Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pala merupakan tanaman khas Indonesia yang banyak tumbuh dan berkembang di
daerah Maluku dan daerah sekitarnya. Pala merupakan tanaman dalam famili
Myristicaceae. Pohon pala mempunyai tinggi 15-20 m, tumbuh di Indonesia dan di India
bagian barat. Minyak pala terdiri dari 90% hidrokarbon dengan komponen utama sabena,
terpinen dan pinen. Komponen terbanyak yang dapat ditemukan dalam buah pala adalah
SOH, α, dan β pireina. Minyak pala dipakai terutama pada penyedap makanan dan bahan
tambahan dalam bermacam-macam minyak wangi (Wilcox, 1995).
Kandungan yang terdapat dalam biji pala diantaranya adalah minyak atsiri rata-
rata 10 %, minyak kental yang terdiri dari asam palmetik, sterik dan miristik sebanyak
25-30%. Minyak pala mengandung 88% monolepen hidrokarbon. Pala juga mengandung
±30 karbohidrat dan ±6% protein. Sedangkan untuk kandungan alcohol seperti eugenol,
metileugenol dan lain-lain sebanyak ±4-8%. Selain itu, biji buah pala juga mengandung
antioksidan (Hilman, 1964).
Biji buah pala merupakan biji dari tumbuh-tumbuhan yang kaya akan trigliserida
yaitu asam lemak ester gliserol dan asam miristisin, yang disebut trimiristin. Biji buah
pala kering biasanya mengandung trimiristin sebanyak 25%-30% (Winarno, 1991).
Trimiristin C45H88O6, termasuk lipida atau ester dari bahan alam, yang terdapat
antara lain dalam biji pala (nutmeg). Miristrin, safrol, dan elesimin merupakan senyawa
beracun dan mempunyai aktivitas narkotik. Selain itu juga mengandung terpinen 4-ol.
Umumnya minyak pala digunakan sebagai penyedap makanan dan dalam industri parfum.
Isolasi trimiristrin (ester) yang merupakan kandungan utama dalam buah pala dilakukan
dengan cara ekstrasi dengan kloroform yang dilakukan secara berkelanjutan. Pemisahan
trimiristrin dari biji buah pala, dapat dijadikan contoh sederhana dari percobaan isolasi
bahan alam, yang biasanya memakan waktu lama dan sangat rumit. Oleh karena kadar
trimiristrin yang tinggi di dalam biji buah pala, hasil pemisahan yang murni dapat dicapai
dengan cara ekstraksi sederhana menggunakan pelarut yang sesuai untuk mendapatkan
trimiristin sebanyak-banyaknya dan pengkristalan. Biji buah pala yang sudah digiling
diekstraksi dengan eter dalam labu atau sohxlet, dan sisanya dikristalisasi dengan aseton.
Trimiristrin, jika direaksikan dengan basa alkali akan menghasilkan asam miristat atau
garamnya (penyabunan). Pada trimiristrin gugus-gugus asam (atau asil) adalah sama,
1
sehingga hidrolisa menjadi asam dan gliserol akan menghasilkan hanya satu jenis asam,
yakni asam miristat. Hidrolisis alkali trimiristin dilakukan dalam alkohol. Titik leleh
trimiristin 54-55oC dan asam miristat 51-52oC (Pramono, 2012).

Trimiristin merupakan ester yang larut dalam alkohol, eter, kloroform, dan
benzena. Isolasi trimiristin (ester) dan miristat (turunan fenil propanon) yang merupakan
dua produk utama dari buah pala dilakukan dengan ekstraksi kloroform. Senyawa ini
dipisahkan dengan memisahkan residu dan filtratnya. Trimiristin padat dicampur dengan
alkali, menghasilkan asam miristat. Miristat dimurnikan dengan kromatografi kolom dan
destilasi bertingkat. Isolasi trimiristin dari biji buah pala yang paling baik adalah dengan
cara ekstraksi eter dengan alat refluks dan residunya dihabiskan dengan aseton. Selain itu
senyawa trimiristin tidak banyak bercampur dengan ester lain yang sejenis (Wilcox,
1995) .

