JUDUL PERCOBAAN :
PERCOBAAN III
ASIDI-ALKALIMETRI
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Jadwal Praktikum:
Rabu, 16 September 2020
Asisten :
Indah Salma Sausan
24030117120008
Pratikan,
Muhammad Yudha N. Oktavina Kristaningtyas Ari Setyorini
24030119130054 24030119130058 24030119130078
Mengetahui,
Asisten Laboratorium
I. Tujuan Percobaan
I.1. Melakukan prosedur standardisasi larutan standar sekunder
sebelum analisis
I.2. Menentukan kadar senyawa dalam sampel:
a. Kadar Nakarbonat dalam Produk Pangan
b. Kadar Asam asetat dalam Asetat Glasial dan Cuka
perdagangan
I.3. Menentukan komposisi campuran CO3= dan NaOH dalam
produk pangan atau sampel buatan
I.4. Menentukan pilihan indikator yang tepat dalam analisis
campuran
II. Tinjauan Pustaka
II.1. Titrasi
II.1.1. Pengertian titrasi
Istilah titrasi mengacu pada proses pengukuran
volume dari titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik
ekivalen. Analisis dengan metode titrasi didasarkan pada
reaksi kimia seperti
aA + tT → Produk
di mana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul
pereaksi T. Pereaksi T disebut titran, ditambahkan secara
kontinu, biasanya dari sebuah buret, dalam wujud larutan
yang konsentrasinya diketahui. Larutan ini disebut
larutan standar (Day & Underwood, 2002).
II.1.2. Titik ekuivalen titrasi
Titik di mana jumlah T secara kimiawi sama dengan
yang telah ditambahkan kepada A disebut titik ekivalen
(Day & Underwood, 2002).
II.1.3. Titik akhir titrasi
Titik dalam titrasi di mana indikator berubah
warnanya disebut titik akhir (Day & Underwood, 2002).
II.2. Asidi-alkalimetri
Metode Asidi-alkalimetri adalah suatu metode analisis
berdasarkan teknik titrimetri yang digunakan untuk menetapkan
kadar suatu sampel berdasarkan reaksi netralisasi yaitu dengan
cara mereaksikan zat yang bersifat asam dengan basa atau
sebaliknya (Bahrun, 2017).
II.3. Standardisasi larutan
Proses di mana konsentrasi larutan ditentukan secara akurat
dinamakan standardisasi. Suatu larutan standar terkadang dapat
dipersiapkan dengan menguraikan suatu sampel dari zat terlarut
yang diinginkan dan menimbang secara akurat dalam suatu
larutan yang volumenya diukur secara akurat. Segelintir
substansi yang memadai untuk hal ini disebut standar primer.
Lebih umum lagi, sebuah larutan distandarisasi dengan titrasi, di
mana larutan tersebut bereaksi dengan sejumlah standar primer
yang telah ditimbang (Day & Underwood, 2002).
II.4. Analisis Bahan
II.4.1. Natrium tetraborat murni
Sifat fisis :
- Kristal putih
- Tidak berbau
Sifat kimia:
- Bereaksi dengan HCl membentuk asam borat
(Karaffa, 2013)
II.4.2. NaOH
Sifat fisis
- Kristal putih
- Tidak berbau
Sifat kimia
- Korosif
- Tidak mudah terbakar
(Karaffa, 2013)
II.4.3. HCl pekat
Sifat fisik :
- Berwujud cair
- Tidak berwarna
- Densitas 1,01 g/cm3
Sifat kimia:
- pH < 1
- Korosif
(Karaffa, 2013)
II.4.4. Akuades
Sifat fisik :
- Titik didih 100°C
- Titik beku 0°C
Sifat kimia:
- Bereaksi hebat dengan logam alkali
- Pada temperatur tinggi bereaksi dengan karbon
membentuk CO
(Karaffa, 2013)
II.4.5. Indikator MO
Sifat fisik :
- Larutan pada suasana agak asam berubah dari
merah menjadi jingga dan akhirnya menjadi kuning
