Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

STRUKTUR DAN REAKTIVITAS SENYAWA ORGANIK

ISOLASI TRIMIRISTIN DARI BIJI PALA

Disusun Oleh

Nama : Yeni Adi Tiani

NIM : 20307141046

Kelompok : 1 (Satu)

PROGRAM STUDI KIMIA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2022
ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak atsiri jenis


trimiristin. Trimiristin diperoleh dari bahan alam yaitu biji pala (Myristica
fragrance) yang memiliki fixed oil tersusun atas 73% senyawa trimiristin. Senyawa
ini merupakan trigliserida dari asam lemak yang turunannya digunakan sebagai
pemutih kulit. Trimiristin juga dapat berperan sebagai antioksidan, anti
imflammasi, anti diabet, anti bakteri, dan juga anti jamur. Sifat fisiknya yang sulit
larut dalam pelarut air tetapi mudah larut dalam pelarut organik (heksana, eter,
kloroform). Percobaan dilakukan untuk mengetahui titik lebur dan kadar trimiristin
dalam biji pala.

Isolasi trimiristin dilakukan dengan bahan berupa serbuk biji pala, aseton,
heksana, dan batu didih. Metode yang digunakan dalam percobaan adalah ekstraksi
sokletasi dengan alat ekstraktor soklet. Percobaan dilakukan dengan mengekstraksi
serbuk biji pala dengan pelarut heksana secara berulang-ulang dalam keadaan
panas. Pemanasan dibantu oleh mantel pemanas dalam suhu 150°C. Ekstraksi
mengakibatkan komponen trimiristin dalam sampel terisolasi dan larut dalam
heksana. Ekstrak heksana di evaporasi untuk memisahkan trimiristin dengan larutan
heksana. Setelah terpisah, ekstrak trimiristin ditambahkan aseton dan didinginkan
dengan ice bath. Endapan disaring dengan penyaring Buchner dan dikeringkan
untuk memperoleh kristal trimiristin murni.

Akhir percobaan dihasilkan kristal murni trimiristin melalui penimbangan


sebanyak 28,10 gram. Metode ini menghasilkan kristal trimiristin dengan kadar
28,10% hasil dari isolasi 100 gram serbuk biji pala. Kristal berwarna putih
kekuningan dengan titik lebur sebesar 50°C.

Kata kunci : trimiristin, biji pala, ekstraksi, heksana, isolasi


E. Pembahasan

Percobaan “Isolasi Trimiristin dari Biji Pala” dilaksanakan hari Senin, 21


Februari 2022 di Laboratorium Kimia Organik UNY. Tujuan dilakukan
percobaan ini adalah untuk menentukan titik lebur dan kadar trimiristin dalam
biji pala. Trimiristin merupakan golongan asam lemak golongan trigliserida dari
asam miristat dengan rumus kimia C45H86O6. Harganya yang mahal disebabkan
kegunaannya dalam industri komestik sebagai bahan baku sabun, shampoo, dan
cream kecantikan (Ma’mum, 2013). Trimiristin ini dapat diperoleh dengan
melakukan isolasi bahan alam yaitu biji pala. Tanaman ini diketahui memiliki
minyak lemak yang tak menguap dan larut dalam pelarut organik. Kandungan
minyak lemak dalam biji pala sekitar 20-40% yang menghasilkan rendemen
trimiristin sebesar 80-89% (Idrus dkk, 2014).
Trimiristin merupakan senyawa non-polar yang memiliki titik didih
sebesar 311°C dan titik lebur sebesar 50°C. Trimiristin tergolong asam lemak
yang dapat dijadikan sabun untuk produk kecantikan. Turunan trimiristin seperti
asam miristat dan miristil alkohol dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan sabun, detergen, shampo, lipstik, losion, dsb. Trimiristin juga
merupakan anti oksidan, anti convulsant, analgesic, anti inflammatori, anti
diabet, anti bakteri dan anti jamur (Teresa, 2016). Berikut struktur kimia dari
senyawa trimiristin:
(CH2)12CH3
O
O O
(CH2)12CH3
O

