Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASAR

ACARA III
LIPIDA
Nama :
1. Asra Yuda Kusuma (PT/08861)
2. Taufik Qurrahman (PT/08870)
3. Maratus Sholihah (PT/08885)
4. Ardha Maulana Pramudia (PT/08945)
5. Cryspinus Yones Satrio Padaka (PT/08960)
6. Ikhlasul Amal Nur Baihaqi (PT/08992)
Kelompok : XXXIV
Asisten Pendamping : Artanti Aristawati
Tanggal Praktikum : Jumat, 4 Maret 2022

Pendahuluan
Lipida adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air akan
tetapi larut dalam pelarut non polar, seperti khloroform, benzena, ether,
dan aseton. Lipida mempunyai fungsi sebagai cadangan energi, pelarut
vitamin A, D, E, K, penyusun membrane sel, dan prekusor untuk sintesis
senyawa-senyawa yang esensial seperti enzim, hormon, dan vitamin.
Berdasarkan kerangka dasar lipida dibagi menjadi 2 yaitu lipida sederhana
dan lipida kompleks. Lipida sederahana meliputi asam lemak dan gliserol,
sedangkan lipida kompleks merupakan ester asam lemak yang
mengandung gugus-gugus selain alkohol dan asam lemak, seperti
fosfolipid dan glikolipid (Mamuaja CF, 2017). Contoh dari asam lipida
sederhana adalah terpena, steroida, dan prostaglandin dan contoh dari
lipida kompleks adalah asilgliserol, fosfogliserida, sfingolipida, dan, lilin.
Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai
trigliserida atau lemak, dengan gugus fungsional utamanya adalah gugus
karboksil. Atom lemak jenuh maupun tidak jenuh terdiri atas 4 sampai 24
atom karbon, dimana setiap atom C akan berikatan dengan atom hidrogen
atau atom C lainnya yang masing-masing akan membentuk ikatan
kovalen. Berdasarkan strukturnya asam lemak dibagi menjadi dua yaitu
asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh adalah
asam lemak yang tidak mempunyai ikatan rangkap, sedangkan asam
lemak tak jenuh adalah asam lemak yang memiliki ikatan rangkap. Contoh
dari asam lemak jenuh adalah asam kaprat dan butirat, sedangkan contoh
dari asam lemak tak jenuh adalah asam oleat dan linoleat. Asam lemak
tak jenuh memiliki beberapa jenis contohnya adalah asam omega. Asam
lemak omega merupakan jenis asam lemak tak jenuh dimana
penamaannya didasarkan pada ikatan rangkap dan dihitung dari atom C
yang dekat dengan gugus methil.
Beberapa sifat lemak dan reaksinya yaitu, saponifikasi, adisi, dan
ransiditas (ketengikan). Saponifikasi (penyabunan) adalah reaksi antara
triasilgliserol dengan basa, dengan angka penyabunan adalah banyaknya
mg basa yang diperlukan untuk proses penyabunan 1 grm lemak. Adisi
adalah pengaruh dari ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak tak
jenuh yang menyebabkan terjadinya reaksi adisi seperti hidrogenasi dan
halogenasi. Selain itu, pengaruh lainnya adalah terjadinya reaksi reduksi,
oksidasi, dan isomerisasi. Dalam reaksi adisi terdapat istilah angka Yod,
angka Yod merupakan banyaknya gram Yod yang dapat diikat oleh 100
gram lemak. Ransiditas (ketengikan) adalah reaksi yang diakibatkan
karena hidrolitik dan oksidatif. Hidrolitik adalah hidrolisis lemak oleh enzim
lipase mikrobia, dimana lemak akan terhidrolisis dan melepaskan asam
lemak bebas. Oksidatif adalah reaksi oksidasi pada ikatan rangkap lemak,
dimana akan menghasilkan aldehid, keton, dan asam lemak bebas. Untuk
menghambat reaksi ransiditas dapat digunakan senyawa antioksidan
seperti hidrokenon, vitamin C, vitamin E, dan lainnya.

