Catatan :
a. Untuk penetapan kadar air dari contoh makanan yang berbentuk cair (misalnya kecap) ,
Cawan petri diisi kertas saring dengan lebar 2 cm yang dilipat-lipat memenuhi cawan.
Contoh yang ditimbang dengan menuangkannya pada permukaan kertas saring secara merata.
b. Untuk contoh makanan berminyak, cawan diisi dengan pasir kwarsa yang bersih. Contoh
dihomogenkan pada permukaan pasir.
RuangLingkup:
Cara ini digunakan untuk uji mutu minyak goreng yang meliputi: kadar air, bilangan peroksida,
bilangan asam, dan prosentase asam lemak bebas, bilangan iod, bilangan penyabunan dan tes
minyak mineral.
Kadar Air:
Kadar air di dalam minyak dihitung dari selisih bobot minyak sebelum dan sesudah dikeringkan.
Alat :
a. Cawan petri
b. Batang pengaduk pendek
c. Oven pengering
d. Desikator
e. Neraca analitik listrik
Pereaksi:
a. Pasir kwarsa atau pasir laut
Cara penetapan:
1. Pasir kwarsa atau pasir laut yang murni di pijarkan, kemudian di dinginkan.
2. Cawan petri diisi dengan pasir, kemudian bersama pengaduk pendek di keringkan dalam oven
suhu 105 derajat celcius selama 1 jam
3. Dinginkan dalam desikator dan di timbang
4. Kedalam cawan tersebut di timbang seksama 5-10 gram (berat di sesuaikan hingga seluruh
permukaan pasir telah dibasahi oleh minyak) dan diaduk, kemudian di timbang
Cara perhitungan :
Bilangan peroksida :
Definisi :
Bilangan peroksida adalah banyaknya peroksida yang terdapat dalam100 gram minyak, di hitung
sebagai milligram oksigen.
Prinsippenetapan :
Bilangan asam dalam minyak di tentukan dengan cara menambahkan KI dalam suasana asam
kedalam minyak, kemudian di titrasi dengan larutan natrium thiosulfat.
Alat:
a. Labu Erlenmeyer bertutup asah 250-300 mL
b. Gelas ukur 50 mL , 100 mL
c. Buret mikro
Pereksi :
a. Asamasetat
b. Alkohol 96%
c. Chloroform
d. KI
Cara penetapan :
1. Ditimbang seksama kurang lebih 5 gram minyak, masukan kedalam Erlenmeyer
2. Ditambahkan 30 mL campuran pelarut (terdiri campuran : 20mL asam asetat, 20mL alkohol
96%, 55mL CHCl3). Goyangkan Erlenmeyer sampai semua minyak melarut
3. Di tambahkan kurang lebih 1 gram KI, dibiarkan 30 menit di tempat gelap sambil sering di
goyang
4. Ditambahkan 50 mL aquadest + 1 mL amilum, di titrasi dengan larutan Na thiosulfat 0,025 N
(buretmikro) titrasi kuranglebih 1-5 mL dengan indicator amilum
5. Dilakukan penetapan blanko, dengan aquadest sebagai ganti contoh
Cara perhitungan :
Hitung bilangan peroksida dalam minyak dengan rumus :
Prinsip penetapan :
Alat:
a. Labu Erlenmeyer bertutupasah 250-300 mL
b.Gelas ukur 50 mL, 100 mL
c. Buret mikro
Pereaksi :
a. Alkohol 95 %
b. Petroleum eter (eter minyak tanah) yang telah di netralkan atau campuran (70 mL
alkoholditambah 30 mL benzene) yang telah di netralkan
c. Indicator pp
d. Larutan KOH atauNaOH 0,1 N
Cara penetapan :
1. Di timbang seksamakuranglebih 10 gram minyak atau lemak, masukan kedalam Erlenmeyer
bertutupasah
2. Ditambahkan campuran 50 mL alkohol 95% dan 25 mL eter minyak tanah (petroleum eter)
netral (atau campuran 70 mL alcohol dan 30 mL benzene) kocok sampai minyak atau lemak
larut.
