Percobaan IV
LIPIDA
NIM : 1900023017
Kelas/Golongan/Kelompok : III A / I / 4
Pernyataan keaslian:
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan yang saya buat
adalah hasil karya sendiri dan tidak memanipulasi data. Jika terbukti ada bagian
yang merupakan hasil meniru karya orang lain dan atau memanipulasi data.
Saya siap menerima sanksi yang semestinya.
Yang menyatakan,
FAKULTAS FARMASI
2020
PERCOBAAN IV
LIPIDA
I. Tujuan Percobaan
c. Penentuan angka asam, penyabunan dan iodium pada beberapa sampel minyak
A. Penggolongan Lipida
Pada umumnya, lemak dan minyak tidak larut dalam air, tetapi sedikit larut
dalam alkohol dan larut sempurna dalam pelarut organik. Minyak dalam air akan
membentuk emulsi yang tidak stabil karena stabil karena bila dibiarkan, maka
cairan akan memisah menjadi dua lapisan. Sebaliknya, minyak dalam soda (Na2CO3)
akan membentuk emulsi yang stabil karena asam lemak yang bebas dalam larutan
lemak bereaksi dengan soda membentuk sabun (Nugroho, 2017).
C. Sifat-sifat Lipida
1. Warna : Minyak lemak dan lemak umumnya berwarna pucat, berwarna kuning
karena mengandung pigmen karotenoid. Juga dapat berwarna jingga. Apabila
minyak dihidrogenasi maka akan terjadi hidrogenasi pada pigmen yang
dikandungnya, sehingga terjadi pengurangan warna pada minyak tersebut.
2. Bau : Berbau wangi disebabkan adanya senyawa nonyl metil keton (pada minyak
kelapa) & β-ionon (pada minyak kelapa sawit), adanya rantai asam yang sangat
pendek akan menyebabkan kerusakan pada minyak dan akan mengalami
perubahan bau.
3. Kelarutan : Tidak larut dalam air kecuali castor oil, sedikit larut dalam alkohol,
larut dalam eter, karbon disulfida, dan kloroform.
4. Titik Cair : Minyak lemak dapat memadat dan dapat mencair pada batas
temperatur tertentu, ini berguna untuk pengenalan komponen. Namun keadaan
padat cairnya minyak lemak dan lemak tidak tentu, contohnya Oleum chaulmogra
pada daerah tropis berupa minyak cair, sedangkan pada daerah sub tropis
berbentuk padat. Oleum olivarum pada suhu rendah dapat menjadi padat dan
gliserida-gliserida dari asam lemak tidak jenuh berbentuk cair.
5. Titik didih : Titik didih asam lemak semakin besar sesuai dengan panjang rantai
karbon dari asam lemak penyusunnya.
6. Sifat lainnya : Bila terhidrolisis akan menghasilkan asam lemak, berperan dalam
metabolisme tumbuhan dan hewan.
D. Struktur Lipida
1. Uji Akrolein, prinsip kerja uji ini adalah larutan uji ditambah dengan sesendok
spatula kristal KHSO4 kemudian dipanaskan. Dalam uji ini terjadi dehidrasi gliserol
dalam bentuk bebas atau dalam lemak yang menghasilkan aldehid akrilat atau
akrolein. Menurut Scy Tech Encyclopedia, uji akrolein digunakan untuk menguji
keberadaan gliserin atau lemak. Ketika lemak dipanaskan setelah ditambahkan agen
pendehidrasi (KHSO4) yang akan menarik air, maka bagian gliserol akan
terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh atau dikenal sebagai akrolein yang
memiliki bau seperti lemak terbakar dan ditandai dengan asap putih (Nugroho,
2017).
3. Uji Peroksida, uji ini untuk menentukan derajat ketidak jenuhan asam lemak.
Iodium dapat bereaksi dengan ikatan rangkap dalam asam lemak. Tiap molekul
iodium mengadakan reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap. Oleh karenanya makin
banyak ikatan rangkap, makin banyak pula iodium yang dapat bereaksi.
Cara yang sering digunakan untuk menentukan angka peroksida adalah dengan
metoda titrasi iodometri. Dalam metode ini minyak dilarutkan ke dalam larutan
asam asetat glasial dn kloroform yang kemudian ditambahkan KI. Dalam
campuran tersebut akan terjadi reaksi KI dalam suasana asam dengan peroksida
yang akan membebaskan I2. Kemudian I2 yang dibebaskan selanjutnya dititrasi
dengan larutan standar natrium tiosulfat (Najih, 2015).
