TUJUAN
A. Alat-Alat
1. Seperangkat alat ekstraksi
- Labu leher dua 250 ml
- Thermometer reaktor 2500C
- Penangas parafin
- Kondensor intensif / spiral
- Selongsong
- Soklet
- Tabung CaCl2
2. Seperangkat alat destilasi
- Labu leher dua 250 ml
- Thermometer 2500C
- Kondensor liebiq
- Adaptor
- Destiling Head
- Labu destilat 250 ml
- Penangas parafin
3. Gelas ukur 100 ml
4. Gelas kimia 250 ml, 50 ml,
5. Corong Buchner / Kaca
6. Kertas saring
7. Erlenmeyer 250 ml
1
B. Bahan Kimia Yang Di gunakan :
1. Buah Pala
2. Metanol
3. Petroleum Benzen
4. Etanol
5. Aquadest
6. Cloroform
7. Aseton
GAMBAR PERALATAN
LANDASAN TEORI
Trimyristin merupakan senyawa organik non polar dan mudah larut dalam pelarut
organik yang polar,seperti petroleum benzen. Trimiristin terkandung dalam biji pala yang
sudah tua. Trimiristin dapat di ambil/ekstraksi dari biji pala dengan menggunakan pelarut
organic polar seperti Petroleum Benzena dengan metode ekstrasi sokletasi. Dilanjutkan
dengan proses pemekatan larutan dengan metode destilasi dan terakhir dilakukan proses
pengkristalan sehingga diperoleh kristal putih trimiristin.
2
Ekstraksi adalah salah satu metode yang di gunakan untuk pemisahan campuran
padat - cair. Tujuan dari pemisahan ini adalah untuk memperoleh komponen yang di inginkan
yang berada dalam suatu padatan dengan menggunakan pelarut tertentu.
1. Ekstraksi padat dengan cair, digunakan untuk melarutkan zat padat yang dapat
larut,yang terdapat di dalam suatu campuran.
2. Ekstraksi cair dengan cair, di gunakan untuk memisahkan dua jenis cairan yang saling
bercampur dengan menggunakan suatu pelarut yang dapat melarutkan salah satu zat
yang lebih banyak dari zat lainnya.
Meskipun ekstraksi adalah suatu metoda yang berharga tetapi sering didapatkan suatu
senyawa yang tidak murni disebabkan fraksionasi beberapa komponen di dalam campuran
dengan zat yang diinginkan, yang kemungkinan besar di sebabkan kelarutannya di dalam
pelarut tertentu.
Untuk memperoleh kristal trimyristin dari buah pala dilakukan proses isolasi
( ekstraksi padat – cair) menggunakan pelarut petroleum benzene sehingga diperoleh
komponen yang diinginkan (trimiristin) yang masih terlarut dalam petroleum benzene.
Kemudian dilakukan pemisahan trimyristin dari pelarutnya dengan cara destilasi, residu yang
terdiri dari larutan trimyristin yang sudah pekat dikristalkan dengan menambahkan metanol
kedalam residu tersebut. Adapun syarat untuk rekristalisasi adalah:
1. Pelarut tidak akan bereaksi dengan zat padat yang akan di rekristalisasi.
2. Zat padat yang akan di rekristalisasi relatif tidak larut dalam zat pelarut kristalisasi
3. Titik didih pelarut rekristalisasi tidak mencapai tititk leleh zat padat (kristal) yang
diinginkan.
3
SKEMA ISOLASI TRIMYRISTIN
PALA
EKSTRAKSI TRIMYRISTIN
PETROLIUM BENZEN
REKRISTALISASI
+ METHANOL
KRISTAL TRIMYRISTIN
PETROLIUM METHANOL
KESELAMATAN KERJA
Pada saat bekerja di laboratorium,gunakanlah selalu alat safety seperti jas lab,sarung
tangan, masker,dan kaca mata pelindung.Apabila melarutkan bahan-bahan pekat sebaiknya di
lakukan di lemari asam.
4
CARA KERJA
DATA PENGAMATAN
Test hasil yang di dapat dengan menggunakan larutan Aquadest,Etanol,Aseton amati apa yang
terjadi.
PERTANYAAN
1. Berikan contoh ekstraksi padat dengan cair dan ekstraksi cair dengan cair.
2. Apa beda residu dengan destilat.
5
POLIMERISASI UREA FORMALDEHIDA
TUJUAN PERCOBAAN:
- Mahasiswa dapat menjelaskan kondisi reaksi pada kecepatan reaksi dan hasil reaksi pada
tahap intermediate.
- Dapat menganalisa kadar formaldehida bebas dan kadar resin dalam larutan resin.
- Menentukan pH, massa jenis pada tahap reaksidan hasil serta menentukan waktu stroke
cure.