3. Di tambahkan indicator pp 5 tetes
4. Dititrasi dengan larutan KOH 0,1 N sampai timbul warna merah jambu yang tetap dalam waktu
1 menit
5. Cara perhitungan :
1.Hitung bilangan asam yang terdapat dalam minyak atau lemak dengan rumus :
Catatan :
Mr adalah bobot molekul asam lemak :
Mr = 200 bagi asam laurat
Mr= 282 bagi asam oleat
Mr = 205 bagi minyak atau lemak dari minyak kelapa
Mr = 263 bagi minyak atau lemak dari minyak sawit
Bilangan Iod
Definisi :
Bilangan iod adalah jumlah mg iod yang dapat di ikat oleh 100 gram minyak atau lemak. Bilangan
iod adalah ukuran untuk mengetahui banyaknya ketidakjenuhan asam-asam lemak
Alat:
a. Labu Erlenmeyer bertutupasah 250-300 mL
b. Pipet volume 25 mL,
c. Bulb atau pipet filler
d. Gelas ukur 50 mL
e. Buret mikro
Cara penetapan :
1. Ditimbang seksama minyak atau lemak sebanyak 0,1-2,5 gram (tergantung jenis minyak atau
lemak), masukan kedalam Erlenmeyer tutupasah
2. Ditambahkan 15mL CCl4, kocok sampai minyak larut
3. Ditambahkan 25 mL larutan Wijs (jangan di isap dengan mulut!)
4. Di goyangkan dan didiamkan dalam tempat gelap selama 1 jam
5. Di tambahkan 10 mL larutan KI 20% dan 100 mL air
6. Di titrasi dengan larutan Na thiosulfate dengan 1 mL indicator amilum
7. Dilakukan penetapan blanko dengan aquadest sebagai ganti contoh
Cara perhitungan :
Hitung bilangan iod minyak atau lemak dengan rumus :
Dimana :
a = mL Na thiosulfat yang diperlukan untuk titrasi blanko
b = mL Na thiosulfat yang diperlukan untuk titrasicontoh
keterangan penimbangan :
Minyak kacang jangan lebih dari 0,2 gram
Minyak kelapa jangan lebih dari 2 gram
Minyak sawit jangan lebih dari 2,5 gram
Bilangan penyabunan
Definisi :
Bilangan penyabunan adalah banyaknya mg KOH yang di butuhkan untuk menyabunkan 1 gram
lemak atau minyak secara sempurna .
Prinsip penetapan :
Minyak atau lemak di larutkan dalam alkohol, kemudian di tambah KOH berlebih dan disabunkan
dengan pemanasan. Kelebihan KOH di titrasi kembali dengan larutan baku HCl
Alat :
Pereaksi :
a. Larutan KOH dalam alkohol (40 gram KOH dilarutkan dalam 1 liter alkohol)
b. Indikator pp
c. Larutan HCl 0,5 N
Cara penetapan :
Cara perhitungan:
Hitung bilangan penyabunan minyak atau lemak dengan rumus :
Dimana :
Vb = mL HCl yang di perlukan untuk titrasi blanko
Vs = mL HCl yang di perlukan untuk titrasi contoh
BE KOH = 56,1
Pereaksi :
a. Alkohol
b. Larutan KOH (3:2)
Cara kerja :
PembuatanlarutanWijs:
Kedalam 1 liter asam asetat glacial (cukaes) (asam yang di pakai harus sekurang-kurangnya 99%.
Jika 10 mL H2SO4 pekat bobot jenis 1,84kg/L yang mengandung 0,05 mL larutan K2Cr2O7 jenuh
di campurkan dengan cuka esitu, warnanya tidak boleh hijau), di larutkan 13 gram iod. Di
hangatkan sedikit untuk melarutkannya, lalu kedalam larutan itu di alirkan gas chlor yang tak
mengandung HCl, hingga sejumlah chlor yang terikat setara dengan iod. Untuk pembuatan iod-
monochlorid (ICI) tiap 13 gram iod di perlukan 3,6 gram gas chlor. Maka jika botol dengan larutan
di timbang sebelum gas chlor di alirkan kedalamnya, jumlahchlor dapat di timbang dan di ketahui.
Jika reaksi selesai maka warna coklat dari larutan iod berubah menjadi warna tupai dari iod
monoklorida. Setelah itu di panaskan 10 menit lamanya pada suhu 100 derajat celcius, lalu
didinginkan. Larutan di simpan dalam botol berwarna yang tertutup rapat dan tidak boleh terkena
cahaya.