Tujuan
Praktikum Lipida bertujuan untuk mengetahui adanya kelalrutan
lipida pada beberapa maam pelarut, mengetahui derajat ketidak jenuhan
asam lemak, mengetahui banyaknya asam lemak bebas yang terdapat
dalam suatu lemak atau minyak, mengetahui terjadinya dehidrasi gliserol,
dan mengetahui ada tidaknya asam lemak.
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum acara lipida adalah
tabung reaksi, rak tabung, pipet ukur, pump pipet, bunsen, droplet, pipet
tetes, erlenmeyer, penjepit, vortex, dan biuret.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum acara lipida
adalah chloroform, ether, akuades, Na2CO3, empedu encer, minyak
kelapa, minyak hewan, minyak jagung, KHSO4 10 %, tepung gandum,
tepung kedelai, indikator PP, gliserol, mentega, pelarut lemak, KOH 0,1 N,
dan Hubl yod.
Metode
Uji Kelarutan dan Terjadinya Emulasi. Disiapkan 5 buah tabung
reaksi, masing-masing tabung ditambahkan dengan khloroform, ether,
akuades, Na2CO3, dan empedu encer sebanyak 2 ml. Kemudian setiap
tabung ditambahkan minyak kelapa sebanyak 3 tetes, masing-masing
tabung digojok dan diamati perubahan yang terjadi.
Uji Angka Yod. Sebanyak 12 ml khloroform di masukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian tambahkan hubis yod sebanyak 12 tetes, larutan
kemudian di homogenkan dengan vortex dan akan menghasilkan larutan
berwarna merah muda kemudian larutan yang telah homogen di bagi
menjadi 4 tabung. Tabung 1 ditambah minyak kelapa setetes demi setetes
sehingga larutan berubah warna dari merah muda menjadi bening,
Tabung 2 ditambah minyak jagung setetes demi setetes hingga warna
larutan berubah dari merah muda menjadi bening, tabung 3 ditambah
minyak hewan setetes demi setetes sehingga warna larutan berubah dari
merah muda menjadi bening, tabung 4 ditambah minyak olive setets demi
setetes hingga larutan berubah warna dari merah muda menjadi bening.
Uji Angka Asam. Disiapkan sebanyak 2 erlenmeyer, erlenmeyer 1
diisi dengan 2,5 gram margarin, erlenmeyer 2 diisi dengan 2,5 gram
minyak kelapa, masing-masing erlenmeyer ditambah 12,5 ml pelarut
lemak kemudian tambah 0,25 ml indikator pp, kemudian di vortex.
Dilakukan titrasi pada masing-masing erlenmeyer dengan KOH o,1 N
hingga berwarna merah muda, jumlah KOH 0,1 N yang dibutuhkan untuk
titrasi di catat. Dilanjutkan dengan perhitungan angka asam dengan
cacatan ml NaOH margarin 5,3 ml.
Rumus angka asam : ml titrasi x 0,1 x 56 : gram sampel =......mg/gram
Bm KOH = 56
N KOH = 0,1
Uji Akrolein. Disiapkan sebnyak 2 tabung reaksi, tabung 1 diisi
dengan 0,5 ml minyak kelapa dan tabung 2 diisi dengan o,5 ml gliserol.
Masing-masing tabung ditambahakan 1 ml KHSO4 kemudian kedua
tabung digojok dan dipanaskan dengan menggunakan bunsen, kemudian
bau yang keluar di catat.
Uji Noda Lemak. Disiapkan 2 buah tabung reaksi, tabung 1 diisi
dengan 0,5 sendok pengaduk tepung gandum, tabung 2 diisi dengan 0,5
sendok pengaduk tepung kedelai, kemudian masing-masing tabung
ditambah 2 ml ether kemudian digojok. Larutan pada masing-masing
tabung diteteskan pada droplet hingga ether menguap, kemuadian diusap
dengan kertas minyak dan noda pada kertas minyak diamati.
Hasil dan Pembahasan
Uji Kelarutan dan Terjadinya Emulsi
Uji kelarutan dan tejadinya emulsi bertujuan untuk mengetahui
adanya kelarutan lipida pada beberapa macam pelarut. Prinsip kerja yang
digunakan pada uji ini yaitu lemak akan larut pada larutan senyawa
organik yang bersifat nonpolar. Hanum (2013) menyatakan bahwa
kelarutan lipid ditentukan oleh sifat kepolaran pelarut. Apabila lipid
dilarutkan ke dalam pelarut polar maka hasilnya tidak akan larut. Hal
tersebut karena lipid memiliki sifat non polar sehingga hanya akan larut
pada pelarut nonpolar. Reagen yang digunakan pada uji ini yaitu
khloroform, ether, akuades, Na2CO3, empedu encer, dan minyak kelapa.
Khloroform, ether, dan akuades berfungsi sebagai pelarut. Na 2CO3
berfungsi sebagai pereaksi penyabunan. Empedu encer berfungsi sebagai
pengemulsi lemak. Sedangkan minyak kelapa berfungsi sebagai substrat
lipida. Hidayanto (2017) menyatakan bahwa lipid adalah molekul polar
yang hanya akan larut dalam pelarut nonpolar (khloroform, eter, metilan,
dan alkohol). Fungsi perlakuan penyamaan volume larutan serta
banyaknya tetes minyak kelapa berfungsi sebagai variable kontrol
sehingga jumlahnya disamakan agar tidak memengaruhi hasil yang
didapatkan sedangkan penggojokan berfungsi untuk meratakan campuran
antara reagen dengan minyak kelapa. Indira (2015) menyatakan bahwa
kocokan dilakukan hingga larutan tercampur rata. Hasil uji kelarutan dan
emulsi dapat diamati pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Hasil Uji Kelarutan dan Terjadinya Emulsi
No. Tabung Perlakuan Hasil