TEORI DASAR
Polimer adalah zat yang mempunyai massa molekul tinggi ( 103 – 107) dan biasanya
mempunyai unit struktur berulang ( monomer) dengan ikatan kovalen hingga terbentuk
molekul besar ( polimer ). Polimer juga merupakan salah satu bahan rekayasa bukan logam
yang penting.
Urea formadehid resin adalah polimer yang merupakan hasil kondensasi urea dengan
formaldehida. Resin jenis ini termasuk dalam kelas resin thermosetting yang mempunyai sifat
tahan terhadap asam, basa, tidak dapat larut dan tidak dapat meleleh.
Oleh kemungkinan sifat – sifatnya diatas, resin urea formaldehid mempunyai bidang
yang sangat luas, yang menyebabkan industry urea formaldehida berkembang pesat. Sebagai
contoh industry : coating, molding, casting,laguers dan lain – lain.
Reaksi urea pada pH di atas 7 adalah reaksi metilolasi yaitu adisi formaldehida pada
gugus amino dan amido dari urea dan menghasilkan metilol urea. Derivat – derivate metilol
merupakan monomer, penyebab terjadinya reaksi polimerisasi kondensasi atau kondensasi.
Polimer yang dihasilkan mula – mula mempunyai rantai lurus dan masih larut dalam air.
Semakin lanjut kondensasi berlangsung,polimer mulai membentuk rantai tiga dimensi dan
semakin berkurang kelarutannya dalam air. Pada proses curing, kondensasi tetap berlangsung
6
terus. Polimer membentuk rangkaian tiga dimensi yang sangat kompleks dan menjadi
thermosetting resin.
Hasil reaksi dan kecepatannya sangat dipengaruhi oleh factor factor yaitu perbandingan
molekul pereaksi, katals ( pH system), temperature dan waktu reaksi. Perubahan pada kondisi
reaksi menghasilkan resin yang sangat bervariasi sehingga produk akhir yang dihasilkan
mempunyai sifat fisis,chemis dan mekanis yang berbeda. Oleh karena itu kondisi reaksi
ditentukan oleh produk akhir yang dikehendaki. Pada prinsipnya pembuatan produk – produk
urea formaldehida melalui beberapa tahap:
- Tahap pembuatan intermediate yaitu sampai didapatkan resin yang masih berupa cairan
atau yang larut dalam air/pelarut lain.
- Tahap persiapan ( preparation sebelum proses curing) yaitu pencampuran dengan zat –
zat 7imia , filler dan lain – lain.
- Tahap curing yaitu proses terakhir yang oleh pengaruh katalis, panas dan tekanan tinggi,
resin dirubah sifatnya menjadi thermosetting resin.
Reaksi terjadi pada suasana basa ( pH > 7 ) dengan katalis basa ( NH3) , buffering
agent Na2CO3 kecepatan pengadukan 200 rpm dan suhu operasi 65oC selama 2 jam.
7
Mekanisme Proses Polimerisasi Urea Formaldehida
Formaldehida
Katalis NH3 dan Buffering agen Na2CO3
Urea
TAHAP INTERMEDIAT
Reaktor
T = 65oC ; pH > 7
v = 200 rpm ; t = 2 jam
TAHAP PERSIAPAN
Tekanan Panas
TAHAP CURING
8
DAFTAR ALAT DAN BAHAN
B. BAHAN – BAHAN
- Formaldehida - Indikator PP
- Urea - PVA
- NH3 - CMC
- Na2CO3 - HONH2HCl
- NaOH
KESELAMATAN KERJA
-
Hati – hati bekerja menggunakan NH3 dan formaldehida, uapnya beracun dan bersifat
korosif. Gunakan masker dan sarung tangan pada saat bekerja.
-
Buang limbah praktikum ke dalam saluran pembuangan limbah 9imia9 disiram dengan
air mengalir.
9
GAMBAR RANGKAIAN ALAT POLIMERISASI UREA FORMALDEHIDA
PROSEDUR KERJA
TEST 1
Analisa Kadar Formaldehida Bebas dengan Hidroksilamin Hidroklorida
Dasar reaksi :
HCl yang terbentuk ekivalen dengan kadar Formaldehida bebas dalam larutan.
PROSEDUR :
1. 1 ml sampel dilarutkan dalam 20 ml aquades dalam Erlenmeyer 250 ml. ( bila tak larut
tambahkan etanol).
2. Ke dalam larutan ditambahkan 3 tetes indicator PP 1 %.
3. Tambahkan 1 ml larutan Hidroksil amin hidroklorida 1% dalam air. Campuran dikocok
dengan baik, biarkan selama 5 – 10 menit agar reaksi sempurna.