Dasar Teori :
Siklamat atau asam siklamat atau cyclohexylsulfamic acid (C6H13NO3S) sebagai pemanis buatan
digunakan dalam bentuk garam kalsium, kalium, dan natrium siklamat. Siklamat biasanya tersedia
dalam bentuk garam natrium dari asam siklamat dengan rumus molekul C6H11NHSO3Na. Secara
umum, garam siklamat berbentuk kristal putih, tidak berbau, tidak berwarna, dan mudah larut
dalam air dan etanol, serta berasa manis.penentuan atau analisis adanya asam siklamat pada
penelitian ini yakni analisa secara kualitatif dalam metode ini melibatkan tahap penyiapan sampel
yang meliputi pelarutan, pengendapan, penyaringan, dan penambahan HCl pekat dan NaNO2 pada
filtrat.
Dengan penambahan HCl pekat dan NaNO2 jika terdapat endapan maka sampel tersebut positif
mengandung asam siklamat. Siklamat memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 30 kali tingkat
kemanisan sukrosa dengan tanpa nilai kalori. Kombinasi penggunaanya dengan sakarin dan atau
asesulfam-K bersifat sinergis, dan kompatibel dengan pencitarasa dan bahan pengawet. Dalam
pedagangan siklamat memiliki nama dagang yang dikenal sebagai Assugrin, Sucaryl, dan Sugar
Twin dan Weight Watchers. Fungsinya sebagai penegas citarasa (flavor enhancer) terutama
citarasa buah. Siklamat lebih banyak digunakan oleh produsen tingkat industri besar, disebabkan
sifatnya yang tidak menimbulkan ‘after taste’ pahit serta sifatnya yang mudah larut dan tahan panas
sehingga banyak digunakan terutama dalam produk – produk minuman ringan.
Ruang Lingkup :
Cara ini digunakan untuk penetapan kadar siklamat yang dihitung sebagai natrium siklamat atau
kalsium siklamat dalam sirup ringan.
Siklamat dalam suasana HCl dirusak dengan natrium nitrit kemudian dengan penambahan BaCl2
diendapkan sebagai BaSO4. Sesudah dipijarkan, BaSO4 yang terbentuk ditimbang dan kadar
siklamat diperhitungkan dari bobot BaSO4.
Alat :
Pereaksi :
1. HCl pekat
2. NaNO2 10%
3. BaCl2 10%
Cara penetapan :
1. Persiapan contoh
a. Sirup
Ditimbang seksama 10 – 15 gr contoh, encerkan dengan air sampai ± 100,0 mL, jika
keruh disaring.
b. Minuman ringan
Hilangkan CO2 nya dengan jalan menuangkan berulang – ulang dari gelas kimia 1
lainnya. Ditimbang seksama ± 100 gr.
2. Bersihkan cawan pijar, panaskan dalam tanur selama 1 jam, dinginkan dalam desikator,
timbang.
Cara perhitungan :
Dalam analisa air, yang dimaksud kesadahan (hardness) adalah jumlah alkali tanah (ion
magnesium, ion kalsium, dan ion stronsium, dan ion barium) yang berikatan sebagai karbonat, sulfat,
klorida, nitrat dan fosfat, dinyatakan dalam mg/dL atau dalam derajat jerman kesadahan ( 0d atau 0D) atau
mgCaCO3 /L.
Semua zat yang menyebabkan kesadahan (pembentuk kesadahan) pada umumnya dihitung sebagai CaO.
10 mg CaO dalam 1 liter air equivalent dengan10D
Selain dalam derajat jerman atau German degree di negara lain kadang kadang digunakan British degree
atau Frensch degree.
1 German degree + 1,25 British degree + 1,78 Frensch degree
Apabila kita mengikuti terminologi “ German degree of Hardness” maka pembagiannya sebagai
berikut :
2. Penentuan Ca2+
pH 13
Ca2++ Murexide Ca-Murexide (merah anggur)
2+
Ca + Murexide (merah anggur) + EDTA Ca-EDTA + Murexide
pH 13 ungu
Mg2+-Murexide + EDTA
3. Standarisasi EDTA dengan CaCl2 2H2O , ZnSO47H2O atau CaCO3 identik dengan persamaan reaksi
di atas.
