Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM DASAR REKAYASA PROSES

PEMBUATAN SABUN PADAT

Oleh :
Guntur Putra Wibawa
2141420107

Dosen Pengampu :
Khalimatus Sa’diyah, S.T., M.T

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
LAPORAN PEMBUATAN SABUN CAIR

I. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan teori pembuatan sabun mandi padat
serta analisanya dengan benar
2. Mahasiswa mampu memproduksi sabun mandi padat dengan benar
3. Mahasiswa mampu melakukan analisa kualitas sabun mandi padat yang dihasilkan
dengan benar.

II. Latar Belakang


Sabun secara umum merupakan senyawa natrium atau kalium yang mempunyai
rangkaian karbon yang panjang dan direaksikan dengan asam lemak khususnya trigliserida
dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun dihasilkan oleh proses saponifikasi, yaitu
hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi basa. Pada
perkembangannya bentuk sabun menjadi bermacam-macam, yaitu sabun padat, sabun lunak,
sabun cair, dan sabun bubuk. Jika basa yang digunakan adalah NaOH, maka produk reaksi
berupa sabun keras (padat), sedangkan bila basa yang digunakan berupa KOH, maka produk
reaksi berupa sabun cair.
Sabun merupakan produk kimia yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Penggunaan sabun dalam kehidupan sudah tidak asing lagi, terutama sesuai dengan fungsi
utamanya yaitu membersihkan. Berbagai jenis sabun beragam bentuk mulai dari sabun cair
maupun sabun padat. Maka dari itu dengan melakukan praktikum kali ini Mahasiswa teknik
kimia dapat mempelajari bagaimana cara pembuatan sabun padat dengan benar serta
Mahasiswa teknik kimia dapat menganalisa hasil praktikum sabun pada praktikum ini.

III. Dasar Teori

Sabun merupakan campuran minyak atau lemak (nabati, seperti minyak zaitun atau
hewani, seperti lemak kambing) dengan alkali atau basa (seperti natrium atau kalium
hidroksida) melalui suatu proses yang disebut dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis
oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Pada proses pembuatan sabun atau yang
dikenal sebagai reaksi penyabunan (saponifikasi) diperlukan basa mineral untuk
menghidrolisis senyawa ester ataupun asam lemak yang umumnya menggunakan NaOH atau
KOH. Akan tetapi penggunaan bahan kimia sintetik tersebut menjadi tidak ramah terhadap
kesehatan dan lingkungan karena bersifat kaustik. Alternatif yang dapat dilakukan yaitu
dengan menggunakan sumber basa dari alkali yang terkandung pada abu limbah pertanian
dimana salah satunya yaitu sabut kelapa.

Terdapat faktor-faktor yang diketahui mempengaruhi reaksi saponifikasi. Levenspiel


(1972) dalam Perdana dan Hakim (2009) menyebutkan beberapa diantaranya yaitu rasio
reaktan dan waktu pengadukan. Penggunaan rasio reaktan yang tidak tepat akan
menghasilkan sabun yang tidak sesuai tetapan standar yang mana hal ini dapat diketahui dari
nilai asam lemak atau alkali bebas sabun. Sementara itu, waktu pengadukan yang dilakukan
juga akan mempengaruhi kesempurnaan proses saponifikasi yang berlangsung. Oleh karena
itu, pada penelitian ini kedua parameter tersebut menjadi variabel bebas yang dianalisis
pengaruhnya terhadap proses saponifikasi serta karakteristik dari sabun yang dihasilkan.

Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi


trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi
penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :

C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH → C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR

Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama
dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai
jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali

Kadar air adalah persentase kandungan air pada suatu bahan yang dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat
basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air
berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen (Anonim, 2010). Kadar air adalah
sejumlah air yang terkandung di dalam suatu benda, seperti tanah (yang disebut juga
kelembapan tanah), bebatuan, bahan pertanian, dan sebagainya. Kadar air digunakan secara
luas dalam bidang ilmiah dan teknik dan diekspresikan dalam rasio, dari 0 (kering total)
hingga nilai jenuh air di mana semua pori terisi air. Nilainya bisa secara volumetrik ataupun
gravimetrik (massa), basis basah maupun basis kering.

Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat
sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi
biasanya bergabung dengan lemak netral.

pH (Power of Hydrogen) adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan


tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai
kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak
dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoretis.
Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang
pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional. Standar nilai pH untuk sabun
yaitu 9-11 (Hernani dkk, 2010).