4. Larutan di titrasi dengan NaOH standart 0,1 N sampai netral.
5. Dilakukan titrasi blanko dan sebagai pengganti digunakan 1 ml aquades.
6. Dalam hal ini titrasi dilakukan duplo.
7. Perhitungan :
11
‘ml titran = ml NaOH utk titrasi 1 ml sampel - ml NaOH utk titrasi blanko
TEST II
TEST III
Penentuan Viscositas
K=n/S.t
‘n = K x S x t
12
TEST IV
Penentuan kadar resin dalam larutan resin
1. Panaskan cawan porselin diameter 10 cm pada temperature 140oC selama ½ jam,
dinginkan dalam eksikator, kemudian ditimbang misalnya beratnya = G1
2. Timbang ± 10 gr resin sampel dalam cawan tersebut.
3. Cawan + resin dipanaskan pada temperature 140oC selama 2 jam, dinginkan dalam
eksikator sampai temperature kamar, kemudian ditimbang beratnya G2.
4. Ulangi langkah 3 selama 1 jam, 13imia13 beratnya G3
5. Ulangi langkah 3 selama ½ jam, missal beratnya G4
Perhitungan :
% resin = G4 - G1
Gr resin sampel
TEST V
Penentuan density dengan piknometer
1. Kalibrasi piknometer dengan air murni untuk menentukan volume piknometer
pada suhu percobaan.
2. Timbang piknometer berisi sampel
3. Perhitungan :
Berat sampel
Density =
Volume piknometer
Density = gr / ml
Berat sampel = gr
Volume piknometer = ml
13
TEST VI
Penentuan waktu stroke cure
Stroke cure adalah waktu yang dibutuhkan agar resin berubah dari keadaan
cair/fusible sampai pengaduk (spatula) menjadi sulit digerak – gerakkan, pada pengadukan
dengan kondisi temperature tertentu dalam cawan kuningan. Test dilakukan diatas plat
pemanas yang dapat memanaskan antara 100 - 300 o
C. Temeratur diamati dengan
thermometer yang dicelupkan dalam gelas 14imia berisis air atau gliserin di atas hot plate.
Waktu stroke cure ditentukan dengan stop watch :
1. 10 ml sampel resin ditempatkan dalam cawan kuningan dan diletakkan di atas hot plate
pada temperature 135 - 150 o C , dilakukan stroke cure dan diamati waktunya.
2. Dengan cara yang sama ditentukan juga stroke cure sampel resin yang telah ditambahkan
akselerator tertentu dan jumlah tertentu juga.
Berat jenis
No Nama Bahan Volume Mol Berat
1 Formaldehida 200 ml 1,0937 gr/ml
2 Urea - -
3 NH3 -
4 Na2CO3 - - -
5 PVA - - -
6 CMC - - -
FORMALIN
M = 13,307 mol/L
= mol x BM
Berat ( B F )
= 239,76 gr
14
UREA
BM = 60 gr/mol
F/U = 1,5 mol U = mol F / 1,5
Mol
(mU)
= 5,32 mol
Berat = mol Urea x BM urea
(BU) = 319,2 gr
TOTAL CAMPURAN
‘t 1 = X (F)1
( F )1 ml pH Y = ln X2 X*Y
( menit )
(F)O
0
20
35
50
65
95
125
155
185
210
940
15
(Y)(X2) − (X)(XY)
a=
(n)(x2) − (X)2
(n)(XY) − (X)(Y)
b = (n)(x2) − (X)2
Dan y=a+b.X
BERAT JENIS
Berat piknometer kosong = A gr
Berat piknometer + sampel = B gr
Volume piknometer = C ml
Berat Jenis sampael = ( B- A ) gr / C ml
‘n = K x S x t
16
PERTANYAAN
17
TRANS-ESTERIFIKASI BIODIESEL
TUJUAN PERCOBAAN:
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa mampu membuat biodiesel dalam skala
laboatorium dan mengetahui reaksi transesterifikasi dalam pembuatan biodiesel.
TEORI DASAR
Biodiesel adalah bioenergi atau bahan bakar nabati yang terbuat dari minyak tumbuh-
tumbuhan baik minyak baru maupun bekas penggorengan dengan melalui proses
methanolysis, esterifikasi atau proses esterifikasi- methanolysis ( trans esterifikasi ).
Biosiesel digunakan sebagai bahan bakar alternative pengganti. Bahan bakar minyak (BBM)
untuk motor diesel. Biosiesel dapat diaplikasikan baik dalam bentuk 100% (B100) atau
campuran dengan minyak solar pada tingkat konsentrasi tertentu (Bxx) seperti 10% biodiesel
dicampur dengan 90% solar yang dikenal dengan nama B10.
