Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum Sintesis Kimia Organik, Tahun Akademik 2017/2018 - 1

Sintesis Sabun
Riri Andriyanti (1506670862)

Departemen Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Indonesia


Kampus UI Depok, 16424, Depok, Jawa Barat, Indonesia

E-mail: ririandriyanti@gmail.com

Abstrak
Percobaan kali ini membahas sintesis sabun yang menggunakan reagen utama yaitu
minyak sayur. Sedangkan tujuan dari percobaan ini yaitu mengetahui proses, mekanisme dan
fungsi reagen-reagen dalam sintesis sabun. Proses pembuatan sabun dimulai dari pencampuran
minyak sayur, NaOH dan etanol. Campuran tersebut kemudian dipanaskan, didinginkan serta
ditambahkan NaCl jenuh sampai terbentuk padatan sehingga padatan dapat disaring, dikeringkan
dan ditimbang. Proses tersebut membutuhkan beberapa peralatan-peralatan seperti pipet tetes,
beaker glass, batang pengaduk dan corong Buchner. Sabun merupakan garam asam lemak
berantai panjang atau asam monocarboxylic. Sabun dapat berbentuk padat maupun cair. Hal
tersebut bergantung pada basa yang digunakan. Jika basa yang digunakan adalah NaOH maka
sabun akan memiliki bentuk padat, sedangkan jika basa yang digunakan adalah KOH maka sabun
akan berbentuk cair. Sintesis sabun merupakan salah satu reaksi saponifikasi atau reaksi
penyabunan. Reaksi saponifikasi merupakan reaksi pembantukan sabun dengan bahan awal
berupa lemak dan basa. Berdasarkan hasil percobaan didapatkan massa sabun, persen kesalahan
relative dan persen yield. Persen kesalahan relative didapatkan dari massa teoritis dan massa
hasil percobaan. Massa sabun sebesar 12,18 gram, %KR sebesar 12,440%5 dan %yield sebesar
112,4405%.
Kata kunci: buchner, monocarboxylic, reagen, sabun, , saponifikasi, sintesis, yield
..............................................................................................................................................................

1. PENDAHULUAN
Salah satu produk industri yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat adalah sabun. Sabun
memiliki banyak kegunaan seperti sabun mandi, sabun mencuci piring, sabun mencuci pakaian
hingga sabun untuk mencuci motor atau mobil. Sabun menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan
sehari-hari. Tidak hanya itu, sabun juga memiliki kegunaan untuk memutihkan wajah,
menghilangkan jerawat (komedo), melembabkan kulit, mencerahkan kulit, dan membuat wajah
lebih menawan.
Pembuatan sabun dapat dibuat melalui reaksi saponifikasi yang menggunakan bahan
awal berupa lemak dan basa. Reaksi saponifikasi merupakan reaksi hidrolisis asam lemak oleh
basa.Sabun merupakan bahan logam alkali dengan rantai asam monocarboxylic yang panjang.
Sabun mengandung garam C16 dan C18, Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun
bergantung pada jenis sabun tersebut. namun dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan
bobot atom lebih rendah. Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus
ion. Sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles), yakni segerombol
50150 molekul yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung-ujung ionnya yang
menghadap ke air.
Pembuatan sabun menggunakan metode sederhana dalam reaksi yang terjadi dalam
pencampuran. Selain itu peralatan yang digunakan juga lebih sederhana seperti beaker glass,
corong Buchner dan pipet tetes. Tujuan utama dalam percobaan ini adalah mengetahui dan
memahami proses sintesis sabun yang merupakan salah satu reaksi saponifikasi. Oleh karena itu,
untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan percobaan sintesis sabun dengan reagen utama minyak
sayur dan NaOH.
2

