Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASAR

ACARA VII
DARAH
1. Asra Yuda Kusuma : PT/08861
2. Taufik Qurrahman : PT/08870
3. Maratus Sholihah : PT/08885
4. Ardha Maulana Pramudia : PT/08945
5. Cryspinus Yones Satrio Padaka : PT/08960
6. Ikhlasul Amal Nur Baihaqi : PT/08992
Kelompok : XXXIV
Asisten Pendamping : Artanti Aristawati
Tanggal Praktikum : Senin, 14 Maret 2022

Pendahuluan
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup
(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan
oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan
kimia hasil metabolisme, dan juga berfungsi sebagai pertahanan tubuh
manusia terhadap virus atau bakteri (Castaka et al., 2017). Darah
berfungsi untuk mengedarkan oksigen, karbondioksida, nutrient, sisa
metabolisme, senyawa hasil metabolisme (metabolit), dan hormone.
Darah juga berperan untuk menyeimbangkan elektrolit dan pH (sifat
homeostasis darah). Tilman et al. (1998) menyatakan bahwa darah juga
menyediakan sarana dari hasil sisa metabolisme tubuh.
Darah terdiri dari dua bagian yaitu sel darah dan plasma darah. Sel
darah terdiri dari tiga jenis yaitu sel darah merah (eutrosit), sel darah putih
(leukosit), dan keeping darah (trombosit). Sel darah merah berfungsi untuk
mengikat oksigen dan mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh, sedangkan
sel darah putih berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, dan kepingan
darah berfungsi dalam proses pembekuan darah. Plasma darah
merupakan komponen cairan yang mengandung berbagai nutrisi maupun
substansi penting lainnya yang diperlukan oleh tubuh manusia, antara lain
protein, albumin, globulin, faktor-faktor pembekuan darah, dan berbagai
macam elektrolit natrium (Na+), kalim (K+), klorida (Cl-), magnesium (Mg2+),
hormone dan sebagainya (Firani, 2018). Volume darah dalam tubuh kira-
kira 4,5liter yang terdiri dari 55% plasma darah dan 45% sel darah. Darah
memiliki tekanan osmotik sebesar 28mmHg dan pH sebesar 7 sampai 7,8.
Isnaeni, (2006) menyatakan bahwa di dalam plasma juga terdapat gas
telarut (O2, CO2, N2), sisa produk jaringan (urea, asam urat, dan kreatinin),
antibodi, antitoksin, hormone dan enzim.
Mekanisme pembekuan darah ialah trombosit akan mengalami
penggumpalan (aglutinasi) karena adanya jaringan yang mengalami
kerusakan atau cedera. Trombosit yang mengalami penggumpalan
disebut tromboplastin yang kemudian bereaksi dengan konvertin. Ion Ca
mengubah protrombin menjadi trombin kemudian trombin bereaksi
dengan ion Ca yang menyebabkan accelerator globulin plasma dari inaktif
menjadi accelerator serum aktif. Protrombin yang berubah menjadi
trombin akan mengaktifkan fibrinogen dan kemudian fibrinogen berubah
menjadi benag-benang halus yang disebut fibrin. Mekanisme pembekuan
darah berlangsung secara bertahap sedemikian rupa sehingga salah satu
faktor koagulasi diubah menjadi aktif diakhiri dengan pembentukan fibrin
(bekuan). Faktor koagulasi atau faktor faktor pembekuan darah adalah
protein yang terdapat dalam darah (plasma) yang berfungsi dalam proses
koagulasi (Desmawati, 2013).

Tujuan Praktikum
Praktikum acara Darah bertujuan untuk mengetahui globulin dan
albumin dalam serum darah serta karakteristiknya. Tujuanya juga untuk 
mengetahui adanya senyawa kholrida, fosfat, kasium. Tujuan lainya untuk
mengetahui glukosa, dan pigmen darah di dalam darah.
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum acara darah adalah
tabung reaksi, pipet ukur, bunsen, corong, penjepit, pipet tetes, dan kertas
saring.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum acara darah
adalah serum darah, (NH4)2SO4 jenuh, asam asetat 2%, HNO3 pekat,
NH4OH, gliserol, CuSO4, benzidin, aquadest, amonium sulfat, klorofenol
red, AgNO3, kalium oksalat, Na2CO3, darah, dan H2O2.