Bahan bakar yang berbentuk cair ini bersifat menyerupai solar sehingga sangat
prosfektif untuk dikembangkan. Apalagi biodiesel memiliki kelebihan lain dibandingkan
dengan solar yaitu :
1. Bahan bakar ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang jauh lebih rendah.
2. Memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin dan bersifat biogradable.
3. Merupakan renewable energy karena terbuat dari bahan alam yang dapat diperbaharui
4. Meningkatkan indenpedensi suplai bahan bakar karena dapat diproduksi secara local.
18
Reaksi Trans esterifikasi ( Methanolysis )
Pada proses transesterifikasi satu mol trigliserida bereaksi dengan tiga mol alcohol
menjadi satu mol gliserol dan 3 mol alkil ester. Molekul trigliserida diubah secara bertahap
menjadi digliserida, monogliserida dan kemudian menjadi gliserol. Masing – masing tahapan
menggunakan satu mol alcohol dan melepaskan sato mol ester.
Gliserol merupakan produk samping dari proses methanolysis. Apabila lemak atau
minyak dihidrolisis dengan basa ( misalnya NaOH atau KOH ) akan di dapat gliserol dan
garam dari asam lemak yang dikenal dengan sabun. Gliserol dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku untuk pembuatan kosmetik.
19
Mekanisme Proses Transesterifikasi
Minyak nabati
Reaktor T = 65oC
v = 200 rpm ; t = 2 jam
Pemisahan (Separator)
BIODIESEL
Gliserol
Limbah Biodiesel
+ H2SO4
20
DAFTAR ALAT DAN BAHAN
BAHAN – BAHAN
- Aquades panas
KESELAMATAN KERJA
21
GAMBAR RANGKAIAN ALAT TRANS ESTERIFIKASI
PROSEDUR KERJA
22
6. Pada saat reaksi berlangsung dilakukan pengadukan konstan dengan kecepatan 200 rpm
pada suhu konstan selama 2 jam.
7. Hasil reaksi yang diperoleh dimasukkan ke dalam corong pisah dan dibiarkan sampai
terpisah antara ethyl ester dan gliserol. ( bj gliserol > bj etil ester krn itu gliserol berada di
bagian bawah corong pisah )
8. Setelah dilakukan pemisahan antara ethyl ester dengan gliserol, lakukan pencucian ethyl
ester dengan menggunakan air panas untuk menghilangkan sisa katalis. Pencucian
dilakukan dalam corong pisah. Pencucian dilakukan berulang – ulang shg air pencuci
jernih ( tidak keruh ).
9. Lakukan analisa sifat fisik terhadap ethyl ester seperti; density, flash point, viscositas.
PERTANYAAN
23
DAFTAR PUSTAKA
24
ISOTERM ADSORBSI FREUNLICH
TUJUAN PERCOBAAAN
1. Mempelajari proses adsorpsi karbon aktif terhadap asam organik
2. Menentukan besarnya tetapan isoterm adsorpsi Freunlich
DIAGRAM/GAMBAR PERALATAN
25
LATAR BELAKANG TEORI
Adsorbsi adalah gejala mengumpulnya molekul-molekul suatu zat (gas, cair) pada
permukaan zat lain (padatan, cairan) akibat adanya kesetimbangan gaya. Zat yang
mengadsorbsi disebut adsorben dan zat yang teradsorbsi disebut adsorbat. Adsorben
umumnya adalah padatan sedangkan adsorbatnya adalah cairan atau gas. Proses adsorbsi
merupakan proses kesetimbangan baik adsorbsi gas maupun cairan. Contoh proses adsorbsi
yang digunakan sehari-hari misalnya:
1. Penyerapan air oleh zat pengering, penghilangan warna dalam industri tekstil.
2. Pengeringan udara/pengambilan uap air dengan silika gel di laboratorium
3. Penghilangan zat warna; bau.
4. Penghilangan zat warna pada pabrik gula.
Proses adsorbsi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1) Konsentrasi, makin besar konsentrasi adsorbat maka jumlah yang teradsorbsi makin
banyak, begitu juga luas permukaan kontak. Makin halus/makin besar luas permukaan
kontak, maka jumlah adsorbsi makin banyak.
2) Temperatur, makin besar temperatur maka adsorbsi makin kecil, karena proses adsorbsi
merupakan proses yang isotermal.
3) Sifat adsorben dan adsorbat. Proses adsorbsi dibagi menjadi dua bagian:
a. Proses adsorbsi kimia, yaitu proses adsorbsi yang disertai dengan reaksi kimia.
Proses adsorbsi ini terjadi pembentukan senyawa kimia dan umumnya terjadi pada
adsorpsi yang multi lapisan.
Contoh:
CO2(g) + NaOH(p) Na2CO3 + H2O
b. Proses adsorbsi fisika, yaitu proses adsorbsi yang tidak disertai reaksi kimia. Ikatan
yang terjadi pada proses ini adalah ikatan Van der Waals yang relatif lemah. Pada
adsorbsi ini panas yang dilepaskan relatif kecil dan umumnya terjadi pada satu lapis
(monolayer).
