Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASAR

ACARA III
LIPIDA

Nama:
1. Farah Alya Nabila (PT/08902)
2. Nabila Azizah (PT/08905)
3. Soni Pamungkas Setiono (PT/08906)
4. Akhdan Zhafir (PT/08930)
5. Lusiana Maria (PT/08988)
6. Titi Indrasti Sekarsari (PT/08996)
Kelompok : LIV
Asisten Pendamping : Maria Carmelita Darmawan
Tanggal Praktikum : Kamis, 4 Maret 2022

Pendahuluan
Lipida adalah senyawa organik yang banyak ditemukan dalam sel
jaringan, tidak larut dalam air, larut dalam zat pelarut non polar seperti eter,
kloroform, dan benzena. Lipida adalah segolongan senyawa yang berasal
dari makhluk hidup relatif tidak larut dalam air, akan tetapi larut dalam zat-zat
pelarut nonpolar (Wahjuni, 2013). Lipida bersifat non polar atau hidrofolik.
Penyusun utama lipida adalah trigliserida, yaitu ester gliserol dengan tiga
asam lemak yang bisa beragam jenisnya. Rumus kimia trigliserida adalah
CH2COOR-CHCOOR’-CH2-COOR‖ dimana R, R’ dan R‖ masing-masing
adalah sebuah rantai alkil yang panjang. Ketiga asam lemak RCOOH,
R’COOH dan R‖COOH (Mamuaja, 2017). Panjang rantai asam lemak pada
trigliserida yang terdapat secara alami dapat bervariasi, namun panjang yang
paling umum adalah 16,18, atau 20 atom karbon. Penyusun lipida lainnya
berupa gliserida, monogliserida, asam lemak bebas, lilin (wax), dan juga
kelompok lipida sederhana yang mengandung komponen asam lemak seperti
derivat senyawa terpenoid/isoprenoid serta derivat steroida. Lipida sering
berupa senyawa kompleks dengan protein (Lipoprotein) atau karbohidrat
(glikolipida).
Lipida berfungsi sebagai cadangan energi, penyususn membran sel,
prekursor untuk sintesis senyawa-senyawa dalam tubuh yang esensial,
pelarut vitamin A, D, E, dan K. Fungsi biologis utama lipida diantaranya
adalah menyimpan energi, pensinyalan dan komponen penyusun membran
sel (Wahjuni, 2013). Lemak juga merupakan komponen penting penyusunan
dinding sel, insulin vital dan sistem saraf, pendahulu dari komponen penting
seperti hormon, dan penyerap goncangan pada organ dalam. Fungsi lemak
sangatlah penting untuk tubuh (Santika, 2016). Fungsi lemak sebagai
pelindung tubuh dari temperatur suhu yang rendah, berperan sebagai pelarut
vitamin A, D, E, dan K, salah satu bahan penyusun vitamin dan hormon,
pelindung sebagai alat tubuh vital yaitu berperan sebagai bantalan lemak,
salah satu penghasil energi tertinggi, salah satu bahan penyusun asam
kholat, empedu, fungsi lemak salah satunya dapat menahan rasa lapar, hal
ini karena lemak dapat memperlambat perencanaan. Apabila perencanaan
yang terjadi terlalu cepat maka menyebabkan timbul rasa lapar yang cepat
pula, dan salah satu bahan penyusun dalam membran sel.
Gliserol merupakan senyawa gliserida yang paling sederhana. Gliserol
adalah produk samping produksi biodisel dari reaksi transesterifikasi dan
merupakan senyawa alkohol dengan gugus hidroksil berjumlah tiga buah
(Prasetyo et al., 2012). Gliserol (1,2,3 propanetriol) merupakan cairan yang
tidak berwarna, tidak berbau dan merupakan cairan kental yang memiliki rasa
manis. Asam lemak dibedakan menurut jumlah jumlah karbon yang
dikandungnya yaitu asam lemak rantai pendek (6 atom karbon atau kurang),
rantai sedang (8 atom karbon hingga 12 karbon), rantai panjang (14-18 atom
karbon), dan rantai sangat panjang (20 atom karbon atau lebih) (Diana,
2012). Berdasarkan struktur kimianya, asam lemak dibedakan menjadi asam
lemak jenuh (saturated fatty acid) yaitu asam lemak yang tidak memiliki
ikatan rangkap (Aisyah et al., 2019). Sedangkan asam lemak yang memiliki
ikatan rangkap disebut sebagai asam lemak tidak jenuh (unsaturated fatty
acids), dibedakan menjadi Mono Unsaturated Fatty Acid (MUFA) memiliki 1
(satu) ikatan rangkap, dan Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA) dengan 1
atau lebih ikatan rangkap. Gambar struktur asam lemak jenuh dan asam
lemak tak jenuh. Asam lemak tidak jenuh mempunyai titik lebur lebih rendah
dan terdapat pada asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, dan asam
arakidonat.
Reaksi lemak dan minyak, reaksi hidrolisis lemak dan minyak adalah
ester dari asam lemak dan gliserol. Lemak dan minyak dapat dihidrolisis,
seperti ester lain menjadi pembentuknya, gliserol dan asam lemak. Reaksi
penyabunan (saponifikasi) reaksi asam lemak dan minyak dengan basa kuat
menghasilkan garam dari asam lemaknya dan gliserol. Garam dari asam
lemak ini disebut sebagai sabun, reaksi yang dilakukan disebut reaksi
penyabunan. Reaksi adisi ikatan jenuh dengan iodin, iodin memutuskan
ikatan rangkap. Warna larutan iodin yang semula cokelat akan menghilang.
Reaksi ini dipakai untuk menguji suatu asam lemak termasuk jenuh atau tidak
(Ariyani et al., 2017). Reaksi hidrogenasi adalah reaksi hidrogen ke dalam
rantai asam lemak tidak jenuh pada sisi karbon yang mengandung ikatan
rangkap, mengubah lemak tidak jenuh menjadi lemak jenuh. Sedangkan
ransiditas atau ketengikan terjadi karena asam lemak pada suhu ruang
dirombak akibat hidrolisis atau oksidasi (Mamuaja, 2017).
Tujuan Praktikum
Praktikum acara lipida bertujuan untuk mengetahui untuk mengetahui
adanya kelarutan lipida pada beberapa macam pelarut yang berbeda.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui derajat ketidakjenuhan asam lemak
menurut ikatan rangkapnya dan mengetahui banyaknya asam lemak bebas
yang terdapat pada margarin dan minyak kelapa. Selain itu, praktikum ini
juga bertujuan untuk mengetahui terjadinya dehidrasi gliserol pada minyak
kelapa dan gliserol serta mengetahui kandungan lemak pada tepung gandum
dan tepung kedelai.
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum acara lipida adalah tabung
reaksi, rak tabung, pipet ukur, pump pipet, bunsen, drop plate, pipet tetes,
erlenmeyer, penjepit, votex, dan buret.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum acara lipida adalah
khloroform, ether, akuades, Na2CO3, empedu encer, minyak kelapa, minyak
hewan, minyak jagung, KHSO 4 10%, tepung gandum, tepung kedelai,
indikator PP, gliserol, mentega, pelarut lemak, KOH 0,1 N, dan Hubl Yod.

