Sintesis Sabun
Riri Andriyanti (1506670862)
E-mail: ririandriyanti@gmail.com
Abstrak
Percobaan kali ini membahas sintesis sabun yang menggunakan reagen utama yaitu
minyak sayur. Sedangkan tujuan dari percobaan ini yaitu mengetahui proses, mekanisme dan
fungsi reagen-reagen dalam sintesis sabun. Proses pembuatan sabun dimulai dari pencampuran
minyak sayur, NaOH dan etanol. Campuran tersebut kemudian dipanaskan, didinginkan serta
ditambahkan NaCl jenuh sampai terbentuk padatan sehingga padatan dapat disaring, dikeringkan
dan ditimbang. Proses tersebut membutuhkan beberapa peralatan-peralatan seperti pipet tetes,
beaker glass, batang pengaduk dan corong Buchner. Sabun merupakan garam asam lemak
berantai panjang atau asam monocarboxylic. Sabun dapat berbentuk padat maupun cair. Hal
tersebut bergantung pada basa yang digunakan. Jika basa yang digunakan adalah NaOH maka
sabun akan memiliki bentuk padat, sedangkan jika basa yang digunakan adalah KOH maka sabun
akan berbentuk cair. Sintesis sabun merupakan salah satu reaksi saponifikasi atau reaksi
penyabunan. Reaksi saponifikasi merupakan reaksi pembantukan sabun dengan bahan awal
berupa lemak dan basa. Berdasarkan hasil percobaan didapatkan massa sabun, persen kesalahan
relative dan persen yield. Persen kesalahan relative didapatkan dari massa teoritis dan massa
hasil percobaan. Massa sabun sebesar 12,18 gram, %KR sebesar 12,440%5 dan %yield sebesar
112,4405%.
Kata kunci: buchner, monocarboxylic, reagen, sabun, , saponifikasi, sintesis, yield
..............................................................................................................................................................
1. PENDAHULUAN
Salah satu produk industri yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat adalah sabun. Sabun
memiliki banyak kegunaan seperti sabun mandi, sabun mencuci piring, sabun mencuci pakaian
hingga sabun untuk mencuci motor atau mobil. Sabun menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan
sehari-hari. Tidak hanya itu, sabun juga memiliki kegunaan untuk memutihkan wajah,
menghilangkan jerawat (komedo), melembabkan kulit, mencerahkan kulit, dan membuat wajah
lebih menawan.
Pembuatan sabun dapat dibuat melalui reaksi saponifikasi yang menggunakan bahan
awal berupa lemak dan basa. Reaksi saponifikasi merupakan reaksi hidrolisis asam lemak oleh
basa.Sabun merupakan bahan logam alkali dengan rantai asam monocarboxylic yang panjang.
Sabun mengandung garam C16 dan C18, Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun
bergantung pada jenis sabun tersebut. namun dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan
bobot atom lebih rendah. Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus
ion. Sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles), yakni segerombol
50150 molekul yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung-ujung ionnya yang
menghadap ke air.
Pembuatan sabun menggunakan metode sederhana dalam reaksi yang terjadi dalam
pencampuran. Selain itu peralatan yang digunakan juga lebih sederhana seperti beaker glass,
corong Buchner dan pipet tetes. Tujuan utama dalam percobaan ini adalah mengetahui dan
memahami proses sintesis sabun yang merupakan salah satu reaksi saponifikasi. Oleh karena itu,
untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan percobaan sintesis sabun dengan reagen utama minyak
sayur dan NaOH.
2
2. TINJAUAN PUSTAKA
Pembentukan sabun atau sering disebut dengan sintesis sabun merupakan salah satu
reaksi saponifikasi. Reaksi saponifikasi terjadi karena adanya pemanasan minyak sayur yang
menghasilkan tiga ester untuk membentuk gliserol dan tiga garam natrium asam lemak. Garam
natrium asam lemak sering disebut dengan sabun. Selain itu pengertian lainya mengenai reaksi
saponifikasi merupakan reaksi hidrolisis asam lemak oleh basa.
