A. Tujuan Percobaan Mengisolasi trimiristin dari biji pala dengan ekstraktor soxhlet dan hicrolisinya menjadi asam miristat.
B. Dasar Teori Biji pala mengandung 73 gliserida jenuh yang terdiri atas komponen- komponen asam lemak : asam laurat 1,5 , asam miristat 76,6 , asam palmitat 10,5 , asam oleat 10,5 dan asam linoleat 1,3 . Proporsi asam miristat yang begitu besar terikat dalam trigliserida menunjukan bahwa senyawa trigliserida, dalam hal ini trimiristin terdapat dalam jumlah atau proporsi yang sama dengan asam mirista. Jika asam palmitat dan asam laurat dibandingkan relatiI terhadap asam miristat, maka proporsi trimiristin didalam gliserida adalah kira-kira 77 atau 55 dari lemak total. Bomer dan Ebark berhasil mengisolasi 40 trimiristin dengan cara mentransasi biji pala. Trimiristin merupakan salah satu senyawa bahan alam golongan lemak yang ditemukan pada biji buah pala (myristica Iragrans). Trimiristin yang terkandung dalam biji buah pala merupakan lemak yang juga dapat ditemukan beberapa jenis sayuran yang kaya akan minyak dan lemak terutama pada biji- bijian. Trimiristin merupakan bentuk kental dan tidak berwarna serta tidak larut dalam air. Beberapa perbedaan trigliserida mungkin karena gliserol mempunyai tiga Iungsi. Fungsi hidroksil dan juga mengandung lemak alami yang mempunyai rantai panjang dan sejumlah ikatan rangkap yang berhubungan satu sama lain. Trimiristin terkandung sekitar 25 dari berat kering biji buah pala (Wilcox, 1995). Trimiristin adalah suatu bentuk ester dari gliserol dan tidak larut dalam air serta merupakan bentuk kental yang tidak berwarna yang terdapat pada biji buah pala. Trimiristin merupakan ester yang larut dalam alkohol, eter, kloroIorm, dan benzena. Kadar masing-masing komponen : 2
C : 74,73 H : 11,99 O : 12,27 Isolasi trimiristin (ester) dan miristat (turunan Ienil propanon) yang merupakan dua produk utama dari buah pala dilakukan dengan ekstraksi kloroIorm. Senyawa ini dipisahkan dengan memisahkan residu dan Iiltratnya. Trimiristin padat dicampur dengan alkali, menghasilkan asam miristat. Miristat dimurnikan dengan kromatograIi kolom dan destilasi bertingkat. Isolasi trimiristin dari biji buah pala yang paling baik adalah dengan cara ekstraksi eter dengan alat reIluks dan residunya dihabiskan dengan aseton. Selain itu senyawa trimiristin tidak banyak bercampur dengan ester lain yang sejenis (Wilcox, 1995). Ekstraksi trimiristin pala yang merupakan biji dari tanaman yang relative kaya akan trigliserida yaitu asam lemak ester gliseril. Banyak percobaan dari trigliserida yang mungkin terjadi sejak gliserol memiliki tiga rantai hidrokarbon dan juga mengandung asam lemak alami yang mempunyai rantai sangat panjang dan sejumlah ikatan rangkap yang saling berhubungan satu sama lain. Biji buah pala sangat luar biasa karena di dalamnya terkandung trigliserida terutama estergliserol yaitu asam lemak tunggal dan asam yang disebut trimistin (Cahyono, 1991). Ekstraksi trimiristin dapat dicapai secara maksimal dari biji buah pala dengan ekstraksi eter dalam alat reIluks dan residunya dihablur dengan aseton. Dengan cara ini senyawaan trimiristin yang terdapat dalam biji buah pala tidak banyak tercampur dengan ester lain yang sejenis. Trimiristin dan miristat adalah dua produk buah pala yang dilakukan dengan ekstraksi kloroIorm, senyawa ini dipisahkan dengan pemisahan residu dan Iiltratnya. Trimiristin dapat dicampur dengan alkali menghasilkan asam miristat. Miristat dimurnikan dengan kromatograIi kolom dan destilasi (Raphael, 1991).