Metode
Penggumpalan
Pengendapan Globulin. Pengendapan globulin membutuhkan 1
buah tabung yang diisi dengan 3 ml serum dan ditambahkan dengan 3 ml
larutan (NH4) 2SO4 jenuh lalu digojok, kemudian endapan dipisahkan
dengan penyaring. Fitrat disimpan untuk uji pengendapan albumin dan
ditambhakan 3-5 tetes air lalu digojok.
Pengendapan (Albumin)
Fitrat dari endapan globulin ditambah dengan amonium padat
kemudian digojok lalu disaring dan hasil endapan dari pengendapan
globulin dan pengendapan albumin akan dipindahkan kedalam tabung dan
ditambahkan air dan akan didapatkan perbedaan dari kedua tabung
tersebut.
Globulin akan mengendap pada garam setengah jenuh (amonium
Sulfat) globulin dapat mengendap karena terjadinya proses koagulasi,
endapan (globulin) dilarutkan dalam air maka sedikit yang larut karena
sifat globulin sedikit atau tidak larut dalam air.
Albumin dari fitrat pertama masih tersisa albumin, albumin akan
mengendap pada garam jenuh (amonium sulfat padat). Albumin dapat
mengendap karena proses koagulasi endapan (albumin) dilarutkan dala
air maka akan larut seluruhnya karena sifat albumin larut dalam air.
Zat-zat Bukan Protein Dalam Serum
Deproteinasi serum darah
Dapat dilakukan dengan deproteinasi serum darah yaitu 5 ml serum
darah ditambahkan dengan 10 ml akuades, kemudian dididihkan lalu
ditambah setetes demi setetes larutan asam asetat 2% yang ditambahkan
pada saat pendidihan. Kemudian larutan disaring dan ditambahkan fitrat
dengan indikator kloroform merah, lalu diasamkan hingga pH 5,4 atau
warna indikator cepat hilang kemudian dididihkan lalu disaring dan di bagi
menjadi 4 untuk uji yang selanjutnya.
Uji Klorida
Fitrat yang disediakan tadi ditambahkan dengan HNO3 pekat
kemudian ditambah dengan beberapa tetes larutan AgNO3 lalu amati
endapannya, endapan akan larut lagi bila dituangkan NH4O4 kedalamnya.
Uji Fosfat
Fitrat yang sama diberikan beberapa tetes amonium molibdat dan
ditambahkan dengan 1 tetes HNO3 pekat, kemudian dilakukan
pemanasan dan amati hasil yang diperoleh.
Uji Kalsium
Fitrat yang sama ditambahkan beberapa tetes larutan kalium
oksalat kemudian diamati perubahan yang terjadi.
Uji Glukosa
Sebanyak 2 ml fitrat yang sama ditambahkan 2tetes gluserol
kemudian ditambahkan sedikit bubuk Na2CO4 bebas air lalu ditambahkan
2 tetes larutan Cu2SO4 2,5%, kemudian larutan dididihkan selama
beberapa menit dan amati perubahannya dari warna ungu menjadi coklat.
Pingmen Darah
Uji Benzidin
1 tetes darah diencerkan dengan 10 ml air dan di gojok kemudian
diambil 1 ml dan ditambahkan dengan 1,5 larutan benzidin setelah itu
ditambahkan dengan 0,5 ml H2O2 3%, dan amati perubahan yang terjadi.
Hasil dan Pembahasan
Pengendapan
Pengendapan Globulin. Pada percobaan kali ini bertujuan untuk
mengetahui adanya globulin dalam serum darah dan karakteristiknya. .
Prinsip kerja dari pengendapan globulin adalah globulin akan larut dalam
air, larut dalam larutan garam encer, dan mengendap dengan ammonium
sulfat setengah jenuh. Hasil yang diperoleh pada percobaan ini ketika
tabung diisi plasma darah dan larutan (NH4)2SO4 diperoleh sedikit
endapan. Endapan yang diperoleh setelah disaring ditambah dengan air
ternyata larut. Menurut Bastiansyah (2012) Menyatakan bahwa larutnya
endapan ketika ditambah dengan air menunjukkan bahwa di dalam serum
terdapat globulin, sebab sifat globulin adalah larut larut dalam air
menandakan adanya globulin karena sifat globulin yang larut dalam air,
larut dalam larutan garam encer, dan mengendap dengan ammonium
sulfat ½ jenuh. Fungsi pemberian (NH4)2SO4 adalah untuk
mendenaturasi protein atau untuk mengurangi daya larut globulin,
sehingga globulin terpisah sebagai endapan. Terbentuknya endapan
dapat dilakukan dengan cara penambahan asam, ion logam, dan
pemanasan. Pengendapan terjadi karena ion garam ammonium sulfat
menarik molekul air dan albumin menjauh dari globulin disebabkan ion
garam ammonium sulfat memiliki muatan berat jenih yang lebih besar
dibanding protein. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh
sesuai dengan literatur bahwa globulin larut dalam air, larutan garam
encer, dan mengendap dengan ammonium sulfat ½ jenuh.
Berdasarkan percobaan ini, protein albumin tidak ikut mengendap
karena protein albumin mengendap pada larutan yang bersifat jenuh
sehingga filtrat yang disaring endapannya masih mengandung protein
albumin dan dapat digunakan pada percobaan pengendapan albumin.
Endapan globulin yang telah disaring tadi ditambahkan aquades maka
endapan protein globulin tersebut tidak larut (ditandai dengan laruran
keruh) karena protein globulin sedikit atau tidak larut dalam air sehingga
dalam larutan tersebut masih mengandung protein gobulin.
Pengendapan Albumin
Uji pengendapan albumin bertujuan untuk mengetahui adanya
albumin dalam serum darah dan karakteristiknya. Penambahan
(NH4)2SO4 padat berfungsi untuk mengikat air pada protein yang bersifat
higroskopis dan fungsi dari penambahan air yaitu untuk melarutkan
endapan albumin. Putri et al. (2013) menyatakan bahwa penambahan
(NH4)2SO4 berfungsi untuk membantu pengendapan. Uji pengendapan
albumin dilakukan dengan filtrat dari uji pengendapan globulin ditambah
dengan ammonium sulfat padat berlebih, lalu digojog dengan tujuan agar
larutan homogen. Larutan disaring dengan tujuan memisahkan endapan
dan filtrat lalu endapannya dipindahkan ke dalam tabung dan ditambah
air, lalu digojog Kembali.
Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa tabung yang berisi filtrat
