Anda di halaman 1dari 4

6.

8 Uji CrO42- dalam K2CrO4

Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengidentifikasikan serta menguji keberadaan
ion CrO42- dalam larutan K2CrO4. Langkah dalam melakukan uji ini yang pertama dengan
melakukan tes 1 kenampakan larutan yang merupakan uji organoleptis karena uji ini
dilakukan dengan pengamatan warna larutannya. Hasil dari pengamatan diperoleh warna
larutannya adalah kuning. Berikutnya dilanjut dengan tes yang kedua yaitu dengan
menambahkan H2SO4 pekat hasil yang diperoleh dari tes kedua yaitu larutan yang semula
berwarna kuning berubah menjadi warna orange dan timbul panas. Kemudian dilanjutkan tes
ketiga ditambahkan dengan raegen AgNO3 hasil yang diperoleh larutan menjadi berwarna
kuning dan ditambahkan dengan HNO3 hasil yang didapat dari percobaan ini yaitu terbentuk
larutan yang berwarna merah bata. Fungsi penambahan AgNO3 sebenarnya untuk
mengendapkan anion. Namun dalam percobaan ini ternyata tidak terbentuk suatu endapan
hanya larutan yang berubah warna saja menjadi kuning dikarenakan nilai Qc < Ksp atau
dengan kata lain larutan tersebut belum jenuh sehingga tidak terbentuk suatu endapan.

Reaksi yang terbentuk yaitu :

CrO42- + Ag2+→ Ag2CrO4

(Svehla, 1985)

Selanjutnya dilakukan tes keempat penambahan Ba(C2H3O2)2 untuk mengendapkan kromat


dari barium. Dari data pengamatan yang diperoleh ternyata hasilnya adalah larutan menjadi
berwarna kuning namun tidak terbentuk suatu endapan hal ini dikarenakan nilai Qc<Ksp atau
larutan belum jenuh sehingga endapan belum terbentuk. Warna kuning terjadi karena CrO42-
merupakan ion kompleks berwarna dan karena Cr adalah logam transisi yang mempunyai
konfigurasi elektron pada orbital d. Reaksi yang terbentuk yaitu:

CrO42- + Ba2+ → BaCrO4

(Svehla, 1985)

Kemudian dilanjutkan dengan penambahan HCl hasil yang diperoleh adalah larutannya tetap
berawarna kuning. Tujuan dilakukannya penambahan HCl adalah untuk menguatkan
identifikasi bahwa terdapat ion CrO42- pada sample. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
uji CrO42- dalam K2CrO4 ditandai negatif mengandung ion kromat karena menurut literatur
seharusnya jika positif maka pada saat direaksikan dengan Ba (C2H2O2)2 menghasilkan
endapan kuning tetapi pada uji ini tidak mengahsilkan endapan dikarenakan larutannya
belum lewat jenuh atau Qc < Ksp. Maka disimpulkan ion CrO42- tidak termasuk kelompok
perak maupun barium kalsium

(Svehla, 1985)

6.9 Uji ion pada larutan unknown

Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengidentifikasikan ion yang terdapat dalam
sampel unknwon. Langkah dalam melakukan uji ini yang pertama dilakukan tes yaitu
kenampakan larutan yang merupakan uji organoleptis dengan pengamatan warna larutan.
Larutan yang diperoleh berdasarkan pengamatan adalah larutan berwarna bening, kemudian
dilanjutkan dengan uji yang kedua dengan menambahkan H2SO4 pekat hasil yang diperoleh
dari tes kedua yaitu larutan tetap berwarna bening dan timbul panas. Selanjutnya dilanjutkan
dengan uji AgNO3 dan HNO3. Fungsi penambahan AgNO3 sebenarnya untuk mengendapkan
anion, sedangkan HNO3 untuk uji definitif yaitu berfungsi untuk menguatkan apabila didalam
sampel unknwon tersebut terdapat adanya ion perak pada sampel. Setelah dilakukan tes 3
ternyata larutan yang didapat menjadi keruh namun tidak terbentuk endapan. Langkah
selanjutnya direaksikan dengan reagen Ba(C2H3O2)2 hasil yang didapat larutan tetap keruh
dan ketika ditambahkan HCl larutan keruh tersebut terbentuk suatu endapan putih. Fungsi
dari penambahan HCl yaitu untuk mengasamkan sampel, sehingga mineral dapat larut.
Penambahan Ba(C2H3O2)2 dilakukan agar sulfat dapat diikat oleh ion Ba, sehingga
membentuk endapan putih. maka dapat disimpulkan bahwa anion yang terkandung dalam
sampel adalah ion SO42- serta termasuk kelompok anion barium kalsium dan karena anion
tersebut mempunyai selektifitas ion menyebabkan pada penambahan HCl endapan tidak
dapat larut. Hal ini sesuai dengan literatur yang ada dimana suatu sampel dinyatakan positif
mengandung ion SO42- apabila terbentuk endapan berwarna putih .(Svehla, 1985) Reaksi yang
terbentuk sebagai berikut :

SO42- + Ba (C2H3O2)  BaSO4 (s) + C2H3O2-


BaSO4 (s) + HCl  endapan tidak larut

(Svehla, 1985)

VI. Penutup

6.1 Kesimpulan :

6.1.1 Dalam percobaan ini diguanakan metode kemikalia cair untuk mengidentifikasikan
anion baik dalam larutan sampel known maupun unknown serta digunakan juga uji
organoleptis yaitu dengan pengamatan warna larutan.

6.1.2 Larutan Cl- direaksikan dengan AgNO3 + HNO3 positif menghasilkan endapan putih
positif mengandung ion tersebut pada sampel dan termasuk anion kelompok perak

6.1.3 Larutan Br- direaksikan dengan AgNO3 + HNO3 tidak menghasilkan endapan negatif
mengandung ion tersebut dalam sampel
6.1.4 Larutan I- direaksikan dengan AgNO3 + HNO3 menghasilkan endapan kuning positif
mengandung ion tersebut dan termasuk anion kelompok perak

6.1.5 Larutan SO3- direaksikan dengan Ba (C2H2O2)2 menghasilkan endapan putih, positif
mengandung ion tersebut pada sampel dan termasuk anion kelompok barium kalsium

6.1.6 Larutan SO42- direaksikan dengan Ba (C2H2O2)2 menghasilkan endapan putih, positif
mengandung ion tersebut pada sampel dan termasuk anion kelompok barium kalsium

6.1.6 Larutan PO43- direaksikan dengan Ba (C2H2O2)2 + HCl menghasilkan larutan keruh
maka positif mengandung ion tersebut dan masuk anion kelompok barium kalsium

6.1.7 Larutan NO3- direaksikan dengan H2SO4 pekat ditambah FeSO4 tidak menghasilkan
cincin coklat sehingga negatif (tidak masuk) kelompok anion perak maupun barium kalsium

6.1.8 Hasil uji pada sampel unknown yang diperoleh ditandai bahwa sampel unknown
tersebut mengandung anion SO42- dimana terbentuk endapan putih dan saat dilarutkan HCl
endapan tidak larut.

6.2 Saran
6.2.1 Pada saat melakukan percobaan ini sebaiknya dilakukan dengan teliti apalagi saat
melakukan pengamatan

6.2.2 Penggunaan reagen dalam percobaan ini perlu diperiksa dan diperhatikan agar tepat dan
efisien

Dapus :

Svehla,G. 1985. Buku Teks Analisis Organik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT
Kalman Media Pustaka

Anda mungkin juga menyukai