- Larut dalam air
Sifat kimia:
- Rumus molekul C14H14NaO3S
- pKa 3,47
(Karaffa, 2013)
II.4.6. Sampel soda
Sifat fisik :
- Padatan putih
- Tak berbau
Sifat kimia:
- Tidak terbakar
- Bereaksi dengan asam membentuk garam, air dan
CO2
(Karaffa, 2013)
II.4.7. Sampel asam cuka
Sifat fisik :
- Cairan tidak berwarna
- Bau menyengat
Sifat kimia:
- Korosif
- Pelarut protik hidrofilik
(Karaffa, 2013)
II.4.8. Sampel garam ammonium
Sifat fisik :
- Larutan
- Tidak berwarna
Sifat kimia:
- Garam amonium dari nitrat dan terutama perklorat
sangat mudah meledak
- Dapat membentuk amalgam
(Karaffa, 2013)
II.4.9. H2C2O4
Sifat fisis :
- Kristal putih
- Tidak berbau
Sifat kimia:
- Dapat terbakar
- Korosif
(Karaffa, 2013)
II.4.10.Indikator PP
Sifat fisis :
- Cairan
- Tidak berwarna
Sifat kimia:
- Mudah terbakar
(Karaffa, 2013)
II.4.11.Na2CO3
Sifat fisis :
- Padatan putih
- Tidak berbau
Sifat kimia:
- Tidak terbakar
(Karaffa, 2013)
II.4.12.NaHCO3
Sifat fisik :
- Padatan putih
- Tak berbau
Sifat kimia:
- Tidak terbakar
- Bereaksi dengan asam membentuk garam, air dan
CO2
(Karaffa, 2013)
III. Metode Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a. Neraca listrik
b. Labu takar 50 mL
c. Buret
d. Erlenmeyer
e. Pipet ukur
f. Pipet tetes
g. Gelas beker
h. Kaca arloji
i. Gelas ukur
3.1.2 Bahan
a. Natrium tetraborat murni
b. NaOH
c. HCl pekat
d. Akuades
e. Indikator MO
f. Sampel soda
g. Sampel asam cuka
h. Sampel garam ammonium
i. H2C2O4
j. Indikator PP
k. Na2CO3
l. NaHCO3
3.2 Gambar Alat
a. Neraca listrik
b. Labu takar 50 mL
c. Buret
d. Erlenmeyer
e. Pipet ukur
f. Pipet tetes
g. Gelas beker
h. Kaca arloji
i. Gelas ukur
Hasil
Erlenmeyer
- Penambahan 50 mL aquades
- Penambahan 2 tetes indikator MO
Hasil
50 gr kristal NaOH
Gelas beker
- Penambahan 50 mL aquades
- Diamkan hingga larutan atas berwarna
bening, larutan bening merupakan
NaOH pekat
Hasil
b) Pembuatan larutan NaOH 0,1 N
Hasil
Erlenmeyer
Hasil
0,2 gr H2C2O4
Erlenmeyer
- Penambahan 50 mL aquades
- Penambahan 2 tetes indikator PP
Erlenmeyer
Hasil
Prosedur 2
3.3.3. Penentuan Na2CO3 dalam Soda
25 mL larutan soda
Erlenmeyer
Hasil
25 mL asam asetat
Erlenmeyer
Hasil
3.3.5. Penentuan Campuran NaOH – Na2CO3
25 mL larutan campuran
Erlenmeyer
Erlenmeyer
Erlenmeyer
Hasil
25 mL larutan campuran
Erlenmeyer
Erlenmeyer
Erlenmeyer
Hasil
25 mL garam ammonium
Erlenmeyer
No Perlakuan Hasil
1 Preparasi dan standarisasi HCl
a. Preparasi HCl 0,1 N Larutan menjadi lebih
1- Pelarutan HCl pekat 37% dalam encer
aquadest
b. Standarisasi HCl dengan boraks Larutan setelah ditambah
2- 0,5 gr Natrium tetraborat murni metil orange menjadi
dan larutkan dalam aquadest berwarna orange setelah
3- Penambahan beberapa tetes dititrasi larutan berwarna
indikator metil merah (metil orange kemerahan.
orange) V1 HCl = 11,8 mL
4- Penitrasian dengan HCl V2 HCl = 11,2 mL
5- Perhitungan volume titrasi V3 HCL = 12,3 mL
b. Prosedur 2
No Perlakuan Hasil
1 Penentuan Na2CO3 dalam soda Larutan setelah
a. 3,5 g soda, dilarukan dalam aquadest dan ditambah metil orange
digojog menjadi berwarna
b. Penambahan 2 tetes metil orange pada 25 orange setelah dititrasi
mL larutan soda menjadi orange
c. Penitrasian dengan HCl 0,1 N kemerahan.