1.1. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sifat kimia dan fisika dari bahan-bahan yang digunakan
2. Dapat mengisolasikan senyawa trimiristin dari buah pala
3. Menganalisis sifat fisika dan kimia trimiristin yang mempunyai rumus CH 3(CH2)12
CO2 CH[CH2O2C(CH2)12CH]2 dengan titik leleh 56,50C

1.3. Rumusan masalah


Rumusan masalah dari makalah ini antara lain:
1. Apa sifat kimia dan fisika dari bahan-bahan yang digunakan?
2. Bagaimana cara mengisolasikan senyawa trimiristin dari buah pala?
3. Bagaimana cara Menganalisis sifat fisika dan kimia trimiristin yang mempunyai
rumus CH3(CH2)12 CO2 CH[CH2O2C(CH2)12CH]2 dengan titik leleh 56,50C?

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Trimiristin

Trimiristin adalah trigliserida atau lemak yang biasanya terdapat dalam bahan-
bahan alam. Salah satu diantara bahan yang mengandung trimiristin adalah buah pala.
Buah pala sendiri merupakan buah asli Indonesia yang banyak berkembang di Maluku
dan sekitarnya. Biji dari buah pala ini mengandung trimiristin sebagai kandungan
utamanya. Buah pala selama ini memang memiliki berbagai manfaat, diantaranya adalah
minyak dari buah pala yang berdaya jual tinggi. Beberapa informasi menyebutkan bahwa
minyak buah pala yang mengandung miristisin dapat dijadikan sebagai pencegah tumor
dan pembius ikan pada proses pengiriman.

Pala merupakan tanaman khas Indonesia yang banyak tumbuh dan berkembang di
daerah Maluku dan daerah sekitarnya. Pala merupakan tanaman dalam famili
Myristicaceae. Pohon pala mempunyai tinggi 15-20 m, tumbuh di Indonesia dan di India
bagian barat. Minyak pala terdiri dari 90% hidrokarbon dengan komponen utama sabena,
terpinen dan pinen. Komponen terbanyak yang dapat ditemukan dalam buah pala adalah
SOH, α, dan β pireina. Minyak pala dipakai terutama pada penyedap makanan dan bahan
tambahan dalam bermacam-macam minyak wangi (Wilcox, 1995).

Kandungan yang terdapat dalam biji pala diantaranya adalah minyak atsiri rata-
rata 10 %, minyak kental yang terdiri dari asam palmetik, sterik dan miristik sebanyak
25-30%. Minyak pala mengandung 88% monolepen hidrokarbon. Pala juga mengandung
±30 karbohidrat dan ±6% protein. Sedangkan untuk kandungan alcohol seperti eugenol,
metileugenol dan lain-lain sebanyak ±4-8%. Selain itu, biji buah pala juga mengandung
antioksidan (Hilman, 1964).

Biji buah pala merupakan biji dari tumbuh-tumbuhan yang kaya akan trigliserida
yaitu asam lemak ester gliserol dan asam miristisin, yang disebut trimiristin. Biji buah
pala kering biasanya mengandung trimiristin sebanyak 25%-30% (Winarno, 1991).