Metode
Uji Kelarutan dan Terjadinya Emulsi.
Sebanyak 5 tabung reaksi disiapkan. Setiap masing-masing
tabung ditambahkan dengan kloroform, ether, akuades, Na 2CO3, dan
empedu encer sebanyak 2 ml. Kemudian, setiap tabung ditambahkan
minyak kelapa sebanyak 3 tetes. Setelah itu, setiap tabung tersebut
digojok dan diamati perubahan yang terjadi.
Uji Angka Iod.
Sebanyak 12 ml kloroform diambil dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Selanjutnya, sebanyak 12 tetes hubls yod ditambahkan
ke dalam tabung reaksi. Larutan kemudian dihomogenkan dengan
vortex. Larutan yang telah homogen kemudian dibagi menjadi 4
tabung reaksi. Larutan 1 ditambah minyak kelapa setetes demi setetes
hingga warna larutan berubah dari merah muda menjadi bening.
Tabung 2 ditambah minyak jagung setetes demi setetes hingga warna
larutan berubah dari merah muda menjadi bening. Tabung 3 ditambah
minyak hewan setetes demi setetes hingga warna larutan berubah dari
merah muda menjadi bening. Tabung 4 ditambah minyak olive setetes
demi setetes hingga warna larutan berubah dari merah muda menjadi
bening. Kemudian, hasil yang diperoleh diamati.
Uji Akrolein (Ketengikan).
Sebanyak 2 tabung reaksi disiapkan. Tabung 1 diisi dengan 0,5
ml minyak kelapa. Tabung 1 diisi dengan 0,5 ml minyak gliserol.
Masing-masing tabung ditambahkan 1 ml KHSO 4. Setelah itu, masing-
masing tabung digojok hingga homogen. Kemudian, larutan tersebut
dipanaskan dengan bunsen. Bau yang timbul kemudian dicatat.
Uji Angka Asam.
Sebanyak 2 erlenmeyer disiapkan. Erlenmeyer 1 diisi dengan
2,5 gram margarin. Erlenmeyer 2 diisi dengan 2,5 gram minyak
kelapa. Masing-masing erlenmeyer ditambah 12,5 ml pelarut lemak.
Kemudian, setiap erlenmeyer ditambah 0,25 ml indikator PP. Setelah
itu, setiap erlenmeyer divortex. Selanjutnya, dilakukan titrasi pada
masing-masing erlenmeyer dengan KOH 0,1 N hingga warna terubah
menjadi merah muda. Jumlah KOH 0,1 yang dibutuhkan untuk titrasi
dicatat. Kemudian, dilanjutkan dengan perhitungan angka asam
dengan catatan ml NaOH margarin 5,3 ml.
Uji Noda Lemak.
Sebanyak 2 tabung reaksi disiapkan. Tabung 1 diisi dengan 0,5
sendok pengaduk tepung gandum. Tabung 2 diisi dengan 0,5 sendok
pengaduk tabung kedelai. Selanjutnya, masing-masing tabung
ditambah dengan 2 ml ether. Selanjutnya, setiap tabung reaksi digojok
hingga larutan menjadi homogen. Larutan pada masing-masing tabung
diteteskan pada droplet hingga ether menguap. Kemudian, droplet
diusap dengan kertas minyak. Lalu, noda yang terdapat pada kertas
minyak diamati.
Hasil dan Pembahasan
Uji Kelarutan dan Terjadinya Emulsi
Uji kelarutan dan terjadinya emulsi bertujuan untuk mengetahui
adanya kelarutan lipida pada beberapa macam pelarut yang berbeda. Pelarut
yang digunakan pada tabung 1 adalah kloroform, pada tabung 2 adalah eter,
pelarut pada tabung 3 adalah air, pelarut pada tabung 4 adalah Na 2CO3, dan
pada tabung 5 menggunakan larutan empedu encer. Uji kelarutan yang
dilakukan ini, kloroform, eter, dan aquades berperan sebagai pelarut. Na 2CO3
berperan sebagai pereaksi penyabunan, empedu encer berperan sebagai
pengemulsi lemak, dan minyak kelapa berperan sebagai substrat lipida.
Menurut Shahidi dan Wanasundara (2002), pelarut yang biasa digunakan
untuk mengekstrak lemak adalah golongan alkohol (methanol, etanol,
isopropanol, n-butanol), aseton, eter (dietil eter, isopropyl ether, dioksan),
halokarbon (kloroform, diklorometan), hidrokarbon (heksana, benzene,
sikloheksana, isooktan), atau campuran dari pelarut-pelarut tersebut. Hasil uji
kelarutan dan terjadinya emulsi dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Hasil Uji Kelarutan dan Terjadinya Emulsi
No Tabung Perlakuan Hasil
1 2 ml kloroform + 3 tetes minyak kelapa Larut
2 2 ml eter + 3 tetes minyak kelapa Larut
3 2 ml akuades + 3 tetes minyak kelapa Tidak larut
4 2 ml Na2CO3 + 3 tetes minyak kelapa Terjadi penyabunan
5 2 ml larutan empedu + 3 tetes minyak Terjadi emulsi
kelapa

