Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN RESMI

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID

SABUN

DISUSUN OLEH :

Putri Aulia Raehana

34190303

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2020
1.1. Landasan Teori

Sapones (sabun) senyawa garam alkali dengan lemak tinggi (atom C banyak).
Pembuatan dilakukan dengan cara penyabunan lemak padat atau minyak lemak dengan
alkali. Sabun untuk pembersih atau perawatan genital, harus diperhatikan dengan benar
karena merupakan sediaan untuk tempat yang sensitif antara lain harus higienis, PH
produk untuk vaginal 3,5 sampai 4,4 karena pada suasana yang basah akan meningkatkan
kondisi yang ideal bagi pertumbuhan bakteri komposisi produk sediaan untuk genital
hampir sama dengan sediaan shampoo namun pada sediaan genital pewangi dan pewarna
tidak terlalu berperan karena produk sediaan genital harus bisa meminimalkan iritasi.

1.2. Bahan Tambahan Dalam Sabun

1. Pelumas
Untuk menghindari rasa kering pada kulit diperlukan bahan yang tidak saja
meminyaki kulit tetapi juga berfungsi untuk membentuk sabun yang lunak,
menstabilkan Musa dan berfungsi sebagai pelumas (plasticizer), misalnya asam lemak
bebas, fatty alcohol, gliserol, lanolin, parafin lunak, cocoa butter, dan minyak almond.
2. Antioksidan dan sequestering agent
Untuk menghindari kerusakan lemak terutama bau tengik, dibutuhkan bahan
penghambat oksidasi misalnya stearit hidrazid dan butulhidroxy toluene (0,02%-
0,1%). Sequestering agent untuk mengikat logam berat yangmengkatalis oksidasi
EDTA, EHDP (ethanehidroxy-1-disphosphonate).
3. Deodorant
Digunakan sebagai pengharum. Bahan yang digunakan adalah TCC dan 2-hidroxy 2,4
,4-triclidiphenyl Ester.
4. Warna
Kebanyakan sabun toilet berwarna coklat, hijau, biru sama putih, atau krim. pewarna
diperoleh sepanjang memenuhi syarat dan peraturan yang ada, pigmen yang
dipergunakan biasanya stabil dan konsistensinya sangat kecil sekali (0,1-0,5%).
titanium dioxide 0,1% ditambahkan pada berbagai sabun untuk menimbulkan efek
berkilau titik akhir-akhir ini dibuat sabun tanpa warna dan transparan.
5. Parfum
Isi sabun tidak lengkap bila ditambahkan parfum sebagai pewangi. Pewangi ini harus
berada pada pH dan warna yang berbeda pula. Biasanya dibutuhkan wangi parfum
yang tidak sama untuk membedakan produk masing-masing.
6. Pengontrol pH
Penambahan asam lemak yang lemah, misalnya asam sitrat, dapat menurunkan PH
sabun.
7. Surfaktan
Surfaktan adalah bagian bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan
secara merata atau homogen titik surfaktan umumnya memiliki sifat menurunkan
tegangan permukaan 2 cairan. Kesanggupan ini disebabkan sifat fisikokimia yang
dualistik (abifilik), yaitu mempunyai bagian yang senang pada pelarut (cilik) dan
bagian yang tidak senang pada pelarut (fobik). Jika pelarutnya air, maka surfaktan
akan berada di batas antara air dan yang dilarutkan dan tegak lurus terhadap batas
tersebut dengan yang bersifat cilik berada di dalam air.

Pada sabun surfaktan bekerja sebagai pelarut (kotoran dan lemak), pengemulsi, dan
pembentukan busa. meskipun banyaknya busa tidak mempengaruhi daya larut dan daya
bersih sabun.

