Anda di halaman 1dari 8

PENENTUAN KADAR Na2CO3 DALAM SODA

(APLIKASI TITRASI)

Dosen pembimbing : Tiara Kumala, S.Si.,MP

Nama Kelompok 2 :
1. Abang Ahmad Stibi (3202226009)
2. Helena Agusta Chesaria Hune (3202226025)
3. Nobertus Abbastian Jerry (3202226022)
4. Nuriza (3202226015)
5. Zakeus Aroyo (3202226001)
6. Witria Ramandha (3202226007)
7. Natalis Edo (3202226024)
8. Kristina (3202226027)
9. Tri Mulyanto (3202226019)
10. Desty Awaliyah (3202226011)
11. Damianus Tino (3202226017)
12. Samsuri Datuk Tutung (3202226012)

PROGRAM STUDI DILUAR DOMISILI


POLITEKNIK NEGRI PONTIANAK KABUPATEN KAPUAS HULU
PRODI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
TAHUN 2023
I. PENENTUAN KADAR Na2CO3 DALAM SODA (APLIKASI TITRASI)
II. TUJUAN
a) Menerapkan larutan standar dalam analisis kuantitatif
b) Menentukan kadar natrium karbonat dalam sampel-sampel produk pangan
III. DASAR TEORI
Dalam percobaan titrasi, suatu larutan yang konsentrasinya diketahui secara pasti
disebut sebagai larutan standar (standar solution). Penambahan larutan standar
dilakukan hingga reaksi berlangsung sempurna. Beberapa titrasi harus dibantu oleh
indikator untuk mencapai titik akhir titrasi reaksi yang ditandai dengan perubahan
warna larutan (Chang, 2005:111).
Indikator merupakan salah satu bagian penting dalam analisis titrimetri karena
kemampuannya dalam menunjukkan titik akhir titrasi. Dalam titrasi asam basa,
indikator merupakan zat yang memiliki perubahan warna yang tajam dalam medium
asam dan basa. Terdapat berbagai indikator sintesis dengan jangkauan pH masing-
masing yang biasa digunakan dalam titrasi asam-basa, diantaranya yaitu : fenolftalein,
metil merah, metil jingga, dan bromotimol biru (Chang, 2005:112).
IV. METODE
 Alat dan bahan

Alat yang di gunakan : Bahan yang digunakan :


Labu takar Air
Briunet klep Soda
Penjepit stratus HCl 10%
Neraca analitik Metil orange 3 tetes
Pipet tetes
Gelas beaker

 Prosedur kerja
Timbang 3,6 soda larutan dalam air dan encerkan hingga 250 ml dalam labu
takar. Titrasi 25 ml larutan ini dengan HCL standar menggunakan indikator metil
oranye (MO) atau mo-karmin indigo atau bromokresol hijau. Hentikan titrasi jika
ada perubahan warna dan tetap tidak berubah dan catat volume HCL yang
diperlukan.ulangi 3 kali.
V. Hasil dan Pembahasan
 Hasil
Kadar Na2CO3 = 10  Mr Na2CO3  V HCL  N HCL  100
2  3600
Kadar Na2CO3 = 10  106  15,3  0,2  100 = 324,360 = 45,05 %
2  3600 7.200
 Pembahasan
Warna awal : Orange susu
Warna akhir setelah titrasi : Orange bening
Volume HCL 2N : 25,8 ml
Volume HCL 2N setelah titrasi : 41,1 ml
Vo;ume yang digunakan untuk titrasi : 41,1  25,8 = 15,3 ml

VI. Kesimpulan
Dari percobaan penetapan kadar soda abu (Na2CO3) dengan metode titrasi asidimetri
didapatkan normalitas HCL yang sebenarnya 0,2 dan kadar soda abu (Na2CO3) adalah
45,05 %.
Dapat disimpulkan bahwa kadar soda abu (Na2CO3) adalah 45,05 % dan kadar ini
tidak sesuai dengan persyaratan yang menyatakan kadar soda abu (Na2CO3) 30 %.
Kadar soda abu (Na2CO3) lebih dari kadar yang disyaratkan, 45,05 %  30 %.
APLIKASI GRAVIMETRI DALAM SAPONIFIKASI

Dosen pembimbing : Tiara Kumala, S.Si.,MP

Nama Kelompok 2 :
1. Abang Ahmad Stibi (3202226009)
2. Helena Agusta Chesaria Hune (3202226025)
3. Nobertus Abbastian Jerry (3202226022)
4. Nuriza (3202226015)
5. Zakeus Aroyo (3202226001)
6. Witria Ramandha (3202226007)
7. Natalis Edo (3202226024)
8. Kristina (3202226027)
9. Tri Mulyanto (3202226019)
10. Desty Awaliyah (3202226011)
11. Damianus Tino (3202226017)
12. Samsuri Datuk Tutung (3202226012)

PROGRAM STUDI DILUAR DOMISILI


POLITEKNIK NEGRI PONTIANAK KABUPATEN KAPUAS HULU
PRODI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
TAHUN 2023
I. Aplikasi Gravimetri Dalam Saponifikasi
II. Tujuan
I) Menentukan berat sabun yang dihasilkan (gram) sebagai aplikasi gravimetri
III. Dasar teori
Reaksi penyabunan merupakan reaksi hidrolisis lemak/minyak dengan
menggunakan basa kuat seperti NaOH atau KOH sehingga menghasilkan gliserol dan
garam asam lemak atau sabun. Untuk menghasilkan sabun yang keras digunakan
NaOH,sedangkan untuk menghasilkan sabun yang lunak atau sabun cair digunakan
KOH. Perbedaan antara sabun keras dan lunak jika dilihat dari kelarutannya dalam air
yaitu sabun keras bersifat kurang larut dalam air jika dibandingkan dengan sabun
lunak. Reaksi penyabunan disebut juga reaksi Saponifikasi.