Berdasarkan data di atas, hasil percobaan pada tabung 1 dan tabung


2 adalah larut. Hal ini dapat terjadi karena pelarut yang digunakan pada
tabung 1 dan tabung 2 yaitu pelarut kloroform dan eter merupakan pelarut
non polar. Pelarut non polar dapat melarutkan minyak, karena minyak juga
merupakan larutan non polar dan larutan non polar hanya akan larut pada
pelarut non polar juga. Tabung 3 menunjukkan hasil tidak larut. Hal ini
disebabkan oleh sifat air dan minyak yang saling tolak menolak dan tidak
dapat menyatu. Menurut Silsia et al. (2017), campuran air dan minyak yang
dikocok akan menyebabkan butiran–butiran minyak terdispersi ke dalam air,
sehingga akan membentuk emulsi yang tidak stabil dan akan kembali seperti
semula apabila tidak ada penambahan emulsifier. Tabung 4 akan terjadi
penyabunan. Hal ini karena minyak bertemu dengan Na 2CO3 yang bersifat
basa. Apabila minyak bertemu dengan basa, maka akan menghasilkan buih
yang menyerupai sabun, sehingga dikatakan terjadi penyabunan. Perwitasari
(2011) menyatakan bahwa proses saponifikasi yang terjadi antara minyak
dan basa (KOH dan NaOH) dapat menimbulkan buih-buih sabun. Pada
tabung 5 akan menghasilkan emulsi, karena larutan empedu encer dapat
mengemulsikan lemak. Menurut Santika (2016), garam empedu yang
terkandung dalam cairan empedu berperan sangat penting untuk
mengemulsikan lemak. Hasil praktikum sudah sesuai dengan literatur.
Uji Angka Iod
Uji angka iod bertujuan untuk mengetahui derajat ketidakjenuhan
asam lemak. Prinsip kerja pada uji angka iod adalah semakin banyak minyak
yang diperlukan maka minyak tersebut makin sedikit ikatan rangkapnya
(semakin jenuh). Angka iod merupakan banyaknya gram iod yang dapat
diikat oleh 100 gram lemak. Mega (2012) menyatakan bahwa jumlah iod
terabsorbsi menunjukkan jumlah ikatan rangkapnya. Maka banyak sedikitnya
iod yang terabsorbsi akan menunjukkan ketidakjenuhan minyak. Aisyah et al.
(2019) menyatakan bahwa jumlah ikatan yang terkandung menentukan
ketidakjenuhan asam lemak. Apabila suatu minyak memiliki ikatan rangkap
maka termasuk asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acids). Demikian
pada minyak yang memiliki ikatan rangkap lebih dari satu, maka minyak
tersebut digolongkan sebagai asam lemak tak jenuh majemuk
(polyunsaturated fatty acids). Namun, apabila suatu minyak tidak memiliki
ikatan rangkap sama sekali maka digolongkan sebagai asam lemak jenuh
(saturated fatty acids). Demikian pada zat atau larutan yang hanya memiliki
satu ikatan rangkap, yaitu digolongkan sebagai asam lemak tak jenuh tunggal
(monounsaturated fatty acids).
Uji ketidakjenuhan angka iod, reagen yang digunakan adalah pereaksi
Hubl yang terkandung Yod dalam alkohol dan sedikit HgCl 2. Kandungan Yod
inilah yang berperan untuk mengoksidasi ikatan rangkap dan mengadiasi
pada asam lemak. Oleh karena itu, terjadinya reaksi adisi ikatan rangkap
pada asam lemak oleh yod yang terdapat pereaksi Hubl. Kemudian fungsi
khloroform sendiri adalah untuk melarutkan lemak. Fungsi HgCl 2 sendiri
merupakan sebagai katalisator reaksi serta minyak merupakan sumber ikatan
rangkap. Mamuaja (2017) menyatakan hal yang sama, yaitu terjadinya reaksi
adisi ikatan rangkap pada asam lemak oleh iod dapat diketahui dengan
penggunaan indikator dar Hubl Yod. Praktikum uji angka iod menggunakan
beberapa sampel uji minyak baik dari nabati maupun hewani, yaitu minyak
kelapa, jagung, zaitun, dan hewan. Saat khloroform dan pereaksi Hubl
dicampur maka akan menimbulkan warna merah muda. Wijanarko dan Putri
(2012) menyatakan bahwa kloroform memiliki sifat non polar yang akan
melarutkan lemak. Warna merah muda itu terjadi karena reagen Hubl
merupakan indikator larutan bilamana terjadi reaksi adisi ikatan rangkap
asam lemak. Setelah itu, minyak diteteskan tetes demi tetes sampai warna
larutannya berubah warna lagi menjadi bening. Agar hasil percobaan menjadi
lebih akurat hendaknya tabung reaksi digojog. Hal itu dilakukan agar
larutannya menjadi homogen. Hasil uji kelarutan dan terjadinya emulsi dapat
dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Hasil Uji Angka Iod
No. Tabung Perlakuan Hasil (Tetes)