(F1) dari uji globulin terdapat endapan yang dapat larut dalam air. Sifat
albumin yaitu tidak larut dalam amonium sulfat jenuh, larut dalam air,
garam encer, dan setengah jenuh. Bila endapan dalam air dapat
disimpulkan di dalam serum darah terdapat protein albumin. Sumardjo
(2009) menyatakan bahwa albumin adalah sekelompok protein yang larut
dalam air dan garam encer. Hasil praktikum telah sesuai dengan literatur.
Deproteinasi serum darah
Deproteinasi serum darah bertujuan untuk menghilangkan protein
dari suatu sampel. Tahap deproteinasi adalah proses penghilangan
protein yang terdapat pada limbah udang (Harjanti, 2014). Prinsip kerja
yang digunakan pada uji ini yaitu larutan yang mengandung darah yang
kemudian dipanaskan dan diberi tambahan asam asetat akan mengendap
kemudian filtrat akan berwarna merah apabila diberi penambahan
indicator klorofenol merah kemudian akan berwarna kuning apabila pH
telah mencapai 5,4. Masindi dan Herdyastuti (2017) menyatakan bahwa
deproteinasi menggunakan pereaksi kimia menyebabkan pemutusan
secara acak pada gugus asetil kitin sehingga menghasilkan derajat
deasetilasi yang tinggi, namun pemutusan protein tidak berjalan maksimal.
Reagen yang digunakan yaitu asam asetat yang berfungsi untuk
menggumpalkan protein dalam darah hingga mencapai titik isoelektrik dan
klorofenol merah sebagai indikator warna merah dengan trayek pH
kuning-merah yaitu 4,8-6,4. Destiarti et al. (2016) menyatakan bahwa
Indikator merupakan suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi
dengan asam maupun basa dengan adanya perubahan warna sesuai
dengan konsentrasi ion hidrogen melalui proses titrasi. Saraswati (2018)
menyatakan bahwa alkaloid reagensia merupakan reagen yang dipakai
untuk mengendapkan protein seperti asam pikrat, asam gallat, asam
suifolisilat, asam fosfowolframat, asam fosfomolibdat dan lain-lain. Fungsi
perlakuan pemanasan berfungsi untuk mendenaturasi protein dalam
darah.
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh diketahui bahwa pada
tabung terdapat endapan dan hasil filtrat yang diperoleh digunakan pada
uji selanjutnya. Uji denaturasi protein dilakukan dengan melarutkan darah
dalam air yang kemudian dipanaskan agar protein yang terkandung dalam
darah terdenaturasi atau hilang. Kemudian 2% asam asetat ditambahkan
ketika proses pendidihan. Hal ini dilakukan agar reaksi yang terjadi
menjadi optimal sehingga terbentuk endapan. Penambahan asam asetat
hingga mencapai titik isoelektrik mengakibatkan kelarutan protein
menurun dan mencapai titik terendah sehingga protein menggumpal dan
mengendap. Poedjiadi, (2009) mengatakan bahwa protein adalah
senyawa yang akan mengalami denaturasi dalam keadaan asam
dan menggumpal apabila dipanaskan. Endapan yang terbentuk disaring
sehingga terpisah dari larutannya. Larutan tersebut ditambahkan dengan
indikator khlororfenol merah yang mengakibatkan larutan berubah menjadi
warna merah. Hal ini menunjukkan bahwa larutan berada pada trayek pH
6,4. Kemudian larutan tersebut diasamkan hingga menunjukkan pH 5,4
yang ditandai dengan berubahnya warna larutan dari merah menjadi
kuning. Bastiansya (2008) menyatakan bahwa konformasi molekul protein
dapat berubah karena pengaruh suhu, pH atau karena terjadinya suatu
reaksi dengan senyawa lain atau ion-ion logam dan peristiwa ini sering
disebut deproteinasi. Larutan yang sudah berwarna kuning dipanaskan
kembali dan endapan yang terbentuk disaring kembali. Berdasarkan hasil
praktikum yang diperoleh diketahui bahwa pada tabung terdapat endapan
dan menghasilkan filtrat yang digunakan pada uji selanjutnya. Hasil yang
didapat sesuai dengan literature.
Uji Khlorida
Uji khlorida bertujuan untuk mengetahui adanya senyawa khlorida
dalam darah. Prinsip kerja yang digunkan pada uji ini yaitu Cl dalam darah
akan bereaksi dengan AgNO3 yang mengkibatkan terjadinya endapan.
Utary (2016) menyatakan bahwa perak Nitrat (AgNO3) berlebihan
ditambahkan ke sempel yang mengandung ion klorida atau bromide akan
menghasilkan endapan AgCl dengan persamaan sebagai berikut:
AgNO3 berlebih + Clˉ AgCl + NO3ˉ (Utary,2016).
Reagen yang digunakan pada uji ini yaitu HNO 3 pekat yang
berfungsi untuk mencegah terjadinya pengendapan perak fosfat dan
menguraikan NaCl, AgNO3 berfungsi untuk menghasilkan Ag+ untuk
bereaksi dengan Cl dan NH 4OH berfungsi untuk melarutkan endapan
AgCl. Asam nitrat dikombinasikan dengan HCl sebagai campuran asam
untuk mendestruksi, dimana HCl bertindak sebagai oksidator. Sehingga
dapat mengubah logam menjadi senyawa logam klorida dan selanjutnya
diubah menjadi kompleks anion yang stabil (Rusnawati et al., 2018).
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh diketahui bahwa pada
tabung terdapat endapan yang kemudian akan larut kembali setelah
penambahan NH4OH. Hal tersebut menunjukkan bahwa darah
mengandung khlorida. Abdul et al. (2016) menyatakan bahwa klorida
merupakan salah satu dari elektrolit dalam tubuh dan anion utama dalam
cairan ektrasel serta klorida punya salah satu peran yaitu dalam
pengaturan volume darah Reakasi dimulai dengan penambahan HNO 3
dan AgNO3 pada filtrat. HNO3 akan menguraikan NaCl yang terdapat
dalam filtrat menjadi Na+ dan Cl- dan AgNO3 terurai menjadi Ag+ dan NO3-.
Ag+ akan berikatan dengan Cl - membentuk endapan AgCl. Selain
menguraikan senyawa tersebut HNO3 juga berfungsi untuk mencegah
endapan perak fosfat(Ag3 PO4) pada reaksi tersebut. Endapan yang sudah
terbentuk diberi penambahan NH4OH sehingga endapan AgCl kembali