O
|| O
H2C  O  C  R1 ||
O H2C  OH R1  C  O Na
| || | O
||
HC  O  C  R2 + 3 NaOH  H2C  OH + R2  C  O  Na
| || | O
H2C  O  C  R3 H2C  OH ||
R3  C  O  Na

Trigliserida basa gliserol sabun


(Lemak/Minyak)

NaCL merupakan komponen kuncidalam peroses pembuatan sabun.kandungan


NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di
dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang di gunakan umumnya
berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl di gunakan untuk memisahkan
produk sabin dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karna
kelarutanya yang tingi,sedakan sabun akan mengendap.NaCl harus bebas dari
besi,kalsium dan magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas.
IV. Metode
 Alat yang digunakan
Nerca analitik / timbangan : 1 buah
Gelas kimia 250 ml : 2 buah
Penagas air : 1 buah
Gelas ukur 10 ml : 2 buah
Gelas ukur 50 ml : 1 buah
Penjepit tabung : 2 buah
Spatula/pengaduk : 1 buah
Hot plate : 1 buah
Corong : 1 buah
 Bahan yang digunakan
Sempel minyak : minyak sawit, minyak kelapa
Etanol 95%
NaOH 25%
NaCl ( jenuh/pekat ) dan
Kertas saring 4 buah

 Prosedur kerja
1. Memasukan 5 gram sampel minyak kedalam beker gelas 250 ml.
2. Menambahkan 5 ml etanol 95% dan dalam 5 ml larutan NaOH 25%.
3. Memanaskan campuran tersebut sampai terjadi perubahan ( mengumpal )
dalam penangas air yang telah mendidih ( sambil megaduk-aduk
menggunakan batang pengaduk ) dan mengusahakan tinggi air jangan
melebihi beker gelas. Mengamati hasil yang terjadi.
4. Mengangkat gelas kimia dari penangas air.
5. Menambahkan 40 ml larutan NaCl jenuh kedala larutan tersebut.
6. Mendinginkan dan menyaring dengan kertas saring ( dirangkap).
7. Mengamati hasil yang terbentuk.
8. Menimbang sabun dan garam.
9. Membandingkan hasilnya antara minyak pasaran dengan minyak pasaran
dengan minyak kemasan.
V. Hasil dan pembahasan
 Hasil
Pertama panas air sebanyak 50 ml menggunakan gelas beker 250
ml,kemudian masukan minyak kelapa 5 ml, 5 ml etanol 95%, 5 ml larutan
NaOH 25% kedalam gelas beker yang lebih kecil. Selanjutnya panaskan gelas
beker yang kecil kedalam gelas beker 250 ml hingga mendidih kemudian
tambahkan 40 ml larutan NaCl, kemudian aduk larutan tersebut hingga
berbusa kemudian dinginkan larutan tersebut hingga dingin,setelah dingin
lanjut proses penyaringan. Dan didapatkan hasil sabun dari proses saponifikasi
seberat 18,6 gram.
 Pembahasan
Percobaan ini bertujuan agar di praktikan mampu memahami prinsip kerja
penyabunan pada proses pembuatan sabun, mampu memahami reaksi
penyabunan pada proses pembuatan sabun, serta mampu membuat ,serta serta
menggali sifat sabun berdasarkan percobaan yang dilakukan . bahan baku
pembuatan sabun yang digunakan dalam percobaan ini yaitu minyak jagung
dan NaOH 25% kemudian ada etanol 95% yang digunakan sebagai pelarut
dan NaCL yang berfungsi sebagai agen pengendap dari sabun yang telah
terbentuk serta untuk melarutkan sliserol sebagai hasil samping dari reaksi
sponfikasi sehingga didapatkan sabun .
Dalam pembuatan sabun yaitu dengan menambahkan sebanyak 5 gram
sampel minyak jagung kedalam gelas kimia 250 ml yang disusul dengan
penambahan 5 ml etanol dan 5 ml larutan NaOH 25% sembari tidak dengan
konstan . kemudian memanaskan campuran tersebut sampai terjadi perubahan
(sampai mengeluarkan busa) dan mengangkat gelas kimia penangas air dan
menambahkan 40 ml laruan NaCL , mengamati hasil sabun yang sudah
terbentuk , setelah itu menimbang sabun dalam berapa gram yang dihasilkan
dan membandingkan minyak pasara dengan minyak makanan.
VI. Kesimpulan
1. Reaksi saponifikasi merupakan suatu reaksi hidrolisis antara trigliserida (asam
lemak) dengan basa kuat (NaOH/KOH) yang menghasilkan sabun (nartium stearat)
dan produk samping berupa gliserol.
2. Dalam proses saponifikasi, lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan
gliserol.

Anda mungkin juga menyukai