1 Minyak Kelapa + 9 ml 31
khloroform + 10 tetes
hubl-yod merah

2 Minyak Jagung + 9 ml 12
khloroform + 10 tetes
hubl-yod merah

3 Minyak Zaitun + 9 ml 6
khloroform + 10 tetes
hubl-yod merah

4 Minyak Hewan + 9 ml 52
khloroform + 10 tetes
hubl-yod merah

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa tetes minyak paling


banyak untuk menghilangkan warna iod terjadi pada tabung 4, yaitu minyak
hewan sebanyak 52 tetes. Kemudian diikuti oleh tabu/wng 1, yaitu minyak
kelapa sebanyak 31 tetes. Selanjutnya adalah tabung 2, yaitu minyak jagung
sebanyak 12 tetes. Lalu, tetes minyak yang paling sedikit untuk mengubah
larutan menjadi warna bening terjadi pada tabung 3, yaitu minyak zaitun
sebanyak 6 tetes. Jumlah tetesan minyak tersebut dipengaruhi oleh
kandungan asam lemak tak jenuh masing-masing larutan, semakin banyak
tetesan minyak yang dilakukan maka semakin sedikit jumlah ikatan
rangkapnya dan semakin jenuh asam lemaknya. Dengan begitu, berdasarkan
praktikum yang dilakukan maka asam lemak paling jenuh terdapat pada
minyak hewani, sedangkan asam lemak paling tidak jenuh terdapat pada
minyak zaitun. Mega (2012) menyatakan bahwa kejenuhan asam lemak
tergantung pada jumlah ikatan rangkapnya yang dapat diketahui melalui tetes
iod yang terukur. Minyak akan semakin jenuh apabila ikatan rangkap nya
semakin kecil yang diindikasi dengan semakin banyaknya tetes iod yang
terukur. Sartika (2008) menyatakan bahwa minyak hewani dan minyak kelapa
merupakan minyak jenuh yang atom karbonnya tidak terdapat ikatan
rangkap. Dengan begitu, lemak jenuh tidak akan mudah terangsang oleh
adanya oksidasi. Minyak jagung tergolong dalam asam lemak tak jenuh
jamak, yaitu atom karbonnya memiliki lebih atau sama dengan 2 ikatan
rangkap. Minyak zaitun termasuk ke dalam asam lemak jenuh tunggal karena
hanya memiliki 1 ikatan rangkap saja. Hasil praktikum sesuai dengan
literatur.
Uji Akrolein (Ketengikan)
Uji ketengikan atau uji akrolein bertujuan untuk mengetahui terjadinya
dehidrasi gliserol. Sampel yang digunakan pada uji akrolein ini adalah minyak
kelapa pada tabung 1 dan gliserol pada tabung 2. Masing-masing sampel
dimasukkan ke dalam 2 tabung yang berbeda sebanyak 0,5 ml. Minyak
kelapa dan gliserol pada uji ini berperan sebagai substrat, KHSO 4 berperan
sebagai dehidrasi alkohol, dan pemanasan berfungsi untuk mempercepat
reaksi. Prinsip uji akrolein adalah gliserol akan membentuk akrolein jika
gliserol dalam bentuk bebas atau terdapat dalam minyak atau lemak.
Menurut Sarumpaet et al. (2016), akrolein (CH2=CHCHO) termasuk dalam
golongan aldehid tak jenuh dan sangat elektrofilik yang dapat dijumpai pada
berbagai macam asap reduksi kegiatan manusia seperti asap rokok, asap
kendaraan bermotor, dan asap kebakaran hutan serta dapat dijumpai pada
makanan yang terbentuk sewaktu pembakaran materi organik. Hasil uji
akrolein (ketengikan) dapat diamati melalui Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Hasil Uji Akrolein (Ketengikan)
No Tabung Perlakuan Hasil (Tetes)

1 0,5 ml Minyak Kelapa + 1 ml Bau menyengat


KHSO4

2 0,5 ml Gliserol + 1 ml KHSO4 Bau lebih menyengat

