Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

STRUKTUR DAN REAKTIVITAS SENYAWA ORGANIK

REAKSI PENYABUNAN DENGAN KATALIS BASA

Disusun Oleh

Nama : Yeni Adi Tiani

NIM : 20307141046

Kelompok : 1 (Satu)

PROGRAM STUDI KIMIA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2022
ABSTRAK

Sabun banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahan


pembersih tubuh berbentuk padat atau cair. Proses pembuatan sabun dapat
dilakukan melalui reaksi penyabunan yaitu reaksi yang terjadi akibat pencampuran
senyawa basa alkali dengan asam. Percobaan membuat sabun dengan minyak nabati
dari minyak sawit, minyak kelapa, dan minyak zaitun yang dicampurkan dengan
larutan NaOH 30%. Pembuatan dengan minyak akan menghasilkan reaksi samping
berupa gliserol. Tujuan dilakukan percobaan yaitu menentukan manfaat ekstrak
bahan alam sebagai bahan aditif sabun, melakukan identifikasi sifat-sifat fisik hasil
reaksi penyabunan antara minyak nabati dengan katalis NaOH, dan menentukan
rendemen reaksi.

Metode penyabunan dilakukan dengan mencampurkan asam lemak dari


minyak nabati dengan basa alkali dari larutan NaOH. Minyak nabati dari minyak
sawit, minyak kelapa, dan minyak sawit masing-masing sebanyak 50 mL
dituangkan dalam gelas kimia kemudian ditambahkan sebanyak 50 mL larutan
NaOH 30%. Proses pengadukan dilakukan untuk mempercepat penyatuan dari
setiap komponen yang ditambahkan. Tanda reaksi penyabunan terjadi adalah
timbulnya busa. Setelah timbul busa, ditambahkan pewarna biru kemudian aduk
hingga warna merata. Hasil dituangkan dalam cetakan dan didiamkan hingga reaksi
penyabunan sempurna. Uji kualitas sabun dilakukan dengan pengukuran pH
menggunakan stick universal pada hari ke-1, ke-2 hingga ke-7.

Sabun hasil percobaan berbentuk padat dengan tekstur yang keras. Sabun
yang dihasilkan berwarna biru bercampur putih akibat pewarna. Hasil pengukuran
pH pada hari pertama diperoleh sebesar 13 dan hari kedua hingga hari ke tujuh
sebesar 11. Penimbangan menghasilkan massa sabun sebesar 200 gram dari 200
mL sehingga diperoleh rendemen sebesar 100%.

Kata Kunci : Sabun, Reaksi Penyabunan, NaOH, Minyak


LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM

STRUKTUR DAN REAKTIVITAS SENYAWA ORGANIK

REAKSI PENYABUNAN DENGAN KATALIS BASA

Nama : Yeni Adi Tiani

NIM : 20307141046

Kelompok : 1 (Satu)

Hari/Tanggal Praktikum : Senin, 28 Maret 2022

Asisten :-

A. Tujuan
1. Menentukan manfaat ekstrak bahan alam sebagai bahan aditif sabun
2. Melakukan identifikasi sifat-sifat fisik hasil reaksi penyabunan antara minyak
nabati dengan katalis NaOH
3. Menentukan rendemen reaksi.
B. Alat dan Bahan
Alat:
1. Beker gelas 1 Liter
2. Pengaduk gelas
3. Gelas ukur 50 mL dan 100 mL
4. Cetakan plastik
5. pH universal

Bahan:

1. NaOH 30%
2. Minyak sawit
3. Minyak kelapa
4. Minyak zaitun
5. Zat aditif : pewarna
C. Prosedur Kerja

minyak sawit 50 minyak zaitun minyak kelapa


mL 50 mL 50 mL

gelas beker 1 L

Ditambahkan

NaOH 30% 50 mL

Diaduk selama 30-40 menit

Sampai trace atau kondisi campuran saat sudah mulai


mengental

Ditambahkan pewarna diaduk hingga merata

Hasil dituangkan dalam cetakan

Hasil diambil sedikit dan ditambah air hingga larut untuk


diukur pH-nya dengan stick universal

pH diukur kembali untuk hari selanjutnya

Ditentukan sifat fisik sabun


D. Gambar Alat
Keterangan:
1. Beker gelas 1 L
2. Pengaduk gelas
3. Campuran bahan
E. Data Pengamatan

No. Pengamatan Data

1. Warna Biru bercampur putih

2. Bau -

3. Berat hasil, rendemen 100%

Minyak sawit: Minyak kelapa:


4. Perbandingan banyak minyak
Minyak zaitun = 1:1:1
pH hari ke-1 = 13
5. pH hari ke-1 sampai ke-7
pH hari ke-2 sampai hari ke-7 = 11

F. Persamaan Reaksi

Mengetahui,
Yogyakarta, 28 Maret 2022

(Yeni Adi Tiani)


NIM. 20307141046
G. Perhitungan
Diketahui volume minyak sawit = 50 mL
volume minyak kelapa = 50 mL
volume minyak zaitun = 50 mL
volume larutan NaOH 30% = 50 mL
Massa sabun = 200 gram
Sehingga volume secara teoritis adalah:
Volume teoritis = Volume bahan total
Volume teoritis = 50 mL + 50 mL + 50 mL + 50 mL
Volume teoritis = 200 mL
Maka, rendemen ditentukan dengan:
Massa Percobaan
%rendemen =
Volume Teoritis
200 gram
%rendemen = x 100%
200 mL
%rendemen = 100%
H. Pembahasan
Percobaan “Reaksi Penyabunan dengan Katalis Basa” dilaksanakan
pada hari Senin, 28 Maret 2022. Percobaan dilakukan secara daring melalui
pengamatan video di Google Classroom. Reaksi penyabunan dengan katalis basa
merupakan reaksi yang terjadi antara asam lemak dengan alkali proses
pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak dengan
alkali yang menghasilkan sabun dan gliserin (Antonius, 2021). Tujuan dilakukan
percobaan adalah menentukan manfaat ekstrak bahan alam sebagai bahan aditif
sabun, melakukan identifikasi sifat-sifat fisik hasil reaksi penyabunan antara
minyak nabati dengan katalis NaOH, serta menentukan rendemen reaksi.
Alat yang digunakan dalam percobaan berupa gelas ukur 50 mL; 100
mL yang berfungsi untuk mengukur bahan yang akan diambil. Beaker glass 1 L
digunakan sebagai tempat reaksi yang dipercepat melalui pengadukan dengan
pengaduk gelas. Cetakan plastik digunakan sebagai wadah untuk membentuk
padatan sabun. Stick universal juga digunakan untuk mengukur pH dari sabun
yang dihasilkan. Bahan yang digunakan berupa minyak nabati dari minyak
sawit, minyak kelapa, dan minyak zaitun. Minyak nabati ini berfungsi sebagai
penghasil asam lemak. Bahan lain yaitu larutan NaOH 30% yang berfungsi
untuk menghidrolisis asam lemak. Pemilihan basa harus sesuai dengan standar
agar tidak menyebabkan daya absorbansi kulit meningkat sehingga kulit menjadi
iritasi (Cilla, 2014).
Sabun merupakan garam alkali dari asam lemak dan dihasilkan menurut
reaksi asam lemak. Basa alkali yang umum digunakan untuk membuat sabun
adalah natrium (NaOH) dan kalium (KOH) sehingga rumus molekul selalu
dinyatakan sebagai RCOONa atau RCOOK (Nurhadi, 2012). Sabun adalah suatu
produk yang dimanfaatkan oleh masyaakat sebagai pembersih pakaian atau kulit.
Banyak jenis sabun yang beredar di pasaran dalam bentuk sabun cuci, sabun
mandi, sabun tangan, sabun pembersih peralatan rumah tangga dalam bentuk
krim, padatan, atau cairan (Prasetya, 2015).