d. Pencatatan volume HCl 0,1 N V1 HCl = 2,2 mL
V2 HCl = 2,2 mL
V3 HCL = 1,5 mL
2 Penentuan asam asetat glasial
−2 gr asam asetat glasial ditambahkan Larutan berwarna
aquadest bening
−Penambahan indikator PP 2 tetes Larutan berwarna
−Penitarisan dengan menggunakan NaOH ungu pada saat titik
−Pencatatan voume akhir
V1 NaOH = 21,6 mL
V2 NaOH = 22,3 mL
V3 NaOH = 22,0 mL
3 Penentuan campuran NaOH-NaCO3
a. Penambahan 2 tetes indikator PP pada Larutan menjadi
campuran berwarna merah muda
b. Penitrasian dengan HCl 0,1 N setelah dititrasi
c. Pencatatan volume HCl 0,1 N menjadi bening.
V HCl(PP) = 12,6 mL
d. Penambahan indikator MO 2 tetes Larutan menjadi
e. Penitrasian dengan HCl 0,1 N orange
f. Pencatatan Volume HCl 0,1 N V HCl (MO) = 3,3 mL
4 Penentuan campuran Na2CO3-NaHCO3
g. Penambahan 2 tetes indikator PP pada Larutan menjadi
campuran berwarna merah muda
h. Penitrasian dengan HCl 0,1 N setelah dititrasi
i. Pencatatan volume HCl 0,1 N menjadi bening.
j. Penambahan indicator MO 2 tetes V HCl (PP) = 12 mL
k. Penitrasian dengan HCl 0,1 N Larutan menjadi
Pencatatan Volume HCl 0,1 N kuning
V HCl (MO) = 13,6
mL
5 Penentuan ammonia dalam garam ammonium
l. Penambahan a mL NaOH 0,0991 N V a = 35 mL
m. Pemanasan V b = 10 mL
n. Pendinginan dan penambahan 2 tetes
MO
o. Penitrasian dengan HCl 0,1 N
p. Pencatatan volume HCl 0,1 N
V. Hipotesis
(Svehla, 1990)
Dari reaksi antara asam kuat dan basa lemah itu akan lebih
mudah diamati titik akhir titrasinya.
(Svehla, 1990)
Dari percobaan ini didapatkan konsentrasi boraks sebagai
titrat yaitu 0,052 M dan dari hasil perhitungan konsentrasi
HCl yang sebenarnya adalah 0,22 N. Sedangkan konsentrasi
HCl yang kita inginkan adalah 0,1 N, jadi konsentrasi HCl
yang sebenarnya sudah mendekati konsentrasi yang kita
inginkan. Titrasi dilakukan tiga kali pengulangan agar data
yang diperoleh lebih akurat.
VII. Penutup
7.1. Kesimpulan
7.1.1. Normalitas HCl hasil standarisasi dengan boraks adalah
0,22 N
7.1.2. Normalitas NaOH hasil standarisasi dengan HCl Nx
adalah 0,092 N
7.1.3. Normalitas NaOH hasil standarisasi dengan H2C2O4
adalah 0,1937 N
7.1.4. Kadar kemurnian Na2CO3 dalam soda adalah 0,297%
7.1.5. Kadar kemurnian asam asetat dalam NaOH adalah
0,5023%
7.1.6. Kadar NaOH dan Na2CO3 masing-masing dalam
campurannya sebesar 0,0372 gram dan 0,069954 gram
7.1.7. Kadar Na2CO3 dan NaHCO3 masing-masing dalam
campurannya sebesar 0,0763128 gram dan 0,07056 gram.
7.1.8. Massa NH3 dalam garam ammonium adalah sebesar
0,041965 g
VII.2. Saran
VII.2.1. Praktikan diharapkan melakukan penimbangan
H2C2O4.2H2O dengan cepat karena H2C2O4.2H2O
mudah bereaksi dengan udara.
VII.2.2. Saat melakukan titrasi, praktikan harus
memperhatikan tetesan larutan baku yang diteteskan agar
tidak mengenai dinding labu tetapi langsung kelarutan.
VII.2.3. Pada saat melakukan penimbangan kristal NaOH
praktikan diharapkan melakukannya dengan cepat karena
NaOH bereaksi dengan udara
Daftar Pustaka
Bahrun, M. (2017). IDENTIFIKASI FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR KOTA
KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA. Poltekkes Kemenkes Kendari.
