kenkel, J. (2002). Analytical Chemistry for Technicians: CRC Press.
Padmaningrum, R. T. (2013). Titrasi Asam Lemah dengan Basa Kuat: Jurusan Pendidikan
Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.
Petrucci, R. H. (1985). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Salirawati, D., Meilina, F., & Suprihatiningrum, J. (2007). Belajar Kimia secara Menarik.
Jakarta: PT Grasindo.
Svehla, G. (1985). Analisis anorganik kualitatif makro dan semimikro. Edisi kelima,
bagian I. Jakarta: Kalman Media Pustaka.
Svehla, G. (1990). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. PT,
Kalman Media Pustaka, Jakarta.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

 Prosedur 1
1. Preparasi dan standarisasi HCl
a. Menghitung volume HCl pekat 37% yang dibutuhkan untuk
membuat 100ml larutan HCl 0,1 N
Diketahui :
N = 0,1 N L = 37%
Vakhir = 100 ml Mr HCl = 36,5
k (BJ) = 1,015 g/ml
Ditanya : VHCl ?
Jawab :
n = N . Vakhir
n = 0,1 N . 100ml = 10 mmol
sehingga,
x ml . L . k
x ¿=
100

x ml . L . k g /ml
x ¿. =
100 . Mr mg/mmol

x ml . L. k . 10 00 mg/ml
x ¿. =
100 . Mr mg/mmol

10 . x . L . k
x ¿. = mmol
Mr

10 . x . L. k
n mmol= mmol
Mr

10 . x . 37 .1,015
10=
36,5

x=0,971 ml atau x=1 ml


b. Standarisasi HCl
Diketahui :
massa boraks = 0,5 gr
BM boraks = 381,37 g/mol
e boraks = 2
V boraks = 50 ml
Ditanya : NHCl ?
Jawab :
11,8 +11,2+12,3
Vrata−rata HCl=
3
Vrata−rata HCl=11,76 ml

gr 1000
M boraks= x
BM P
e
0,5 1000
M boraks= x
381,37 50
2
M boraks=0,052 M

VHcl . NHCl = Vboraks. Nboraks


11,76 . NHCl = 50 . 0,052
NHCl = 0,22 N
2. Standarisasi NaOH
a. Dengan HCl Nx
Diketahui :
VHCl = 9,2 ml
VHCl = 8,8 ml
VHCl = 9,6 ml
V NaOH = 10 ml
BM HCl = 36,5 gr/mol

HCl Nx = 0,1 N
Ditanya : NNaOH ?

Jawab :

9,2+ 8,8+9,6
Vrata−rata HCl Nx=
3
Vrata−rata HCl Nx=9,2 ml

VHCl . NHCl = VNaOH. NNaOH


9,2 . 0,1 = 10 . N2
NNaOH = 0,092 N

b. Dengan H2C2O4
Diketahui :

VNaOH = 16,6 ml

VNaOH = 16,3 ml

VNaOH = 15,9 ml

e asam oksalat = 2

BM Asam Oksalat = 126,07 gram/mol

Ditanya : NNaOH ?

Jawab :

16,6+16,3+ 15,9
Vrata−rata HCl Nx=
3

Vrata−rata HCl Nx=16,26 ml

0,2 1000
M as . oksalat= x
126,07 50
2
M as . oksalat=0,063 M

Vas. oksalat . Nas. oksalat = VNaOH . NNaOH


50 . 0,063 = 16,26 . NNaOH

NNaOH = 0,1937 N

 Prosedur 2
1. Menentukan Na2CO3 dalam Soda
Diketahui :
NHCl = 0,1 N
V1 = 2,2 ml

V2 = 2,2 ml

V3 = 1,5 ml

BM Na2CO3 = 105,99
e Na2CO3 = 2

Ditanya : % kemurnian Na2CO3 ?

Jawab :

2,2+2,2+1,5
Vrata−rata= =1,967 ml
3

Mgrek Na2CO3 = Mgrek HCl


Mgrek Na2CO3 = NHCl x VHCl=0,1 N x 1,967 ml = 0,1967 mg

BM
Massa Na2CO3 = Mgrek Na2CO3 x
e
105,99
Massa Na2CO3 = 0,1967 mg x =10,424 mg
2
Massa Na2CO3 = 0,010424 gram

Massa hasil timbang = 3,5 gram

Massa Na 2CO 3
Kemurnian = x 100 %
Massahasil timbang
0,010424
¿ x 100 %=0,297 %
3,5 gram

2. Standarisasi NaOH dengan Asam asetat Glasial


Diketahui :

NNaOH = 0,1 N

V1 = 21,6 ml

V2 = 22,3 ml

V3 = 22,0 ml

BM asam asetat = 60,053

e asam asetat = 1

Ditanya : % kemurnian asam asetat ?

Jawab :

21,6+22,3+22,0
Vrata−rata= =21,96 ml
3

Mgrek asam asetat = Mgrek HCL

= NNaOH x VNaOH = 0,1 N x 21,96 ml = 2,196 mg

BM
Massa asam asetat= Mgrek Na2CO3 x
e

60,053 g /mol
= 2,196 mg x =131,87 mg
1

= 0,13187 gram

Massa asetat sampel = P x Vsampel

= 1,05 x 25 ml

= 26,25 gram
Kemurnian

Massaasam asetat 0,13187


x 100 %= x 100 %=0,5023 %
Massa Sampel 26,25 gram

3. Penentuan campuran NaOH-Na2CO3


Diketahui :
m gram NaOH=(a-b)0,1x BM NaOH
a = Volume HCl indikator pp = 12,6 ml
b = Volume HCl indikator MO = 3,3 ml
Ditanya : mgram NaOH? mgram Na2CO3?
Jawab :
mgram NaOH = (12,6 ml – 3,3 ml)x 0,1 x 40 gram/mol
= 37,2 mgram
= 0,0372 gram
mgram Na2CO3 = b x 0,1 x 2 x BM Na2CO3
= 3,3 ml x 0,1 x 2 x 105,99 gram/mol
= 69,954 mgram
= 0,069954 gram
4. Penentuan campuran Na2CO3-NaHCO3
Diketahui :
m gram NaHCO3 =(a-b)0,1x BM NaHCO3
a = Volume HCl indikator pp = 12 ml
b = Volume HCl indikator MO = 3,6 ml
Ditanya : mgram Na2CO3? mgram NaHCO3?
Jawab :
mgram NaHCO3 = (12 ml – 3,6 ml)x 0,1 x 84 gram/mol
= 70,56 mgram
= 0,07056 gram
mgram Na2CO3 = b x 0,1 x 2 x BM Na2CO3
= 3,6 ml x 0,1 x 2 x 105,99 gram/mol
= 76,3128 mgram
= 0,0763128 gram

5. Penentuan ammonia dalam gram ammonium


Diketahui :

a = 35 ml

b = 10 ml

Ditanya : massa NH3?

NH3 = {[(a x 0,0991) - (b x 0,1)] x BM NH3} mgr

NH3 = {[(35 x 0,0991) – (10 x 0,1)] x 17} mgr

NH3 = {[2,468] x 17} mgr

NH3 = 41,965 mgr

NH3 = 0,041965 g

Anda mungkin juga menyukai