3
Trimiristin C45H88O6, termasuk lipida atau ester dari bahan alam, yang terdapat
antara lain dalam biji pala (nutmeg). Miristrin, safrol, dan elesimin merupakan senyawa
beracun dan mempunyai aktivitas narkotik. Selain itu juga mengandung terpinen 4-ol.
Umumnya minyak pala digunakan sebagai penyedap makanan dan dalam industri parfum.
Isolasi trimiristrin (ester) yang merupakan kandungan utama dalam buah pala dilakukan
dengan cara ekstrasi dengan kloroform yang dilakukan secara berkelanjutan. Pemisahan
trimiristrin dari biji buah pala, dapat dijadikan contoh sederhana dari percobaan isolasi
bahan alam, yang biasanya memakan waktu lama dan sangat rumit. Oleh karena kadar
trimiristrin yang tinggi di dalam biji buah pala, hasil pemisahan yang murni dapat dicapai
dengan cara ekstraksi sederhana menggunakan pelarut yang sesuai untuk mendapatkan
trimiristin sebanyak-banyaknya dan pengkristalan. Biji buah pala yang sudah digiling
diekstraksi dengan eter dalam labu atau sohxlet, dan sisanya dikristalisasi dengan aseton.
Trimiristrin, jika direaksikan dengan basa alkali akan menghasilkan asam miristat atau
garamnya (penyabunan). Pada trimiristrin gugus-gugus asam (atau asil) adalah sama,
sehingga hidrolisa menjadi asam dan gliserol akan menghasilkan hanya satu jenis asam,
yakni asam miristat. Hidrolisis alkali trimiristin dilakukan dalam alkohol. Titik leleh
trimiristin 54-55oC dan asam miristat 51-52oC (Pramono, 2012).

Suatu ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus –
COOR dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Suatu ester dapat dibentuk dengan
reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dan suatu alcohol, suatu reaksi yang
disebut reaksi esterifikasi. Esterifikasi berkataliskan asam dan merupakan reaksi yang
reversible (Fessenden & Fessenden, 1989).

Miristisin yang terdapat dalam minyak pala bersifat racun, mudah terabsorbsi pada
konstituen lain dalam minyak pala dan memiliki bau yang sangat intens. Miristisin dapat
digunakan sebagai obat bius dan campuran obat-obatan tertentu dalam bidang farmasi.
Zat ini merupakan agen yang bersifat halusinogen dan toksik yang dapat menyebabkan
keracunan pada dosis yang berlebih. Namun, zat ini memiliki kemampuan mencegah
terjadinya keracunan hati karbon tetraklorida pada tikus, merupakan hal lain yang
menambah daya tarik miristisin (Wallis, 1960).

Trimiristin merupakan ester yang larut dalam alkohol, eter, kloroform, dan
benzena. Isolasi trimiristin (ester) dan miristat (turunan fenil propanon) yang merupakan
dua produk utama dari buah pala dilakukan dengan ekstraksi kloroform. Senyawa ini
dipisahkan dengan memisahkan residu dan filtratnya. Trimiristin padat dicampur dengan
4
alkali, menghasilkan asam miristat. Miristat dimurnikan dengan kromatografi kolom dan
destilasi bertingkat. Isolasi trimiristin dari biji buah pala yang paling baik adalah dengan
cara ekstraksi eter dengan alat refluks dan residunya dihabiskan dengan aseton. Selain itu
senyawa trimiristin tidak banyak bercampur dengan ester lain yang sejenis (Wilcox,
1995) .

2.2. Sifat Fisik Dan Kimia Trimiristin


Sebelum mengisolasi trimiristin dari biji pala, kita harus mengetahui terlebih
dahulu sifat-sifat dari trimiristin itu sendiri. Sifat-sifat trimiristin tersebut antara lain:

1. Berbentuk Kristal putih


2. Berat molekulnya 723,18 g/mol
3. Titik leburnya 56,50C
4. Titik didihnya 3110C
5. Tidak larut dalam air
6. Larut dalam alcohol, eter, kloroform dan benzena. (Wilcox,1995).
2.3. Buah Pala
2.3.1 Buah Pala

Pohon pala mempunyai tinggi 15-20 m, tumbuh di Indonesia dan di India


bagian barat. Minyak pala terdiri dari 90% hidrokarbon. Komponen terbanyak yang
dapat ditemukan dalam buah pala adalah SOH, α, dan β pireina. Minyak pala dipakai
terutama pada penyedap makanan dan bahan tambahan dalam bermacam-macam
minyak wangi. (Wilcox,1995)