Alat – Alat
a. Buret 50,0 mL
b. Pipet volume 25,0 mL
c. corong tk panjang
d. Labu ukur 100 mL
e. Beaker glass 100 mL
f. Statif buret
g. Gelas ukur 100 mL
h. Klem buret
i. Pipet tetes
j. Botol semprot
k. Tissue
Pembuatan Pereaksi
1. Larutan buffer Ph 10 (buffer ammonia)
a. Ditimbang 67,5 gram NH4Cl
b. Diukur 800 mL NH4OH
c. Dicampur keduanya kemudian ditambah dengan aquadest sampai dengan 1 liter
2. Larutan Ph 13 (NaOH 3 N)
a. Dilarutkan sebanyak 120 gram NaOH dalam aquadest sampai dengan 1 liter
4. Indikator Murexide
a. Sebanyak 0,5 bagian Murexide digerus bersama-sama dengan 99,5 bagian NacL pa dalam
mortar sampai halus dan merata (tahan lebih lama)
b. Sebanyak 0,5 gram Murexide dilarutkan dalam 100 mL alkohol 70% (tahan maksimum
sampai 2 bulan)
5. Larutan KCN 10%
a. Dilarutkan 10gram KCN dalam 1000 ml aquades
Cara kerja
1. Penentuan kadar total Ca2 dan Mg2
a. Dipipet 100,0 Ml contoh air ke dalam labu erlemenyer 250 Ml
b. Ditambahkan 5 mL larutan buffer Ph 10
PERHITUNGAN
Metode Luff Schoorl dipilih karena sangan menguntungkan dalam menganalisa gula nabati
yang termasuk sukrosa yang merupakan rasa manis dasar sakarosa adalah disakarida, apabila
direduksi akan menghasilkan menosakarida yang bersifat pereduksi. Monosakarida akan
mereduksi CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebiha CuO akan direduksikan dengan
KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan dengan cara dititar dengan larutan
Na2S2O3. Pada dasaranya, mempunyai prinsip analisa iodometri karena akan menganalisa I2
yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana prosesnya titrasi terhadap iodium
(I2) bebas dalam larutan.
Pada prinsipnya, iodometri merupakan reaksi reduksi oksidasi karena terjadi perubahan
bilangan oksidasi. Dari zat zat yang terlibat dalam reaksi, oksidasi adalah pelepasan satu atau
lebih elektron dari suatu atom, ion atau molekul. Sedangkan reduksi, adalah penangkapan satu
atau lebih elektron. Tidak ada dalam elektron bebas dalam sistem kimia, oleh karna itu pelepasa
elektron (oksidasi) selalu diikuti dengan penangkapan elektron ( reduksi ).
I. Indikator
Pada titrasi iodometri berkaitan dengan I2, meskipun warna I2 berbeda dengan I2, secara
teoritis untuk titrasi ini tidak memerlukan indikator, tapi karena warnanya dalam kadaan sangat
lemah maka pada titrasi ini diperlihatkan indikator. Indikator yang digunakan adalah amilum
dan I2.
Sukrosa dalam contoh diubah menjadi gula invert. Gulai invert direaksikan dengan larutan Luff
Schoorl berlebih, kemudian kelebihan larutan Luff Schoorl dititrasi dengan larutan Na –
Thiosulfat secara iodometri. Kadar gula invert dalam contoh dihitung dengan menggunakan
tabel Luff Schoorl dengan selisih kadar gula setelah diinversi dan sebelum diinversi.
III. Alat dan Bahan
1. Alat :
a. Neraca analitik
b. Beaker Glass 500 mL
c. Pipet tetes
d. Corong gelas
e. Kertas saring
f. Labu ukur 100 ml, 200 mL
g. Pipet volumetri 20 ml, 25 mL, 50 mL
h. Erlenmeyer tutup asah 250 mL
i. Refluks, pendinginan alir balik atau pendingin udara
j. Hotplate/penangas air atau waterbath
k. Gelas ukur 25 mL
l. Buret 50 mL
m. Pemanas nyala api
n. Timer
o. Termometer
2. Bahan :
a. Sampel uji sirup atau minuman ringan
b. H2SO4 26,5 % atau 25 % atau 6 N
c. HCl 4 N dan 0,1 N
d. NaOH 0,1 N
e. Na2S2O3 0,1 N
f. KI 20%
g. Amilum 0,5% dibuat sebagai berikut: ditimbang 0,5 gr amilum (Starch Soluble)
dicampur dengan 5 mL aquadest, ditambahkan kedalam 100 mL aquadesr mendididh
sambil diaduk. Dididihkan selama 3 menit kemudian tiriskan.