O
O
(CH2)12CH3

Gambar 1. Struktur Trimiristin


Bahan yang digunakan berupa serbuk biji pala, aseton, heksana, dan batu
didih. Biji pala dibuat serbuk dengan tujuan mempermudah terbawanya minyak
trimiristin oleh pelarut. Heksana digunakan sebagai pelarut karena sifatnya yang
sama-sama non-polar dengan trimiristin sehingga mudah larut. Heksana juga
dipilih karena memiliki titik didih yang lebih berada dibawah titik lebur padatan
trimiristin. Selain itu, heksana dipilih karena memiliki titik didih yang lebih
rendah dari trimiristin sehingga ketika dipanaskan trimiristin tidak menguap.
Pemilihan pelarut dalam proses ekstraksi soklet berpengaruh terhadap
keberhasilan percobaan. Pemilihan didasarkan pada beberapa faktor yaitu
kepolaran, titik didih pelarut, selektivitas, dan sifat inert. Pada polaritas yang
sama, trimiristin akan mudah larut dalam heksana. trimiristin adalah jenis asam
lemak sehingga hanya larut dalam pelarut organik seperti aseton, eter,
kloroform, alkohol, dll. Pelarut lain dapat digunakan dengan syarat memiliki
titik didih dibawah titik lebur trimiristin. Hal ini dikarenakan untuk menghindari
penguapan trimiristin ketika dipanaskan (Sahriawati, 2016). Aseton juga
digunakan untuk menghilangkan residu dalam ekstrak hasil evaporasi.
Metode yang digunakan adalah ekstraksi sokletasi, evaporasi, dan
kristalisasi. Ekstraksi sokletasi digunakan untuk memperoleh ektrak trimiristin
dalam heksana. Prinsip kerja ekstraksi sokletasi yaitu pemisahan senyawa
dengan proses yang dilakukan secara berulang-ulang melalui bantuan pendingin
balik. Padatan yang akan diisolasi disimpan dalam soklet dengan pelarut yang
dipanaskan. Trimiristin akan terbawa naik oleh uap pelarut dan terdinginkan
dalam pendingin bola, kemudian kembali ke labu alas bulat. Metode ekstraksi
sokletasi dipilih karena prosesnya berjalan dalam waktu yang cepat dan berjalan
secara kontinu sehingga jumlah pelarut yang digunakan lebih sedikit
dibandingkan dengan metode maserasi atau perkolasi (Romadhoni, 2017).
Metode evaporasi dilakukan dengan alat bernama evaporator. Prinsip kerja dari
evaporator adalah menguapkan pelarut untuk memperoleh larutan ekstrak yang
lebih pekat dengan konsentrasi tinggi. Evaporator bekerja dengan menguapkan
pelarut melalui proses penukar panas. Uap dialirkan ke kondensor untuk
diembunkan (Gemilang, 2020). Metode terakhir adalah rekristalisasi yang akan
menghasilkan kristal murni. Rekristalisasi dilakukan dengan menyaring endapan
dalam tekanan rendah melalui bantuan penyaring Buchner. Endapan hasil
penyaringan dikeringkan dibawah titik leleh unuk menghilangkan kadar akuades
atau pelarut yang ada.
Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan adalah membungkus
serbuk biji pala dengan kertas saring. Sebelumnya, serbuk biji pala ditimbang
dengan hasil sebesar 100 gram. Serbuk ini dibungkus dalam kertas saring dan
dibawahnya diberi kapas agar tidak tumpah ke labu. Pembungkusan juga
dilakukan agar semua serbuk biji pala dapat terkena pelarut. Hasil bungkusan
serbuk biji pala dibuat setinggi cabang soklet agar proses sokletasi berjalan
maksimal. Setelah serbuk biji pala dimasukkan dalam soklet, alat ekstraksi
sokletasi dapat dirangkai. Labu alas bulat yang ditambahkan sebanyak 3 buah
batu didih untuk meratakan panas sehingga terhindar dari loncatan cairan panas
atau letupan akibat kenaikan suhu. Labu alas bulat dipasang pada statif dan klem
