Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA LEMAK

Disusun untuk memenuhi tugas :

MATA KULIAH : BIOKIMIA

Oleh :

Roma Diansyah (211030700289)

STIKES WIDYA DARMA HUSADA TANGERANG


Jl. Pajajaran No. 1 Pamulang Barat, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan Banten 15417

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Lehninge, lemak merupakan bagian dari lipid yang mengandung asam lemak
jenuh bersifat padat. Lemak merupakan senyawa organik yang terdapat dialam serta tidak
larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik, non polar, misalnya dietil eter,
kloroform, benzena, hexana, dan hidrokarbon lainnya. Lemak dapat larut dalam pelarut
tersebut karena lemak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut.
Dalam mengetahui kadar lemak yang terdapat di bahan pangan dapatdilakukan
dengan mengekstraksi lemak. Namun mengekstrak lemak secara murni sangat sulit
dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang
larut dalam lemak seperti sterol, phospolipid, asam lemak bebas, pigmen karotenoid,
khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air (pelarut anhydrous)
agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan
keaktivan  pelarut tersebut menjadi berkurang.

1.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kadar lemak dalam suatu bahan pangan.


2. Untuk membandingkan hasil analisis kadar lemak dengan yang sudah ada
sebelumnya.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Lemak


Lipid adalah sekumpulan senyawa didalam tubuh yang memiliki ciri-ciri yang
serupa dengan malam, gemuk (grease), atau minyak. Karena bersifat hidrofobik,
golongan senyawa ini dapat dipakai tubuh sebagai sarana yang bermanfaat untuk
berbagai keperluanalam butir-butir. Misalnya jenis lipid yang dikenal sebagai
trigliserida berfungsi sebagai bahan bakar yang penting. Senyawa ini sangat efisien
untuk dipakai sebagai simpanan bahan penghasil energi karena terkumpul dalam
butir-butir kecil yang hampir-hampir bebas air, membuatnya jauh lebih ringan
daripada timbunan karbohidrat setara yang sarat air. Jenis lipid yang lain lagi
merupakan bahan structual yang penting.  Kemampuan lipid jenis ini untuk saling
bergabung menyingkirkan air dan senyawa polar lain menyebabkannya dapat
membentuk membran sehingga memungkinkan adanya berbagai organisme yang
kompleks. Membran tersebut memisahkan satu sel dengan sel lain dalam jaringan,
serta memisahkan berbagai organel didalam sel menjadi ruangan-ruangan yang
memiliki ciri kimia tertentu sehingga dapat ditata dan ditata dan diatur sendiri
(Gilvery & Goldstein, 1996).
Lemak berkarakteristik sebagai biomolekul organik yang tidak larut atau
sedikit larut dalam air dan dapat diekstrasi dengan pelarut non-polar seperti
chloroform, eter, benzene, heksana, aseton, dan alkohol panas. Minyak dalam air akan
membentuk emulsi yang tidak stabil karena jika dibiarkan kedua larutan akan
memisah menjadi dua lapisan. Sebaliknya, minyak dalam soda kue akan membentuk
emulsi yang stabil karena asam lemak yang bebas dalam larutan bereaksi dengan soda
membentuk sabun.  Sabun mempunyai daya aktif permukaan sehingga tetes-tetes
minyak menjadi tersebar seluruhnya. Lemak atau minyak dapat terhidrolisis, lalu
menghasilkan asam lemak dan gliserol (Riawan, 1990).
Ketengikan adalah perubahan kimia yang menimbulkan bau dan rasa tidak
enak pada lemak Penyebabnya antara lain auto oksidasi, hidrolisis, dan kegiatan
bakteri. Pada proses hidrolisis, lemak atau minyak akan diubah menjadi asam lemak
bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis dapat megakibatkan kerusakan lemak atau
minyak karene terdapat sejumlah air di dalamnya, sehingga menimbulkan bau tengik.
Reaksi demikian dikatalis oleh asam, basa, atau enzim tertentu seperti enzim lipase
(Harper, 1980).

2.2 Metode Soxhlet


Sokletasi adalah suatu metode / proses pemisahan suatu komponen yang
terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang – ulang dengan
menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diingikan akan
terisolasi (Andarwulan, 2011).

3
Adapun prinsip sokletasi ini yaitu : penyaringan yang berulang – ulang
sehingga hasil yang di dapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila
penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya di uapkan kembali dan sisanya adalah
zat yang tersari. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap
dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak
melarutakan zat padat yang tidak diingainkan (Andarwulan, 2011).
Syarat pelarut yang digunakan dalam proses sekletasi yaitu pelarut yang
mudah menguap seperti : n-heksan, eter, petroleum eter, metil klorida dan alkohol.
Titik didih pelarut rendah dan pelarut tidak melarut kan senyawa yang diinginkan
(Andarwulan, 2011).

4
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Uji Kelarutan dan Terjadinya Emulsi


1. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan untuk uji ini yaitu minyak, kloroform, heksana, alkohol,
benzene, dan air. Alat yang digunakan untuk uji ini yaitu tabung reaksi, pipet, dan
kertas saring.

2. Prosedur Kerja
Disiapkan 5 buah tabung reaksi dan diisi masing-masing tabung dengan :
a. 2 ml kloroform,
b. 2 ml heksana,
c. 2 ml alkohol,
d. 2 ml benzene,
e. 2 ml air.
Lalu ditambahkan pada masing-masing tabung setetes minyak kelapa, dikocok dan
dibiarkan selama 3 menit. Kemudian amati apa yang terjadi dan dicatat perbedaanya.
Setelah itu diambil dari masing-masing tabung setetes larutan dan ditempatkan pada
kertas saring. Kemudian diperhatikan ada tidaknya noda setelah pelarutnya menguap.