2. TINJAUAN PUSTAKA
Pembentukan sabun atau sering disebut dengan sintesis sabun merupakan salah satu
reaksi saponifikasi. Reaksi saponifikasi terjadi karena adanya pemanasan minyak sayur yang
menghasilkan tiga ester untuk membentuk gliserol dan tiga garam natrium asam lemak. Garam
natrium asam lemak sering disebut dengan sabun. Selain itu pengertian lainya mengenai reaksi
saponifikasi merupakan reaksi hidrolisis asam lemak oleh basa.
Sabun merupakan garam natrium atau garam kalium asam lemak berantai panjang.
Perbedaan utama sabun terletak pada wujudnya. Sabun dapat berupa padatan atau cairan. Sabun
berbentuk padat dapat dipeoleh jika menggunakan NaOH sebagai reagen utama, sedangkan sabun
cair dapat diperoleh jika menggunakan KOH sebagai reagen utama. Selain itu, perbedaan lain yang
terdapat pada sabun yaitu adanya perbedaan keras atau lembut sifat sabun yang kita gunakan. Jika
menggunakan minyak kelapa maka akan menghasilkan sabun yang lebih keras dibandingkan
dengan minyak kedelai, minyak kacang dan minyak biji katun.
Sintesis sabun terdiri dari ujung nonpolar yang hidrofobik atau takut air yaitu berupa
hidrokarbon asam lemak. Ujung nonpolar yang bersifat hidrofobik dapat melarutkan pengotor-
pengotor berminyak. Sedangkan ujung yang lainya yaitu ujung polar yang mempunyai sifat
hidrofilik atau dapat menarik air berupa gugus karboksilat ionic.
Reaksi saponifikasi terjadi dari trigliserida direaksikan dengan natrium hidroksida
membentuk sabun dan gliserol. Reaksi saponifikasi melibatkan adisi nukleofilik ke karbonil ester
yang menghasilkan intermediet alkoksi. Berikut ini merupakan reaksi saponifikasi pada sintesis
sabun:

Trigliserida Gliserol/Gliserin Sabun


Gambar 1
Reaksi Saponifikasi
Sabun merupakan salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri
tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara
senyawa alkali dan lemak/minyak. Sabun terus mengalami perkembangan menyesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat yang semakin beragam.

3. METODE PERCOBAAN
Metode percobaan yang dilakukan dalam percobaan ini merupakan metode reaksi
sederhana dengan menggunakan reagen utama minyak sayur dan NaOH. Peralatan yang digunakan
juga termasuk ke dalam peralatan yang sederhana dimana masih sering digunakan dalam
percobaan-percobaan di laboratorium.

3.1 Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu beaker glass sebagai wadah
campuran, gelas ukur untuk mengukur larutan yang akan diambil, pemanas untuk memanaskan
campuran. Ice bath untuk mendinginkan campuran dan aquades, corong buchner untuk
menyaring padatan sabun, pengaduk kaca untuk mengaduk campuran serta pipet tetes untuk
mengambil bahan-bahan yang akan digunakan. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu minyak
sayur sebagai reagen utama, larutan NaOH 25% sebagai pemberi suasana basa, etanol sebagai
3

pelarut, Aquades untuk mencuci padatan sabun, NaCl jenuh sebagai reagen untuk salting out
dan pH meter untuk mengukur pH.

3.2 Cara Kerja


Langkah pertama yang dilakukan oleh praktikan dalam percobaan ini yaitu dengan
menyiapkan bahan-bahan seperti 11,5 ml minyak sayur, 5 ml etanol atau alcohol 95%, dan 10
ml NaOH 25%. Kemudian mencampurkan bahan-bahan didalam beaker glass kemudian aduk
sampai tercampur sempurna. Setelah tercampur dengan sempurna, maka selanjutnya
memanaskan campuran menggunakan hot plate selama kurang lebih 20 menit sambil terus
dilakukan pengadukan. Setelah 20 menit pemanasan, campuran diangkat dari hot plate
kemudian dilakukan pendinginan dalam bak es. Setelah beaker glass dan campuran tidak panas,
menambahkan NaCl jenuh sambil dilakukan pengadukan. Dalam waktu yang bersamaan
menyiapkan corong Buchner yang akan digunakan dan menimbang massa kertas saring.
Kemudian, meletakkan kertas saring di atas corong Buchner sambil dilakukan pencucian
menggunakan aquades dingin. Setelah selesai, campuran yang telah didinginkan di saring
kemudian dikeringkan. Menimbang hasil akhir atau massa sabun yang telah diperoleh selama
percobaan.

3.3 Pemurnian Produk Dengan Rekristalisasi


Tidak dilakukan rekristalisasi pada padatan sabun yang terbentuk.