Biji buah pala merupakan biji dari tumbuh-tumbuhan yang kaya akan trigliserida
yaitu asam lemak ester gliserol. Banyak perbedaan yang mungkin pada trigliserida
terjadi, sejak gliserol mempunyai rantai yang sangat panjang dan sejumlah ikatan
rangkap dan saling berhubungan satu sama lain. Biji buah pala mengandung trigliserida
terutama ester gliserol yaitu asam lemak tunggal dan asam myristic, yang disebut
trimiristin. Trimiristin yang terkandung dalam biji buah pala kering kira-kira 25%-
30% beratnya. (Winarno, 1991)

2.3.2 Komposisi Biji Buah Pala

1. Minyak atsiri 2-16 % (rata-rata 10 %)

5
2. Fixed oil atau minyak kental 25-30%, terdiri dari beberapa jenis
asam organik misalnya asam palmetic, stearic, dan myristic

3. Karbohidrat ± 30% , protein ± 6%

4. Minyak pala mengandung 88% monolepen hidrokarbon

5. Myristicin ± 4-8% dan lain-lain, termasuk jenis alkohol, misalnya


eugenol, methyleugenol, biji buah pala jugamengandung zat-zat anti
oksidan. (George,Hilman, 1964)

2.3.3 Sifat Biji Pala

1. Mengandung unsur-unsur psitropik (menimbulkan halusinasi)

2. Mengakibatkan muntah-muntah, kepala pusing, rongga mulut kering,


meningkatkan rasa muntah dan diakhiri dengan kematian.

3. Memiliki daya bunuh terhadap larva serangga

4. Tidak menimbulkan alergi jika dioleskan pada kulit manusia. (Helmkamp,


1964)

2.3.4 Kegunaan biji pala

Biji pala diambil minyaknya dari daging buah dibuat manisan dan sirup. Biji buah pala
yang dimanfaatkan adalah yang telah masak dan kering. Digunakan sebagai flavoring agent
dalam bahan pangan, minuman dan obat.
Kegunaan biji pala yang lain adalah ( Raphael, 1991)

1. Sebagai rempah-rempah

2. Minyaknya untuk kosmetik atau pengobatan

3. Penambah aroma makanan

4. Membunuh larva serangga nyamuk dan insekta lainnya.

Selain itu, trimiristin dari buah pala dapat diisolasi dengan cara refluks yang
merupakan teknik laboratorium dengan cara mendidihkan cairan dalam wadah yang
disambungkan dengan kondensor sehingga cairan terus menerus kembali kedalam wadah.

6
Teknik ini digunakan untuk melaksanakan reaksi dalam waktu lama, semisal sintesis
organik (Fieser, 1957).

2.4 Teknik Isolasi Trimiristin

a. Ekstraksi Pelarut

Pada isolasi trymiristin dilakukan Refluks terlebih dengan cara mendidihkan


cairan dalam wadah yang disambungkan dengan kondensor sehingga cairan terus
menerus kembali kedalam wadah. Teknik ini digunakan untuk melaksanakan reaksi
dalam waktu lama, semisal sintesis organik. (Freiser, 1957) Berikut adalah beberapa
kelebihan-kelebihan refluks diantaranya adalah(Fieser, 1957).

1. Senyawa yang akan diisolasi dapat diperoleh dengan maksimal


2. Tidak ada senyawa yang hilang karena uapnya didinginkan oleh
kondensor.
3. Prosesnya mudah dan sederhana.
Ekstraksi trimiristin pala yang merupakan biji dari tanaman yang relative kaya
akan trigliserida yaitu asam lemak ester gliseril. Banyak percobaan dari trigliserida yang
mungkin terjadi sejak gliserol memiliki tiga rantai hidrokarbon dan juga mengandung
asam lemak alami yang mempunyai rantai sangat panjang dan sejumlah ikatan rangkap
yang saling berhubungan satu sama lain. Biji buah pala sangat luar biasa karena di
dalamnya terkandung trigliserida terutama estergliserol yaitu asam lemak tunggal dan
asam yang disebut trimistin. (Cahyono,1991)