Contoh:
1.
Adsorbsi uap air dengan CaCl2 atau silika gel.
2.
Adsorbsi asam asetat, asam asetat, asam oksalat oleh karbon aktif.
26
Efektifitas adsorbsi makin tinggi jika kedua zat adsorbat dan adsorben
mempunyai polaritas sama.
c. Beberapa persamaan isoterm adsorbsi:
1.
Isoterm adsorbsi Freunlich.
2.
Isoterm adsorbsi Langmuir
3.
Isoterm adsorbsi BET (Brunauer, Emmett, Teller)
KESELAMATAN KERJA
1. Dalam percobaan ini yang harus diperhatikan adalah pengenceran asam oksalat atau
asam asetat dari konsentrasi pekat ke konsentrasi yang diinginkan.
2. Juga pembuatan larutan NaOH 0,1 N harus menggunakan kaca mata dan sarung
tangan karena bahaya terhadap mata dan kulit.
3. Hati-hati bekerja dengan alat-alat gelas, mudah pecah. Pecah alat wajib ganti.
27
PROSEDUR KERJA
1. Siapkan 5 buah Erlenmeyer 50 ml yang bersih dan kering.
2. Masukkan masing-masing ± 0,5000 gr karbon aktif. Sebelum ditimbang karbon aktif
telah dipanaskan selama ± 15 menit.
3. Pada tiap Erlenmeyer masukkan 50 ml asam oksalat atau asam asetat.
4. Kocok campuran tersebut selama 10 menit kemudian diamkan selama 1 jam.
5. Kocok lagi selama 1 menit tiap 10 menit.
6. Saring larutan tersebut dengan kertas saring.
7. Titrasi filtrat dengan larutan NaOH 0,1 N dan indikator yang digunakan fenolftalein
sampai terjadi perubahan warna. (jumlah filtrat yang dititrasi sebaiknya tidak sama antara
konsentrasi asam tertinggi dan yang terendah).
DATA PENGAMATAN
1. Tabel Pengamatan
Konsentrasi
m gr X gr yang
No ( N atau M ) (X/m) log (X/m) log C
adsorben teradsorpsi
Awal Akhir
1
2
3
4
5
log(X/m)
log C
28
PERHITUNGAN
X/m = kC1/n
Log (X/m) = Log k + 1/n Log C
Buat grafik Log (X/m) vs Log C
DAFTAR PUSTAKA
1. Tony Bird.1987.Kimia Fisika untuk Universitas.Penerbit PT.Gramedia, Edisi 1,
halaman 90-92.
2. Glink,N.1988.General Chemistry.Peace Publisher Moscow, halaman 400-407.
LAMPIRAN
1. Perhitungan Molaritas (M) dan Normalitas (N) larutan pekat asam asetat:
a. Molaritas
M=%xρx1
BM x 1000
b. Normalitas
N=%xρx1
BE x 1000
a. Molaritas (M)
29
NoS
M = V(Siter = gr zat
) BM.V(Siter)
b. Normalitas (N)
Ek
N = V(Siter) gr zat
= BE.V(Siter)
3. Perhitungan Pengenceran
a. Molaritas (M)
V1.M1 = V2.M2
b. Normalitas (N)
V1.N1 =
V2.N2
4. Perhitungan Pencampuran
a. Molaritas (M)
V1M1+V2M2+V3M3
M= V1+V2+V3
b. Normalitas (N)
V1N1+V2N2+V3N3
N= V1+V2+V3
30
LAJU REAKSI IODINISASI ASETON
TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan orde reaksi
2. Menghitung energy aktivasi
3. Menghitung laju reaksi berdasarkan konsentrasi dan temperature dalam suasana
asam
PRINSIP PERCOBAAN
Mereaksikan sejumlah pereaksi aseton dan iod menggunakan katalis asam pada suhu
dan konsentrasi tertentu dengan mengamati perubahan warna aseton (satuan detik)
31
DIAGRAM PERCOBAAN PENENTUAN ORDE REAKSI DAN ENERGI AKTIVASI
Percobaan Penentuan Orde Reaksi
Percobaan 1
10 ml Aseton 4M
Campuran A 10 ml Iod 0,005 M
10 ml HCl 1 M
Suhu T1
Suhu T1
20 ml Air
Percobaan 2
5 ml Aseton 4M
Campuran A 10 ml Iod 0,005 M
10 ml HCl 1 M
Suhu T1
Suhu T1
25 ml Air
Percobaan 3.