Pemilihan surfaktan untuk berbagai kepentingan dapat dilakukan dengan perhitungan


hidrophile Lipophile Balance (HLB). Harga HLB memberikan informasi tentang
keseimbangan hidrofil-lipopil yang dihasilkan dari ukuran dan kekuatan gugus lipofil dan
hidrofil titik suatu zat lipofil disusun dalam harga HLB yang lebih rendah zat hidrofil
dalam harga HLB yang lebih tinggi. Contoh : Tween 80 = polioksietilen-(20)-
sorbianooleat, harga HLB 10.
1.3. Uji Sifat Fisik Sabun

1. Organoleptik sabun
Pengecekan kenampakan atau visual bertujuan untuk mengenai kemungkinan
terdapatnya produk yang bentuk fisiknya lain dibandingkan produk standar. mungkin
dari pengukuran viskositas terlihat banyak kotoran atau warna terlalu mudah. Hal ini
ini menyebabkan produk tampak tidak seragam sehingga kualitasnya dianggap tidak
standar atau barang palsu.
2. Viskositas
Viskositas merupakan suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir
lebih tinggi viskositas akan makin besar tahanannya. cairan sederhana dapat diuraikan
dalam istilah viskositas absolut. rheologi dari suatu produk tertentu yang dapat
diuraikan dalam konsistensi dari bentuk cair ke semisolid sampai padatan dapat
mempengaruhi stabilitas fisik bahkan availabilitas biologis, jadi viskositas dapat
mempengaruhi laju absorpsi obat.
Viskositas dari sistem farmasetika dapat mempengaruhi pemilihan alat yang dapat
digunakan untuk memproses produk tersebut. Rheologi meliputi pencampuran dari
bahan pemasukan ke dalam wadah, pemindahan sebelum digunakan.
3. Pengukuran pH sabun
Permukaan kulit mempunyai keasamaan (pH tertentu yang berkisar antara 4,5 sampai
6,0 yang terbentuk oleh asam lemak permukaan kulit yang berasal dari sabun,
keringat sel tanduk yang lepas, dan kotoran yang melekat pada kulit). keasamaan
serendah itu tidak cukup untuk mempertahankan diri dari seluruh jasad renik namun
dapat dikurangi atau mengendalikan perkembangbiakannya berbagai jasad renik.
diperkirakan peningkatan kadar keasaman kulit menurunkan kebutuhan CO2 untuk
metabolisme jasad renik pada permukaan kulit.
4. Busa dan stabilitas busa
Busa adalah dispersi gas dalam cairan. busa terbentuk selama penggunaan bahan
pembersih, merupakan efek tambahan yang tidak terlalu penting tetapi sangat
diinginkan konsumen. sebab konsumen mempunyai anggapan bahwa dengan saya
melimpah akan menambah aksi atau daya membersihkan titik sebenarnya busa tidak
dapat digunakan sebagai ukuran aksi atau daya membersihkan titik misalnya
surfaktan non nonionik memberikan reaksi pembersih yang baik dengan sedikit atau
tanpa busa.
Uji tinggi busa dan stabilitas pada penelitian ini menggunakan metode Ross Miles.
Perkembangan terakhir menyebutkan alat "intermometer" digunakan untuk mengukur
volume busa, stabilitas busa, dan kecepatan pembentukan busa, terhadap air sadah,
sabun sintetik sama keringat sintetik, lanolin dan minyak mineral.
5. Uji waktu tuangkecepatan waktu suatu sediaan berkaitan dengan viskositas sediaan
itu sendiri. semakin kental sediaan maka semakin lama waktu tuang yang diperlukan.
6. Tes kestabilan
Suatu cairan dikatakan stabil apabila secara fisik dapat menahan viskositasnya warna,
kejernihan, dan bau pada seluruh shelf-life nya. semua karakteristik ini harus dapat
dievaluasi secara objektif, jika mungkin selama waktu penaksiran stabilitas.
Meskipun bukan standar absolut, penilaian stabilitas suspensi salah satunya dapat
dilakukan dengan menentukan volume sedimentasi (F). volume sedimentasi adalah
rasio dari volume sedimentasi akhir terhadap volume mula-mula dari suspensi
sebelum terjadinya pengenapan.
7. Rediapersibilitas
Redispersibilitas dan sendimernharus mudah terdispersi dengan enggijikan yang
ringan untuk terjadi sistem yang homogen merupakan syarat dari suatu suspensi
makan pengukuran mudah tidaknya terdispersi merupakan prosedur evaluasi pokok
yang umum.
F = Hu /Hi
1.4. Alat