Berdasarkan data di atas, hasil uji menunjukkan bahwa tabung 1


mengeluarkan bau menyengat, sedangkan tabung 2 mengeluarkan bau yang
lebih menyengat daripada tabung 1. Hal ini dikarenakan minyak kelapa perlu
mengalami dehidrasi menjadi derivat-derivatnya, yaitu menjadi asam lemak
dan gliserol. Dapat dikatakan bahwa, untuk terurai, minyak kelapa perlu
melalui tahap yang lebih banyak daripada gliserol. Pada rentang waktu
pemanasan yang sama (1 menit) gliserol sudah terurai lebih sempurna
daripada minyak kelapa, sehingga gliserol menimbulkan bau yang lebih
tengik/lebih menyengat dibandingkan dengan minyak kelapa. Mamuaja
(2017) menyatakan, ketengikan dapat terjadi akibat asam lemak pada suhu
ruang dirombak menjadi hidrokarbon, alkanal, atau keton, serta sedikit epoksi
dan alkohol (alkanol) akibat hidrolisis atau oksidasi. Ketengikan yang terjadi
pada uji akrolein ini disebabkan adanya penambahan KHSO 4 yang
menyebabkan dehidrasi alkohol serta pemanasan yang dapat mempercepat
reaksi yang terjadi. Hasil praktikum sudah sesuai dengan literatur.
Uji Angka Asam
Uji angka asam bertujuan untuk mengetahui banyaknya asam lemak
bebas yang terdapat dalam suatu lemak atau minyak. Prinsip kerja uji angka
asam adalah semakin banyak KOH yang dibutuhkan untuk titrasi larutan
menjadi warna merah muda, maka semakin banyak kandungan asam lemak
bebas dalam larutan sampel. Rohman dan Sumantri (2018) menyatakan
bahwa kualitas minyak atau lemak dapat diketahui melalui angka asam yang
terdapat di dalamnya. Uji angka asam ini dapat diketahui melalui jumlah KOH
yang dibutuhkan. Apabila jumlah KOH yang dibutuhkan berbanding lurus
dengan jumlah asam lemak bebas dan tingkat ketinggian angka asam.
Praktikum uji angka asam yang dilakukan ini, larutan yang diuji adalah
minyak kelapa dan margarin. Kedua larutan tersebut berperan sebagai
substrat yang mempunyai aktivitas tinggi, spesifik, dan ramah lingkungan.
Reagen yang digunakan pada praktikum ini adalah KOH yang memiliki peran
sebagai pemutus ikatan asam lemak. Suroso et al. (2013) menyatakan
bahwa persentase total asam lemak bebas pada minyak yang dinetralkan
oleh KOH merupakan pengertian dari asam lemak bebas. Nilai komposisi
asam lemak bebas KOH digunakan untuk menghitung jumlahnya.
Kandungan asam lemak bebas dan jumlah asam yang digunakan merupakan
penentu dari baik tidaknya minyak tersebut. Bilangan asamnya adalah mg
KOH. Bilangan asam adalah jumlah mg KOH yang dibutuhkan untuk
menetralkan 1 gram sampel minyak. Sampel minyak ditambah dengan ether
bertujuan agar melarutkan ekstraksi minyak tersebut. Penambahan indikator
PP bertujuan sebagai indikan perubah warna. Silalahi et al. (2017)
menyatakan bahwa digunakannya indikator PP sebagai indikan pengubah
warna agar mempermudah pengamatan saat percobaan. Indikator ini akan
menimbulkan perubahan warna berwarna merah muda saat suasana basa.
Dengan adanya perubahan warna tersebut, pengamatan perubahan pH akan
mudah diketahui saat terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Hasil uji
angka asam dapat diamati pada Tabel 3.4.
Tabel. 3.4 Hasil Uji Angka Asam
Hasil Angka Asam
No. Tabung Perlakuan
(mg/gram)