1 2 ml khloroform + 3 tetes minyak Larut


kelapa

2 2 ml ether + 3 tetes minyak kelapa Larut

3 2 ml akuades + 3 tetes minyak Tidak Larut


kelapa

4 2 ml Na2CO3 + 3 tetes minyak Terjadi Penyabunan


kelapa

5 2 ml empedu + 3 tetes minyak Terjadi Emulsi


kelapa

Berdasarkan data diatas didapatkan hasil bahwa pada tabung


pertama minyak kelapa larut dalam khloroform. Hal ini disebabkan karena
khloroform bersifat nonpolar sebagaimana minyak kelapa sehingga terjadi
kelarutan. Tabung dua minyak kelapa larut dalam ether. Hal ini
disebabkan karena ether juga bersifat nonpolar sehingga akan melarutkan
minyak kelapa. Tabung tiga minyak kelapa tidak larut dalam akuades. Hal
ini disebabkan karena akuades merupakan senyawa bersifat polar
sehingga tidak dapat melarutkan minyak kelapa yang bersifat nonpolar.
Suparno et al. (2013) menyatakan bahwa minyak dan lemak merupakan
salah satu kelompok yang termasuk golongna lipid, yaitu senyawa organik
yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organik seperti ether, klhoroform, benzene dan hidrokarbon lain.

Tabung empat terjadi penyabunan atau saponifikasi yang


disebabkan reaksi yang terjadi antara minyak kelapa dan Na 2CO3. Reaksi
saponifikasi adalah reaksi antara triagliserol dengan basa (proses
hidrolisis dengan basa). Hanum (2013) menyatakan bahwa reaksi
saponifikasi menggunakan basa kuat seperti NaOH atau KOH sehingga
menghasilkan gliserol dan garam asam lemak atau sabun. Hasil yang
didapat sesuai dengan literatur. Tabung kelima didapatkan hasil bahwa
terjadi emulsi ketika empedu direaksikan dengan minyak kelapa. Hal ini
disebabkan empedu bagian kepala bersifat hidrophobik (takut air)
sedangkan ekornya bersifat hidrofilik (larut dalam air). Bagian kepala akan
bereaksi dengan lipid sedangkan bagian ekor akan bereaksi dengan air.
Sehingga akan terjadi emulsi lemak atau penggumpalan. Hasil yang
diadapat sesuai literature.

