Anda di halaman 1dari 7

PEMBUATAN SABUN

DAN PENENTUAN ANGKA PENYABUNAN

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat :

1. Membuat sabun dari bahan lemak atau minyak


2. Menghitung angka penyabunan suatu minyak.
3. Menyebutkan reaksi saponifikasi
4. Menganalisa sifat – sifat sabun

II. LANDASAN TEORI


2.1 Pendahuluan
Lemak ( fat ) dan minyak ( oil ) merupakan trimester dari gliserol yang
di sebut dengan trigliserida. Secara m lemak umum pada suhu kamar lemak
bersifat padat sedangkan minyak bersifat cair. Lemak yang lazim meliputi
mentega, lemak hewan dan bagian berlemak dari daging. Minyak terutama
berasal dari tumbuhan seperti dari jagung, biji kapas, zaitun, kacang, kedelai
dll. Bila minyak atau lemak dididihkan dengan penambahan alkali, lalu larutan
yang dihasilkan diasamkan akan diperoleh gliserol dan campuran asam lemak
(fatty acid).
Reaksi ini disebut dengan reaksi penyabunan saponifikasi) yaitu sebagai
berikut:
O O
ǁ ǁ
CH2—O—C—R CH2—OH KOCR

O O
ǁ 1. KOH,H2O ǁ
CH—O—C—R’ —————> CH—OH + KOCR’
2. H+ ↑
O O
ǁ ǁ
CH2—O—C—R’’ CH2—OH KOCR’’

Trigliserida (lemak/minyak) Gliserol 3 ekivalen asam


Lemak ( sabun )
2.2 Penyabunan Lemak dan Minyak
Konversi lemak hewan ( contohnya lemak kambing ) menjadi sabun
melalui pemanasan dengan abu kayu (yang sifatnya basa) adalah salah satu
cara yang paling kuno dari proses kimia ini. Sabun dapat dibuat melalui
proses batch maupun proses kontiniu. Pada proses batch, lemak atau minyak
dipanaskan dengan alkali ( KOH/NaOH) sedikit berlebih dalam ketel terbuka.
Bila penyabunannya selesai, garam ditambahkan untuk
mengendapkan sabun dari berbagai padatan. Lapisan air yang mengandung
garam, gliserol dan kelebihan alkali disingkirkan dan gliserol dipulihkan
dengan penyulingan. Padatan sabun kasar yang mengandung sedikit garam,
alkali dan gliserol sebagai pengotor dimurnikan dengan pendidihan dengan
air dan diendapkan kembali dengan garam beberapa kali. Selanjutnya padatan
dididihkan dengan air secukupnya untuk membentuk campuran lembut.
Campuran ini bila dibiarkan akan membentuk lapisan sabun yang homogeny
dibagian atas. Sabun ini dapat dijual tanpa pengolahan lebih lanjut yaitu
sebagai sabun industry murahan.
Berbagai bahan pengisi seperti pasir atau batu apung dapat
ditambahkan untuk membuat sabun gosok. Pengolahan lain adalah
mengubah sabun kasar menjadi

Beberapa macam sabun yang dipergunakan untuk tujuan tertentu


misalnya sebagai pengemulsi,pengering cat,fungisida,antioksidan,pengental
minyak, zat untuk membuat tekstil tak tembus air dan sebagainya. Selain itu
juga dikenal sabun organic yang mempunyai sifat – sifat emulgator yang baik
dan merupakan sabun yang baik pada dry cleaning karena larut dalam pelarut
– pelarut organic.. Contoh sabun organic adalah garam dati tri etanol amina
(HOCH2CH2) dan asam lemak.
Sabun – sabun yang mempunyai BM yang tinggi dan mempunyai
ikatan –ikatan tak jenuh mempunyai keaktifan germisid yang selektif
misalnya Na-risinoleat mempunyai keaktifan detoksifikasi terhadapvtoksin-
toksin dipteri dan tetanus.
2.3 Cara Kerja Sabun
Bila kotoran (misalnya minyak ) pada pakaian digosok dengan air dan
sabun, kotoran diemulsikan. Tiap partikel dikelilingi oleh suatu film dari
molekul– molekulsabun sehingga rantai hidrokarbonnya berhadapan dengan
minyak dan kotoran ( tak polar dengan tak polar) dan gugus –COONa
(polar) terhadap H2O ( polar ). Emulsifikasi minyak dibantu oleh penurunan
tegangan permukaan air oleh sabun. Sabun absorber sebagian kotoran. Jika
tekstil digosok dengan air sabun, minyak diemulsikan dankotoran dipisahkan
dari itu. Misal minyak larut dalam rantai hidrokarbon dan –COO- larut dalam
H2O. Disamping kemampuan sabun membersihkan kotoran – kotoran yang
terdapat pada tekstil, terdapat kelemahan – kelemahan antara lain :