4. Uji Penyabunan, lemak dan minyak dapat terhidrolisi menghasilkan asam lemak
dan gliserol. Proses hidrolisi yang disengaja biasa dilakukan dengan penambahan
basa kuat, seperti NaOH atau KOH, melalui pemanasan dan menghasilkan gliserol
dan sabun. Proses hidrolisi minyak oleh alkali disebut reaksi penyabunan atau
saponofikasi (Nugroho, 2017).
Uji Akrolein
Alat : Tabung reaksi, pemanas bunsen, penjepit tabung, pipet ukur, pipet tetes
Bahan : Minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak biji bunga matahari,
minyak krengseng, gliserol, KHSO4
Cara kerja:
Cara kerja:
Uji Peroksida
Cara kerja:
Uji Penyabunan
Alat :Tabung reaksi, pipet ukur, pipet tetes, erlenmeyer, penangas air
Bahan :Minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak biji bunga matahari,
minyak krengseng, lemak, KOH alkoholis 5,6%
Cara kerja:
Penentuan Angka Asam
Alat : Pipet tetes, erlenmeyer, buret, pendingin balik, penangas air, statif
dan klem, timbangan analitik, gelas ukur, botol timbang
Bahan : Lemak, KOH 0,5 N, alkohol 95%, indikator metil merah
Cara kerja:
Alat : Pipet tetes, erlenmeyer, buret, pendingin balik, penangas air, statif
dan klem, timbangan analitik, gelas ukur, botol timbang, tabung reaksi
Bahan : Lemak, KOH 0,5 N, KOH alkoholis 5,6%, aquades, indikator PP
1% dalam alfanaftol 5%, larutan HCL 0,5 N
Cara kerja:
Alat : Pipet tetes, pipet volume, labu ukur, erlenmeyer, buret, penangas air,
statif dan klem, timbangan analitik, gelas ukur, botol timbang, tabung reaksi, botol
kaca gelap bertutup
Bahan : Lemak, KOH alkoholis 5,6%, aquades, indikator kanji, kloroform,
larutan iodium bromida, KI 15%, larutan natrium thiosulfat
Cara kerja:
IV. Pembahasan
Sampel yang diujikan pada uji ketidakjenuhan yaitu minyak kelapa, minyak
kelapa sawit, minyak krengseng, minyak biji bunga matahari, dan lemak sapi sebagai
sampel dan pembanding. Berdasarkan hasil praktikum, tetesan brom paling banyak
yaitu pada sampel minyak biji bunga matahari sebanyak 19 tetesan. Lalu minyak
kelapa yaitu 14 tetesan, lalu minyak kelapa sawit yaitu 13 tetesan, lalu minyak
krengseng yaitu 11 tetesan, dan yang terakhir pada lemak sapi yaitu 7 tetesan.
Disimpulkan urutan sampel minyak/lemak dari yang paling tidak jenuh yaitu minyak
biji bunga matahari, minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak krengseng dan
terakhir lemak sapi, dikarenakan semakin banyak larutan brom yang diteteskan maka
semakin banyak pula ikatan rangkap pada sampel tersebut, sehingga memerlukan
larutan brom yang banyak untuk bisa bereaksi adisi dengan brom yang ditandai
warna merah dari brom yang tidak hilang.
Kandungan asam lemak terbanyak dari minyak kelapa yaitu asam lemak jenuh
asam laurat (C12H24O2) sebesar 47,79%. Minyak kelapa sawit yaitu asam lemak jenuh
asam palmitat (C16H32O2) sebesar 44%. Minyak biji bunga matahari yaitu asam
lemak tak jenuh asam linoleat (C18H32O2) sebesar 55%. Minyak krengseng yaitu
asam lemak jenuh asam laurat (C12H24O2) sebesar 47,61%. Lemak sapi yaitu asam
lemak jenuh asam stearat (C18H36O2) sebesar 31,26%.
Asam Stearat
Uji peroksida atau uji ketengikan bertujuan untuk mengetahui tingkat kerusakan
lemak/ minyak karena peristiwa oksidasi dan hidrofilik. Prinsip dari uji ini adalah
minyak/lemak mengalami oksidasi menghasilkan peroksida, asam lemak, aldehid,
dan keton. Peroksida yang terbentuk kemudian mengoksidasi Kalium Iodida dan
akan dibebaskan Iodium. Bau tengik yang dihasilkan adalah karena pembentukan
aldehid/keton dari asam lemak. Semakin tengik bau yang dihasilkan maka intensitas
warna kuning-merah yang dihasilkan semakin pekat. Warna kuning-merah ini
menandakan Iodium yang dibebaskan. Parameter dari uji ini adalah tingkat intensitas
warna yang dihasilkan yaitu kuning-merah.