Uji Ketidak-jenuhan
Uji angka iod. Angka yod merupakan banyaknya gram yod yang
dapat diikat oleh 100 gram lemak. Uji yod bertujuan untuk mengetahui
derajat ketidak jenuhan asam lemak. Prinsip kerja yang digunakan ada uji
ini yaitu semakin banyak minyak yang diperlukan maka minyak tersebut
semakin sedikit ikatan rangkapnya yang berarti semakin jenuh lemaknya.
Hanum(2013) menyatakan bahwa reaksi positif ketidak jenuhan asam
lemak ditandai dengan timbulnya warna merah asam lemak, lalu warna
kembali lagi ke warna awal kuning bening. Warna merah yang kembali
pudar menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai
hidrokarbon asam lemak. Reagen yang digunakan pada uji ini yaitu
khloroform, pereaksi hubl, HgCl2, minyak kelapa, minyak jagung, minyak
zaitun, dan minyak hewan. Khloroform berfungsi untuk melarutkan lemak.
Pereaksi hubl mengandung yod yang berfungsi sebagai pereaksi adisi
ikatan rangkap pada asa lemak. HgCl2 berfungsi sebagai katalisator
reaksi. Sedangkan minyak kelapa, jagung, zaitun, dan hewan berfungsi
sebagai sumber ikatan rangkap. Hidayanto (2017) menyatakan larutan
khloroform yang ditambah asam lemak dicampur dengan unsur halogen,
ia akan mengubah warna larutan unsur halogen(bromin atau iodin)
dimana kondisi terseut sangat ideal jika dijadikan indicator adanya ikatan
rangka dalam suatu larutan asam lemak. Hanum (2013) menyatakan
bahwa pada uji ketidakjenuhan, pereaksi iod huble akan mengoksidasi
asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya menjadi
berikatan tunggal. Hasil uji kelarutan dan emulsi dapat diamati pada tabel
3.2
Tabel 3.2 Hasil Uji Angka Iod
No. Perlakuan Hasil (tetes)
Tabung

1 3 ml larutan merah muda + Minyak 31


kelapa

2 3 ml larutan merah muda + Minyak 12


jagung

3 3 ml larutan merah muda + Minyak 6


zaitun

4 3 ml larutan merah muda + Minyak 52


hewan

Berdasarkan data diatas didapatkan hasil bahwa pada masing-


masing tabung dengan perlakuan minyak yang berbeda membutuhkan
jumlah tetesan yang berbeda-beda pula untuk mengubah warna dari
merah muda menjadi bening. Tabung pertama membutuhkan 31 tetes
minyak kelapa sehingga warnanya berubah menjadi bening. Tabung
kedua membutuhkan 12 tetes minyak jagung sehingga warnanya berubah
menjadi bening. Tpaabung ketiga dengan perlakuan minyak zaitun
membutuhkan paling sedikit tetesan yaitu senbanyak 6 tetes sehingga
warnanya berubah menjadi bening. Sedangkan ada tabung keempat
dengan perlakuan penambahan minyak hewan membutuhkan paling
banyak tetesan yaitu sebanyak 52 tetes sehingga warnanya berubah
menjadi bening. Hanum (2013) menyataka bahwa Warna merah muda
yang hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh
telah mereduksi pereaksi iod huble.
Hal ini menunjukkan bahwa minyak hewan memiliki kandungan
ikatan rangkap yang paling sedikit yang berarti tingkat kejenuhan
lemaknya semakin tinggi. Sedangkan minyak zaitun memiliki ikatan
rangkap paling banyak yang berarti tingkat kejenuhannya paling rendah.
Berdasarkan hasil yang didapat secara urut tingkat kejenuhan lemak dari
yang paling rendah yaitu minyak zaitun-minyak jagung-minyak kelapa-
minyak hewan. Hidayanto (2017) menyatakan bahwa asam-asam lemak
yang ada di dalam lemak hewan selalu jenuh, sedangkan asamasam
lemak di dalam minyak tumbuhan mengandung satu atau beberapa ikatan
rangkap.
Uji angka asam. Uji angka asam berfungsi untuk mengetahui
banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam suatu lemak atau
minyak. Prinsip kerja yang digunakan pada uji ini yaitu semakin banyak
KOH yang dibutuhkan semakin banyak lemak bebas maka semakin tinggi
angka asam. Khoirunnisa et al. (2019) menyatakan bahwa penentuan
asam lemak dilakukan dengan metode titrasi. Larutan dititrasi sampai
terbentuk warna merah muda dan dicatat volume nya serta dihitung kadar
angka asam. Reagen yang digunakan pada uji angka asam yaitu minyak
kelapa, margarin, eter, indicator pp, dan KOH. Minyak kelapa dan
margarin berfungsi sebagai substrat. Eter berfungsi sebagai pelarut,
indikator pp berfungsi sebagai indikator warna basa (dalam suasana basa
berwarna merah muda). Sedangkan KOH berfungsi untuk memutus ikatan
asam lemak. Hidayanto (2017) menyatakan bahwa lipid adalah molekul
polar yang hanya akan larut dalam pelarut nonpolar (khloroform, eter,
metilan, dan alkohol). Destiarti et al. (2016) menyatakan bahwa Indikator
merupakan suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan asam
maupun basa dengan adanya perubahan warna sesuai dengan
konsentrasi ion hidrogen melalui proses titrasi. Fungsi perlakuan vortex
bertujuan agar terjadi homogenasi terhadap larutan. Hasil uji angka asam
dapat diamati pada tabel 3.3
Tabel 3.3 Hasil Uji Angka Asam
No. Perlakuan Hasil Titrasi KOH Angka Asam
Tabung (ml) (mg/gram)

