Oleh :
Gina Mulya Nuroktapiana
121270050
Kelompok 03
Mengetahui,
Dalam analisis kimia volumetri pada umumnya banyak dimanfaatkan untuk mengukur sejumlah
zat yang jika direaksikan dengan larutan baku (standar) yang tingkat konsentrasinya sudah
diketahui, sehingga reaksi ini akan berlangsung secara kuantitatif. Metode titrasi asam basa
pada analisis volumetri tujuannya untuk dapat menentukan kadar bikarbonat didalam sampel
soda kue dengan titran yaitu HCl. Proses standarisasi ini harus dilakukan terlebih dahulu
supaya dapat diperoleh nilai konsentrasi yang pasti degan lautan standar primer. Reaksi
eksotermik yaitu reaksi yang terjadi pada saat titrasi asam terhadap basa, kemudian ditetesi
dengan indikator metil orange maka akan menghasilkan warna kuning. Setelah proses titrasi
maka warna tersebut akan berubah menjadi merah jingga yang dapat menunjukan bahwa larutan
telah bersifat asam. Sehingga dapat diperoleh hasil dari percobaan ini besar mol NaHCO3 yaitu
sebesar 2,078 mmol.
Kata kunci : Analisis volumetri, titrasi asam-basa, indikator metil jingga, larutan standar,
reaksi eksotermik.
BAB I
PENDAHULUAN
Soda kue memiliki wujud yang berbentuk bubuk Kristal berwarna putih dan bersifat
amfoter sedikit alkalis. Dalam bidang kimia soda kue biasa disebut dengan natrium
bikarbonat atau NaHCO3. Dalam bidang industri soda kue digunakan dalam pembuatan
gula, obat, gelas, kertas, dan bahkan keramik. Soda kue mudah larut dalam air dan sifatnya
basa, Kristal soda dapat melepuh di udara serta mengurangi kadar air. Pada bidang farmasi,
natrium bikarbonat berperan penting dalam penghasil karbondioksida pada sistem tablet
effervescent. Hal ini dikarenakan natrium bikarbonat mudah larut sempurna dalam air,
memiliki sifat non higroskopis serta harganya terjangkau. Natrium hidroksida biasanya
telah terkontaminasi oleh natrium karbonat, sedangkan natrium karbonat dan natrium
bikarbonat sering terjadi secara bersamaan.
Zat warna metil jingga bersifat anionic atau biasa disebut zat warna asam yang biasa
digunakan sebagai indikator dalam kepentingan analitik di laboratorium kimia. Indikator
inilah yang biasanya digunakan dalam kepentingan titrasi sehingga pH berada pada titik
ekuivalen. Titrimetri merupakan suatu analisis kuantitatif yang dimana dalam metodenya
dilakukan dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan standar (baku).
Analisis titrimetri dikelompokkan dalam empat jenis yaitu reaksi asam basa, reaksi
oksidasi reduksi, reaksi pengendapan, dan reaksi pembentukan kompleks. Titrasi juga
dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
1.2. Tujuan
Dengan melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. Menentukan konsentrasi larutan HCL baku yang digunakan pada percobaan ini.
2. Menentukan kadar bikarbonat dalam sampel soda kue.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Titrimetri
Titrimetri adalah suatu analisis kuantitatif yang mana metodenya dengan mereaksikan
suatu zat yang dianalisis dengan larutan standar (baku). Analisis titrimetri dikelompokkan
dalam empat jenis yaitu reaksi asam basa, reaksi oksidasi reduksi, reaksi pengendapan, dan
reaksi pembentukan kompleks. Titrasi juga dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung. Titrasi langsung dilakukan dengan mentitrasi langsung zat yang akan ditetapkan,
sedangkan titrasi tidak langsung dilakukan dengan cara penambahan titran degan jumlah yang
lebih yang nantinya kelebihan tersebut dititrasi dengan titran lain (Rodiani, 2013).
Titrasi asam basa dilakukan dengan mereaksikan asam dengan basa sehingga terjadi
perubahan pH larutan. Pada titrasi asam basa indicator yang digunakan yaitu asam lemah
yang akan bereaksi dengan basa (Simanjuntak, 2018). Pada metode titrasi, menentukan
konsentrasi suatu larutan tertentu dibutuhkan larutan standar. Larutan standar merupakan
suatu larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Larutan standar terbagi
menjadi dua yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Titrasi merupakan
suatu proses dalam analisis volumetric yang mana larutan standar diteteskan melalui buret ke
larutan sampel hingga tercapai titik ekivalen. Dalam istilah titrasi terdapat titran dan titrat.