Budavari, S., O’Neil, M., Smith, A., & Heckelman, P. (1989). The Merck Index 11th
edition. Merck & Co. Inc., Rahway, New Jersey.
Cairns, D. (2004). Intisari Kimia Farmasi: Egc.
Day, R., & Underwood, A. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif ed. ke-6. Hilarius Wibi &
Lameda Simarmata. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Quantitative
Analysis.
Harjadi, W. (1990). Ilmu Kimia Analitik Dasar: PT. Gramedia.
Karaffa, L. S. (2013). The Merck index: an encyclopedia of chemicals, drugs, and
biologicals: RSC Publishing.
Kenkel, J. (2002). Analytical Chemistry for Technicians: CRC Press.
Padmaningrum, R. T. (2013). Titrasi Asam Lemah dengan Basa Kuat: Jurusan Pendidikan
Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.
Petrucci, R. H. (1985). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Salirawati, D., Meilina, F., & Suprihatiningrum, J. (2007). Belajar Kimia secara Menarik.
Jakarta: PT Grasindo.
Svehla, G. (1985). Analisis anorganik kualitatif makro dan semimikro. Edisi kelima,
bagian I. Jakarta: Kalman Media Pustaka.
Svehla, G. (1990). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. PT,
Kalman Media Pustaka, Jakarta.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Prosedur 1
1. Preparasi dan standarisasi HCl
a. Menghitung volume HCl pekat 37% yang dibutuhkan untuk
membuat 100ml larutan HCl 0,1 N
Diketahui :
N = 0,1 N L = 37%
Vakhir = 100 ml Mr HCl = 36,5
k (BJ) = 1,015 g/ml
Ditanya : VHCl ?
Jawab :
n = N . Vakhir
n = 0,1 N . 100ml = 10 mmol
sehingga,
x ml . L . k
x ¿=
100
x ml . L . k g /ml
x ¿. =
100 . Mr mg/mmol
x ml . L. k . 10 00 mg/ml
x ¿. =
100 . Mr mg/mmol
10 . x . L . k
x ¿. = mmol
Mr
10 . x . L. k
n mmol= mmol
Mr
10 . x . 37 .1,015
10=
36,5
gr 1000
M boraks= x
BM P
e
0,5 1000
M boraks= x
381,37 50
2
M boraks=0,052 M
HCl Nx = 0,1 N
Ditanya : NNaOH ?
Jawab :
9,2+ 8,8+9,6
Vrata−rata HCl Nx=
3
Vrata−rata HCl Nx=9,2 ml
b. Dengan H2C2O4
Diketahui :
VNaOH = 16,6 ml
VNaOH = 16,3 ml
VNaOH = 15,9 ml
e asam oksalat = 2
Ditanya : NNaOH ?
Jawab :
16,6+16,3+ 15,9
Vrata−rata HCl Nx=
3
0,2 1000
M as . oksalat= x
126,07 50
2
M as . oksalat=0,063 M
NNaOH = 0,1937 N
Prosedur 2
1. Menentukan Na2CO3 dalam Soda
Diketahui :
NHCl = 0,1 N
V1 = 2,2 ml
V2 = 2,2 ml
V3 = 1,5 ml
BM Na2CO3 = 105,99
e Na2CO3 = 2
Jawab :
2,2+2,2+1,5
Vrata−rata= =1,967 ml
3
BM
Massa Na2CO3 = Mgrek Na2CO3 x
e
105,99
Massa Na2CO3 = 0,1967 mg x =10,424 mg
2
Massa Na2CO3 = 0,010424 gram
Massa Na 2CO 3
Kemurnian = x 100 %
Massahasil timbang
0,010424
¿ x 100 %=0,297 %
3,5 gram
NNaOH = 0,1 N
V1 = 21,6 ml
V2 = 22,3 ml
V3 = 22,0 ml
e asam asetat = 1
Jawab :
21,6+22,3+22,0
Vrata−rata= =21,96 ml
3
BM
Massa asam asetat= Mgrek Na2CO3 x
e
60,053 g /mol
= 2,196 mg x =131,87 mg
1
= 0,13187 gram
= 1,05 x 25 ml
= 26,25 gram
Kemurnian
a = 35 ml
b = 10 ml
NH3 = 0,041965 g