3.4 Penentuan Yield Reaksi dan Kesalahan Relatif


Persen yield dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

% yield = 100%

Persen kesalahan relatif dapat dihitung dengan meggunakan rumus:



%KR= 100%

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berikut ini merupakan hasil yang diperoleh oleh praktikan.
4.1 Perhitungan secara teoritis
volume minyak = 11,5 mL
minyak = 0,92 gram/ml
Mr minyak = 890 gram/mol
massa minyak = volume minyak x minyak
= 11,5 ml x 0,92 gram/ml = 10,58 gram

Mol minyak sayur =

10,58
= = 0,0118
890

Volume NaOH = 10 ml
NaOH = 2,13 gram/ml
Mr NaOH = 40 gram/mol
Massa NaOH = volume NaOH x NaOH = 10 ml x 2,13 gram/ml = 21,3
gram

Mol NaOH =

21,3
= = 0,5325
40 /

Mr Na-stearat = 306 gram/mol


4

M: 0,0118 0,5325 mol - -


R: 0,0118 0,0354 mol 0,0118 0,0354 mol

S: - 0,4971 mol 0,0118 0,0354 mol

Massa Na-Stearat (sabun) teoritis = 0,0354 mol 306 gram/mol = 10,8324 gram

4.2 Perhitungan secara percobaan


Massa Na-Stearat (sabun) percobaan
= (massa kertas saring + kristal glukopiranosa) massa kertas saring kosong
= 13,15 gram 0,97 gram = 12,18 gram

4.3 Perhitungan Kesalahan Relatif dan Yield



% KR =| | x 100%

10,8324 12,18
=| | x 100%
10,8324
= 12,4405 %

% Yield = x 100%

12,18
= x 100%
10,8324
= 112,4405 %

4.4 Hasil Pembahasan


Pada percobaan ini hal yang pertama dilakukan oleh praktikan adalah menyiapkan
reagen-reagen utama yang akan digunakan untuk pembuatan sabun atau sintesis sabun.
Reagen utama yang digunakan yaitu minyak sayur yang merupakan senyawa nonpolar
memenuhi hidrokarbon asam lemak dan mempunyai sifat hidrofobik atau takut air. Minyak
sayur dapat melarutkan pengotor berminyak yang merupakan salah satu manfaat dari sifat
hidrofobik. Selain itu, minyak sayur mempunyai kandungan trigliserida dalam komposisi
senyawa tersebut.
Trigliserida merupakan salah satu senyawa ester yang membentuk garam karboksilat.
Trigliserida dapat diubah menjadi sabun dalam proses satu atau dua tahap. Pada proses satu
tahap, trigliserida diperlakukan dengan basa kuat yang akan memutus ikatan ester dan
menghasilkan garam asam lemak dan gliserol. Proses ini digunakan dalam industri gliserol.
Dalam sintesis sabun kali ini, ion hidroksida (OH-) dari NaOH akan menyerang salah satu
gugus karbonil pada trigliserida membentuk intermediet tetrahedral. Ikatan antara atom C
karbonil dan rantai gliserida kemudian akan putus sehingga akan terbentuk asam karboksilat
dan ion gliseroksida. Ion gliseroksida bersifat basa sehingga akan menarik proton dari gugus
karboksilat dan membentuk gliserol. Asam karboksilat yang terbentuk akan berubah menjadi
anion karboksilat dan membentuk garam bersama Na+ yang disebut sabun natrium stearat.
Proses ini akan terulang sebanyak tiga kali sesuai dengan jumlah ester gliserol dalam
trigliserida hingga akhirnya terbentuk 3 molekul sabun dan 1 molekul gliserol.
5