Ekstraksi trimiristin dapat dicapai secara maksimal dari biji buah pala dengan
ekstraksi eter dalam alat refluks dan residunya dihablur dengan aseton. Dengan cara
ini senyawaan trimiristin yang terdapat dalam biji buah pala tidak banyak tercampur
dengan ester lain yang sejenis. (Francis,1992)

b. Destilasi

Prinsip destilasi adalah penguapan cairan dan pengembunan kembali uap tersebut
pada suhu titik didih. Titik didih suatu cairan adalah suhu dimana tekanan uapnya sama
dengan tekanan atmosfer. Cairan yang diembunkan kembali disebut destilat. Tujuan
destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya, dan memisahkan cairan tersebut
dari zat padat yang terlarut atau dari zat cair lainnya yang mempunyai perbedaan titik
didih cairan murni. Pada destilasi biasa, tekanan uap di atas cairan adalah tekanan
7
atmosfer (titik didih normal). Untuk senyawa murni, suhu yang tercatat pada termometer
yang ditempatkan pada tempat terjadinya proses destilasi adalah sama dengan titik didih
destilat (Purba 2004.

c. Rekristalisasi dan Kristalisasi

Suatu produk kristal yang terpisah dari campuran reaksi, biasanya terkontaminasi
dengan zat-zat yang tidak murni. Pemurnian dilakukan dengan cara kristalisasi, dari
sebuah pelarut yang tepat. Secara garis besar, proses kristalisasi terdiri dari beberapa
tahap :

1. Melarutkan zat dalam pelarut pada suhu tinggi.

2. Menyaring larutan yang tidak larut.

3. Melewatkan larutan panas untuk menghilangkan pada kristal tak dingin dan
endapan.

4. Mencuci kristal untuk menghilangkan cairan asli yang masih melekat.

5. Mengeringkan kristal untuk menghilangkan bekas akhir dari pelarut.

Rekristalisasi hanyalah sebuah proses lanjutan dari kristalisasi. Rekristalisasi


hanya efektif apabila digunakan pelarut yang tepat. Ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan dalam memilih pelarut yang cocok untuk kristalisasi dan rekristalisasi.
Pelarut yang baik adalah pelarut yang akan melarutkan jumlah zat yang agak besar
pada suhu tinggi, namun akan melarutkan dengan jumlah sedikit pada suhu rendah
dan harus mudah dipisahkan dari kristal zat yang dimurnikan. Selain itu, pelarut
tidak bereaksi dengan zat yang akan dimurnikan dengan cara apapun. (Fieser,1957)

2.5 Sifat Bahan Yang Digunakan

2.51. Petrolium benzene

No Sifat Fisik dan Kimia Informasi

1. Rumus kimia C6H6


2. Berat molekul 78.11 gr/mol
o
3. Titik nyala ‐11,1 C
o
4. Titik leleh 5,5 C
o
5. Titik didih 80,1 C

8
o
6. Berat jenis pada suhu 15 C 0,8787 gl/L
o
7. Kelarutan dalam air pada 25 C 188% (w/w) atau 1,8 gr/L
8. Kelarutan dalam pelarut Alkohol, kloroform, eter, karbon
sulfida, aseton, minyak, karbon
9. Klasifikasi NFPA Kesehatan = 2, Penyalaan = 3,
Reaktivitas = 0

10. Klasifikasi HMIS (USA) Kesehatan = 2, Penyalaan = 3,


Reaktivitas = 0

11. Batas penyalaan Batas atas 7.8%, batas bawah 1.2%


12. Batas Paparan - ACGIH (TWA:0,5 ; STEL:2,5 ppm)
- NIOSH (TWA:1,6 STEL: 1 ppm)

2.5.1. Metanol

1. Pelarut yang baik 5. Viskositas 0,00593


2. Dapat dicampur dengan air dan ester 6. Titik beku 97,80c
3. Berguna sebagai pembersih 7. Titik didih 64,50c
4. Spesifik gravity 0,7924 8. Titik nyala 12,20c