Titrat merupakan zat yang akan ditentukan kadarnya, biasanya titrat diletakkan di dalam
Erlenmeyer, sedangkan titran merupakan zat yang sudah diketahui konsentrasinya, biasanya
zat tersebut diletakkan di dalam buret (Hudaya, 2016).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. ALAT
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu
1. Buret 50mL
2. Neraca analitik
3. Statif dan klem
4. Pipet volume 10mL
5. Pipet tetes
6. Erlenmeyer 100mL (4 buah)
7. Gelas kimia 250mL
8. Gelas kimia 100mL (3 buah)
9. Botol semprot
10. Spatula
11. Pipet ukur 10mL
12. Labu ukur 25mL
13. Labu ukur 50mL
14. Kertas label
3.2. BAHAN
Bahan yang digunakan pada praktikum modul ini yaitu :
1. Sampel soda kue sebanyak 1 g
2. Larutan HCl 3M ± 3,3 mL
3. Padatan Na2CO3 sebanyak 0,3 g
4. Larutan indikator metil jingga
5. Aqua dm
3.3. DIAGRAM ALIR PERCOBAAN
Larutan HCl 3 M
Padatan Na2CO3
Selesai
4.2. Pembahasan
Pada percobaan modul ini, dilakukan bagaimana cara menentukan kadar bikarbonat
dalam sampel soda kue. Langkah pertama yang dilakukan yaitu dengan mencuci terlebih dahulu
peralatan supaya tidak terjadi kontaminasi. Dalam menentukan kadar bikarbonat pada soda kue,
maka membutuhkan reagen yang memiliki sifat asam, yaitu HCl. Dalam melakukan pembakuan
larutan HCl terlebih dahulu dengan cara mengencerkan HCl 3M yang ditambahkan aqua dm
sampai tanda batas. Pada percobaan kali ini dilakukan pembakuan larutan HCl, dikarenakan
HCl merupakan larutan baku sekunder yang mana larutan tersebut tidak stabil sehingga perlu
dibakukan dengan larutan baku primer yaitu Na2CO3 yang kemudian ditambahkan indikator
metil jingga dan dititrasi dengan larutan HCl. Persyaratan dalam pemilihan larutan yaitu larutan
HCl yang memiliki asam kuat dan tingkat disosiasi yang kuat. Hal ini lah yang membuat larutan
HCl menjadi stabil, sehingga gugus akan larut. Maka diperoleh hasil reaksi seperti berikut :
Namun, karena bikarbonat memiliki sifat basa lemah, naka jika dititrasi dengan HCl akan
semakin turun pH nya. Pada percobaan digunakan indikator metil jingga karena perubahan
warna yang akan terjadi maka akan kontras sehingga pada keadaan asam metil jingga
mengalami perubahan warna sehingga mempermudah pengamatan pada titik ekuivalen.
Kemudian langkah kedua dengan melakukan penentuan kadar bikarbonat pada sampel
soda kue. Pertama timbang dan ukur semua bahan, kemudian lakukan titrasi dengan metil
orange. Setelahnya soda kue tersebut akan dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan HCl maka
akan berperan sebagai titran. Saat melakukan proses titrasi dengan menggunakan bahan yang
korosif dan berbahaya bila terkena kulit maka harus diperhatikan dengan benar prosedur
pekerjaannya. Reaksi yang diperoleh saat melakukan penentuan kadar bikarbonat dengan
Produk yang diperoleh sama dengan standarisasi HCl, yang dimana hasil yang diperoleh
yaitu asam karbonat yang sifatnya asam lemah dan soda kue yang sifatnya basa akan dititrasi
dengan HCl yang memiliki sifat asam kuat, maka hal ini akan membentuk produk yang sifatnya
asam lemah dan produk tersebut akan menyentuh pH indikator MO yang akan menyebabkan
perubahan warna terjadi, yaitu dari orange menjadi jingga kemerahan. Pada percobaan
penentuan bikarbonat dalam sampel soda kue maka akan dihasilkan sebesar 27,2056% kadar
bikarbonatnya. Dengan ini diketahui bahwa percobaan tersebut berhasil, karena telah mencapai
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini yaitu :
1. Praktikan dapat menggunakan Na2CO3 sebagai titrat dan HCl sebagai titran. Pada saat
melakukan penambahan indicator akan menyebabkan larutan berubah warna dari kuning
menjadi merah jingga.
2. Hasil massa yang diperoleh Na2CO3 yang ada pada sampel yaitu sebebsar 0,272056
gram, dan % Na2CO3 dalam 1 gram soda kue sebanyak 27,2056%
5.2. Saran
Saran pada percobaan kali ini yaitu memperhatikan suhu pada ruangan saat akan
dilakukannya titrasi, kemudian harus lebih berhati hati jika membaca atau mencatat hasil dari
pengukuran, setelah itu kita juga harus memeriksa dan menjaga kondisi alat titrasi dan bahan
yang akan digunakan. Untuk alat-alat maupun sampel yang digunakan juga harus lebih
diperbanyak jumlahnya sehingga tidak menguras waktu banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Harningsih, N. T. (2014). Optimasi Natrium Bikarbonat dan Asam Sitrat sebagai Komponen
Effervescent pada Tablet Floating Nifedipin. Majalah Farmaseutik, Volume 10
Nomor 01. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Semarang dan Fakultas Farmasi Universitas
Gajah Mada Yogyakarta, 187.
Hudaya, K. H. (2016). Desain Titrator Otomatis Untuk Pengukuran Dua Titrasi Secara
Simultan. Jurusan Kimia, Fakultas MIPA. Universitas Jember.
Lachman, L. L. (1986). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Diterjemahkan oleh Siti, S.,
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Simanjuntak, R. (2018). Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Sabun Mandi Cair
Merek “LX” dengan Metode Titrasi Asidimetri. Jurnal Ilmiah Kohesi, Volume 02
Nomor 04. Hal: 66. Akademi Farmasi Indah. Sumatera Utara.
Siregar, C. d. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
LAMPIRAN
LAMPIRAN