Gambar 2
Mekanisme reaksi sintesis sabun

Setelah penyiapan minyak sayur sebanyak 11,5 ml, maka menambahkan NaOH ke dalam
minyak sayur. Fungsi dari NaOH yaitu sebagai pemberi sifat basa sehingga reaksi
saponifikasi dapat berlangsung. NaOH merupakan salah satu senyawa anorganik yang
bersifat polar. Pencampuran minyak sayur dengan NaOH mempunyai perbedaan sifat
kepolaran, minyak sayur bersifat nonpolar sedangkan NaOH bersifat polar. Perbedaan
kepolaran tersebut dapat mengakibatkan terjadinya pencampuran yang tidak sempurna,
sehingga diperlukan pelarut yang bersifat semi polar. Pelarut yang cocok untuk kondisi
tersebut adalah etanol. Etanol dapat melarutkan senyawa polar dan nonpolar. Etanol sering
disebut dengan alcohol 95%.
Setelah dilakukan proses pencampuran maka selanjutnya memanaskan campuran di hot
plate sambil terus dilakukan pengadukan. Fungsi dari pemanasan ini yaitu menguapkan
etanol dan menghasilkan gliserol serta sabun padat. Etanol dapat menguap pada suhu tinggi
sehingga dilakukan penguapan. Etanol harus menguap dengan sempurna karena fungsi etanol
hanya sebagai pelarut sehingga etanol tidak boleh beraksi dengan senyawa atau reagen
lainya. Pemanasan dan pengadukan selesai apabila reaksi telah berjalan sempurna yang
ditandai dengan tidak adanya lagi minyak yang berwarna kuning dalam larutan dan
menghasilkan busa.
Setelah dilakukan pemanasan, selanjutnya mendinginkan campuran dalam bak es serta
mendinginkan aquades didalam botol semprot. Proses pendinginan tidak boleh dilakukan
dalam waktu yang terlalu lama dikarenakan gliserol dapat membeku pada suhu rendah. Jika
terjadi pembekuan gliserol maka proses pemisahan antara gliserol dan sabun akan
berlangsung lebih lama.
6

Gambar 3
Proses pendinginan campuran dan aquades

Langkah selanjutnya yaitu dengan menambahkan NaCl jenuh ke dalam campuran.


Penambahan NaCl jenuh dilakukan didalam bak es disertai dengan pengadukan. NaCl jenuh
berfungsi sebagai reagen salting out yaitu NaCl mempunyai kelarutan yang lebih besar
dibandingkan campuran, sehingga kelarutan campuran akan menurun. Adanya salting out ini
menyebabkan campuran terbentuk endapan. Kebalikan dari salting out adalah salting in yaitu
jika suatu zat terlarut yang mempunyai kelarutan lebih kecil dibandingkan dengan zat utama,
maka zat utama akan mengalami kenaikan kelarutan.

Gambar 4
Proses penambahan NaCl jenuh ke dalam campuran

Setelah penambahan NaCl jenuh, maka campuran di uji menggunakan pH Universal


untuk mengetahui berapa pH pada campuran. Untuk mengetahui apakah senyawa tersebut
adalah sabun dapat dilakukan dengan uji pH dan uji emulsi. Uji emulsi untuk mengetahui
apakah gliserol dan sabun telah terpisah secara sempurna. Namun, dalam percobaan ini tidak
dilakukan uji emulsi. pH yang diperoleh dalam percobaan ini yaitu pada pH 13.Sabun
mempunyai pH antara 13 14 yang bersifat basa.

Gambar 5
Uji pH

Menyaring endapan yang telah terbentuk menggunakan penyaring Buchner, tetapi


sebelumnya menimbang kertas saring yang akan digunakan. Massa kertas saring yang
didapatkan sebesar 0,97 gram. Meletakkan kertas saring pada corong Buchner kemudian,
mencuci dengan aquades dingin untuk menghilangkan pengotor-pengotor polar. Kemudian
menyaring endapan di corong Buchner, hal yang harus diperhatikan adalah tidak adanya
senyawa campuran yang keluar dari kertas saring yang dapat menyebabkan penyaringan tidak
berlangsung sempurna.
7

Gambar 6
Proses penyaringan campuran dengan penyaring Buchner

Diperoleh hasil akhir berupa padatan tak berwarna yang telah kering. Setelah padatan
kering, maka padatan di timbang untuk mengkur massa sabun yang terbentuk. Berdasarkan
percobaan didapatkan massa sabun sebesar 12,18 gram, %yield sebesar 112,4405% dan %KR
sebesar 12,4405%.

Gambar 7
Proses penimbangan sabun

Sintesis sabun merupakan reaksi saponifikasi. Hal tersebut dapat dilihat dengan hasil
akhinya yang berupa sabun dan gliserol dimana reagen utamanya adalah minyak sayur atau asam
lemak dengan NaOH atau alkali basa. Berikut ini merupakan mekanisme reaksi dari reaksi
saponifikasi.