10ml Aseton 4M
Campuran A 10 ml Iod 0,005 M
5 ml HCl 1 M
Suhu T1
Suhu T1
25 ml Air
32
Percobaan 4
10ml Aseton 4M
Campuran A 5 ml Iod 0,005 M
10 ml HCl 1 M
Suhu T1
Suhu T1
25 ml Air
10 ml Aseton 4M
Campuran A
10 ml Iod 0,005 M
10 ml HCl 1 M
10 ml Aseton 4M
Campuran A 10 ml Iod 0,005 M
10 ml HCl 1 M
Suhu T1=40oC
Suhu T1=40oC
25 ml Air
Campuran B: catat suhu akhir (T2), dan waktu hilang warna iod (detik)
33
LATAR BELAKANG TEORI
Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain ialah :
1. Sifat pereaksi itu sendiri
2. Konsentrasi reaktan
3. Temperatur
4. Katalis
5. Luas permukaan sentuhan
Beberapa reaksi pada temperatur ruang berlangsung lambat seperti oksidasi kayu yang
belum Nampak dalam jangka waktu lama, pengkaratan besi, sedangkan pembentukan
air dari pencampuran asam dan basa berlangsung cepat. Persamaan reaksi secara
umum berlangsung sebagai berikut:
aA + bB cC
Atau
Laju = k [A]a[B]b.......................................................................................(1)
a dan b tidak selalu merupakan bilangan bulat (0, 1, 2, 3, dstnya), bisa merupakan
bilangan pecahan ⅓, ⅔, dstnya. [A] dan [B] adalah konsentrasi A dan B (dalam satuan
mol/liter). k adalah tetapan laju reaksi. Dari persamaan (1) dapat dilihat bahwa laju
akan bertambah dengan bertambahnya konsentrasi.
Jumlah a dan b disebut orde reaksi A dan B. Jika a=1, maka disebut reaksi
berorde reaksi 1 terhadap A. Jika b=2, maka disebut reaksi berorde 2 terhadap B.
Orde total merupakan jumlah a dan b. Dalam contoh ini reaksi berorde 3.
34
Laju reaksi juga bergantung pada temperature. Sering terjadi bila temperature
naik 10oC, maka laju reaksi naik dua kali lipat. Seperti pada konsentrasi, disini
terdapat pula hubungan kuantitatif antara laju reaksi dengan temperature, tetapi
hubungannya sangat rumit. Hubungan ini didasarkan pada suatu ide bahwa reaktan
harus mempunyai jumlah energy minimum tertentu pada waktu reaktan bertumbukan
pada tahap reaksi. Jumlah energy minimum yang tertentu ini disebut energy aktivasi.
Persamaan ini yang menghubungkan tetapan laju k, temperature T ( oK) dan energy
aktivasi (Ea) menurut Arrhenius:
Ea
k = A e –RT
log k = –Ea
2.303RT
+ log A.........................................................................................(2)
+ I2 2I + H+ + I-
Selain itu pada konsentrasi aseton dan Iod, laju reaksi bergantung pada konsentrasi
ion hydrogen ( H+ ), dengan menggunakan persamaan laju (1), laju reaksi iodinisasi
aseton adalah:
35
Laju reaksi = k [Aseton]m [I2]n [H+]p...................................................................(3)
Dimana m orde reaksi terhadap aseton, n orde reaksi terhadap ion, dan p orde reaksi
terhadap asam. k merupakan konstanta laju reaksi, dimana laju reaksi dapat
dinyatakan dengan perubahan konsentrasi reaktan atau produk terhadap waktu.
Laju =
d[Iod] - d[Æceton] ………………………………………........... (4)
dt =- dt
Tanda minus menandakan pereaksi berkurang dan untuk membuat nilai laju reaksi
positif, karena perubahan Iod dan aseton negative.
1. Iod berwara (kuning), sehingga reaksi dapat diamati dengan mengamati perubahan
warna iod dari berwarna ke tidak berwarna secara visual.
2. Reaksi berorde nol terhadap iod. Hal ini berarti bahwa laju reaksi tidak
bergantung pada konsentrasi Iod. [Iod]o = 1, dimana n = 0.
Oleh karena itu laju reaksi tidak bergantung pada konsentrasi Iod, maka kita dapat
menggunakan Iod sebagai reagen pembatas dengan jumlah aseton dan ion hydrogen
berlebih. Kita dapat mengukur waktu yang dibutuhkan untuk mereaksikan seluruh Iod
yang ada dalam larutan. Bila konsentrasi dari aseton dari Aseton dan ion Hidrogen
jauh lebih besar dari konsentrasi iod, maka konsentrasi mereka tidak akan jauh
berubah selama reaksi dan laju reaksi akan tetap, sampai seluruh Iod habis bereaksi.
Kemudian reaksi akan berhenti bila waktu reaksi yang dibutuhkan untuk mereaksikan
semua Iod (warna Iod hilang) adalah t (dalam detik, menit), maka persamaan laju
reaksi menjadi:
............................................................................