3.2 Proses Penyabunan


1. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan untuk uji ini yaitu minyak, air, dan NaOH beralkohol.  Alat
yang digunakan untuk uji ini yaitu tabung reaksi dan penangas air.

2. Prosedur Kerja
Dimasukkan 5 tetes minyak kedalam tabung reaksi, ditambahkan 2 ml air, dipanaskan
diatas pemanas air. Kemudian ditambahkan beberapa ml NaOH beralkohol dan
setelah itu dipanaskan kembali. Jika sudah terbentuk larutan yang jernih, dikocok dan
diperhatikan busa yang terbentuk.

3.3 Metode Soxhlet


1. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan untuk uji ini yaitu kacang tanah sebanyak 5 gram dan pelarut
heksana. Alat yang digunakan yaitu separangkat alat soklet, kertas saring, oven serta
timbangan.

2. Prosedur Kerja
Labu lemak yang akan digunakan untuk menampung lemak sampel,dikeringkan
dalam oven, didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 3 gram sampel
bubuk alpukat langsung di kertas saring yang telah diketahui beratnya dan masukkan

5
kedalam soxlet kemudian dipasang alat kondensor diatas soxlet dan labu lemak
dibawahnya. Pelarut heksana dituangkan kedalam labu lemak secukupnya. Sampel
direfluks selama 5 jam sampai pelarut yang turun kembali ke labu lemak berwarna
jernih. Pelarut yang ada di dalam lemak didestilasi. Selanjutnya labu lemak yang
berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven bersuhu 105°C untuk
menguapkan sisa pelarut yang mungkin masih tertinggal. Setelah dikeringkan sampai
berat konstan dan didinginkan dalam desikator, labu beserta lemaknya ditimbang.
Dari hasil penimbangan tersebut persentase lemak dalam sampel dapat dihitung.

6
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada percobaan uji kelarutan dan terjadinya emulsi, minyak yang digunakan yaitu
minyak kelapa. Pengujian yang dilakukan pada minyak yang ditambahkan pelarut organik
yang terdiri dari khloroform, benzene, dan heksana yaitu menghasilkan penampakan yang
jernih. Sedangkan pada bahan yaitu air dan alkohol mengasilkan penampakan yang putih
keruh, hal itu dikarenakan minyak yang bersifat non polar tidak dapat menyatu dengan
larutan polar (Air dan Alkohol). Dan semua dari bahan yang sebutkan pada pelarut air  yang
menghasilkan noda setelah disaring.

Pada percobaan uji penyabunan, di gunakan minyak kelapa dan NaOH. Lemak
merupakn suatu Gliseridan dan merupakan suatu ester. Minyak yang bercampur dengan air
dan di tambah kan NaOH dan menghasilkan busa. Hal ini disebabkan karena ester bereaksi
dengan basa sehingga terjadi saponifikasi yaitu proses terbentuknya sabun dengan residu
gliserol.

Pada metode soklet di peroleh data kadar lemak yang terdapat pada kacang tanah
sebanyak 12% yaitu seberat 0,36 garam dari 3 garam  berat awal kacang tanah.  Cara kerja
soklet  : ketika pelarut didihkan, uapnya naik melewati soklet menuju ke pipa pendingin.  Air
dingin yang di aliri lewat bagian luar kondenser mengembunkan uap pelarut sehingga
kembali ke fase cair, kemudian menetes ke thimbel. Pelarut melarutkan lemak dalam timbel,
larutan sari ini terkumpul dalam thimbel dan bila volumenya telah mencukupi, sari akan
dialirkan lewat sifon menuju labu. Proses dari pengembunan hingga pengaliran di sebut
sebagai refluk. Proses ekstaksi lemak kasar di lakukan selama 5 jam. Setelah proses ekstraksi
selesai pelarut dan lemak dipisahkan melalui proses penyulingan dan pengeringan pada suhu
105o C menggunakan oven. Pelarut yang digunakan heksana, Titik didih pelarut rendah dan
pelarut tidak melarut kan senyawa yang diinginkan

7
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Lemak memiliki sifat-sifat yang khas yaitu tidak dapat larut atau sedikit larut dalam
air dan alkohol serta dapat diekstraksi dengan pelarut non polar seperti khloroform, eter,
benzene, dan heksena. Kelarutan suatu zat dapat ditentukan oleh sifat kepolaran zat dan
kelarutan zat dan pelarutnya. Penyabunan adalah peristiwa penguraian hidrolisis suatu ester
menjadi asam karboksilat dan Gliserol (Alkanol) pada ekstraksi menggunakan soklet
diperoleh kadar lemak sebanyak 12% yaitu 0,36 gram dari 3 gram berat kacang tanah

5.2 Saran

Pada saat melakukan praktikum, praktikan diharapkan untuk lebih fokus dan teliti
ketika melakukan praktikum, serta diharapkan untuk saling kerja sama antar anggota
kelompok praktikum.

8
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, Wasil. 2017. Laporan Praktikum Analisa Lemak. https://www.laporan-


praktikum.com/2017/12/laporan-praktikum-analisa-lemak.html. diunduh pada hari Selasa, 09
November 2021 jam 09.33 WIB.

Andarwulan, N., Kusnanda, F., Herawati, 2011. Analisis Pangan. Dian Rakyat : Jakarta.

Gilvery, Goldstein. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional. Edisi 3. Airlangga


University press : Surabaya
Harper, et al.1980. Biokimia(Review of Physiological Chemistry). Edisi 17. EGC : Jakarta.

Riawan. 1990. Kimia Organik. Jakarta : Bina Rupa Aksara.

Anda mungkin juga menyukai