Manfaat sabun sebagai bahan pembersih berkaitan dengan sifat surfaktan (bahan
surface active), senyawa yang menurunkan tegangan permukaan air. Sifat ini menyebabkan
larutan sabun dapat memasuki serat, menghilangkan dan mengusir kotoran dan minyak.
Setelah kotoran dan minyak dari permukaan serat keluar, sabun akan mencuci kotoran dan
minyak tersebut dengan memanfaatkan struktur kimianya. Bagian akhir dari rantai (ionnya)
bersifat hidrofilik (senang air) sedangkan rantai karbonnya bersifat hidrofobik (menolak air).
Rantai hidrokarbon larut dalam partikel minyak yang tidak larut dalam air. Ionnya terdispersi
atau teremulsi dalam air sehingga dapat dicuci. Muatan negatif dari ion sabun juga
menyebabkan tetes minyak sabun saling menolak satu sama lain sehingga minyak yang
teremulsi tidak dapat mengendap (Sari dkk., 2010).

IV. Metodologi
 Alat :
 Hot plate
 Overhead stirrer
 Gelas beaker / wadah
 Gelas ukur
 Kaca arloji
 Wadah cetakan
 Bahan :
 Etanol 95%
 Asam stearat
 NaOH
 Gula
 Minyak
 Gliserin
 PROSEDUR PEMBUATAN BIODIESEL
 Sabun Padat
 Analisis Kadar Air

Memasukkan cawan ke dalam lemari


pengering selama 1 jam

Mengeluarkan cawan dan memasukkan cawan ke


dalam desikator

Mengeluarkan cawan setelah 2 jam dan


menimbang beserta contoh tersebut.

Kadar Air = 𝑊1−𝑊2 𝑊 x 100% W1 = Berat contoh+cawan


(gram) W2 = Berat setelah Pengeringan(gram) W = Berat
Memasukkan 5 gram contoh kecontoh
dalam cawan,
(gram) lalu mengeringkan cawan dalam
pengering selama 2 jam dengan suhu 105 o C.

 Derajat Keasaman pH

Menyiapkan 5 gram contoh yang akan dianalisa pH-nya

Melarutkan contoh tersebut ke dalam 10 ml


aquades

Mencuci pH meter dengan aquades agar pH meter dalam


keadaan netral (pH 7)

Melarutkan contoh tersebut ke dalam 10 ml


aquades

Memasukkan pH meter dalam contoh

Mencatat pH yang tampil


V. Data Pengamatan
a. Pembuatan

NO Bahan Jumlah Keterangan


1 NaOH 1,5 gram Ditimbang dan dilarutkan dengan air
2 Air 7 ml Untuk melarutkan NaOH
Ditimbang dan dimasukkan ke dalam
3 Minyak 10 gram
larutan
Dicampur dengan larutan NaOH,
4 Etanol 95% 60 ml
dipanaskan
Ditambahkan ke dalam larutan yang
5 Asam Stearat 0,6 gram
sedang dipanaskan
Ditambahkan ke dalam larutan yang
6 Gula 1 gram
sedang dipanaskan
Ditambahkan ke dalam larutan yang
7 Gliserin 10,01 gram
sedang dipanaskan
8 Alkohol 100 ml Ditimbang dan dididihkan
Ditambahkan ke dalam larutan yang
9 Indikator pp 0,5 ml
sedang dipanaskan
Ditambahkan untuk menetralkan
10 NaOH 0,1 N 2 tetes
alcohol
 1,1 ml  Titrasi sampel 1
11 HCl
 1,2 ml  Titrasi sampel 2

b. Analisa sabun padat

NO Jenis Uji Jumlah Keterangan


1 Kadar air 14,5418% Berdasarkan SNI kadar air sabun
padat maksimal adalah 15%,
sehingga sabun padat yang
dihasilkan sudah memenuhi standar
yang telah ditentukan
2 Asam lemak  0,1147% Berdasarakan SNI kadar alkali bebas
bebas/alkali (dihitung maksimal 0,1 % (sebagai NaOH) dan
bebas NaOH) 0,14% (sebagai KOH). Sehingga
 0,1608% sabun padat yang dihasilkan belum
(dihitung memenuhi standar yang telah
KOH) ditentukan
3 pH 12 Berdasarkan pengujian dengan kertas
indikator universal