3
C. Alat dan Bahan 1. Alat : a. Penangas Air b. Gelas Beker c. Labu Bulat 250 mL d. Erlenmeyer e. Perangkat Destilasi I. Kertas Saring g. Corong Bunchner h. Rotary evaporator i. Labu Ukur j. Pipet Tetes k. Pengaduk
2. Bahan : a. Biji buah pala dalam bentuk serbuk b. Aseton c. Eter
D. Metode Percobaan
25 gr serbuk pala Labu bulat 250 mL - penambahan 50 mL eter - pereIluksan dengan penangas air (-34 C) campuran hasil reIluks - penyaringan dan pendinginan
resldu lllLraL
4
- pelarutan dalam 50 mL aseton - pemanasan diatas penangas air
- pendinginan pada suhu kamar
- penyaringan dengan corong bunchner - penghitungan prosentase
- pengukuran titik leleh
Ler 8esldu LaruLan anas
produk lllLraL 8esldu Pasll 5
E. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil No. Perlakuan Hasil 1. 25 gr serbuk biji pala dimasukkan kedalam labu bulat 50 mL ditambah eter dan direIluks. Campuran Iiltrat dan residu berwarna kuning kecoklatan 2. Campuran didinginkan, Iiltratnya diambil dimasukkan labu bulat dan didestilasi, lapisan eter dipisah dengan residunya. Terbentuk Iiltrat berwarna kuning dan residu berwarna coklat 3. Residu dilarutkan dalam 50 mL aseton dan dipanaskan, dimasukkan dalam erlenmeyer 250 mL dinginkan pada suhu kamar 30 menit. Terbentuk Kristal putih 4. Pemisahan dengan corong bunchner, pengambilan residunya, penghitungan presentase rendemen dan pengukuran titik lelehnya. Kristal putih murni mengandung trimiristin
O Perhitungan Diket : Massa Kristal kertas saring 0,3150 gram (rendemen teoritis) Massa Kertas saring 0,1286 gram Massa Kristal 0,3150 0,1286 0,1864 gram (rendemen nyata) Dit : rendemen ...? Jawab : nn % = rcndcmcn nyata rcndcmcn tcorItIs % = ,8 , % 6
= 9,%
2. Pembahasan Percobaan 'Isolasi Trimiristin dari Biji Buah Pala ini bertujuan untuk memahami beberapa aspek dasar dalam isolasi senyawa bahan alam khususnya trimiristin. Prinsip dari percobaan ini adalah ekstraksi pelarut yaitu cara untuk memisahkan dua jenis campuran yang tidak saling melarutkan. Metode yang digunakan yaitu metode reIluks, Iiltrasi dan kristalisasi. Metode ReIluks menggunakan prinsip mempertahankan reaksi dalam waktu lama dengan pemanasan dan pengembunan uap, serta menjaga kestabilan suhu di bawah titik didih pelarut. ReIluksi dipakai karena dalam proses reIluks tidak ada senyawa yang hilang, sebab senyawa yang menguap, uapnya didinginkan oleh kondensor sehingga menjadi cair dan kembali ke dalam labu reaksi. Prinsip dari Iiltrasi yaitu pemisahan Iiltratdan residu, sedangkan prinsip kristalisasi ialah pemurnian dengan pembentukan Kristal. Biji buah pala yang digunakan dalam percobaan ini dihaluskan terlebih dahulu agar menjadi serbuk. Digunakan yang berupa serbuk tujuannya adalah agar lebih mudah larut dengan pelarut. Hal ini dikarenakan semakin kecil permukaannya (sampel) maka akan semakin cepat larut dan bereaksi dengan pelarutnya. Disamping itu juga nantinya kristalnya lebih mudah terbentuk. Serbuk pala dilarutkan dalam eter karena eter bersiIat non polar sehingga dapat melarutkan trimiristin yang juga bersiIat non polar disamping itu juga karena titik didih eter rendah. Karena kalau titik didih pelarutnya tinggi itu berarti dimungkinkan mendekati titik didih trimiristin yang dapat menyebabkan trimiristin menguap sehingga Kristal yang didapat sedikit. Dengan titik didih pelarut yang rendah, maka yang memungkinkan menguap hanya eternya. Dapat juga digunakan pelarut lain, asalkan pelarut tersebut harus, 1. Sama-sama polar atau sama-sama non polar 7
2. Memiliki titik didih rendah 3. Mudah menguap 4. Tidak bereaksi dengan senyawa yang dimurnikan 5. Melarutkan pengotor (Wilcox,1995). Kemudian dilakukan pereIluksanyang bertujuan agar serbuk pala dan eter tercampur sempurna. Dalam pereIlukan terjadi pertahanan reaksi dalam jangka waktu lama yaitu dengan memanaskan dan mengembunkan uap eter dan uapnya akan kembali ke labu reaksi. PereIlukan dilakukan dengan penjagaan suhu di bawah 34 0 C (titik didih eter). Pengkondisian suhu pada pereIlukan diusahakan di bawah tiitk didih eter (Perry, 1985). Hal ini dilakukan agar eter tidak menguap, karena jika eter menguap maka trimiristin yang dihasilkan sedikit disebabkan trimiristin yang sudah terikat dengan eter akan bercampur dengan pengotor yang berupa gliserol dan lainnya. Pada alat reIluks digunakan kondensator yang Iungsinya untuk mendinginkan eter agar tidak menguap. Kelebihan reIluks ialah : 1. Senyawa yang akan diisolasi dapat diperoleh dengan maksimal 2. Tidak ada senyawa yang hilang karena uapnya didinginkan oleh kondensor. 