Minyak Kelapa + 12,5


ml eter + 0,25 ml
1 9,184
indikator
phenolphthalein

2 Margarin + 12,5 ml eter 15,008


+ 0,25 ml indikator
phenolphthalein

Berdasarkan data pengamatan yang telah dilakukan, diketahui bahwa


tabung 1 yang terisi minyak kelapa sebanyak 2,5 gram memerlukan
sebanyak 4,1 ml KOH 0,1 N untuk mentitrasinya. Dengan angka tersebut
maka diperoleh angka asam pada tabung 1 adalah sebesar 9,184 mg
KOH/gram. Tabung 2 yang terisi margarin sebanyak 2,5 gram, titrasi yang
dibutuhkan adalah sebesar 6,7 ml KOH 0,1 N. Dengan angka tersebut maka
diperoleh angka asam pada tabung 2 adalah sebesar 15,008 mg KOH/gram.
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa tabung 2 yang berisi
margarin membutuhkan KOH lebih banyak daripada tabung 1 yang berisi
minyak kelapa. Apabila suatu lemak atau minyak membutuhkan KOH lebih
banyak maka memiliki angka asam yang lebih besar karena mengalami
proses penjenuhan berkali-kali. Sopianti et al. (2017) menyatakan bahwa
margarin termasuk lemak kompleks yang memiliki asam lemak bebas atau
angka asam yang lebih banyak daripada minyak kelapa. Kadar tingkat
keasaman lemak bebas memiliki pengaruh terhadap kualitas dari minyak
atau lemak itu sendiri. Angka asam yang semakin besar akan menimbulkan
ketengikan pada minyak dan memengaruhi besar kadar kolesterol di
dalamnya. Nurhasnawati et al. (2015) menyatakan bahwa pembentukan
asam lemak bebas pada minyak atau lemak dipengaruhi oleh banyak faktor,
yaitu dilakukannya pemanasan, kontaminasi dengan katalisator, dan air.
Sedangkan untuk perhitungan asam lemak bebas itu sendiri dapat diketahui
melalui dilakukannya pelarutan lemak atau minyak oleh ether, penambahan
indikator PP, dan dilakukan titrasi dengan menggunakan KOH. Hasil
praktikum sudah sesuai dengan literatur.
Uji Noda Lemak
Uji noda asam bertujuan untuk mengetahui adanya lemak. Prinsip
kerja uji noda lemak adalah jika noda pada kertas minyak semakin banyak
maka semakin banyak pula kandungan lemak pada sampel tersebut.
Nurhasnawati et al. (2015) menyatakan bahwa lemak dapat membentuk noda
translucent sehingga kertas tulis yang tidak tembus pandang menjadi semi
transparan. Noda yang terbentuk biasanya semakin melebar setelah disirami
air dan dikeringkan. Uji noda lemak dilakukan dengan menggunakan tepung
gandum dan tepung kedelai. Masing-masing tepung dimasukkan ke dalam
tabung reaksi dan ditambahkan ether. Fungsi penambahan eter adalah untuk
melarutkan lemak karena larutan eter bersifat non polar yang dapat
melarutkan lemak di dalam tepung. Mamuaja (2017) menyatakan bahwa lipid
akan larut dalam pelarut non polar, misalnya kloroform, eter, benzena,
aseton, dan pelarut non polar lainnya. Setelah lapisan eter diletakkan di
lempeng tetes dan dibiarkan menguap, sisa tepung diusapkan ke kertas
minyak. Hal ini dilakukan agar kandungan lemak atau minyak dapat
diketahui. Tepung gandum dan tepung kedelai berfungsi sebagai bahan yang
digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya lemak. Hasil uji noda lemak
dapat diamati pada tabel 3.5.
Tabel 3.5 Hasil Uji Noda Lemak
Perlakuan Hasil

