Oleh :
Guntur Putra Wibawa
2141420107
Dosen Pengampu :
Khalimatus Sa’diyah, S.T., M.T
I. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan teori pembuatan sabun mandi padat
serta analisanya dengan benar
2. Mahasiswa mampu memproduksi sabun mandi padat dengan benar
3. Mahasiswa mampu melakukan analisa kualitas sabun mandi padat yang dihasilkan
dengan benar.
Sabun merupakan campuran minyak atau lemak (nabati, seperti minyak zaitun atau
hewani, seperti lemak kambing) dengan alkali atau basa (seperti natrium atau kalium
hidroksida) melalui suatu proses yang disebut dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis
oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Pada proses pembuatan sabun atau yang
dikenal sebagai reaksi penyabunan (saponifikasi) diperlukan basa mineral untuk
menghidrolisis senyawa ester ataupun asam lemak yang umumnya menggunakan NaOH atau
KOH. Akan tetapi penggunaan bahan kimia sintetik tersebut menjadi tidak ramah terhadap
kesehatan dan lingkungan karena bersifat kaustik. Alternatif yang dapat dilakukan yaitu
dengan menggunakan sumber basa dari alkali yang terkandung pada abu limbah pertanian
dimana salah satunya yaitu sabut kelapa.
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama
dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai
jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali
Kadar air adalah persentase kandungan air pada suatu bahan yang dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat
basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air
berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen (Anonim, 2010). Kadar air adalah
sejumlah air yang terkandung di dalam suatu benda, seperti tanah (yang disebut juga
kelembapan tanah), bebatuan, bahan pertanian, dan sebagainya. Kadar air digunakan secara
luas dalam bidang ilmiah dan teknik dan diekspresikan dalam rasio, dari 0 (kering total)
hingga nilai jenuh air di mana semua pori terisi air. Nilainya bisa secara volumetrik ataupun
gravimetrik (massa), basis basah maupun basis kering.
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat
sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi
biasanya bergabung dengan lemak netral.
Manfaat sabun sebagai bahan pembersih berkaitan dengan sifat surfaktan (bahan
surface active), senyawa yang menurunkan tegangan permukaan air. Sifat ini menyebabkan
larutan sabun dapat memasuki serat, menghilangkan dan mengusir kotoran dan minyak.
Setelah kotoran dan minyak dari permukaan serat keluar, sabun akan mencuci kotoran dan
minyak tersebut dengan memanfaatkan struktur kimianya. Bagian akhir dari rantai (ionnya)
bersifat hidrofilik (senang air) sedangkan rantai karbonnya bersifat hidrofobik (menolak air).
Rantai hidrokarbon larut dalam partikel minyak yang tidak larut dalam air. Ionnya terdispersi
atau teremulsi dalam air sehingga dapat dicuci. Muatan negatif dari ion sabun juga
menyebabkan tetes minyak sabun saling menolak satu sama lain sehingga minyak yang
teremulsi tidak dapat mengendap (Sari dkk., 2010).
IV. Metodologi
Alat :
Hot plate
Overhead stirrer
Gelas beaker / wadah
Gelas ukur
Kaca arloji
Wadah cetakan
Bahan :
Etanol 95%
Asam stearat
NaOH
Gula
Minyak
Gliserin
PROSEDUR PEMBUATAN BIODIESEL
Sabun Padat
Analisis Kadar Air
Derajat Keasaman pH
VII. Pembahasan
Pada praktikum pembuatan sabun padat ini didapatkan bahwa pH sabun padat sebesar
12. Hal ini tidak sesuai standart karena Standar nilai pH untuk sabun yaitu 9-11 (Hernani dkk,
2010). Tinggi rendahnya pH sabun dipengaruhi oleh proses saponifikasi saat pembuatan
sabun. Nilai pH sabun yang tinggi dihasilkan dari reaksi hidrolisis pada proses saponifikasi
tersebut. Hal ini dapat diatasi dengan menambahkan lemak atau minyak berlebih. Namun,
penambahan lemak atau minyak akan mengurangi kekerasan sabun (Habib et al., 2016;
Vivian et al., 2014). sabun yang memiliki pH terlalu tinggi dapat meningkatkan daya absorpsi
kulit, sehingga kulit menjadi gatal atau mengelupas dan dapat menyebabkan kulit kering.