Laju = [Iod] (5)
t
Walaupun laju reaksi tetap pada kondisi yang kita atur, kita dapat mengubah-ubah
kosentrasi Aseton dan ion Hidrogen. Bila konsentrasi ion Hidrogen dibuat tetap sama,
seperti pada campuran awal. Sedangkan konsentrasi Aseton dibuat dua kali
konsentrasi semula, maka persamaan laju menjadi :
36
\Dengan membagi persamaan (6a) dengan persamaan (6b), maka diperoleh :
Laju 2 N
Setelah menghitung laju 2 dan laju 1dengan menggunaka persamaan (5), maka kita
memperoleh angka yang mempunyai harga sama dengan 2 m, berarti kita dapat
memperoleh harga melalui logaritma, dimana m orde reaksi terhadap aseton.
Dengan cara yang sama kita dapat memperoleh orde reaksi terhadap ion Hidrogen.
Setelah masing-masing orde reaksi diketahui, kita dapat menghitung k.
Laju
[Æ]N [Iod]n [K]p ……………………………………………………………... (8)
k
Sebagai pengembangan lebih lanjut dari percobaan ini adalah melakukan reaksi pada
temperature yang berbeda-beda untuk mengetahui energy aktivasi. Percobaan yang
dilakukan disini adalah menentukan laju reaksi pada temperature di atas temperature
ruang. Dengan mengetahui laju reaksi dan harga k pada temperature yang berbeda-
beda tersebut, kita dapat menentukan nilai energy aktivasi (Ea) melalui kurva Laju
versus - 1 . Kemiringan (slope) dari kurva yang merupakan garis lurus adalah sama
T
dengan: - Ea
2,303 R = nilai slope, atau Ea = (nilai slope) x (2,303 R)
37
PROSEDUR KERJA
A. Penentuan Orde Reaksi
Tempatkan 100 ml Aseton 4 M, 100 ml HCl 1 M dan 100 ml larutan Iod 0,005 M
ke dalam masing-masing gelas kimia 150 ml yang bersih dan kering, tutup dengan
kaca arloji. Untuk aseton sebaiknya ditempatkan dalam botol bertutup.
Percobaan 1:
1. Pipet 10 ml Aseton 4 M masukkan ke dalam Erlemneyer 125 ml.
2. Pipet 10 ml HCl 1 M masukkan kedalam Erlenmeyer yang berisi Aseton
tersebut di atas.
3. Tambahkan 20 ml air demineral ke dalam campuran tersebut.
4. Siapkan Stpwatch.
5. Pipet 10 ml larutan Iodium dengan menggunakan pipet kering dan bersih. Jaga
jangan sampai Iodium menetes pada tangan atau pakaian.
6. Masukkan larutan Iodium tersebut ke dalam campuran Aseton dan HCl dan
secara serentak dengan menghidupkan Stopwatch.
7. Setelah warna Iodium hilang, segera matikan Stopwatch.
8. Ukur temperature campuran menggunakan thermometer.
Percobaan 2 :
Percobaan 3 :
Percobaan 4 :
38
B. Penentuan Energi Aktivasi
Lakukan percobaan a masing-masing pada temperature yang berbeda yaitu pada
temperature 10oC, dan 40oC. Tentukan tetapan laju reaksi dan energy pengaktifan.
BEBERAPA PERTANYAAN
1. Jelaskan yang dimaksud dengan reaksi kimia
2. Jelaskan yang dimaksud dengan persamaan reaksi
3. Jelaskan yang dimaksud dengan laju reaksi
4. Jelaskan yang dimaksud dengan orde reaksi
5. Jelaskan yang dimaksud dengan energy aktifasi
DAFTAR PUSTAKA
Tony Bird.1987. Praktikum Kimia Fisika. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta. Halaman 47.
A.Hadyana Pudjaatmaka.1980.Kimia Untuk Universitas.Penerbit Erlangga, Jilid 2, Edisi 6,
Jakarta, halaman 3.
39
PENENTUAN VlSCOSITAS
TUJUAN PERCOBAAN
TEORI DASAR
40
Berdasarkan sifatnya viscositas dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
- Viscositas Dinamik ; yaitu viscositas yang dipengaruhi oleh gerak, shear,stress dan
shear rate.
- Viscositas Kinematik ; yaitu viscositas yang dipengaruhi olch densitas larutan dimanaia
merupakan viscositas dinamik dibagi dengan densitasnya. Viscositas ini dinyatakan
dalam satuan stokes (St) pada cgs dan m2/s pada SI
- Viscositas relative dan spesifik ; membandingkan viscositas suatu emulsi atau suspense
dengan larutan murninya.