Sabun merupakan garam natrium atau garam kalium asam lemak berantai panjang.
Perbedaan utama sabun terletak pada wujudnya. Sabun dapat berupa padatan atau cairan. Sabun
berbentuk padat dapat dipeoleh jika menggunakan NaOH sebagai reagen utama, sedangkan sabun
cair dapat diperoleh jika menggunakan KOH sebagai reagen utama. Selain itu, perbedaan lain yang
terdapat pada sabun yaitu adanya perbedaan keras atau lembut sifat sabun yang kita gunakan. Jika
menggunakan minyak kelapa maka akan menghasilkan sabun yang lebih keras dibandingkan
dengan minyak kedelai, minyak kacang dan minyak biji katun.
Sintesis sabun terdiri dari ujung nonpolar yang hidrofobik atau takut air yaitu berupa
hidrokarbon asam lemak. Ujung nonpolar yang bersifat hidrofobik dapat melarutkan pengotor-
pengotor berminyak. Sedangkan ujung yang lainya yaitu ujung polar yang mempunyai sifat
hidrofilik atau dapat menarik air berupa gugus karboksilat ionic.
Reaksi saponifikasi terjadi dari trigliserida direaksikan dengan natrium hidroksida
membentuk sabun dan gliserol. Reaksi saponifikasi melibatkan adisi nukleofilik ke karbonil ester
yang menghasilkan intermediet alkoksi. Berikut ini merupakan reaksi saponifikasi pada sintesis
sabun:
3. METODE PERCOBAAN
Metode percobaan yang dilakukan dalam percobaan ini merupakan metode reaksi
sederhana dengan menggunakan reagen utama minyak sayur dan NaOH. Peralatan yang digunakan
juga termasuk ke dalam peralatan yang sederhana dimana masih sering digunakan dalam
percobaan-percobaan di laboratorium.
pelarut, Aquades untuk mencuci padatan sabun, NaCl jenuh sebagai reagen untuk salting out
dan pH meter untuk mengukur pH.
21,3
= = 0,5325
40 /
Massa Na-Stearat (sabun) teoritis = 0,0354 mol 306 gram/mol = 10,8324 gram
Gambar 2
Mekanisme reaksi sintesis sabun
Setelah penyiapan minyak sayur sebanyak 11,5 ml, maka menambahkan NaOH ke dalam
minyak sayur. Fungsi dari NaOH yaitu sebagai pemberi sifat basa sehingga reaksi
saponifikasi dapat berlangsung. NaOH merupakan salah satu senyawa anorganik yang
bersifat polar. Pencampuran minyak sayur dengan NaOH mempunyai perbedaan sifat
kepolaran, minyak sayur bersifat nonpolar sedangkan NaOH bersifat polar. Perbedaan
kepolaran tersebut dapat mengakibatkan terjadinya pencampuran yang tidak sempurna,
sehingga diperlukan pelarut yang bersifat semi polar. Pelarut yang cocok untuk kondisi
tersebut adalah etanol. Etanol dapat melarutkan senyawa polar dan nonpolar. Etanol sering
disebut dengan alcohol 95%.
Setelah dilakukan proses pencampuran maka selanjutnya memanaskan campuran di hot
plate sambil terus dilakukan pengadukan. Fungsi dari pemanasan ini yaitu menguapkan
etanol dan menghasilkan gliserol serta sabun padat. Etanol dapat menguap pada suhu tinggi
sehingga dilakukan penguapan. Etanol harus menguap dengan sempurna karena fungsi etanol
hanya sebagai pelarut sehingga etanol tidak boleh beraksi dengan senyawa atau reagen
lainya. Pemanasan dan pengadukan selesai apabila reaksi telah berjalan sempurna yang
ditandai dengan tidak adanya lagi minyak yang berwarna kuning dalam larutan dan
menghasilkan busa.