Uji penyabunan, uji ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya reaksi hidrolisis
oleh alkali (saponifikasi). Minyak/lemak dapat terhidrolisis oleh alkali (NaOH/KOH)
menghasilkan garam asam lemak (sabun) dan gliserol. Parameter pada uji
penyabunan adalah dari basa yang dihasilkan oleh tiap sampel, sampel yang
digunakan yaitu minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak krengseng, minyak biji
bunga matahari, dan lemak sapi.
Pada metode analisis kuantitatif lipida, dilakukan perhitungan angka asam dan
FFA dari minyak kedelai. Angka asam sendiri dinyatakan sebagai sejumlah mg KOH
yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram
minyak/lemak. Angka asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar
yang berasal dari suatu hidrolisa minyak atau karena proses pengolahan yang kurang
baik. Semakin tinggi angka asam, maka semakin rendah kualitas minyak/lemak
tersebut, untuk FFA juga sama, semakin banyak kadarnya maka makin rendah
kualitas minyak/lemak tersebut. Penentuan nilai angka asam dan FFA dilakukan
dengan menitrasi sampel yang telah direaksikan dengan alkohol netral 95%, indikator
PP, dan KOH 0,5 N, dengan titran larutan KOH 0,5N. Titrasi dilakukan sampai tepat
berwarna merah jambu tidak hilang. Dilakukan replikasi 3 kali untuk meminimalisir
kesalahan percobaan.
Berdasarkan percobaan diperoleh nilai angka asam pada minyak kedelai sebesar
0,995 mg/g, dan %FFA sebesar 0,497%. Nilai angka asam minyak kedelai pada
referensi resminya sebesar 0,3-3%, dan menunjukkan hasil percobaan berhasil karena
sesuai, nilai angka asam tersebut manunjukkan kualitas dari minyak kedelai yang
cukup baik, karena masuk dalam range rendah, sehingga jumlah asam lemak
bebasnya kecil.
Perlunya ketelitian, penguasan ilmu, dan etos kerja yang tinggi dalam melakukan
percobaan kali ini, karena akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan hasil
percobaan.
V. Kesimpulan
1. Lipida merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam air, namun larut
dalam pelarut organik. Kelarutan asam lemak dalam air berkurang dengan
bertambahnya panjang rantai C.
2. Prinsip dasar reaksi uji ketidakjenuhan yaitu susunan asam lemak tidak
jenuh/jenuh berdasarkan ada atau tidaknya ikatan rangkap. Prinsip dasar reaksi
uji peroksida yaitu minyak/lemak mengalami oksidasi menghasilkan peroksida,
asam lemak, aldehid, dan keton. Peroksida yang terbentuk kemudian
mengoksidasi Kalium Iodida dan akan dibebaskan Iodium. Prinsip dasar reaksi
uji penyabunan yaitu minyak/lemak mengalami hidrolisis oleh alkali (KOH)
menghasilkan garam asam lemak (sabun) dan gliserol.
3. Nilai angka asam 0,995 mg/g dan %FFA 0,497%. Hasil angka asam tersebut
menunjukkan kualitas minyak kedelai hasil percobaan cukup baik, karena masuk
range nilai angka asam dari referensi yaitu 0,3-3 mg/g.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, M. 2018. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dan Bilangan Penyabunan
pada Ester Dari Sampel RBDPO di PT. Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Departemen Kimia Repository Institusi USU. repository.usu.ac.id, diakses 22
Oktober 2020 pukul 22.00
LAMPIRAN
A. Analisis Kualitatif
Hasil Praktikum
Sampel Ketidakjenuhan Peroksida Penyabunan
(Jumlah Tetesan) (Intensitas Warna (Terbentuknya
Kuning-Merah) Sabun)
Minyak kelapa 14 tetes +++ +
B. Analisis Kuantitatif
Sampel : minyak kedelai. Minyak yang ditimbang 4,5 gram. Jumlah titran (KOH 0,5
N) : 0,16 mL
Angka asam
mL KOH X N KOH X BM KOH / Bobot (g)
0,16 X 0,5 X 56 / 4,5 = 0,995 mg/g
FFA
mL KOH X N KOH X BM Asam lemak bebas / Bobot (g) X 10
0,16 X 0,5 X 280 / 4,5 X 10 = 0,497%