Mcnurut hokum Poiseuille, jumlah cairan yang mengalir melalui pipa persatuan
waktu dirumuskan dcngan persamaan :
V = πxPxR
't ηx8xL
atau η=Kxρx t
Dimana ;
η = viscosita cairan
V = Volume total cairan
't = waktu yang dibutuhkan cairan dengan V mengalir melalui viscometer
P - tekanan yang bekerja paja cairan
R = jari -jari tabung
L = panjang pipa
dan
41
Ada beberapa viscometer yang sering digunakan untuk menentukan viscositas suatu larutan
yaitu :
1. Viscometer OstWald ;untuk menentukan laju alir kuat kapiler
2.Viscometer Hopplcr ; laju bola dalam cairan
3.Gaya yang diperlukan untuk mcmutar satu dari dua silinder yang
konsentris pada kecepatan sudut tertentu.
VISCOMETER OSTWALD
Penentuan viscositas larutan dilakukan dcngan menggunakan Viscometer Ostwald
dan piknometer. Pada metode ini dilakukan dengan mengukur waktu alir yang dibutuhkan
oleh suatu fluida pada konsentrasi tertentu untuk mengalir antara 2 tanda pada pipa
viscometer. Keunggulan dari metode ini adalah lebih cepat, lebih mudah, alatnya murah serta
perhitungannya lebih sederhana. Di bawah ini diberikan capasitas costanta untuk masing –
masing pipa Ostwald yang digunakan pada alat viscometer ini.
42
DAFTAR ALAT DAN BAHAN
43
KESELAMATA KERJA
Gunakan pengaman seperti jas praktikum dan kaca mata pelindung, berhati -hati
dalam melakukan percobaan .
Untuk menjaga supaya alat tidak mudah rusak, tabung dibersihkan dengan aquades
(jgn pakai sabun) kemudian dibilas dengan etanol. Sesudah digunakan pipa silinder harus
disimpan dalarn keadaan bcrsih dan kering.
LANGKAH KERJA
MENENTUKAN VISCOSITAS BEBERAPA CAIRAN
1. Buat larutan etanol 10% dan 50% dengan cara pengenceran larutan etanol p.a (96%)
dalam labu ukur 25 mI.
2. Menentukan densita setiap cairan dengan piknometer atau lihat tabel BJ etanol dengan
konsentrasi tertentu pada temperatur 20°C.
3. Masukkan cairan ke dalam pipa silinder menggunakan pipet ukur sampai tanda batas
pada pipa (± 15 ml).
4. Masukkan pipa silinder kedalarn water bath yang telah diatur suhunya sesuai tugas.
Biarkan ± 15 menit agar suhu cairan di dalam pipa sama dengan suhu water bath.
5. Pasang ball pipet pada salah satu pipa silinder,siapkan stop watch. Tahan cairan dengan
cara menutup mulut pipa silinder yang lainnya agar sistem vakum. Hisap larutan dengan
ball pipet sehingga cairan naik melewati batas atas pipa ukurnya.
6. Lepaskan ball pipet sehingga cairan bebas turun. Hidupkan stopwatch pada saat cairan
melewati batas atas dan matikan stopwatch pada saat cairan menyentuh batas bawah.
Ulangi langkah di atas untuk cairan lainnya dengan temperature yang sama.
VISCOSITAS VS TEMPERATUR
1. Hidupkan water bath. Atur suhu water bath sesuai dengan tugas ( atur dari suhu yang
terendah ).
2. Masukkan cairan yang akan di uji (aquades) ke dlm pipa silinder sebanyak ± 15 ml.
3. Masukkan pipa ke dalam water bath, diamkan selama 15 menit agar temperatur cairan
sama dengan temperature water bath.
44
4. Pasang ball pipet pada salah satu pipa silinder,siapkan Stop watch. Hisap larutan
dengan ball pipet sehingga cairan naik melewati batas atas pipa ukumya.Tahan cairan
dengan cara mcnutup mulut pipa silinder yang lainnya.
5. Lepaskan ball pipet sehingga cairan bebas turun. Hidupkan stopwatch pada saat cairan
mclewati batas atas dan matikan stopwatch pada saat cairan menyentuh batas bawah.
Ulangi langkah di atas untuk cairan yang sama dcngan temperatur yang berbeda.
PERTANYAAN
1. Apa yang kamu ketahui tentang viskositas ? Bagaimana penerapan viskositas suatu
cairan dalam industry kimia.
2. Bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap viskositas suatu cairan ?
3. Bagaimana pengaruh temperature terhadap vikosilas suatu cairan ?
45
DAFTAR PUSTAKA
Budianto,A.2008. Metode Penentuan Koefisien Kekentalan Zat Cair dengan
Menggunakan Regresi Linier Hukum Stokes.
46
LAMPIRAN
Tabel 1 : Berat jenis absolut air pada berbagai suhu yang diperoleh dari berat jenis
relatif air pada 40C dikalikan faktor 0,99997.
47
Tabel 2 : hubungan berat jenis campuran air – alkohol (etanol) pada 200 C komposisi
campuran (dalam % berat, % volume dan berat / liter.)
48