Setelah dilakukan pemanasan, selanjutnya mendinginkan campuran dalam bak es serta
mendinginkan aquades didalam botol semprot. Proses pendinginan tidak boleh dilakukan
dalam waktu yang terlalu lama dikarenakan gliserol dapat membeku pada suhu rendah. Jika
terjadi pembekuan gliserol maka proses pemisahan antara gliserol dan sabun akan
berlangsung lebih lama.
6
Gambar 3
Proses pendinginan campuran dan aquades
Gambar 4
Proses penambahan NaCl jenuh ke dalam campuran
Gambar 5
Uji pH
Gambar 6
Proses penyaringan campuran dengan penyaring Buchner
Diperoleh hasil akhir berupa padatan tak berwarna yang telah kering. Setelah padatan
kering, maka padatan di timbang untuk mengkur massa sabun yang terbentuk. Berdasarkan
percobaan didapatkan massa sabun sebesar 12,18 gram, %yield sebesar 112,4405% dan %KR
sebesar 12,4405%.
Gambar 7
Proses penimbangan sabun
Sintesis sabun merupakan reaksi saponifikasi. Hal tersebut dapat dilihat dengan hasil
akhinya yang berupa sabun dan gliserol dimana reagen utamanya adalah minyak sayur atau asam
lemak dengan NaOH atau alkali basa. Berikut ini merupakan mekanisme reaksi dari reaksi
saponifikasi.
Gambar 8
Mekanisme reaksi saponifikasi secara umum
Pada mekanisme reaksi tersebut, pertama terjadi adisi nukleofilik OH - ke karbonil ester
menjadi intermediet alkoksi. Lalu pada intermediet tersebut, agar membentuk rangkap kembali,
ion alkoksi dikeluarkan dan dihasilkan ion alkoksida. Ion alkoksida yang dihasilkan menarik
proton dari asam karboksilat yang ditambahkan dan menghasilkan garam asam karboksilat.
5. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh oleh praktikan di antaranya
Reaksi yang berlangsung dalam percobaan ini ialah reaksi saponifikasi, yaitu reaksi
hidrolisis asam lemak (ester) dengan suatu basa.
Reaksi penyabunan merupakan reaksi dari minyak yang dilakukan dengan mereaksikan
dengan alkali (NaOH), yang biasa disebut dengan reaksi safonifikasi (penyabunan).
8
Sintesis sabun dapat dilakukan dengan menambahkan alkohol dan basa pada minyak.
Hasil identifikasi sabun dalam percobaan ini diperoleh dengan nilai pH 13.
Etanol bersifat semi polar yang dapat bereksi dengan larutan polar (NaOH) maupun non
polar (minyak sayur).
Pemanasan dan pengadukan tersebut adalah untuk mempercepat laju reaksi pembentukan
sabun.
NaCl jenuh sebagai salting out untuk memisahkan sabun dari gliserolnya, sehingga akan
membentuk larutan yang berupa larutan koloid.
Massa sabun teoritis : 10,8324 gram
Massa sabun percobaan : 12,18 gram
% KR = 12,4405%
% yield =112.87%
DAFTAR PUSTAKA
Anshory, H. Irfan. 2003. Acuan Pelajaran Kimia. Jakarta : Erlangga
Ashna, Raden Iqrafia. 2016. Laporan Praktikum Pembuatan Benzoat dari Fenol. Depok:
Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Fessenden dan Fessenden., 1986. Kimia Organik Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Sykes, Peter. 1989. Penuntun Mekanisme Reaksi Kimia Organik. Jakarta : Gramedia.
Tim Penyusun. 2015. Diktat Praktikum Kimia Organik. Depok: Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Viviyani, sela. 2015. Laporan Praktikum Pembuatan Benzoat dari Fenol. Depok: Departemen
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
http://www.sciencelab.com. Material Safety Data Sheet Fenol NaOH, etanol, dan NaCl jenuh.
Diakses pada: Kamis, 28 September 2017, Pukul 21.05 WIB