Sabun tergolong surfaktan atau campuran surfaktan yang digunakan


untuk mencuci atau membersihkan lemak melalui media air. Struktur kimia
sabun memiliki panjang rantai karbon C12 hingga C16. Sabun bersifat ampifilik,
yaitu bagian kepalanya memiliki gugus hidrofilik (polar), sedangkan bagian
ekornya memiliki gugus hidrofobik (non-polar). Hal ini yang mengakibatkan
sabun dimanfaatkan sebagai bahan pembersih yang mana gugus hidrofobik akan
mengikat molekul lemak dan kotoran dan akan ditarik oleh gugus hidrofilik yang
dapat larut di dalam air (Sukeksi, 2017).
Pembuatan sabun dilakukan melalui reaksi penyabunan yang
merupakan reaksi hidrolisis yang terjadi pada asam lemak akibat penambahan
basa lemah/kuat. Berikut reaksi yang terjadi:
(Zulkifli, 2014)
Langkah pertama yang dilakukan adalah menuangkan minyak sawit,
minyak kelapa, dan minyak zaitun masing-masing sebanyak 50 mL ke dalam
beker gelas 1 L. Bahan ini digunakan sebagai penghasill asam lemak yang
merupakan bahan utama pembuatan sabun. Minyak mengandung asam lemak
berupa trigliserida dari turunannya. Minyak sawit memiliki kandungan asam
lemaknya yaitu asam palmitat 42-44%, asam oleat 35-40%, asam linoleat 10%,
asam linolenat 0,3%, asam arachidonat 0,3%, asam laurat 0,3%, dan asam
miristat 0,5-1%. Sabun yang sepenuhnya terbuat dari minyak sawit akan bersifat
keras dan sulit berbusa. Oleh karena itu, ditambahkan bahan lainnya untuk
memperoleh hasil bagus (Shinthia, 2016).
Tekstur sabun yang lembut dapat dihasilkan dengan menambahkan
minyak zaitun. Minyak zaitun memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yaitu
asam oleat sebesar 84,2%, asam lemak tak jenuh seperti asam linoleic sebesar
13,2%. Bau yang mudah tengik akibat minyak yang digunakan dapat dicegah
dengan penambahan minyak kelapa. Minyak kelapa memiliki kandungan asam
lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat sekitar 44-52%. Hal ini
menyebabkan minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau
tengik. Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam lemak miristat 13-19%,
asam palmitat 8-11%, asam kaprat 6-10%, asam kaprilat 5-9%, asam oleat 5-8%,
asam stearat 1-3%, dan asam linoleat 2% (Abderrazzaq, 2012).
Langkah selanjutnya adalah menambahkan larutan NaOH 30% ke
dalam campuran minyak nabati. Basa dari larutan NaOH dipilih karena sifatnya
yang lebih stabil untuk reaksi penyabunan dalam pembuatan sabun padat. Perlu
diperhatikan bahwa larutan ini bersifat basa kuat sehingga sangat korosif. Oleh
karena itu, pengambilan dilakukan dengan hati-hati menggunakan sarung
tangan. Larutan NaOH 30% berperan dalam menghidrolisis asam lemak dari
minyak nabati. Proses hidrolisis dipercepat dengan bantuan pengadukan hingga
campuran tercampur sempurna. Tanda terjadinya hidrolisis adalah menyatunya
minyak dengan larutan NaOH dan timbul busa. Pada tahap ini terjadi reaksi:
Terdapat tiga jenis asam lemak yang dihasilkan dari tiga minyak nabati yang
berbeda. Minyak sawit menghasilkan asam palmitat (asam tripalmitin), minyak
kelapa menghasilkan asam miristat (asam laurat), dan minyak zaitun
menghasilkan asam oleat. Tiga asam lemak yang berbeda menyebabkan terjadi
tiga tahap proses penyabunan sehingga dibutuhkan 3 mol larutan NaOH 30%.
larutan NaOH sebagai penyumbang elektrofil (-OH) akan menyerang karbonil
dari rantai asam lemak. Berikut mekanisme yang terjadi:
1. Tahap Pertama
2. Tahap kedua
3. Tahap ketiga

Penambahan pewarna biru dilakukan untuk mempercantik warna.


warna diratakan dengan mengaduk perlahan-lahan campuran yang sudah
berbusa. Campuran ini dituangkan dalam cetakan dan ditunggu hingga campuran
mengeras membentuk sabun padat. pH hari pertama diukur dengan mongoleskan
sedikit busa kedalam stik universal. Hasil pengolesan menunjukkan pH sabun
hari pertama terdapat di skala 13. Pengukuran pH hari kedua dilakukan dengan
mengiris tipis-tipis sabun yang telah memadat kemudian dilarutkan dengan
sedikit akuades. Pelarutan dapat dipercepat melalui bantuan pengadukan. Sabun
yang telah larut dioleskan ke atas stick universal yang menunjukkan pH di skala
11. Nilai pH ini bertahan hingga pengukuran hari ketujuh, untuk keamanan
sabun dapat dipakai setelah didiamkan selama 40 hari agar kandungan NaOH
yang tersisa benar-benar hilang. Hal ini dikarenakan beberapa hasil penlitian
diketahui pH sabun yang banyak beredar rata-rata memiliki rentang pH 9-10
(Criton, 2014). Penurunan pH terjadi akibat menguapnya perlahan-lahan sisa
larutan NaOH 30% yang tidak bereaksi. Penguapan terjadi karena sifat NaOH
yang volatil apabila dibiarkan dalam udara bebas dalam waktu yang lama.