2.6 Prinsip Isolasi Trimiristin (Ester)

Trimiristin dan miristat adalah dua produk buah pala yang dilakukan dengan
ekstraksi kloroform, senyawa ini dipisahkan dengan pemisahan residu dan filtratnya.
Trimiristin dapat dicampur dengan alkali menghasilkan asam miristat. Miristat
dimurnikan dengan kromatografi kolom dan destilasi. (Raphael,1991

9
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. ALAT DAN BAHAN

3.1.1 Alat Yang Di Gunakan

1. seperangkat alat ekstraksi

- labu leher dua 250 ml - selongsong

- penangas parafin - tabung CaCl2

- termometer reaktor 2500C - soklet

- kondensor intensif -

2. Seperangkat alat destilasi

- labu leher dua 250 ml - labu destilat 250 ml

- termometer reaktor 2500C - adaptor

- penangas parafin - destiling head

- kondensor liebiq -

3. Gelas ukur
4. Gelas kimia 250 ml & 50 ml
5. Corong buncher
6. Kertas saring
7. Erlenmeyer 250 ml

3.1.2 Bahan Yang Di Gunakan

1. Buah pala 2. Petrolium benzene

3. Metanol 4. Akuades

3.2. Prosedur kerja

10
1. Buah pala yang telah di haluskan, dimasukan kedalaam selongsong sebanyak 20 gram
dan dimasukan ke dalam soklet

2 . Sebanyak 200 ml petrolium benzene dimasukkan kedalam labu leher dua

3. Memanaskan petrolium benzene hingga menguap pada suhu 60oc-70oc, kemudian uapnya
di dinginkan dengan kondensor intensif. Kondensat akan turun ke dalam labu leher duan
untuk di uapkan kembali.

4. Melakukan ekstraksi sehingga trimiristin dalam labu habis sedikit dengan cara destilasi
sampai residu yang tinggal -+ 1/3 dari larutan trymiristin semula

5. Hasil ekstraksi kemudian dipekatkan dengan cara destilasi dan penambahan metanol pada
suhu 65oc sampai residu yang tinggal -+ 1/3 dari larutan trymiristin semula

6. Mengkristalkan residu yang diperoleh dengan menambahkan metanol

7. Endapann kristal yang terbentuk disaring dan dikeringkan pada suhu kamar sampai betul-
betul kering

8. Menentukan titik leleh dari trymiristin yang diperoleh menggunakan alat digital melting
point aparatus

11
BAB IV

HASIL PRAKTIKUM

Tabel 1.1 Pengamatan Proses Terbentuknya Trymiristin

N
Keterangan Hasil
No

1 20 gram pala bubuk + 200 mL Larut

1. petrolium benzene

2 Dipanaskan dengan cara refluks pada Ekstrak berwarna coklat dengan bau khas

2. suhu 60 oC – 70oC pala

3 Melakukan ekstraksi dengan cara Ekstrak berwarna kuning

3. dipanaskan yang kemudian menguap

4 Melakukan distilasi Ekstrak tertinggal sedikit


4.

5 Melakukan kristalisasi dengan Terbentuk endapan putih

5. menambahkan 100 ml metanol

6 Disaring dengan corong Buchner Terbentuk padatan putih


6.
7 Menentukan titik leleh 53 oC – 59oC
7.

Tabel 1.2. Data awal

Berat sampel awal 20gram

Volume petrolium benzene 200 mL

Bentuk sampel (buah pala) bubuk kering

12
Tabel 1.3 Data Percobaan

Massa padatan + kertas saring 5,266 gram

Massa kertas saring 2,419gram

Massa padatan yang diperoleh 2,847 gram

Titik leleh trymiristin 53 oC – 59oC

Persen rendemen 14, 235 %

Warna Putih susu

Bentuk Padatan putih

Massa padatan yang diperoleh : (Massa padatan + kertas saring)- Massa kertas saring