h. Indikator metil jingga 0,1%
i. Larutan Zn Asetat. Dibuat dengan cara: 21,9 gr Seng Asetat (Zn(CH3COOH)2 2H2O
dan 3 ml asam asetat glacial CH3COOH dalam aquadest hingga 100mL
j. Larutan kalium heksasianoferat (II) (K4Fe(CN)6) dibuat dengan cara: 10,6 gr
(K4Fe(CN)6) dalam 100 mL aquadest
Tuangkan dengan hati – hati larutan asam sitrat kedalam larutan Na2CO3 yang telah
dingin, sambil diaduk. Tambahkan larutan CuSO4 5H2O dan encerkan dengan
aquadest hingga 1000 mL biarkan semalam, kemudian disaring dan diperiksa
kebsaannya dengan cara sebagai berikut:
1. Pipet 10,0 mL larutan Luff Schoorl diencerkan hingga 100,0 mL
2. Pipet 10,0 mL, masukka kedalam erlenmeyer 250 mL, kemudian tambahakan 25
ml HCl 0,1 N
3. Panaskan diatas waterbath selama 1 jam agar volume tetap (jika perlu ditambah air
agar tidak berkurang vlumenya maka ditambah pendingin balik)
4. Dinginkan, ditambah beberapa tetes indikator PP 0,1 %
5. Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N
6. Diperlukan 5,5 mL – 6,5 ml larutan NaOH 0,1 N
7. Batu didih
8. Aquadest
3. Cara Kerja
1. Persiapan Contoh
a. Sirup
Ditimbang teliti kurang lebih 1.0 gr contoh, diencerkan dengan air hingga 250.0
mL dalam labu ukur, dipipet 50.0 mL larutan , dimasukkan ke dalam labu ukur
250 mL .... (point 2)
b. Minuman Ringan
Ditimbang teliti kurang lebih 50.0 gr contoh yang telah dihilangkan CO2 nya
dimasukan ke dalam labuukur 250 mL
2. Kedalam labu ukur 250mL tersebut ditambahkan 5mL larutan ZnAsetat , kocok
selama 1 menit kemudian ditambahkan 5 mL. Larutan kalium peroksianida , kocok
selama 1 menit tmbahkan air 250mL lalu campur
3. Setelah mengendap arut sempurna disaring. Filtrat digunakan dalam penetapan
kadar gula.
a) Sebagai bahan bakar atau energi karena mengandung karbon , maka dapat digunkan oleh tubuh
sebagai bahan bakar. Protein akan dibakar manakala keperluan tubuh akan energi tidek
terpenuhi oleh lemak dan kerbohidrat
b) Sebagai zat pengatur yaitu mngatur berbagai proses tubuh baik secara langsung maupun tidak
langsung, sebagai bahan pembentukzat-zat mengatur berbgai proses tubuh
c) Sebagai zat pembangun yaitu untuk membantu membangun sel-sel yang rusak maupun yang
tidak rusak, kebutuhan protein meningkat sesuai dengan pertambahan umur.
Siklus Protein:
Didalam tubuh manusia terjadi suatu siklus protein, artinya protein dipecah menjadi
komponen-komponen yang lebih kecil yaitu asam amino dan atau peptida. Terjadi juga suatu
Asam Amino:
Bila suatu protein dihidrolisis dengan asam, alkali atau enzim akah dihasilkan campuuran
asam-asam amino. Sebuah asam amino terdiri dari sebuah gugus amino, sebuah gugus karboksil,
sebuah atom hidrogen, dan gugus R yang terikat pada gugus atom C yang dikenal sebgai karbon α,
serta gugs R yang merupakan rantai cabang. Semua asam amino berkonfigurasi α dan mempunyai
konfogurasi L kecuali glidin yang tidak mempunyai atom C asimetrik. Hanya asam animo L yang
merupakan komponen protein. Karena itu penulisan isomer optik jarang dilakukan , dan bila tidak
ada tanda apa-apa, maka yang dimaksud adalah asam amino L.