larut. Endapan tersebut akan kembali larut disebabkan ion Cl lebih


memilih berikatan dengan NH 4 karena NH4 lebih reaktif (lebih kiri)
dibandingkan dengan Ag. Penggunakan senyawa kompleks dalam
analisis kualitatif adalah proses kelarutan garam AgCl dalam NH 4OH yang
merupakan larutan NH3 dalam air dimana ion Ag+ mampu membentuk ion
kompleks dengan amoniak, sehingga endapan AgCl harus melarut untuk
menjaga nilai Ksp yang konstan (Sulistryarti, 2017). Hasil yang didapat
sesuai dengan literature.
Uji Fosfat
Uji fofsat bertujuan untuk mengetahui adanya senyawa fosfat
dalam darah. Prinsip kerja pada uji ini yaitu filtrat yang ditambahkan
dengan HNO3 dan ammonium molibdat mementuk endapan ammonium
fosfomolibdat berwarna kuning. Ganong (2003) mengatakan bahwa
endapan kuning yang terbentuk pada larutan merupakan endapan
ammonium fosfomolibdat yang diperoleh dari reaksi ammonium molibdat
dan fosfat dalam filtrat. Reagen yang digunkan pada uji ini berupa kalium
oksalat yang berfungsi sebagai senyawa yang bereaksi dengan fosfat.
HNO3 pekat berfungsi untuk melepaskan fosfor dalam darah sehingga
dapat berikatan dengan kalium oksalat. Winarno (1997) menyatakan
bahwa oksalat di dalam tubuh dapat mengikat kalsium dan mengakibatkan
kerja elektrik jantung, otot-otot, syaraf dan juga dapat menghambat
penyerapan zat besi. Pelarut-pelarut yang dapat di gunakan untuk
destruksi antara lain asam nitrat, asam sulfat, asam perklorat dan asam
klorida, dari beberapa macam asam tersebut dapat digunakan secara
tunggal maupun campuran (Asmorowati et al., 2020). Fungsi perlakuan
pemanasan pada uji ini yatu untuk mempercepat reaksi sehingga
terbentuk endapan. Putra dan Sugiarso (2016) menyatakan bahwa
pemanasan selama 30 menit bertujuan untuk mempercepat reaksi antara
MnO4 - dengan zat pengotor organik yang terdapat dalam pelarut
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh diketahui bahwa pada
tabung tidak terdapat endapan. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam
darah tidak terdapat kandungan fosfat. Wirosaputro dan Sumarlini (2018)
menyatakan bahwa dalam 100 ml darah mengandung 30-40 mg fosfat.
Hasil yang didapat tidak sesuai dengan literatur. Hal ini dapat disebabkan
beberapa faktor diantarnya karena reagen yang digunakan sudah terlalu
lama sehingga tidak efektif lagi, atau karena kurang atau kelebihan jumlah
tetesan HNO3 atau dapat juga disebabkan kurangnya waktu pemanaan.
Pengendapan sangat umum dilakukan pada suhu tinggi, dengan alasan
bahwa garam dari asam lemah seperti kalsiumoksalat (CaC2O4) dan
seng sulfida (ZnS) lebih baik bila diendapkan dalam suasana asam lemah
daripada suasana basa. Kelebihan pengendap yang banyak tidak
diinginkan, bukan saja karena pemborosan pereaksi tetapi juga karena
endapan dapat cenderung melarut kembali dalam kelebihan pereaksi
yang banyak membentuk ion rangkai (kompleks) (Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Industri, 2017 ).
Deproteinasi serum darah
Deproteinasi serum darah bertujuan untuk menghilangkan protein
dari suatu sampel. Tahap deproteinasi adalah proses penghilangan
protein yang terdapat pada limbah udang (Harjanti, 2014). Prinsip kerja
yang digunakan pada uji ini yaitu larutan yang mengandung darah yang
kemudian dipanaskan dan diberi tambahan asam asetat akan mengendap
kemudian filtrat akan berwarna merah apabila diberi penambahan
indicator klorofenol merah kemudian akan berwarna kuning apabila pH
telah mencapai 5,4. Masindi dan Herdyastuti (2017) menyatakan bahwa
deproteinasi menggunakan pereaksi kimia menyebabkan pemutusan
secara acak pada gugus asetil kitin sehingga menghasilkan derajat
deasetilasi yang tinggi, namun pemutusan protein tidak berjalan maksimal.
Reagen yang digunakan yaitu asam asetat yang berfungsi untuk
menggumpalkan protein dalam darah hingga mencapai titik isoelektrik dan
klorofenol merah sebagai indikator warna merah dengan trayek pH
kuning-merah yaitu 4,8-6,4. Destiarti et al. (2016) menyatakan bahwa