3. Prosesnya mudah dan sederhana. Kemudian dilakukan penyaringan dengan cara dekantasi. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan residu (ampas serbuk pala) dengan Iiltrat yang berwarna kuning, yang merupakan campuran eter dan trimiristin. Setelah itu, Iiltrat yang merupakan campuran eter dan trimiristin dipanaskan melebihi titik didih eter agar eter menguap. Fungsi penguapan eter adalah menghilangkan pelarut agar tidak ada lagi eter dalam Iiltrat tersebut. Kemudian dilakukan penambahan aseton panas yang Iungsinya untuk menghablurkan trimiristin. Dalam pala, terdapat senyawa lain selain trimiristin berupa pengotor pada Iiltrat. Pengotor itu dapat berupa gliserol, 8
asam lemak, ester lain. Dalam percobaan ini diharapkan didapatkan trimiristin murni dari zat pengotor (Fessenden, 1983). Dilakukan pemanasan bertujuan untuk menguapkan eter yang masih tersisa. Eter dapat menguap karena pemanasan dilakukan di atas titik didih eter 34 0 C, maka dari itu eter dapat menguap. Disamping itu, memudahkan pembentukan kristalisasi trimiristin. Setelah penambahan aseton panas tersebut, warna larutan Iiltrat kuning memudar dan belum terbentuk Kristal sebelum penambahan aseton panas warnanya kuning pekat. Kenudian dilakukan pendinginan pada suhu kamar sehingga larutan tidak panas lagi. Lalu pendinginan dalam air es hingga terbentuk calon Kristal yang masih lunak dan belum terpisah dari larutannya. Pendinginan dua tahap ini dilakukan agar perubahan suhu yang terjadi pada proses kristalisasi tidak berubah drastis, sehingga kristal yang didapat sesuai yang diharapkan. Pendinginan berIungsi untuk mengendapkan kristal sehingga memudahkan pemisahan Kristal dari larutan. Selain itu dengan adanya pendinginan maka dapat mempercepat laju pertumbuhan Kristal sehingga pertumbuhan Kristal lebih besar dari pembentukan inti jadi kristalnya akan berukuran besar. Setelah pendinginan, dilakukan penyaringan dengan corong Buchner dan didapat rendemen warna kuning pucat (residu). Residu tersebut merupakan trimiristin sedangkan Iiltratnya merupakan campuran aseton dan pengotor. Digunakan corong Buchner agar Kristal yang didapat lebih kering dan lebih banyak karena Iiltratnya disedot dengan vakum Iiltrasi. Residu yang merupakan trimiristin dikeringkan dalam lemari pengering, Iungsinya untuk menghilangkan sisa pelarut, sehingga benar-benar kering. Kristal yang diperoleh dengan pendinginan dua tahap dan satu tahap jauh berbeda. Jika dilakukan pendinginan satu tahap, penurunan suhunya terlalu cepat sehingga kecepatan pertumbuhan inti Kristal lebih cepat daripada kecepatan pertumbuhan Kristal, akan diperoleh Kristal yang kecil dan rapuh. Sedangkan bila dilakukan pendinginan dua tahap, penurunan suhu yang terjadi perlahan-lahan sehingga kecepatan pertumbuhan Kristal 9
lebih cepat daripada pertumbuhan inti maka Kristal yang diperoleh lebih besar (Austin, 1986). Hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah kristal berwarna putih yang mengandung senyawa trimiristin dengan rendemen sebesar 59,17.
F. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan a. Trimiristin dapat dihasilkan dari isolasi biji buah pala dengan cara reIluks,ekstraksi dan kristalisasi. b. Kadar trimiristin dalam serbuk biji buah pala adalah 59,17. 2. Saran a. Pengecekan alat dan bahan sebelum praktikum dimulai. b. Serius, teliti, dan cekatan dalam melakukan praktikum.
10
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, M. Natsir. 2001. Kamus Kimia. PT. Gramedia Pusaka Utama : Jakarta. Fieser, Louis. F. 1957. Experiment in Organic Chemistry, 3nd edition, Revised, D. C. Heath and Company : Boston. Gibson, Cha rles, S. 1956. Essential Principles of Organic Chemistry. Chambridge oI The University Press : London. Mulyono. 2002. Kamus Kimia. Ganesha Silatama : Bandung. Team Teaching. 2006. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. UNG Wilcox, C.F. 1995. Experimental Organic Chemistry, 2 nd edition. Prentice Hall : New Jersey.