Pemurnian Protein:
Pemurnian protein merupakan tahap yang harus dilakukan untuk mepelajari sifat dan
fungsi protein . Sejumlah besar ptotein lebihbdari seribu, telah berhasil diisolasi dalam bentuk yang
murni. Kini protein yang dapat dipisahkan dari molekul-molekul kecil dengan cara dialysis melalui
selaput semi permiabel. Molekul-molekul BM lebih besar dari 15.000 bertahan dalam kantung
dialysis, sedangkang moleku-molekul dengan ukurn lebih kecil dan juga ion-ion akan melewati
pori-pori selaput semiprmiable tersebut keluar dari kantung dialysis
Metode kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada
asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel didestruksi dengan asam
sulfat dan dikalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkan amonium sulfat.
Setelah pebebasan dengan alkali kuat, amonia yang terbentuk disuling uap secara kuantitatif
kedlam larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi. Metode ini telah banyak mengalami
modifikasi. Metode ini cocok digunakan secara semimikro, sebab hanya memerlukan jumlah
sampel dan pereaksi yang sedikit dan waktu analaisa yang pendek.
Cara kjedahl digunakan untuk menganalisis kadara protein kasar dalam bahan makanan
secara tidk langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar nitrogennya. Dengan
mengalikan hasil analisis tersebut dengan angka konversi 6,25, diperoleh nilai protein dalam bahan
makanan itu. Untuk beras, kedelai, gandum angka konversi berturut-turut sebagai berikut: 5,59,
5,71, dan 5,83. Angka 6,25 berasal dari angka konversi serum albumin yang biasanya mengandung
16% nitrogen.
Prinsip cara analisis kjedahl adalah sebgai berikut: mula-mula bahan didekstruksi dengan
asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium oksiklorida atau atau butiran Zn. Amonia yang
terjadi ditampung dan dititrasi dengan bntuan indikator. Cara kejdhal pada umunya dapat
digunakan atas 2 cara, yaitu cara makro dan semimakro.
Analisis protein cara kjedahl pada dasarnya dapa dibagi menjadi 3 tahap yaitu proses
destruksi, destilasi dan titrasi.
1. Tahap Destruksi
Pada tahap ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi destruksi
menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO, CO2dan H2O.
Sedagkan nitrogen akan berubah menjadi (NH4)2SO4. Untuk mempercepat proses destruksi
sering ditambahkan katalisator berupa campuran Na2SO4 dan HgO (20:1). Gunning
menganjurkan menggunakan K2SO4 atau CuSO4. Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah:
H destruksi
R-C-COOH NH3 + H2O
NH2
𝐻2𝑆𝑂4
Asam amino { 𝐶𝑢𝑆𝑂4 }
𝑁𝑎2𝑆𝑂4
(protein)
NH3 + H2SO4 (NH4)2SO4
Hasil Destruksi
2. Tahap Destilasi
Pada tahap destilasi amonium sulfat dipecah menjadi amonia NH3 dengan penambahan
NaOH sampai ke alkalis dan dipanaskan. Agar supaya di destilasi tidak terjadi superheating
ataupun pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas yang besar maka dapat
ditambahkan logam Zink (Zn).Untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebihan maka
diberi indikator misalnya BCG + MR atau PP.
Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah:
(NH4)2SO4 + NaOH NH3 + H2O + Na2SO4
NH3 + HCl 01 N NH4Cl
(berlebihan)
3. Tahap Titrasi
Apabila penampungan destilat digunakan asam klorida maka asam sisa klorida yang
bereaksi dengan amonia dititrasi dengan NaOH standar (0,1 N). Akhir titrasi ditandai
dengan tepat perubahan warna larutan menjadi merah muda dan tidak hilang selama 30
detik bila menggunakan indikator pp.
Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah:
HCl 0,1 N + NaOH 0,1 N NaCl + H2O
(kelebihan)
Apabila faktor konversi tidak diketahui, faktor 6,25 dapat digunakan. Faktor ini diperboleh dari fakta rata-
rata nitrogen dalam protein adalah 16%
7.1 Penetapan Kadar Oksigen Terlarut (OT) atau Disolve Oxygen (DO)
7.1.1 Pendahuluan
Adanya oksigen terlarut didalam air sangat penting untuk menunjang kehidupan ikan dan
organism lainnya. Kemampuan air untuk membersihkan pencemaran secara alamiah bergantung
pada cukupnya kadar oksigen terlarut. Oksigen terlarut dalam air tersebut berasal dari udara dan
dari fotosintesis tumbuhan air.
Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada temperature dan tekanan udara, juga kadar
mineral dalam air. Kelarutan oksigen udara didalam air tawar antara 14,6 mg/L pada 0C dan
7,1mg/L pada suhu 35C dengan tekanan 1 atm.
Pada pengawasan pencemaran sungai, harus di usahakan kadar oksigen terlarut sampai
batas tertentu untuk menjaga makhluk hidup dalam air dapat hidup tetap segar. Pemerikasaan
oksigen terlarut merupakan dasar dari pengukuran BOD.
Kecepatan oksidasi biologis dapat ditentukan dengan mengukur sisa oksigen terlarut pada
selang waktu yang ditentukan dan suhu tertentu. Ada beberapa metode yang dipergunakan untuk
pemeriksaan oksigen terlarut diantaranya adalah metode titrasi cara Winkleer.
7.1.3 Reaksi
1) MnSO4 + 2KOH Mn (OH)2 + K2SO4
1
Mn(OH)2 + 2O2 MnO2 + H2O
7.1.4 Alat-alat
f. Corong tangkai panjang
a. Buret 50,0mL
g. Klem buret
b. Labu Ukur 100mL
h. gelas ukur
c. Labu Erlemeyer tutup asah
i. botol DO atau botol winkleer
d. Gelas Kimia 100mL
e. Statif
7.1.7 perhitungan
1000
DO mg/L O2 = (𝑚𝐿 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ−4) x mL tio x N tio x 8
7.2 Penetapan Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) atau Chemical Oxygen Demand (COD)
7.2.1 Pendahuluan
Kebutuhan oksigen kimia atau COD adalah jumlah oksigen dalam mg yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi seluruh senyawa organik yang terdapat di dalam 1 liter dimana sebagai
sumber oksigen dipergunakan oksidator K2Cr2O7.
Air buangan yang mengandung zat beracun dapat langsung di oksidasi dengan metode
kimia ini (K2Cr2O7). Oksidator K2Cr2O7 lebih kuat daripada KMnO4, akan tetapi tidak dapat
mengoksidasi hidrokarbon aromatic, hidrokarbon rantai lurus dan piridin.
Dimana:
2. 3 Fe2+ + Cr2O72- + 14 H+ 2 Fe3+ + 2 Cr3 + 7 H2O
0,25 x 5,0
N = ml Ferro Ammonium Sulfat
7.2.7 Perhitungan
1000
DO mg/L O2 = x (a – b) x N FAS x 8
2
8.1 Pendahuluan
Sebagian besar air baku untuk penyediaan air bersih diambil dari air permukaan seperti
sungai, danau, dan sebagainya. Salah satu langkah penting pengolahan untuk mendapatkan air
bersih adalah menghilangkan kekeruhan dari air baku tersebut. Kekeruhan disebabkan oleh adanya
partikel – partikel kecil dan koloid yang berukuran 10 nm sampai 10 um. Partikel kecil dan koloid
tersebut tidak lain adalah kuarsa/silika, tanah liat, sisa tanaman, ganggang, dan sebagainya.
Kekeruhan dihilangkan melalui penambahan sejenis bahan kimia dengan sifat – sifat
tertentu yang disebut flokulan. Umunya flokulan polielektrolit organis. Selain penambahan
flokulan diperlukan pengadukan sampai terbentuk flok – flok. Flok – flok ini mengumpulkan
partikel kecil dan koloid tersebut, bertumbukan dan akhirnya bersama – sama mengendap.
8.2 Prinsip
Suatu larutan koloid yang mengandung partikel – partikel kecil dan koloid dapat dianggap stabil
bila :
1) Partikel – partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang pendek
(beberapa jam)\.
2) Partikel – partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadu partikel yang
lebih besar dan berat, karena muatan elektris pada permukaan partikel – partikel adalah
satu muatan (biasanya negatif), sehingga ada repulse elektrostatis antar partikel satu
dengan yang lainnya.