1 Minyak Kelapa 4,1 9,184

2 Margarin 6,7 15,008


Berdasarkan data diatas didapatkan hasil bahwa margarin
membutuhkan lebih banyak KOH untuk mencapai warna merah muda
yaitu 6,7 ml KOH dibandingkan dengan minyak kelapa yang hanya
membutuhkan 4,1 ml KOH. Perhitungan angka asam didapatkan dari
rumus angka asam sehingga didapatkan hasil pada tabung pertama yaitu
9,184 mg/gram. Sedangkan tabung dua didapatkan angka asam yaitu
15,008 mg/gram . Angka asam margarin lebih besar dibandingkan dengan
angka asam dari minyak kelapa. Hal ini disebabkan karena banyaknya
KOH yang dibutuhkan berbanding lurus dengan angka asam. Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa margarin memiliki lebih
banyak asam lemak bebas dibandingkan dengan minyak kelapa. Marlina
dan Ramdan (2017) menyatakan bahwa asam lemak bebas adalah asam
lemak yang tidak terikat sebagai trigliserilda. Angka asam yang tinggi
mengartikan bahwa asam lemak bebas dalam minyak juga tinggi sehingga
dapat disimpulkan kualitas minyak rendah (Winarno, 2004). Hasil uji yang
didapat sesuai dengan literatur.
Uji Akrolein.
Uji Akrolein bertujuan untuk mengetahui terjadinya dehidrasi
gliserol. Prinsip dari uji akrolein ini adalah ketika lemak dipanaskan
setelah ditambahkan KHSO4 yang akan menarik air, gliserol terhidrasi ke
dalam bentuk aldehid tak jenuh atau dikenal sebagai akrolein yang
memiliki bau lemak terbakar dan ditandai dengan asap berwarna putih.
(Monica, 2021) menyatakan bahwa uji akrolein adalah uji gliserol dalam
bentuk bebas atau lemak ketika didehidrasi untuk membentuk aldehida
teroksidasi. Minyak kelapa dan gliserol berfungsi sebagai substrat.
Sampel minyak kelapa & gliserol berfungsi untuk menerangkan bahwa
minyak mengalami kehilangan cairan tubuh yg akan menyebabkan
akrolein (Fitriana & Fitri, 2019). Pemanasan berfungi untuk mempercepat
reaksi. Fungsi dari pemanasan yang dilakukan untuk mempercepat proses
reaksi yang terjadi berlangsung lebih cepat (Suroso, 2013). Hasil uji
akrolein dapat diamati pada table 3.4
Hasil 3.4 Uji Akrolein
No. Tabung Perlakuan Hasil