Tepung Gandum Sedikit

Tepung Kedelai Banyak


Berdasarkan data di atas bahwa pada tabung pertama terdapat noda
lemak pada kertas minyak yang diusapkan, namun lebih sedikit dengan hasil
3,5% daripada tabung kedua dengan hasil 8,7%. Kandungan lemak pada
tepung gandum lebih sedikit daripada kandungan lemak pada tepung kedelai.
Mamuaja (2017) menyatakan bahwa tepung gandum memiliki kandungan
karbohidrat yang lebih tinggi dibandingkan kandungan karbohidrat pada
tepung kedelai. Perbedaan kandungan lemak pada kedua sampel inilah yang
merupakan faktor perbedaan transparansi pada kertas minyak. Wijanarko et
al. (2018) menyatakan bahwa kandungan lemak pada tepung kedelai lebih
banyak dibandingkan kandungan lemak pada tepung gandum. Hasil
praktikum sudah sesuai dengan literatur.
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
LIpida dapat larut pada pada tabung yang berisi kloroform dan eter karena
larutan tersebut merupakan pelarut non polar, pelarut non polar dapat
melarutkan minyak, karena minyak juga merupakan larutan non polar dan
larutan non polar hanya akan larut pada pelarut non polar juga.
Ketidakjenuhan pada setiap larutan asam lemak berbeda-beda, asam lemak
paling jenuh terdapat pada minyak hewani, sedangkan asam lemak paling
tidak jenuh terdapat pada minyak zaitun. Jumlah tetesan minyak dipengaruhi
oleh kandungan asam lemak tak jenuh masing-masing larutan, semakin
banyak tetesan minyak yang dilakukan maka semakin sedikit jumlah ikatan
rangkapnya dan semakin jenuh asam lemaknya. Minyak kelapa dapat terjadi
dehidrasi gliserol jika dilakukan pemanasan jika dicampur dengan KHSO4,
namun minyak kelapa perlu mengalami dehidrasi menjadi derivat-derivatnya.
Waktu pemanasan yang sama, gliserol sudah terurai lebih sempurna
daripada minyak kelapa, sehingga gliserol menimbulkan bau yang lebih
tengik/lebih menyengat dibandingkan dengan minyak kelapa. Minyak kelapa
sebanyak 2,5 gram memerlukan sebanyak 4,1 ml KOH 0,1 N untuk
mentitrasinya dan diperoleh angka asam sebesar 9,184 mg KOH/gram.
Sedangkan pada margarin sebanyak 2,5 gram, titrasi yang dibutuhkan
sebesar 6,7 ml KOH 0,1 N dan diperoleh angka asam pada sebesar 15,008
mg KOH/gram. Dapat diketahui bahwa margarin membutuhkan KOH lebih
banyak daripada minyak kelapa. Kandungan lemak pada tepung gandum
lebih sedikit daripada kandungan lemak pada tepung kedelai. kandungan
lemak pada kedua sampel yang merupakan faktor perbedaan transparansi
pada kertas minyak. Faktor yang dapat mempengaruhi pada praktikum
adalah kesterilan dari peralatan laboratorium, pemanasan larutan,
pencampuran larutan, dan juga sampel atau bahan-bahan yang digunakan.
Daftar Pustaka
Aiysah, N. F., N. Aisyah, T. S. Kusuma, dan R. M Widyanto. 2019. Profil
asam lemak jenuh dan tidak jenuh serta kandungan kolesterol nugget
dagimg kelinci New Zaeland (Oryctolagus cuniculus). Jurnal Al-Azhar
Indonesia Seri Sains dan Teknologi. 5(2): 96-98.
Aryani, T., F. S. Utami, dan Sulistyaningsih. 2017. Indentifikasi asam lemak
omega pad asi eksklusif menggunakan kromatografi GC-MS. Jurnal Of
Health Studies. 1(1): 1-7.
Diana, F. M. 2012. Omega 6. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 7(1): 28-29.
Mamuaja, C. F. 2017. Lipid. Unsrat Press. Manado.
Mega, T. I. D., dan Nurul, H. 2012. Bulk cooking oil quality improvement using