: 5,266 gram – 2,419gram = 2,847 gram

1.4 Menghitung Massa Rendemen Yang Diperoleh

0,1 gram massa hasil percobaan


Rendemen = × 100 %=33,3 % x 100%
0,3 gram massa awal sampel

0,1 gram 0,1 gram


= × 100 %=33,3 % × 100 %=33,3 %
0,3 gram 0,3 gram

5,266 gram−2,419 gram


x 100%
20 gram
= 14,235%

13
BAB V

PEMBAHASAN

Trimiristin merupakan ester yang larut dalam alkohol, eter, kloroform, dan benzena.
Isolasi trimiristin (ester) dan miristat (turunan fenil propanon) yang merupakan dua produk
utama dari buah pala dilakukan dengan ekstraksi kloroform. Senyawa ini dipisahkan dengan
memisahkan residu dan filtratnya. Trimiristin padat dicampur dengan alkali, menghasilkan
asam miristat.

Pembuatan trimiristin dari buah pala dilakukna dengan car ekstraksi, destilasi dan
rekristalisasi. Pada proses pembuatan trimiristin dilakukan penambahan pelarut petrolium
benzene yang bersifat non polar sebanyak 200 ml untuk melarutkan trimiristin yang bersifat
non polar.

Pada proses ekstraksi biji buah pala yang diekstraksi dengan petrolium benzene 200
ml dan biji pala sebesar 20 gram dipanaskan pada suhu 60 oC – 70oC. Proses ekstraksi terus
dilakukan sampai petrolium benzene yang di dalam labu itnggal sedikit. Proses ekstraksi dan
reffluks dilakukan sebanyak 23 kali penurunan cairan dari kondensor ke soklet sampai
kedalam labu. Proses ini terjadi selama 2 jam. cara destilasi.

Pada proses destilasi Petrolium benzene yang di peroleh dipekatkan pada suhu
pemanasan yang konstan yaitu 60 oC. Pada saat destilasi, zat yang menguap yaitu Petrolium
benzene karena memiliki titik didih yang rendah dari pada trimiristin. Petrolium benzene yang
dihasilkan disebut destilat sedangkan trimiristin disebut residu. Proses destilasi di hentikan
ketika warna larutan trimiristin berubah menjadi kuning

Trimiristin yang diperoleh didinginkan dan ditambahkan metanol. Proses


pencampuran dilakukan sampai terbentuknya endapan putih didalam gelas kimia. Endapan
putih yang terbentuk disaring menggunakan penyaring buncher dengan sistem vakum.
Padatan putih yang di peroleh dikeringkan terlebih dahulu dan kemudian ditimbang beratnya.
Trimiristin yang telah ditimbang beratnya ditentukan titik lelehnya.

14
Dari percobaan didapatkan berat trimiristin sebesar 2,847 gram sedangkan rendemen
yang diperoleh yaitu 14,235% .Padatan trimiristin yang di peroleh berwarna putih dengan titik
leleh yang di peroleh sebesar 53 oC – 59oC.

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Massa kristal trymiristin yang di peroleh sebesar 2,847.
2. Rendemen yang diperoleh yaitu 14,235% .
3. Titik leleh trymiristin adalah 53 oC – 59oC
4. Kristal trymiristin yang diperoleh berwarna putih susu
5. Pada saat destilasi petrolium benzene sebagai destilat sedangakan trymiristin
sebagai residu

15
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014, Isolasi Trimiristin dari Biji Pala, http:// mem321.blogspot.com


/2013/09/isolasi-trimiristin-dari-biji-pala.html
Freiser, Louis. F. 1957. Experiment in Organic Chemistry, 3nd edition, Revised,D. C. Heath
and Company : Boston.
Mapiratu, 2013, Penuntun Praktikum Kimia Bahan Alam, Universitas Tadulako, Palu.
Miller J.A., Neuzel E.F., 1980, Modern Experimental Organic Chemistry,Western
Washington University, Canada
Raphel. 1991. Kamus Kimia. Ganesha Silatama : Bandung.
Wilcox, C.F. 1995. Experimental Organic Chemistry, 2nd edition. Prentice Hall : New Jersey.

16
17

Anda mungkin juga menyukai