- Sabun tidak dapat bekerja dala larutan asam.

- Sabun tidak dapat bekerja dalam air sadah danair laut karena

banyak mengandung ion Ca dan Mg.

III. DAFTAR ALAT DAN BAHAN


3.1 Peralatan yang digunakan
1. Erlenmeyer 250 ml 1 buah
2. Gelas kimia 500 ml 3 buah
3. Labu Takar 100 ml 1 buah
4. Pendingin refluks 1 unit
5. Buret 50 ml 1 buah
6. Penyaring vakum 1 unit
7. Erlenmeyer bertutup 250 ml 1 buah
8. Hot plate & stirrer 1 unit
9. Batang pengaduk 1 buah

3.2 Bahan yang digunakan


1. KOH
2. Larutan HCl 1 N
3. Alkohol teknis
4. Phenolpthallin 1 %
5. Minyak sebagai sampel
6. Etanol p.a 96%
7. NaCl
8. Aquades

IV. PROSEDUR PRAKTIKUM


4.1 Pembuatan Sabun

1. Larutkan NaOH/KOH sebanyak 10 gr dalam 18 ml air dan 18 ml


etanol/methanol p.a (larutan 1)

2. Masukkan 10 gr minyak / lemak ke dalam beaker glass 250 ml, tambahkan


larutan 1 ke dalamnya.

3. Panaskan campuran dalam steam batch selama 30 menit (campuran


saponifikasi).

4. Siapkan larutan etanol – air (1:1) sebanyak 40 ml. Masukkan larutan ini
sedikit demi sedikit kecdalam larutan yang sedang dipanaskan ( campuran
saponifikasi) tadi bila diperlukan (selama 30 menit) untuk mencegah
pembusaan (foaming).

5. Larutkan 50 gr NaCl ke dalam 150 ml aquades dalam beaker 400 ml, bila
perlu panaskan utk melarutkan semua garam. Dinginkan larutan sebelum
digunakan.

6. Tuang dengan cepat campuran saponifikasi ke dalam larutan garam. Aduk


campuran beberapa menit, kemudian dinginkan pada temperature ruang
dalam es batch.

7. Aduk campuran beberapa menit, kemudian dinginkan pada temperature


ruang dalam es batch.

8. Ambil sabun yang mengendap dengan filtrasi vakum (vacuum filter)


dengan penyaring Buchner.

9. Cuci sabun dengan air es sebanyak 2 x.

10. Keringkan sabun dengan cara diangin – anginkan selama 1 hari. Timbang
berat sabun yang di dapat.
4.2 Penentuan Angka Penyabunan
1. Timbang minyak sebanyak 2 gr (sesuai tugas) ke dalam labu Erlenmeyer.
2. Tambahkan 25 ml larutan KOH/ NaOH dalam methanol/etanol (Etoksida 4%)
3. Refluks campuran minyak dan etoksida dengan pendingin pada temperatur
80oC selama 1 jam.
4. Dinginkan campuran tersebut , titrasi dengan larutan HCl 1N dengan
menggunakan indicator PP 1 % (a ml HCl 1N)
5. Lakukan titrasi terhadap 25 ml larutan etoksida (blanko) tanpa minyak (b ml
HCl 1N).