Gambar 8
Mekanisme reaksi saponifikasi secara umum

Pada mekanisme reaksi tersebut, pertama terjadi adisi nukleofilik OH - ke karbonil ester
menjadi intermediet alkoksi. Lalu pada intermediet tersebut, agar membentuk rangkap kembali,
ion alkoksi dikeluarkan dan dihasilkan ion alkoksida. Ion alkoksida yang dihasilkan menarik
proton dari asam karboksilat yang ditambahkan dan menghasilkan garam asam karboksilat.

4.5 Analisis Kesalahan


Pada praktikum ini, diperoleh % KR sebesar 12,4405 %. Hal ini dikarenakan beberapa
factor diantaranya masih ada zat pengotor dalam sabun yang terbentuk sehingga massa sabun
lebih berat daripada massa teoritis. Adanya reagen yang sudah mengalami kerusakan seperti
etanol yang telah mengalami penguapan sehingga etanol tidak murni lagi. Kesalahan lain yang
bisa dilakukan adalah peralatan yang digunakan terkontaminasi zat lainya seperti pipet tetes
yang telah terkontaminasi etanol tetapi digunakan untuk mengambil NaOH.

5. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh oleh praktikan di antaranya
Reaksi yang berlangsung dalam percobaan ini ialah reaksi saponifikasi, yaitu reaksi
hidrolisis asam lemak (ester) dengan suatu basa.
Reaksi penyabunan merupakan reaksi dari minyak yang dilakukan dengan mereaksikan
dengan alkali (NaOH), yang biasa disebut dengan reaksi safonifikasi (penyabunan).
8

Sintesis sabun dapat dilakukan dengan menambahkan alkohol dan basa pada minyak.
Hasil identifikasi sabun dalam percobaan ini diperoleh dengan nilai pH 13.
Etanol bersifat semi polar yang dapat bereksi dengan larutan polar (NaOH) maupun non
polar (minyak sayur).
Pemanasan dan pengadukan tersebut adalah untuk mempercepat laju reaksi pembentukan
sabun.
NaCl jenuh sebagai salting out untuk memisahkan sabun dari gliserolnya, sehingga akan
membentuk larutan yang berupa larutan koloid.
Massa sabun teoritis : 10,8324 gram
Massa sabun percobaan : 12,18 gram
% KR = 12,4405%
% yield =112.87%

UCAPAN TERIMA KASIH


Terimakasih kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayat-Nya yang telah
memberikan kesehatan kepada saya sehingga laporan praktikum ini dapat terbuat serta tersusun
dengan baik. Begitu pun dengan kedua orang tua saya yang telah mendukung sepenuhnya
terkait akademis yang saya lakukan termasuk pembuatan laporan praktikum sintesis kimia
organik ini. Terimakasih juga pada Bapak dan Ibu dosen kimia organik beserta Kakak-kakak
asisten laboratorium kimia organik yang telah memberikan kemudahan dalam pengerjaan
praktikum maupun laporannya, kepada teman-teman yang memberikan dukungan. Terimakasih
untuk teman-teman rekan satu asisten laboratoriun untuk Inta dan Tiwi serta kakak asisten
laboratorium percobaan ini yaitu Kak Gissi.

DAFTAR PUSTAKA
Anshory, H. Irfan. 2003. Acuan Pelajaran Kimia. Jakarta : Erlangga
Ashna, Raden Iqrafia. 2016. Laporan Praktikum Pembuatan Benzoat dari Fenol. Depok:
Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Fessenden dan Fessenden., 1986. Kimia Organik Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Sykes, Peter. 1989. Penuntun Mekanisme Reaksi Kimia Organik. Jakarta : Gramedia.
Tim Penyusun. 2015. Diktat Praktikum Kimia Organik. Depok: Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Viviyani, sela. 2015. Laporan Praktikum Pembuatan Benzoat dari Fenol. Depok: Departemen
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
http://www.sciencelab.com. Material Safety Data Sheet Fenol NaOH, etanol, dan NaCl jenuh.
Diakses pada: Kamis, 28 September 2017, Pukul 21.05 WIB

Anda mungkin juga menyukai