Indikator merupakan suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi
dengan asam maupun basa dengan adanya perubahan warna sesuai
dengan konsentrasi ion hidrogen melalui proses titrasi. Saraswati (2018)
menyatakan bahwa alkaloid reagensia merupakan reagen yang dipakai
untuk mengendapkan protein seperti asam pikrat, asam gallat, asam
suifolisilat, asam fosfowolframat, asam fosfomolibdat dan lain-lain. Fungsi
perlakuan pemanasan berfungsi untuk mendenaturasi protein dalam
darah.
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh diketahui bahwa pada
tabung terdapat endapan dan hasil filtrat yang diperoleh digunakan pada
uji selanjutnya. Uji denaturasi protein dilakukan dengan melarutkan darah
dalam air yang kemudian dipanaskan agar protein yang terkandung dalam
darah terdenaturasi atau hilang. Kemudian 2% asam asetat ditambahkan
ketika proses pendidihan. Hal ini dilakukan agar reaksi yang terjadi
menjadi optimal sehingga terbentuk endapan. Penambahan asam asetat
hingga mencapai titik isoelektrik mengakibatkan kelarutan protein
menurun dan mencapai titik terendah sehingga protein menggumpal dan
mengendap. Poedjiadi, (2009) mengatakan bahwa protein adalah
senyawa yang akan mengalami denaturasi dalam keadaan asam
dan menggumpal apabila dipanaskan. Endapan yang terbentuk disaring
sehingga terpisah dari larutannya. Larutan tersebut ditambahkan dengan
indikator khlororfenol merah yang mengakibatkan larutan berubah menjadi
warna merah. Hal ini menunjukkan bahwa larutan berada pada trayek pH
6,4. Kemudian larutan tersebut diasamkan hingga menunjukkan pH 5,4
yang ditandai dengan berubahnya warna larutan dari merah menjadi
kuning. Bastiansya (2008) menyatakan bahwa konformasi molekul protein
dapat berubah karena pengaruh suhu, pH atau karena terjadinya suatu
reaksi dengan senyawa lain atau ion-ion logam dan peristiwa ini sering
disebut deproteinasi. Larutan yang sudah berwarna kuning dipanaskan
kembali dan endapan yang terbentuk disaring kembali. Berdasarkan hasil
praktikum yang diperoleh diketahui bahwa pada tabung terdapat endapan
dan menghasilkan filtrat yang digunakan pada uji selanjutnya. Hasil yang
didapat sesuai dengan literature.
Uji Khlorida
Uji khlorida bertujuan untuk mengetahui adanya senyawa khlorida
dalam darah. Prinsip kerja yang digunkan pada uji ini yaitu Cl dalam darah
akan bereaksi dengan AgNO3 yang mengkibatkan terjadinya endapan.
Utary (2016) menyatakan bahwa perak Nitrat (AgNO3) berlebihan
ditambahkan ke sempel yang mengandung ion klorida atau bromide akan
menghasilkan endapan AgCl dengan persamaan sebagai berikut:
AgNO3 berlebih + Clˉ AgCl + NO3ˉ
Reagen yang digunakan pada uji ini yaitu HNO 3 pekat yang
berfungsi untuk mencegah terjadinya pengendapan perak fosfat dan
menguraikan NaCl, AgNO3 berfungsi untuk menghasilkan Ag+ untuk
bereaksi dengan Cl dan NH 4OH berfungsi untuk melarutkan endapan
AgCl. Asam nitrat dikombinasikan dengan HCl sebagai campuran asam
untuk mendestruksi, dimana HCl bertindak sebagai oksidator. Sehingga
dapat mengubah logam menjadi senyawa logam klorida dan selanjutnya
diubah menjadi kompleks anion yang stabil (Rusnawati et al., 2018).
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh diketahui bahwa pada
tabung terdapat endapan yang kemudian akan larut kembali setelah
penambahan NH4OH. Hal tersebut menunjukkan bahwa darah
mengandung khlorida. Abdul et al. (2016) menyatakan bahwa klorida
merupakan salah satu dari elektrolit dalam tubuh dan anion utama dalam
cairan ektrasel serta klorida punya salah satu peran yaitu dalam
pengaturan volume darah Reakasi dimulai dengan penambahan HNO 3
dan AgNO3 pada filtrat. HNO3 akan menguraikan NaCl yang terdapat
dalam filtrat menjadi Na+ dan Cl- dan AgNO3 terurai menjadi Ag+ dan NO3-.
Ag+ akan berikatan dengan Cl - membentuk endapan AgCl. Selain
menguraikan senyawa tersebut HNO3 juga berfungsi untuk mencegah
endapan perak fosfat(Ag3 PO4) pada reaksi tersebut. Endapan yang sudah
terbentuk diberi penambahan NH4OH sehingga endapan AgCl kembali