V. Data Pengamatan dan Perhitungan

No Larutan Volume HCL 1N Volume HCl


1. Sampel minyak 25 ml a ml 8 ml
2. Blanko 25 ml b ml 16 ml

 Perhitungan angka penyabunan


Angka Penyabunan (AP) = (b-a) ml x N HCl x BM KOH / g minyak sampel
Angka Penyabunan (AP) = (16 - 8) ml x 1 N HCl x 56.11 g mol-1 / 2 g
Angka Penyabunan (AP) = (8 ml x 56.11 g mol-1 ) / 2 g
Angka Penyabunan (AP) = (448.88 ml.mol-1/ 2)
Angka Penyabunan (AP) = 224,44 ml.mol-1

VI.PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN


6.1 pembahasan
Pada praktikum kali ini adalah pembuatan sabun dan menghitung angka
penyabunan nya, jenis sabun yang kelompok saya buat adalah sabun batang yang
bisa digunakan sehari-hari melalui proses reaksi saponifikasi (penyabunan) yaitu
mereaksikan asam lemak/minyak dengan basa alkali sehingga terbentuk sabun, sabun
batang yang kami buat berbahan dasar minyak kelapa sawit (trigliserida) dan basa
alkali KOH.
Alasan kami memakai basa alkali KOH adalah untuk membuat sabun mandi
yang aman untuk kulit dan memiliki tekstur yang lebih lembut dibandingkan dengan
penambahan NaOH. Penambahn KOH itu sendiri juga berfungsi untuk menetralkan
sifat asam dan pemberi busa pada sabun, kyuring time atau waktu tunggu reaksi
saponifikasi yang sempurna kami lakukan dengan cara HOT agar waktu tunggunya
lebih singkat.
Angka penyabunan adalah banyaknya basa yang digunakan untuk mengubah
trigliserida menjadi sabun, angka penyabunan yang kami peroleh sebesar 244,44
ml.mol-1 dari 2 gram minyak sampel, melalui proses titrasi dengan membandingkan
hasil titrasi antara larutan minyak sampel dan larutan blanko (perlu diketahui bahwa
hasil titrasi larutan blanko nilai nya selalu lebih besar dibandingkan larutan sampel)
lalu dengan melakukan perhitungan menggunakan rumus dan didapatlah hasil angka
penyabunan.
Pada proses pembuatan sabun juga dibutuhkan penggaraman dengan
penambahan NaCl hal ini bertujuan untuk mengendapkan sabun dari berbagai
padatan, dan parameter yang mempengaruhi proses pembuatan sabun itu sendiri
yaitu: konsentrasi basa yang digunakan, pengadukan,waktu,dan suhu.
Sebenarnya step yang paling benar untuk praktikum kali ini adalah menentukan
angka penyabunan terlebih dahulu agar jumlah KOH yang ditambahkan tepat dan
proses nya berjalan sempurna, namun kelompok kami melakukan sedikit kekeliruan
yaitu menambahkan KOH nya sesuai jobsheet bukan nya hasil dari perhitungan
angka penyabunan yang telah kami praktikkan tapi hasil sabun yang kami buat
berhasil dan sesuai dengan kriteria sabun pada umumnya.

6.2 Kesimpulan
1. sabun merupakan produk agroindustri dengan bahan baku minyak/lemak
2. proses pembuatan sabun melalui reaksi saponifikasi (trigliserida + KOH
sabun + gliserol) dan proses penggaraman (penambahan NaCl)
3. angka penyabunan yang kami peroleh dari praktikum kali ini sebesar 244,44
ml.mol-1 dan berat sabun yang kami hasilkan sebesar 18,87 gram dari 10 gram
minyak kelapa sawit yang digunakan
4. sabun memiliki sifat membersihkan dengan cara mengemulsi kotoran hal ini
disebabkan oleh proses kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak).
Digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar,
karena sabun memiliki gugus polar dan non polar.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Zuhra Amalia, 2022 joobseet satuan proses. Politeknik negeri
lhokseumawe.

Anda mungkin juga menyukai