1 0,5 ml minyak kelapa + 1 ml Bau menyengat


KHSO4

2 0,5 ml gliserol + 1 ml KHSO4 Bau lebih menyengat

Berdasarkan data dari table di atas diketahui bahwa pada tabung 1


terdapat 0,5 ml minyak kelapa yang ditambahkan 1 ml KHSO4, kemudian
dipanaskan hingga menimbulkan bau menyengat. Sedangkan untuk
tabung 2 terdapat 0,5 ml gliserol yang ditambahkan 1 ml KHSO4,
kemudian dipanaskan sehingga menimbulkan bau yang lebih menyengat
dibandingkan tabung 1. Bau ketengikan yang muncul pada tabung 2
disebabkan gliserol ketika ditambahkan KHSO4 dan dipanaskan akan
terhidrolisis menjadi acrolein yang menimbulkan bau tengik yang lebih
menyengat. Minyak kelapa yang ditambahkan KHSO4 kemudian
dipanaskan terlebih dahulu menjadi gliserol dan kemudian baru menjadi
asam lemak, ini lah yang membuat tabung 1 menghasilkan bau yang tidak
terlalu menyengat jika dibandingkan dengan tabung 2.
Ratnayani et al., (2015) menyatakan bahwa peristiwa ketengikan
dapat disebabkan karena adanya proses dari oksidasi dan hidrolisa pada
lemak, secara enzimatik maupun non enzimatik. Ketengikan oksidatif
terjadi karena lemak teroksidasi dan membentuk peroksida, yang dapat
dipecah menjadi aldehida, keton dan asam lemak. Adanya aldehid dan
keton menyebabkan ketengikan. Ketengikan selama hidrolisis disebabkan
oleh penyimpanan yang terlalu lama dan metode penyimpanan yang tidak
tepat, yang menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme tertentu yang dapat
menghasilkan enzim lipase. Gliserin memiliki bau akrolein yang kuat
karena senyawa gliserol mengalami dehidrasi membentuk akrolein.
Sedangkan pada minyak kelapa menghasilkan bau akrolein. Hasil dari
percobaan yang dilakukan sudah sesuai dengan literatur.
Uji Noda Lemak
Tujuan dari dilakukannya uji noda lemak adalah untuk mengetahui
adanya lemak pada tepung kedelai dan tepung gandum. (Sumarlin, 2006)
menyatakan bahwa lemak atau minyak dapat membuat noda translucent
dan membuat kertas tulis yang tidak tembus cahaya menjadi tembus
pandang. Noda akan semakin melebar setelah disiram air dan
dikeringkan. Fungsi dari tepung kedelai dan tepung gandum yaitu sebagai
sampel yang digunakan untuk mengetahui kandungan lemak. Kadar
lemak dari tepung kedelai lebih tinggi dibandingkan tepung gandum.
(sumardjo, 2008) menyatakan bahwa beberapa fungsi dari perlakuan-
perlakuan dalam praktikum seperti penambahan ether yang memiliki
fungsi sebagai pelarut lemak, karna ether bersifat non polar dan dapat
melarutkan lemak. Penggojokan dilakukan agar tepung dan ether jadi
homogen. Peletakan di atas droplet bertujuan untuk membiarkan ether
menguap. Pengusapan dengan kertas minyak dilakukan untuk melihat
keberadaan noda lemak. Berdasarkan praktikum yang dilakukan terdapat
hasil pada table.3.5
Tabel 3.5 Hasil Noda lemak
No. Tabung Perlakuan Hasil

1 Tepung gandum 3,5

2 Tepung kedelai 8,7

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diketahui kalau tidak


terdapat noda lemak pada kertas minyak yang diusapkan pada tepung
gandum, namun terdapat noda lemak pada kertas minyak yang
digunakan untuk mengusap tepung kedelai. (Martawijaya et al.,2004)
menyatakan bahwa tepung yang paling baik untuk pakan ternak yaitu
white pollard yang memiliki kandungan protein 11,99%; lemak 1,48%;
karbohidrat 64,75%; abu 0,64%; serat kasar 3,75%; dan air 17,35%.
Kandungan gizi tepung kedelai terdiri dari protein 39,6%; lemak 14,3%;
karbohidrat 29,5%; abu 5,4%; serat 2,8%; dan air 8,4%. Berdasarkan
perbandingan antara hasil percobaan uji noda lemak dengan literatur
sudah sesuai.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh
kesimpulan bahwa lipida hanya dapat larut dalam larutan senyawa
nonpolar seperti khloroform dan ether, terjadi penyabunan jika
ditambahkan basa kuat, serta dapat diemulsi oleh empedu. Derajat
ketidakjenuhan asam lemak dari yang paling tinggi hingga yang
terendah adalah minyak zaitun, minyak jagung, minyak kelapa, dan
minyak hewan. Gliserol memiliki bau yang lebih tengik dibandingkan
minyak kelapa. Tepung kedelai memiliki noda lemak yang lebih banyak
dibandingkan tepung gandum.
DAFTAR PUSTAKA