dengan permukaan tidak menyentuh mantel pemanas secara langsung atau diberi
jarak. Hal ini bertujuan agar panas dapat masuk secara perlahan. Soklet berisi
serbuk biji pala dirangkai diatas labu yang sebelumnya bagian ujung diberi
Vaseline dan diputar untuk memudahkan ketika pencopotan. Pelarut heksana
dimasukkan ke dalam ekstraktor soklet hingga setinggi sifon atau memenuhi satu
sirkulasi.
Langkah selanjutnya adalah pemasangan pendingin bola dengan
memasang water in dibagian bawah dan water out di bagian atas. Kran dialirkan
terlebih dahulu kemudian mantel pemanas dihidupkan pada suhu 100°C. Suhu
mantel pemanas perlahan-lahan dinaikkan apabila tetesan ekstrak heksana dari
pendingin bola melambat. Panas dari mantel akan sampai ke labu dan
menguapkan pelarut heksana. Uap heksana akan membawa trimiristin pada
serbuk biji pala sehingga ketika didinginkan diperoleh ekstrak heksana yang
mengandung trimiristin. Ekstrak heksana akan ditampung kembali ke dalam labu
dan perputaran kembali berjalan. Ekstraksi soklet dikatakan mengalami satu
sirkulasi ketika ekstrak heksana sudah memenuhi cabang soklet lalu larutan
kembali masuk ke dalam labu. Pada proses ini, dihasilkan sirkulasi sebanyak
empat kali yaitu pada pukul 14.25; 14.35; 14.50; dan 15.01. Ekstraksi sokletasi
mengakibatkan larutan yang bening berubah menjadi bening kekuningan.
Langkah berikutnya adalah menguapkan ekstrak heksana dengan
evaporator buchi. Alat evaporator buchi disetting pada suhu 50°C yaitu suhu
dibawah titik didih heksana. Ekstrak heksana diuapkan untuk menghilangkan
pelarut sehingga diperoleh trimiristin murni. Secara teoritis, evaporator akan
menguapkan satu zat dan zat lain akan tertinggal. Heksana yang memiliki titik
didih 69°C akan menguap, sedangkan trimiristin dengan titik didih lebih tinggi
sebesar 311°C akan tertinggal. Penguapan dilakukan hingga diperoleh larutan
ekstrak yang sepenuhnya berwarna kekuningan. Hasil evaporasi ditampung
dalam Erlenmeyer, ditambahkan aseton sekitar 10 mL, dan didinginkan dalam
ice bath. Penambahan berfungsi untuk mengendapkan trimiristin dan mengikat
zat pengotor yang tidak diinginkan. Proses pendinginan dilakukan sambil
Erlenmeyer terus digoyang-goyang agar terjadi cepat dan merata. Endapan yang
dihasilkan disaring menggunakan penyaring Buchner dan sisa endapannya dapat
dibilas dengan sedikit aquades. Kristal yang dihasilkan kemudian dikeringkan
dan diperoleh kristal trimiristin berwarna putih kekuningan dengan bau khas biji
pala.massa
Kristal trimiristin murni dengan titik lebur 50°C ditimbang dan diperoleh
massa akhir sebesar 28,0 gram. Massa ini diperoleh dari pengurangan massa
kristal trimiristin sdalam kertas saring sebesar 28,41 gram dikurangi massa
kertas saring sebesar 0,41 gram. Oleh karena itu, kadar trimiristin dapat dihitung
dengan persamaan:
massa akhir percobaan
%Kadar = x 100%
massa awal percobaan
28 gram
%Kadar = x 100%
100 gram

%Kadar = 28%

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa dari kadar trimiristin dalam biji
pala melalui proses isolasi sebesar 28%. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa kadar trimiristin dalam biji pala berkisar dari 25% dalam biji
pala kering. Hal ini diperoleh dari biji pala memiliki 29,2% kandungan fixed oil,
yang mana fixed oil tersusun atas 73% trimiristin. Oleh karena itu, apabila
dihitung secara menyeluruh kandungan trimiristin dalam biji pala berkisar 18-
25% (Ehab, 2016).