1. Glassware
2. Timbangan
3. Cetakan sabun
4. Blender
5. Sarung tangan karet

1.5. Bahan

1. Minyak sawit
2. Minyak zaitun
3. Fragrance + pewarna
4. Minyak kelapa
5. NaOH - kalium hidroksida+air

1.6. Formula

R/ Sabun Mandi Padat

NaOH 30% 7 ml

Minyak sawit 32,5 ml

Minyak zaitun 2,5 ml

Infus bahan alam 10 ml

Asam stearat 2,5 g

EDTA 5,75 mg

Air 5 ml

Pengharum qs

Pewarna qs
1.7. Cara Kerja
1) Tuangkan NaOH 30% kedalam infus bahan alam sedikit demi sedikit (jangan
menuangkan air pada NaOH) aduk pelan-pelan, larutan akan panas dan keruh.
Larutan kemudian didinginkan sampai suhu ruangan sampai larutan jernih
2) Timbang minyak sawit, minyak zaitun, asam stearat sesuai dengan formula dan
lelehkan diatas penangas air masukkan ke dalam blender
3) Dengan hati-hati tuangkan larutan NaOH yang sudah jernih dan dingin ke dalam
minyak tadi sedikit demi sedikit
4) Tutup blender dengan cover blender yang di tutup kain
5) Puter blender dengan menggunakan kecepatan terendah, sampai terbentuk “Trace”
(mengental)
6) Buat larutan “EDTA” dalam air, tuangkan ke dalam blender
7) Tambahkan bahan pewarna dan pengharum kemudian aduk pelan-pelan
8) Tuangkan dalam cetakan yang telah di siapkan dan tutup dengan kain
9) Masukkan Fragrance ke dalam campuran di atas dan di dinginkan sampai ke dalam
suhu kamar
10) Tuang ke dalam cetakan dan diamkan 1-2 hari, sampai 3 minggu sebelum di pakai
11) Uji sifat fisik dan kimiawi : viskositas, pH, tinggi busa, stabilitas busa, angka air,
jumlah asam lemak, alka alkalinitas, ada tidaknya mineral
1.8. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, yaitu praktikan dapat membuat sabun. Menurut Standar
Nasional Indonesia (SNI) tahun 1994 sabun mandi didefinisikan sebagai senyawa
Natrium dengan asam lemak yang digunakan sebagai pembersih tubuh, berbentuk padat,
berbusa, dengan atau penambahan lain serta tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Syarat
mutu sabun mandi padat yang ditetapkan oleh SNI yaitu sabun padat memiliki kadar air
maksimal 15% jumlah alkali bebas maksimal 0,1% dan jumlah asam lemak bebas kurang
dari 2,5%. Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi, terdiri
dari dua komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C16 dan sodium atau
potasium. Sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun keras (hard soap),
sedangkan sabun yang dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (soft soap).
Sabun merupakan senyawa kimia yang dihasilkan dari reaksi lemak atau minyak degan
alkali. Sabun juga merupakan garam-garam monovalen dari asam karboksilat dengan
rumus umumnya RCOOM, R adalah rantai lurus (alifatis) panjang dengan jumlah atom C
bervariasi, yaitu antara C12-C18 dan M adalah kation dari kelompok alkali atau ion
amonium (Austin, 1984).
Kegunaan sabun ialah kemempunyaannya mengemulsi kotoran berminyak
sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat
sabun. Pertama, rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat-zat non-polar,
seperti tetesan-tetesan minyak. Kedua, ujung anion molekul sabun, yang tertarik pada air,
ditolak oleh ujunng anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak
lain. Karena tolak-menolak antara tetes-tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat
itu tidak dapat saling bergabung tetapi tetap tersuspensi (Austin, 1984).
Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut surfaktan, yakni
senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Molekul surfaktan apa saja
mengandung suatu ujung hidrofobik (satu rantai molekul atau lebih) dan suatu ujung
hidrofilik. Porsi hidrokarbon suatu molekul durfaktan harus mengandung 12 atom karbon
atau lebih agar efektif (Austin, 1984).
Pembuatan sabun padat dilakukan dengan cara melarutkan NaOH dalam air