Berdasarkan hasil percobaan, diketahui massa sabun yang dihasilkan


sebanyak 200 gram dari 200 mL volume total bahan yang digunakan. Hasil ini
menandakan bahwa rendemen yang dihasilkan sebesar 100% yang artinya sesuai
secara teoritis. Keberhasilan dapat terjadi karena minyak yang digunakan
kualitasnya bagus, pencampuran bahan dilakukan hingga homogen, dan
pengukuran volume bahan yang benar dan tepat.

I. Kesimpulan
1. Minyak nabati seperti minyak sawit, minyak kelapa, dan minyak zaitun
merupakan bahan alam yang memiliki kandungan asam lemak. Kandungan
asam lemak didalamnya dapat digunakan sebagai bahan baku pembentukan
sabun melalui reaksi penyabunan dengan Basa NaOH.
2. Sabun yang dihasilkan melalui reaksi penyabunan memiliki bentuk padat,
tekstur lembut, dan tidak berbau karena tidak ditambahkan zat aditif pewangi.
Pengukuran pH menghasilkan skala 13 pada hari pertama dan skala 11 pada
hari kedua.
3. Berdasarkan hasil percobaan diketahui dari 200 mL bahan yang dicampurkan
menghasilkan 200 gram sabun dengan rendemen sebesar 100%.
J. Jawaban Pertanyaan
1. bagaimana komposisi asam lemak dari minyak nabati yang digunakan?
Jawab:
a. Minyak sawit memiliki kandungan asam lemaknya yaitu asam palmitat 42-
44%, asam oleat 35-40%, asam linoleat 10%, asam linolenat 0,3%, asam
arachidonat 0,3%, asam laurat 0,3%, dan asam miristat 0,5-1%.
b. Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi,
terutama asam laurat sekitar 44-52%. Minyak kelapa juga memiliki
kandungan asam lemak miristat 13-19%, asam palmitat 8-11%, asam
kaprat 6-10%, asam kaprilat 5-9%, asam oleat 5-8%, asam stearat 1-3%,
dan asam linoleat 2%.
c. Minyak zaitun memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yaitu asam oleat
sebesar 84,2%, asam lemak tak jenuh seperti asam linoleic sebesar 13,2%.
2. Bagaimana pH sabun setelah 7 hari?
Jawab:
Sabun pada hari pertama menunjukkan pH pada skala 13 dan hari kedua pada
skala 11, pH sebesar 11 ini bertahan hingga hari ketujuh.
K. Daftar Pustaka
Antonius. 2021. Reaksi Saponifikasi Asam Palmitat. Tanjungpura: Universitas
Tanjungpura.
M.H. Abderrazzaq and F., « Impact of Multi-Filtration Process on the Properties
of Olive Oil as a Liquid Dielectric, » IEEE Transaction on Dielectrics
and Electrical Insulation, vol. 19, no. 5, 2012, pp. 1673-1680.
Cilla, M. S., Morelli, M. R., & Colombo, P., 2014. Open Cell Geopolymer
Foams by a Novel Saponification/ Peroxide/ Gelcasting Combined
Route. Journal of the Europe Ceramic Society. 10(34): 3133-3137.
Criton, et al., 201). Evaluation of pH of Bathing Soaps and Shampoos for Skin
and Hair Care. Indian Journal of Dermatology. 59(5), 442–444.
Nurhadi. 2012. Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami dengan Bahan Aktif
Mikroalga Chlorrea Pyrenoidosa Beyerinck dan Minyak Atsiri
Lavandula Lativolia Chaix. Skripsi. Malang: Universitas Ma Chung.
Prasetya, Firdaus. 2015. Formulasi Sabun Cair Antikeputihan Dari Ekstrak
Etanol Daun Ketepeng Cina (Cassia Alata L.) Bachelor. Tesis.
Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Shinthia, Mega. 2016. Pembuatan Sabun Padat (Rasio Tallow - Minyak Kelapa
- Minyak Jagung). Tesis. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.
Sukeksi, L., Andy, J., Chandra. 2017. Pembuatan Sabun dengan Menggunakan
Kulit Buah Kapuk (Ceiba Petandra) sebagai Sumber Alkali. Jurnal
Teknik Kimia USU. 6(3), 8-13.
Zulkifli. 2014. Sabun dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit: Kajian Pustaka.
Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(4), 170-177.

Mengetahui,
Yogyakarta, 03 April 2022

(Yeni Adi Tiani)


NIM. 20307141046

Anda mungkin juga menyukai