Randemen dalam percobaan juga dapat dihitung melalui teori bahwa kadar
trimiristin dalam biji pala sebesar 25%. Presentase ini menyatakan dalam 100
gram serbuk biji pala dapat ditemukan 25 gram minyak trimiristin. Sehingga,
randemennya:

massa hasil percobaan


%Randemen = x 100%
massa teoritis
28 gram
%Randemen = x 100%
25 gram

%Randemen = 112%

Hasil kadar dan randemen trimiristin yang melebihi teoritis dapat disebabkan biji
pala yang digunakan memiliki kualitas yang baik. Perlu diperhatikan bahwa
semakin baik kualitas biji pala, maka semakin besar pula kadar trimiristin
didalamnya. Hal ini dibuktikan dari penelitian Ma’mum, 2013 bahwa biji pala
yang berasal dari Papua mengandung trimiristin rata-rata 79,55% dengan
kemurnian 99,20%. Nilai ini tergolong tinggi dibandingkan dengan trimiristin
dari sumber lain.

F. Kesimpulan

1. Kristal trimiristin yang dihasilkan dalam percobaan berwarna putih


kekuningan dengan titik lebur sebesar 50°C.
2. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, serbuk biji pala sebanyak 100 gram
menghasilkan 28,0 gram kristal trimiristin dengan kadar 28,0%.

G. Daftar Pustaka

Astuti, Rini. 2019. Pengaruh Waktu Distilasi Minyak Biji Pala (Myristica
Fragrans) dengan Metode Distilasi Uap dan Identifikasi Komponen
Kimiawi. Indonesian Journal of Laboratory. (1)2, 36-40.
Ehab. 2016. Chemical Diversity and Pharmacological Significance of the
Secondary Metabolites of Nutmeg (Myristica Fragrans Houtt). Journal
National Center for Biotechnology Information. 915)6, 1035-1056.

Gemilang, Aldi, Marga. 2020. Pengaruh Suhu Evaporator Terhadap Produksi


Minyak Cengkeh dengan Aliran Rotary. Malang: Institut Teknologi
Nasional Malang.

Idrus, dkk. 2014. Isolasi Trimiristin Minyak Pala Banda serta Pemanfaatannya
sebagai Bahan Aktif Sabun. Jurnal Riset Industri. (8)1, 23-31.

Ma’mum. 2013. Karakteristik Minyak dan Isolasi Trimiristin Biji Pala Papua
(Myristica Argentea). Jurnal Penelitian Tanaman Industri. (19)2, 72-
77.

Romadhoni, Putri. 2017. Isolasi Pektin dari Kulit Pisang Kepok (Musa
Balbisiana Abb) dengan Metode Refluks Menggunakan Pelarut HCI
Encer. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.

Sahriawati. 2016. Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Ikan Metode Soxhletasi


dengan Variasi Jenis Pelarut dan Suhu Berbeda. Jurnal Galung Tropik.
(5)3, 164 – 170.

Teresa, dkk. 2016. Pengaruh Rasio Pelarut Kloroform (V/V) pada Ekstraksi
Trimiristin Biji Pala (Myristica Fragrans Houtt). Jakarta: Universitas
Muhammadiyah Jakarta.

Yogyakarta, 26 Februari 2022


Praktikan

(Yeni Adi Tiani)


NIM. 20307141046
H. Lampiran

Lampiran 1. Proses Ekstraksi Soklet

Lampiran 2. Proses Evaporasi

Lampiran 3. Hasil Kristal Trimiristin

Anda mungkin juga menyukai