Warna yang dihasilkan pada sabun padat yaitu putih kekuningan,hal ini sudah sesuai
dikarenakan suhu pemanasan yang optimum, dan pencampuran NaOH yang sesuai prosedur
menyebabkan warna sabun sesuai dengan yang diinginkan.
Kadar air dalam sabun padat berpengaruh terhadap kualitas sediaan. Air yang
ditambahkan dalam produk sabun dapat mempengaruhi kelarutan sabun dalam air. Semakin
banyak air yang terkandung dalam sabun, maka sabun akan mudah menyusut dan cepat habis
pada saat digunakan (Hambali, Bunasor, Suryani, & Kusumah, 2005). Pada praktikum ini
didapatkan hasil perhitungan kadar air sabun padat sebesar 14,5418% Berdasarkan SNI kadar
air sabun padat maksimal adalah 15%, sehingga sabun padat yang dihasilkan sudah
memenuhi standar yang telah ditentukan.
Asam lemak bebas berasal dari asam lemak yang tidak terikat dengan natrium ataupun
trigliserida. Kadar asam lemak tidak boleh terlalu tinggi karena akan memicu ketengikan dan
mengurangi umur simpan sabun (Khopkar, 1990). Dalam suatu formulasi, asam lemak
berperan sebagai pengatur konsistensi. Spitz (1996) menyatakan bahwa asam lemak memiliki
kemampuan terbatas untuk larut dalam air. Hal ini akan membuat sabun menjadi lebih tahan
lama setelah digunakan. Pada praktrikum ini asam lemak bebas pada sabun padat yang
dihasilkan sedikit melebihi standart sebesar 0,1147% (dihitung NaOH) 0,1608% (dihitung
KOH), Kemungkinan disebabkan karena terjadinya kesalahan pada proses penambahan
NaOH. Berdasarakan SNI kadar alkali bebas maksimal 0,1 % (sebagai NaOH) dan 0,14%
(sebagai KOH). Sehingga sabun padat yang dihasilkan belum memenuhi standar yang telah
ditentukan. Kelebihan asam lemak bebas berhubungan dengan bau sabun, apabila asam
lemak bebas melebihi Standar Nasional Indonesia maka menyebabkan sabun berbau tengik
dan berbahaya bagi kulit.
VIII. Kesimpulan
Pada praktikum ini Sabun dibuat dengan metode saponifikasi yaitu mereaksikan
trigliserida dengan soda kaustik (NaOH) sehingga menghasilkan sabun dan produk samping
berupa gliserin dan dilakukan analisa pH,Kadar alkali bebas dan kadar air. Didapatkan hasil
analisa pH sebesar 12,kadar alkali bebas dihitung sebagai NaOH sebesar 0,1147%,dihitung
sebagai KOH sebesar 0,1608%,Kadar air sebesar 14,5418%. Sabun yang dihasilkan pada
praktikum ini tidak layak pakai karena pH dan kadar alkali bebas yang melebihi Strandar
nasional indonesia (SNI).
Nela. Y. R. 2020. Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas dalam Sabun Mandi Sediaan Padat
secara Titrimetri. Jurusan Analisa Farmasi dan Makanan Kemenkes Jakarta II.
Jakarta.
Setiawan. I., Auliyah. A. 2019. Study of pH and Moisture Content in SNI of Bar Bath Soap in
Jabedebog. Badan Penelitian dan Pengembangan Industri – Kementerian
Perindustrian. Jakarta Timur.
Tim Pengajar Praktikum Dasar Rekayasa Proses. 2021. Jobsheet Praktikum Dasar Rekayasa
Proses. Politeknik Negeri Malang. Malang