Destiarti.L., F. Apriani, dan N. Indiawati. 2016. Ekstrak methanol buah


lakum (Cayratia trifolia (L.) Domin) sebagai indikator alami pada
titrasi basa kuat asam kuat. JKK.5(4): 74-78.

Fitriana, Y. A. N. & Fitri, A. S., 2019. Uji Lipid pada minyak kelapa,

margarin, dan gliserol. Jurnal Sainteks, 16(1), : 19-23.

Hanum. G.R. 2017. Biokimia Dasar. UMSIDA Press. Jawa Timur.

Hidayanto. A.P.2017. Biokimia. Universitas Esa Unggulan. Jakarta

Husna, A., Fauziah, D., Azizah, Y. N., Choirul, A., & Pujiyanti, R. 2013.

Departemen Biokimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan

Alam Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Indira. C. 2015. Pemuatan Indikator Asam Basa Karamunting.


Kaunia.11 (1): 1-10.

Khoirunnisa. Z., A. S. Wardana, dan R. Rauf. 2019. Angka asam dan

peroksida minyak jelantah dari penggorengan lele secara berulang.

Jurnal Kesehatan.12(2): 81-90.

Mamuaja.C.F. 2017. Lipida. Unsrat Press. Manado

Marlina. L, dan I. Ramdan. 2017. Identifikasi kadar asam lemak bebas


pada

berbagai minyak goreng nabati. TEDC.11(1):53-59.

Martawijaya, E.I., E. Martanto., dan N. Tinaprilla. 2004. Panduan Beternak

Itik Petelur Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Tangerang.

Monika, A., 2021. Uji Akrolein, Banda Aceh: Syiah Kuala University.

Ratnayani, K., Laksmiwati, A. M., & ALAM, F. M. D. I. P. 2015. Penuntun

Praktikum Biokimia Jurusan Farmasi. Universitas Udayana.


Denpasar.

Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa

Kedokteran Program Strata I Fakultas Bioeksakta. EGC. Jakarta

Sumarlin, L.O. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. UMMI Press.

Sukabumi.

Suparno.O., I.K. Kartika, dan Muslich. 2013. Sains dan Teknologi Proses

Produks Minyak/Lemak Edisi Pertama. IPB Press. Bogor.

Winarno. F.G. (2004). Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.
LAMPIRAN

DATA HASIL PRAKTIKUM


BIOKIMIA DASAR ACARA III.
LIPIDA

Uji Kelarutan dan Terjadinya Emulsi

Perlakuan Hasil

Khloroform Larut

Ether Larut

Akuades Tidak larut

Na2CO3 Terjadi penyabunan

Empedu encer Terjadi emulsi

Uji Angka Iod

Perlakuan Hasil (Tetes)

Minyak Kelapa 31

Minyak Jagung 12

Minyak Zaitun 6

Minyak Hewan 52

Uji Angka Asam


Perlakuan Hasil Titrasi KOH
(ml)

Minyak Kelapa 4,1

Margarin 6,7

Uji Akrolein (Ketengikan)

Perlakuan Hasil (Tetes)

Minyak Kelapa Bau menyengat

Gliserol Bau lebih menyengat

Uji Noda Lemak

Perlakuan Hasil (%)

Tepung Gandum 3,5

Tepung Kedelai 8,7

Perhitungan Uji Angka Asam

ml titrasi x 0,1 x 56
=… mg /gram
gram sampel

4,1 x 0,1 x 56
=9,184 mg/gram
2,5

6,7 x 0,1 x 56
=15,008 mg/ gram.
2,5

Anda mungkin juga menyukai