larut. Endapan tersebut akan kembali larut disebabkan ion Cl lebih


memilih berikatan dengan NH 4 karena NH4 lebih reaktif (lebih kiri)
dibandingkan dengan Ag. Penggunakan senyawa kompleks dalam
analisis kualitatif adalah proses kelarutan garam AgCl dalam NH 4OH yang
merupakan larutan NH3 dalam air dimana ion Ag+ mampu membentuk ion
kompleks dengan amoniak, sehingga endapan AgCl harus melarut untuk
menjaga nilai Ksp yang konstan (Sulistryarti, 2017). Hasil yang didapat
sesuai dengan literature.
Uji Fosfat
Uji Uji fofsat bertujuan untuk mengetahui adanya senyawa fosfat dalam
darah. Prinsip kerja pada uji ini yaitu filtrat yang ditambahkan dengan
HNO3 dan ammonium molibdat mementuk endapan ammonium
fosfomolibdat berwarna kuning. Ganong (2003) mengatakan bahwa
endapan kuning yang terbentuk pada larutan merupakan endapan
ammonium fosfomolibdat yang diperoleh dari reaksi ammonium molibdat
dan fosfat dalam filtrat. Reagen yang digunkan pada uji ini berupa kalium
oksalat yang berfungsi sebagai senyawa yang bereaksi dengan fosfat.
HNO3 pekat berfungsi untuk melepaskan fosfor dalam darah sehingga
dapat berikatan dengan kalium oksalat. Winarno (1997) menyatakan
bahwa oksalat di dalam tubuh dapat mengikat kalsium dan mengakibatkan
kerja elektrik jantung, otot-otot, syaraf dan juga dapat menghambat
penyerapan zat besi. Pelarut-pelarut yang dapat di gunakan untuk
destruksi antara lain asam nitrat, asam sulfat, asam perklorat dan asam
klorida, dari beberapa macam asam tersebut dapat digunakan secara
tunggal maupun campuran (Asmorowati et al., 2020). Fungsi perlakuan
pemanasan pada uji ini yatu untuk mempercepat reaksi sehingga
terbentuk endapan. Putra dan Sugiarso (2016) menyatakan bahwa
pemanasan selama 30 menit bertujuan untuk mempercepat reaksi antara
MnO4 - dengan zat pengotor organik yang terdapat dalam pelarut
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh diketahui bahwa pada tabung
tidak terdapat endapan. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam darah tidak
terdapat kandungan fosfat. Wirosaputro dan Sumarlini (2018) menyatakan
bahwa dalam 100 ml darah mengandung 30-40 mg fosfat. Hasil yang
didapat tidak sesuai dengan literatur. Hal ini dapat disebabkan beberapa
faktor diantarnya karena reagen yang digunakan sudah terlalu lama
sehingga tidak efektif lagi, atau karena kurang atau kelebihan jumlah
tetesan HNO3 atau dapat juga disebabkan kurangnya waktu pemanaan.
Pengendapan sangat umum dilakukan pada suhu tinggi, dengan alasan
bahwa garam dari asam lemah seperti kalsiumoksalat (CaC2O4) dan
seng sulfida (ZnS) lebih baik bila diendapkan dalam suasana asam lemah
daripada suasana basa. Kelebihan pengendap yang banyak tidak
diinginkan, bukan saja karena pemborosan pereaksi tetapi juga karena
endapan dapat cenderung melarut kembali dalam kelebihan pereaksi
yang banyak membentuk ion rangkai (kompleks) (Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Industri, 2017).
Uji Kalsium
Uji Kalsium bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan
kalsium dalam darah. Prinsip kerja uji kalsium adalah fitrat yang ditambah
dengan kalium oksalat akan membentuk kalsium oksalat dan KCl. Reaksi
tersebut terjadi karena karena ion Ca mempunyai muatan positif (+2) lebih
tinggi dibanding ion K (+1). Penambahan beberapa tetes larutan kalium
oksalat yang bertujuan untuk mengikat kalsium pada darah sehingga
terbentuk kalsium oksalat. Hasin dan Zain (2019) menyatakan bahwa
kandungan oksalat dapat mengendapkan kalsium sehingga terbentuk
kalsium oksalat.
Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui bahwa tabung yang
berisi fitrat (P) dari uji deproteinasi serum darah didapatkan endapan
berwarna putih, yang menunjukan indikator positif terhadap adanya
kandungan kalsium pada darah. Semakin tinggi tingkat kekeruhan
menunjukan semakin banyak kalsium dalam darah. Arman (2018)
menyatakan bahwa fungsi kalsium tidak hanya pada pembentukan gigi
dan tulang, tapi juga pada berbagai proses seperti pembekuan darah.