8.6 Perhitungan
Penambahan
Al2(SO4)3.xH2O:
1000
0,5 mL = 0,05 x x 10 mg = 3 mg/L Al2 (SO4)3
500
1000
0,10 mL = 0,10 x x 10 mg = 4 mg/L Al2 (SO4)3
500
1000
0,15 mL = 0,15 x x 10 mg = 5 mg/L Al2 (SO4)3
500
1000
0,20 mL = 0,20 x x 10 mg = 3 mg/L Al2 (SO4)3
500
1000
0,25 mL = 0,25 x x 10 mg = 3 mg/L Al2 (SO4)3
500
1000
0,30 mL = 0,30 x x 10 mg = 3 mg/L Al2 (SO4)3
500
4.1. Pendahuluan
Adanya zat organik dalam air menunjukkan bahwa air tersebut telah tercemar oleh kotoran
manusia, hewan atau oleh sumber-sumber lain. Zat organik merupakan bahan makanan bakteri
atau mikroorganisme-mikroorganisme lainnya, makin tinggi kandungan zat organik di dalam air,
maka semakin jelas bahwa air tersebut telah tercemar.
Dengan proses oksidasi cara tersebut mungkin hanya sebagian zat organik yang
teroksidasi, tergantung pada sifat-sifat organik tersebut.
Karbohidrat, fenol dan sulfid water (dari selulosa) sebagian besar teroksidasi oleh KMnO4,
protein hanya sebagian, sedangkan detergen dan substansi organik sintetik (phtalic acid, benzoic
acid low fatty acid, alcohols, ketone) tidak dapat teroksidasi.
Proses oksidasi untuk penentuan nilai kalium permanganat dapat dilakukan dalam kondisi
asam atau kondisi basa, akan tetapi oksidasi dalam asam lebih kuat dan ion-ion klorida yang
terdapat dalam contoh air ikut teroksidasi. Karena itu oksidasi kalium permanganat dalam kondisi
basa dianjurkan untuk pemeriksaan contoh air yang mengandung kadar klorida lebih dari 300
mg/L.
Zat-zat organik lain yang dapat mengganggu penetapan nilai Kalium Permanganat adalah
ion-ion reduktor seperti Ferro,Sulfida dan Nitrit.
Gangguan ion ferro bila terdapat dalam air dapat dicegah dengan penambahan beberapa
tetes KMnO4 sebelum dianalisa.
Sulfida-sulfida dapat dihilangkan dengan mendidih contoh air ditambah beberapa tetes
H2SO4 ,sehingga tidak terdapat bau H2S
4.2.Prinsip Analisa
Zat di dalam air dioksidasi oleh KMnO4 berlebihan dalam keadaan asam dan panas sisa
KMnO4 direduksi oleh asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan
KMnO4.
4.3.Reaksi
3. O = C – C = + On → 2 CO2 + H2O
│ │
OH OH
Asam Oksalat
4.4.Alat-alat
Catatan : apabila memerlukan baku KMnO4 0,01 N lebih dari 7,0 mL, maka penentuan diulangi
dengan menggunakan contoh air yang lebih sedikit atau diencerkan
Catatan :Apabila memerlukan baku KMnO4 0,01N lebih dari 7,0 mL, maka penentuan diulangi
dengan menggunakan contoh air yang lebih sedikit atau diencerkan.
4.7 Perhitungan
[(1000/d)x{(10+a)b)-((10xc)}x31,6]
Keterangan :
A. Data pengamatan
Larutan titran
Kebutuhan titran untuk standarisasi KMnO4 :
Titrasi ke Volume titran
1 10,85 mL
2 10,65 mL
B. Perhitungan
1. Standarisasi KMnO4
1000
Mg KMnO4 =[ (10+V.titran)xN KMnO4-{10 x (N H2C2O4.2H2O) }×31,6] x250/50
10
1000
= x{(10+2,53mL) .0,0093 N-(10.0,0103 N)}×31,6
10
III. PEMBAHASAN
IV. KESIMPULAN
REFERENSI:
1. RAHMAT M. 2016. MODUL PRAKTIKUM KIMIA AMAMI 1 (AIR) DIII ANALIS
KESEHATAN POLITEKNIK KEMENKES BANDUNG
2. RAHMAT M. 2016. MODUL PRAKTIKUM KIMIA AMAMI 2 (MAKANAN DAN
MINUMAN) DIII ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KEMENKES BANDUNG