adsorbent actived bentonite. UNESA Journal of Chemistry. 1(2): 47-
53.
Nurhasnawati, H., R. Supriningrum., dan N. Caesariana.2015. Penetapan
kadar asam lemak bebas dan bilangan peroksida pada minyak goreng
yang digunakan pedagang gorengan di Jl. A.W. Sjahranie Samarinda.
Jurnal Ilmiah Manuntung. 1(1): 25-30.
Perwitasari, D. C. 2011. Pemanfaatan limbah industri kulit sebagai bahan
dasar pembuatan sabun. Jurnal Teknik Kimia. 5(2): 425-428.
Prasetyo, A, E., A. Widhi, dan Widayat. 2012. Potensi gliserol dalam
pembuatan turunan gliserol melalui proses esterifikasi. Jurnal Ilmu
Lingkungan. 10(1): 26-27.
Rohman, A., S. Riyanto, F. A. Lumakso, A. Windarsih, dan L. Indriyani.
Analisis autentikasi makanan minyak dan lemak. Gadjahma Mada
University Press. Yogyakarta.
Santika, I. G. P. N. A. 2016. Pengukuran tingkat kadar lemak tubuh melalui
jogging selama 30 menit mahasiswa putera semester IV FPOK IKIP
PGRI Bali tahun 2016. Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi. 1(1):
91.
Sartika, R. A. D. 2008. Pengaruh asam lemak jenuh, tidak jenuh dan asam
lemak trans terhadap kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional. 2(4): 155-157.
Serumpaet, R. David, J. Mohammad., dan A. Indwiani. 2016.Pengaruh Asap
Rokok Terhadap Kualitas Hidup Total Penderita Rinitis Alergi
Persisten. Jurnal Skolastik Keperawatan. 2(1): 1-7.
Shahidi, F dan P.K.J.P.D. Wanasundara. 2002. Extraction and Analysis of
Lipids. CRC Press New York.
Silalahi, R. L. R., D. P. Sari, dan I. A. Dewi. 2017. Pengujian Free Fatty Acid
(FFA) dan colour untuk mengendalikan mutu minyak goreng produksi
PT. XYZ. Jurnal Teknologi Manajemen dan Agroindustri. 6(1): 41-50.
Silsia, D., Surawan, F. E. Dewi, dan M. Idha. 2017. Karakteristik emulsifier
mono dan diasilgliserol (MDAG) dari crude palm oil (CPO) yang
berasal dari fat pit pada berbagai konsentrasi katalis NaOH. Jurnal
Teknologi Industri Pertanian Indonesia. 6(2): 86.
Sopianti, D. S., Herlina, dan H. T. Saputra. 2017. Penetapan kadar asam
lemak bebas pada minyak goreng. Jurnal Katalisator. 2(20): 100-102.
Suroso, A. S. 2013. Kualitas minyak goreng habis pakai ditinjau dari bilangan
peroksida, bilangan asam dan kadar air. Jurnal Kefarmasian
Indonesia. 3(2): 77-88.
Wahjuni, S. 2013. Metabolisme kimia. Udayana Press. Bali.
Wijanarko, B., dan L. D. Putri. 2012. Ekstraksi lipid dari mikroalga
(Nanochloropsis sp.) dengan solven methanol dan chloroform. Jurnal
Teknologi Kimia dan Industri. 1(1): 130-138.
LAMPIRAN
Lampiran 3.1 Data laporan praktikum lipida
Uji Kelarutan dan Terjadinya Emulsi
Perlakuan Hasil
Khloroform Larut
Ether Larut
Akuades Tidak larut
Na2CO3 Terjadi penyabunan
Empedu encer Terjadi emulsi
Uji Angka Iod
Perlakuan Hasil (Tetes)
Minyak Kelapa 31
Minyak Jagung 12
Minyak Zaitun 6
Minyak Hewan 52
Uji Angka Asam
Perlakuan Hasil Titrasi KOH (ml)
Minyak Kelapa 4,1
Margarin 6,7
Uji Akrolein (Ketengikan)
Perlakuan Hasil (Tetes)
Minyak Kelapa Bau menyengat
Gliserol Bau lebih menyengat
Uji Noda Lemak
Perlakuan Hasil (%)
Tepung Gandum 3,5
Tepung Kedelai 8,7
Lampiran 3.2 Perhitungan uji angka asam

Rumus Angka Asam:


ml titrasi x 0,1 x 56 = … mg/gram
gram sampel
BM KOH = 56
N KOH = 0,1

● Tabung 1 sampel minyak kelapa :


o 4,1 x 0,1 x 56/2,5 = 9,184 mg/gram
● Tabung 2 sampel margarin :
o 6,7 x 0,1 x 56/2,5 = 15,008 mg/gram

Anda mungkin juga menyukai