suling. Dicampurkan minyak kelapa dan minyak sawit, dipanaskan hingga mencapai suhu
70˚C. Dimasukkan larutan NaOH ke dalam campuran minyak sedikit demi sedikit, serta
diaduk sampai homogen menggunakan hand blender dan terjadi trace (kondisi dimana
sabun sudah terbentuk dengan tanda masa sabun mengental). Trace adalah kondisi
dimana massa sabun telah terbentuk yang ditandai dengan massa sabun mengental.
Nilai pH pada sediaan sabun mandi padat merupakan hal penting, karena nilai pH
menentukan apakah sabun mandi padat layak digunakan atau tidak. Nilai pH yang sangat
tinggi atau sangat rendah dapat menambah daya absorbansi kulit sehingga
memungkinkan kulit teriritasi. pH bermanfaat sebagai pelindung dari bakteri, polusi, dan
racun. Biasanya, iritasi akan mudah terjadi pada kulit, seperti kemerahan, gatal, kulit
menjadi kering, alias kelembapan kulit menurun. Tingkat keasaman pH dihitung dari 1
sampai 14. Kategori pH asam ada di angka 1-dalam kategori basa. Tingkat keasaman
(pH) yang aman untuk sabun mandi harian yang kita gunakan ada ada di angka 4,5
sampai dengan 5,5.
Minyak sawit merupakan minyak yang sangat umum digunakan sebagai bahan
pembuatan sabun batang. Minyak sawit berfungsi untuk menghasilkan sabun yang keras
dan dapat bertahan lama saat digunakan. Minyak sawit dapat menghambat busa yang
dihasilkan oleh sabun jika digunakan terlalu banyak. Minyak zaitun merupakan minyak
yang sangat terkenal untuk perawatan kulit. Minyak zaitun memiliki beberapa jenis
seperti : extra virgin, pomace, pure, extra light. Minyak zaitun mempenetrasi kulit secara
lebih baik dari minyak cair lainnya. Tidak membuat pori-pori tersumbat dan membuat
kulit lebih kencang. Asam stearat memiliki fungsi yang hampir sama dengan asam
palmitat. Asam lemak ini juga bisa menghasilkan sabun yang lebih tahan lama saat
pemakaian. Asam stearat berfungsi untuk menambah kekerasan pada sabun mandi. Bisa
digunakan juga dengan formula kosmetik untuk menambah kekentalan pada lotion,
kekerasan pada lipstick, dsb. Alkali yang digunakan sebagai bahan pembuatan sabun
mandi biasanya NaOH dan KOH. Pada praktikum pembuatan sabun kali ini
menggunakan NaOH, NaOH digunakan sebagai bahan pembuatan sabun batang atau
padat. Sedangkan KOH digunakan sebagai bahan pembuatan sabun cair. Air berfungsi
untuk melarutkan NaOH. Pewangi untuk sabun mandi yang biasanya digunakan adalah
synthetic fragrance dan essantial oil. Pewangi biasanya ditambahkan pada saat trace.
Pewarna membuat sabun makin menarik dan merupakan salah satu yang paling
mengasyikan. Penambahan manfaat dalam sabun dapat dilakukan dengan menambahkan
bahan-bahan alam yang mengandung bahan aktif yang baik untuk kulit dan dapat
dilakukan dengan cara menginfus bahan alam tersebut ke dalam minyak yang akan
digunakan sebagai bahan pembuatan sabun yang biasanya disebut dengan infused oil.
EDTA berfungsi sebagai pengawet sabun.
Pada percobaan kemarin menggunakan infusa daun sirih sebanyak daun 10 ml
dimana pembuatan infusa daun sirih ke dalam glass beaker tambahkan air tunggu sampai
mendidih kemudian saring dengan kertas saring hingga jernih namun definisi jernih disini
tidaklah harus berwarna putih namun cukup tidak ada potongan atau simplisia dari bahan
infusa dikatakan sudah jernih, kemudian pemans listrik dengan diatas terdapat bekaer
glass yang diisi dengan diatas terdapat cawan porselin dengan diisi minyak sawit, minyak
zaitun, asam stearat ad homogen kemudian masukkan kedalam mortir aduk ad homogen
kemudian masukkan infusa yang sudah dijernihkan sedikit demi sedikit aduk hingga
terbentuk pengentalan,kemudian siapkan larutan EDTA dalam air ada homogen
kemudian tuangkan kedalam mortir yang larutan sedian yang terdapat di mortir aduk ada
homogen kemudian tuangkan ke dalam wadah kemudian lakukan uji viskositas, pH
sabun, Tinggi Busa, kemudian diamkan selama 1-2 hari sampai 3 minggu.