Hasil dari praktikum sudah sesuai dengan literatur.
Uji Glukosa
Uji glukosa bertujuan untuk mengetahui adanya glukosa di dalam
darah. Prinsip kerja dari uji glukosa yaitu endapan merah bata terbentuk
karna glukosa darah mereduksi larutan benedict (CuSO4) dan akan
membentuk Cu2O yang berwarna merah bata. Pearce (2009) menyatakan
bahwa prinsip kerja nya larutan benedict (CuSO4) di didihkan selama
beberapa menit sampai warna dari larutan tersebut berubah menjadi
endapan merah bata. Pada uji glokosa dilakukan penambahan gliseol,
bubuk Na2CO3, dan larutan CuSO4 2,5%. Fungsi dari penambahan
gliseol dan Na2CO3 adalah untuk menciptakan suasana asam dan
memunculkan gugus pereduksi glukosa, dan untuk penambahan CuSO4
sebagai zat yang direduksi oleh glukosa di dalam darah. Perlakuan pada
percobaan uji glukosa ini berupa pemanasan hingga mendidih dan
dilakukan selama beberapa menit hingga warna larutan berubah. Pearce
(2009) menyatakan bahwa larutan tersebut di didihkan selama beberapa
menit hingga warna dari larutan tersebut berubah menjadi kecoklatan dan
ada endapan putih di dasar.
Berdasarkankan hasil yang diperoleh bahwa tabung yang berisi
filtrat (P) dari uji deproteinasi serum darah didapatkan larutan berwarna
hijau terdapat endapan merah bata. Hal ini menunjukan jika dalam filtrat
tersebut mengandung glukosa. Maka hasil dari praktikum sudah sesuai
dengan literatur.
Pigmen Darah
Uji Benzidin
Uji benzidin bertujuan untuk mengetahui adanya pigmen darah atau
dapat disebut Hb. Prinsip kerja pada uji benzidin adalah H2O2 akan
mengalami dekomposisi menjadi 2H2O dan O2 karena adanya
hemoglobin pada darah, O2 bebas akan mengoksidasi benzidine jadi
derivatnya berwarna hijau atau biru. Suhartina dan Purnama (2018)
menyatakan bahwa prinsip uji benzidin yaitu eritrosit dengan H2O2 oleh
peroksidase yang terdapat pada Hb akan membentuk O2 dan H2O,
sehingga O2 yang terbentuk akan mengoksidasi benzidin yang
ditambahkan untuk membentuk senyawa berwarna hijau biru. Pada uji ini
dilakukan penambahan larutan benzidin dan larutan H2O2 3%. Fungsi
penambahan larutan benzidin yaitu sebagai zat yang dioksidasi oleh O2,
dan fungsi penambahan larutan H2O2 3% adalah sebagai zat yang
terkomposisi oleh Hb. Setiawan et al. (2013) menyatakan bahwa fungsi
dari reagen H2O2 adalah untuk mengetahui konsentrasi optimum dalam
membunuh bakteri dalam air. Perlakuan yang terjadi pada percobaan uji
benzidin ini yaitu berupa penggojokan yang berfungsi agar larutan uji
dapat tercampur secara homogen.
Berdasarkankan hasil yang diperoleh bahwa tabung yang berisi
darah mengahasilkan larutan yang berwarna biru, yang mana
menunjukkan bahwa terdapan pigmen darah (Hb) di dalam larutan
tersebut. Perubahan warna tersebut terjadi karena O2 akan mengoksidasi
benzidin menjadi derivatnya sehingga terbentuk peruahan warna
hijau/biru. Suhartina dan Purnama (2018) menyatakan bahwa eritrosit
dengan H2O2 oleh peroksidase yang terdapat pada Hb akan membentuk
O2 dan H2O, sehingga O2 yang terbentuk akan mengoksidasi benzidin
yang ditambahkan untuk membentuk senyawa berwarna hijau biru. Hasil
dari praktikum sudah sesuai dengan literatur.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa dalam serum terkandung protein globulin yang sedikit atau tidak
larut dalam air, tetapi mengendap pada garam setengah jenuh, serta filtrat
mengandung albumin yang larut dalam air, tetapi mengendap pada garam
jenuh. Dalam darah juga terdapat senyawa khlorida yang dibuktikan
dengan endapan pada filtrat yang larut pada uji Khlorida, sedangkan
kandungan fosfat dibuktikan dengan adanya hasil endapan kekuningan
ketika dilakukan uji Fosfat. Darah mengandung kalsium dibuktikan dengan
adanya endapan putih ketika dilakukan uji Kalsium, sedangkan
kandungan glukosa dibuktikan dengan timbulnya warna hijau pada larutan
saat dilakukan uji Glukosa. Darah juga mengandung pigmen darah saat
dilakukan uji Benzidin yang dibuktikan dengan adanya warna biru akibat
dari O2 yang mengoksidasi benzidin menjadi derivatnya.

Bedasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan


bahwa protein yang terdapat di dalam plasma darah adalah fibrinogen,
albumin dan gobulin. Protein fibrinogen berperan dalam proses
pembentukan darah, sedangkan protein albumin dan globulin berfungsi
sebagai penentu besarnya tekanan osmosis. Zat bukan protein yang
terdapat dalam serum darah adalah klorida, fosfat, kalsium dan glukosa.
Pigmen yang terdapat dalam darah adalah piqmen merah eritrosit yaitu
protein terkonjugasi hemoglobin yang dapat mengikat oksigen dalam
darah.
DAFTAR PUSTAKA

Arman, P. 2018. Analisis perbedaan kadar kalsium (Ca) terhadap


karyawan teknis produktif dengan karyawan administratif pada
persero terbatas semen tonasa. Jurnal Media Analis Kesehatan.
1(1):1-7.
Asmorowati, D.S., S.S. Sumarti, dan I. I. Kristianti. 2020. Perbandingan
metode destruksi basah dan destruksi kering untuk analisis timbal
dalam tanah di sekitar laboratorium kimia FMIPA UNNES.
Indonesian Journal of Chemical Science. 9(3):169-173.
Bastiansyah, Eko. 2012.  Panduan Lengkap Membaca Hasil Tes
Kesehatan. Penebar Plus. Jakarta.
Castaka. A. S., Teguh. M. Z. 2017. Rancang bangun aplikasi donor darah
berbasis mobile di PMI Kabupaten Bandung. Jurnal ilmiah
manajemen informatika dan computer 1(1) : 11-18. Bandung.
Destiarti, L., F. Apriani, dan N. Indiawati. 2016. Ekstrak metanol buah
lakum (Cayratia trifolia (L.) Domin) sebagai indikator alami pada
titrasi basa kuat asam kuat. JKK. 5 (4):74-78.
Firani. N. K. 2018. Mengenali Sel-Sel Darah dan Kelainan Darah. UB
Press. Malang.
Ganong, W. F. 2003. Fisiologi Kedokteran. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran.
Harjanti.R. S. 2014. Kitosan dari limbah udang sebagai bahan pengawet
ayam goring. Jurnal Rekayasa Proses.8(1):12-19.
Hasin, A. Dan R. Zain. 2019. Analisis kadar kalsium oksalat (CaC2O4)
pada daun dan batang tanaman bayam di pasar tradisional Kota
Makassar. Jurnal Media Laboran. 9(1):6-11.
Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Masindi, T dan N. Herdyastuti. 2017. Karakteristik kitosan dari cangkang
kerang darah (Anadara granosa). UNESA Journal of Chemistry.
6(3):137-142.
Mu’minah. 2008. Aplikasi kitosan sebagai koagulan untuk penjernihan air
keruh, Tesis. program Pascasarjana. ITB. Bandung.
Muchtadi, D. 2008. Pengantar Ilmu Gizi. Alfabeta. Bandung.
Murray, R. K. 2009. Biokimia Harper. EGC. Jakarta.
Pearce, E. C. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Putra, F. A dan R. D. Sugiarso. 2016. Perbandingan metode analisis.
Permanganometri dan serimetri dalam penentuan kadar besi (II).
Jurnal Sains dan Seni ITS. 5(1):2337-3520.
Putri, R. A., A. Kusrijadi, dan A. Suryatna. 2013. Kajian penggunaan
ammonium sulfat pada pengendapan enzim protease (Papain) dari
buah pepaya sebagai koagulan dalam produksi keju Cottage.
Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. 4(2):159-168.
Rusnawati, Y.B, dan Alimuddin. 2018. Perbandingan metode destruksi
basah dan destruksi kering terhadap analisis logam berat timbal
(Pb) pada tanaman rumput bebek (Lemna minor). Prosiding
Seminar Nasional Kimia 2018. Kimia FMIPA Universitas
Mulawarman. 73–76.
Saraswati, I. 2018. Panduan Praktikum Kimia Edisi Revisi. Deepublish.
Yogyakarta.
Setiawan, D., J. Sibarani, dan I. E. Suprihatin. 2013. Perbandingan
efektifitas disinfektan kaporit, hidrogen peroksida, dan pereaksi
fenton (H2O2/Fe2+). Jurnal Cakra Kimia. 1 (2):18-20.
Suhartina dan T. Purnama. 2018. Gambaran hasil pemeriksaan eritrosit
dan leukosit pada sampel urin dengan metode dipstick dan
mikroskopis di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari. 2(1):68-74.
Sulistryarti,H. 2017. Kimia Analisa Dasar untuk Analisis Kualitatif. UB
Press. Surabaya.
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran. EGC. Jakarta.
Utary, T. N. 2016. Penetapan kdar klorida pada air bersih dan air minum
dengan metode titrasi argentometri. Skripsi. Universitas Sumatera
Utara.
Winarno, F.G. Kimia Pangan dan Gizi, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta. 1997.
Wirosaputro. S dan T. Sumarlini. 2018. Chlorella Makanan Kesehatan
Global Alami. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
LAMPIRAN
1. Data laporan

Pengendapan
Globulin
Tabung Sampel Hasil
1 Serum darah Endapan Larut

Pengendapan
Albumin
Tabung Sampel Hasil
1 Filtrat (F1) dari uji Endapan Larut
sebelumnya

Zat-zat Bukan Protein dalam Serum


Deproteinasi
serum darah
Tabung Sampel Hasil
1 Serum darah Endapan + filtrat
(Filtrat untuk uji
selanjutnya)

Uji Khlorida
Tabung Sampel Hasil
1 Filtrat (P) dari uji Endapan larut
deproteinasi serum darah

Uji Fosfat
Tabung Sampel Hasil
1 Filtrat (P) dari uji Endapan warna
deproteinasi serum darah kuning

Uji Kalsium
Tabung Sampel Hasil
1 Filtrat (P) dari uji Endapan putih
deproteinasi serum darah
Uji Glukosa
Tabung Sampel Hasil
1 Filtrat (P) dari uji Larutan berwarna
deproteinasi serum darah hijau

Pigmen Darah
Uji Benzidin
Tabung Sampel Hasil
1 Darah Larutan berwarna biru

Anda mungkin juga menyukai