VI. Hasil perhitungan


 Asam lemak bebas/alkali bebas
Diketahui:
VHCL = 1,15 ml
NHCL = 0,1 N
Massa sampel = 4,01 gram
Ditanya: alkali bebas?
Jawab:
- Dihitung sebagai NaOH
V x N x 0,04
Kadar alkali bebas¿ x 100 %
gram contoh
1,15ml x 0,1 N x 0,04
Kadar alkali bebas¿ x 100 %
4,01 gram
Kadar alkali bebas¿ 0,1147 %
- Dihitung sebagai KOH
V x N x 0,0561
Kadar alkali bebas¿ x 100 %
gram contoh
1,15ml x 0,1 N x 0,0561
Kadar alkali bebas¿ x 100 %
4,01 gram
Kadar alkali bebas¿ 0,1608 %
 Kadar air
- Sebelum pengeringan
Berat cawan = 29,44 gram
Berat contoh = 5,02 gram
Berat cawan + contoh (W1) = 29,44 gram + 5,02 gram
= 34,36 gram
- Setelah pengeringan
Berat cawan + contoh (W2) = 33,73 gram
Berat contoh(W) = (Berat cawan + contoh (W2)) – berat cawan
= 33,73 gram – 29,44 gram
= 5,02 gram
- Kadar air
W 1−W 2
Kadar air = x 100 %
W
34,46 gram−33,73 gram
Kadar air = x 100 %
5,02 gram
Kadar air = 14,5418%

VII. Pembahasan

Pada praktikum pembuatan sabun padat ini menggunakan bahan etanol/alkohol,


NaOH, minyak, asam stearat, gula, gliserin. Proses pencampuran NaOH hendaknya
dilakukan dengan cara NaOH dimasukkan kedalam gelas kimia yang sudah berisi air, bukan
sebaliknya. Hal ini dilakukan karena NaOH memiliki berat jenis yang lebih besar
dibandingan aquades, sehingga dimaksudkan berat jenis NaOH mampu turun perlahan
kedalam aquades yang mempunyai berat jenis lebih kecil. Jika hal ini dilakukan dengan
prosedur yang salah dikhawatirkan dapat memicu ledakan yang membahayakan bagi jalannya
percobaan. Tujuan penambahan air yaitu sebagai alkali yang bersifat polar. Kemudian
minyak dipanaskan, dan dicampur dengan NaOH yang telah bercampur dengan air.
Pemanasan ini bertujuan agar larutan sabun yang dibuat menjadi kental dan mengerat,
pemanasan dilakukan pada suhu 60℃ supaya semua bahan bisa larut tanpa menghilangkan
pelarutnya. Apabila suhu diatas 60℃, maka pelarut yang digunakan untuk melarutkan bahan
akan habis sehingga tidak bisa tercampur dengan sempurna atau kurang homogen. Akibatnya,
tidak semua pelarutnya terkonversi menjadi sabun. Selanjutnya diaduk dengan fungsi agar
minyak dan NaOH dapat tercampur dengan sempurna dengan air atau tercapainya suatu
homogenitas antar campuran bahan. Kemudian didiamkan hingga terbentuk sabun padat.
Metode analisa yang digunakan untuk menganalisis kualitas pembuatan sabun adalah
kualitatif dan kuantitatif. Analisa Kualitatif ini sendiri adalah metode analisa pengolahan data
secara mendalam dengan data dari hasil pengamatan seperti kadar air, warna, aroma atau bau
dan beberapa hal yang ada di dalamnya seperti busa. Sedangkan analisa kuntitatif sendiri
adalah menganalisis data berbasis angka (yang mencakup data kategorik dan numerik)
menggunakan berbagai teknik statistikm contohnya pada uji pH.

Pada praktikum pembuatan sabun padat ini didapatkan bahwa pH sabun padat sebesar
12. Hal ini tidak sesuai standart karena Standar nilai pH untuk sabun yaitu 9-11 (Hernani dkk,
2010). Tinggi rendahnya pH sabun dipengaruhi oleh proses saponifikasi saat pembuatan
sabun. Nilai pH sabun yang tinggi dihasilkan dari reaksi hidrolisis pada proses saponifikasi
tersebut. Hal ini dapat diatasi dengan menambahkan lemak atau minyak berlebih. Namun,
penambahan lemak atau minyak akan mengurangi kekerasan sabun (Habib et al., 2016;
Vivian et al., 2014). sabun yang memiliki pH terlalu tinggi dapat meningkatkan daya absorpsi
kulit, sehingga kulit menjadi gatal atau mengelupas dan dapat menyebabkan kulit kering.
Warna yang dihasilkan pada sabun padat yaitu putih kekuningan,hal ini sudah sesuai
dikarenakan suhu pemanasan yang optimum, dan pencampuran NaOH yang sesuai prosedur
menyebabkan warna sabun sesuai dengan yang diinginkan.