Viskositas pada sabun yang kita buat adalah 40,7% dengan pH 8 dimana pH 8 –
14 adalah pH termasuk dalam kategori asam, sedangkan 1- 6 kategori sedang kategori 7
adalah netral namun kategori pH untuk sabun normalnya adalah 4.5 sampai dengan 5.5
jadi sabun yang di buat kelompok kami termasuk golongan basa, busa dari sabun yang
kami buat tidaklah banyak hanya sedikit busa. Setelah 1-2 hari sediaan sedikit keras
namun tidak begitu berbentuk.
Kemudian kendala ketika pembuatannya adalah ketika praktikum kita tidak bisa
menggunakan blander di dalam laboratorium dan kita tidak mempersiapkan cetakkan
untuk sabun serta belum adanya infusa jadi kita membuat infusa teralbuh dahulu.
1.9. KESIMPULAN
Sabun merupakan senyawa kimia yang dihasilkan dari reaksi lemak atau minyak
dengan alkali. Sabun juga merupakan garam-garam monovalen dari asam karboksilat
dengan rumus umumnya RCOOM, R adalah rantai lurus panjang dengan jumlah atom C
bervariasi, yaitu antara C12-C18 dan M adalah kation dari kelompok alkali atau ion
amonium. Kegunaan sabun ialah kemempunyaanya mengemulsi kotoran berminyak
sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat
sabun. Karena tolak-menolak antara tetes-tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak
dapat saling bergabung tetapi tetap tersuspensi. Sabun termasuk dalam kelas umum
senyawa yang disebut surfaktan, yakni senyawa yang dapat menurunkan tegangan
permukaan air. Pembuatan sabun padat dilakukan dengan cara melarutkan NaOH dalam
air suling. Dicampurkan minyak kelapa dan minyak sawit, dipanaskan hingga mencapai
suhu 70˚C. Dimasukkan larutan NaOH ke dalam campuran minyak sedikit demi sedikit,
serta diaduk sampai homogen menggunakan hand blender dan terjadi trace. Nilai pH
yang sangat tinggi atau sangat rendah dapat menambah daya absorbansi kulit sehingga
memungkinkan kulit teriritasi.
Minyak sawit berfungsi untuk menghasilkan sabun yang keras dan dapat bertahan
lama saat digunakan. Minyak sawit dapat menghambat busa yang dihasilkan oleh sabun
jika digunakan terlalu banyak. Minyak zaitun mempenetrasi kulit secara lebih baik dari
minyak cair lainnya. Tidak membuat pori-pori tersumbat dan membuat kulit lebih
kencang. Asam stearat memiliki fungsi yang hampir sama dengan asam palmitat. Asam
lemak ini juga bisa menghasilkan sabun yang lebih tahan lama saat pemakaian. Asam
stearat berfungsi untuk menambah kekerasan pada sabun mandi.  NaOH digunakan
sebagai bahan pembuatan sabun batang atau padat. Pewangi untuk sabun mandi yang
biasanya digunakan adalah synthetic fragrance dan essantial oil. Pewangi biasanya
ditambahkan pada saat trace. Pewarna membuat sabun makin menarik dan merupakan
salah satu yang paling mengasyikan. EDTA berfungsi sebagai pengawet sabun.
DAFTAR PUSTAKA

Asri Widyasanti, dkk. (2019). PEMBUATAN SABUN DENGAN BAHAN BAKU MINYAK
JARAK (Castor Oil) DENGAN VARIASI KONSENTRASI INFUSED OIL THE PUTIH
(Camellia Sinensis). Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia. Vol 1, No. 01. Bandung :
Universitas Padjadjaran

Yullia Sukawaty, dkk. FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI PADAT EKSTRAK


ETANOL UMBI BAWANG TIWAI (Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.). Jurnal Formulasi
Sediaan Sabun Mandi. Samarinda : Farmasi Samarinda

https://www.scribd.com/document/406031208/Laporan-Praktikum-Fix-Sabun-Cair-Intan
Diakses pada tanggal 07 November 2020

https://www.scribd.com/document/361805953/Laporan-Resmi-Sabun-Transparan Diakses pada


tanggal 07 November 2020

https://m.merdeka.com/gaya/cara-memilih-sabun-mandi-sesuai-jenis-kulit.html#:~:text=Kategori
%20pH%20asam%20ada%20di,angka%204.5%20sampai%20dengan%205.5
https://banaransoap.com/bahan-pembuat-sabun-mandi/ Diakses pada tanggal 07 November 2020

Anda mungkin juga menyukai