Kadar air dalam sabun padat berpengaruh terhadap kualitas sediaan. Air yang
ditambahkan dalam produk sabun dapat mempengaruhi kelarutan sabun dalam air. Semakin
banyak air yang terkandung dalam sabun, maka sabun akan mudah menyusut dan cepat habis
pada saat digunakan (Hambali, Bunasor, Suryani, & Kusumah, 2005). Pada praktikum ini
didapatkan hasil perhitungan kadar air sabun padat sebesar 14,5418% Berdasarkan SNI kadar
air sabun padat maksimal adalah 15%, sehingga sabun padat yang dihasilkan sudah
memenuhi standar yang telah ditentukan.

Asam lemak bebas berasal dari asam lemak yang tidak terikat dengan natrium ataupun
trigliserida. Kadar asam lemak tidak boleh terlalu tinggi karena akan memicu ketengikan dan
mengurangi umur simpan sabun (Khopkar, 1990). Dalam suatu formulasi, asam lemak
berperan sebagai pengatur konsistensi. Spitz (1996) menyatakan bahwa asam lemak memiliki
kemampuan terbatas untuk larut dalam air. Hal ini akan membuat sabun menjadi lebih tahan
lama setelah digunakan. Pada praktrikum ini asam lemak bebas pada sabun padat yang
dihasilkan sedikit melebihi standart sebesar 0,1147% (dihitung NaOH) 0,1608% (dihitung
KOH), Kemungkinan disebabkan karena terjadinya kesalahan pada proses penambahan
NaOH. Berdasarakan SNI kadar alkali bebas maksimal 0,1 % (sebagai NaOH) dan 0,14%
(sebagai KOH). Sehingga sabun padat yang dihasilkan belum memenuhi standar yang telah
ditentukan.  Kelebihan asam lemak bebas berhubungan dengan bau sabun, apabila asam
lemak bebas melebihi Standar Nasional Indonesia maka menyebabkan sabun berbau tengik
dan berbahaya bagi kulit. 

VIII. Kesimpulan

Pada praktikum ini Sabun dibuat dengan metode saponifikasi yaitu mereaksikan
trigliserida dengan soda kaustik (NaOH) sehingga menghasilkan sabun dan produk samping
berupa gliserin dan dilakukan analisa pH,Kadar alkali bebas dan kadar air. Didapatkan hasil
analisa pH sebesar 12,kadar alkali bebas dihitung sebagai NaOH sebesar 0,1147%,dihitung
sebagai KOH sebesar 0,1608%,Kadar air sebesar 14,5418%. Sabun yang dihasilkan pada
praktikum ini tidak layak pakai karena pH dan kadar alkali bebas yang melebihi Strandar
nasional indonesia (SNI).

IX. Daftar Pustaka

Agustini. N. W. S., Winarni. A. H. 2017. Characteristics and Antioxidant Activity from


Transparent Solid Soap Enriched with Carotenoid Crude Extract of Chlorella
pyrenoidosa. Institut Sains dan Teknologi Nasional, Pusat Penelitian Bioteknologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). DKI Jakarta.

Nela. Y. R. 2020. Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas dalam Sabun Mandi Sediaan Padat
secara Titrimetri. Jurusan Analisa Farmasi dan Makanan Kemenkes Jakarta II.
Jakarta.

Setiawan. I., Auliyah. A. 2019. Study of pH and Moisture Content in SNI of Bar Bath Soap in
Jabedebog. Badan Penelitian dan Pengembangan Industri – Kementerian
Perindustrian. Jakarta Timur.

Surilayani. D., Sumarni. E., Irnawati. R. 2019. Quality Characteristics of Seaweed


(Kappaphycus alvarezii) Transparent Solid Soap with Different Glycerine
Concentrations. Jurnal Perikanan dan Kelautan p - ISSN 2089 - 3469 Volume 9
Nomor 1. Juni 2019 e - ISSN 2540 - 9484 Halaman: 69 – 79.

Tim Pengajar Praktikum Dasar Rekayasa Proses. 2021. Jobsheet Praktikum Dasar Rekayasa
Proses. Politeknik Negeri Malang. Malang

Anda mungkin juga menyukai