Anda di halaman 1dari 17

PRAKTIKUM BIOKIMIA

Percobaan IV

LIPIDA

Nama : Shaffanisa Noor Haqqani

NIM : 1900023017

Kelas/Golongan/Kelompok : III A / I / 4

Hari/ Tanggal Praktikum : Jumat, 18 Desember 2020

Asisten Dosen : Mustofa Ahda S.Si., M.Sc.

Pernyataan keaslian:
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan yang saya buat
adalah hasil karya sendiri dan tidak memanipulasi data. Jika terbukti ada bagian
yang merupakan hasil meniru karya orang lain dan atau memanipulasi data.
Saya siap menerima sanksi yang semestinya.
Yang menyatakan,

Shaffanisa Noor Haqqani

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

2020
PERCOBAAN IV

LIPIDA

I. Tujuan Percobaan

a. Mengetahui beberapa sifat kimia fisika lipida

b. Memahami prinsip dasar metode analisis kualitatif lipida

c. Penentuan angka asam, penyabunan dan iodium pada beberapa sampel minyak

II. Dasar Teori

A. Penggolongan Lipida

Berdasarkan struktur kimianya, lipid dibagi menjadi tiga (Poedjiadi, 2006):

1. Lipid sederhana (ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contoh:


lemak/gliserida dan lilin/waxes), dibagi menjadi dua, yang pertmaa lemak netral,
yaitu ester antara asam lemak dengan gliserol. Fungsi dasar dari lemak netral
adalah sebagai simpanan energi. Lemak netral terdiri atas monogliserida,
digliserida, dan trigliserida. Trigliserida merupakan cadangan energi penting dari
sumber lipid. Trigliserida adalah sebuah gliserida atau ester dari gliserol dan tiga
asam lemak. Pada manusia, trigliserida terletak di adiposa jaringan, yang secara
luas didistribusikan dalam tubuh. Yang kedua yaitu ester asam lemak dengan
alkohol, ester antara asam lemak dengan alkohol membentuk malam/lilin. Lilin
merupakan ester antara asam lemak dengan alkohol rantai panjang. Lilin/wax
adalah ester asam lemak dengan monohidroksi alkohol yang mempunyai rantai C
panjang (14 – 34). Contohnya adalah setilalkohol dan mirisilalkohol.
2. Lipid gabungan/majemuk (ester asam lemak yang punya gugus tambahan, contoh:
fosfolipid, serebrosida)
3. Derivat lipid/turunan lipid (senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid,
contoh: asam lemak, gliserol, sterol)
B. Kelarutan Lipida

Pada umumnya, lemak dan minyak tidak larut dalam air, tetapi sedikit larut
dalam alkohol dan larut sempurna dalam pelarut organik. Minyak dalam air akan
membentuk emulsi yang tidak stabil karena stabil karena bila dibiarkan, maka
cairan akan memisah menjadi dua lapisan. Sebaliknya, minyak dalam soda (Na2CO3)
akan membentuk emulsi yang stabil karena asam lemak yang bebas dalam larutan
lemak bereaksi dengan soda membentuk sabun (Nugroho, 2017).

C. Sifat-sifat Lipida

1. Warna : Minyak lemak dan lemak umumnya berwarna pucat, berwarna kuning
karena mengandung pigmen karotenoid. Juga dapat berwarna jingga. Apabila
minyak dihidrogenasi maka akan terjadi hidrogenasi pada pigmen yang
dikandungnya, sehingga terjadi pengurangan warna pada minyak tersebut.
2. Bau : Berbau wangi disebabkan adanya senyawa nonyl metil keton (pada minyak
kelapa) & β-ionon (pada minyak kelapa sawit), adanya rantai asam yang sangat
pendek akan menyebabkan kerusakan pada minyak dan akan mengalami
perubahan bau.
3. Kelarutan : Tidak larut dalam air kecuali castor oil, sedikit larut dalam alkohol,
larut dalam eter, karbon disulfida, dan kloroform.
4. Titik Cair : Minyak lemak dapat memadat dan dapat mencair pada batas
temperatur tertentu, ini berguna untuk pengenalan komponen. Namun keadaan
padat cairnya minyak lemak dan lemak tidak tentu, contohnya Oleum chaulmogra
pada daerah tropis berupa minyak cair, sedangkan pada daerah sub tropis
berbentuk padat. Oleum olivarum pada suhu rendah dapat menjadi padat dan
gliserida-gliserida dari asam lemak tidak jenuh berbentuk cair.
5. Titik didih : Titik didih asam lemak semakin besar sesuai dengan panjang rantai
karbon dari asam lemak penyusunnya.
6. Sifat lainnya : Bila terhidrolisis akan menghasilkan asam lemak, berperan dalam
metabolisme tumbuhan dan hewan.
D. Struktur Lipida

Gambar 1. Struktur Lipida (Wikipedia, 2020)


Terdiri dari rantai hidrokarbon yang mempunyai jumlah atom karbon
sebanyak 3 sampai 23. Namun yang sering dijumpai jumlahnya ialah 15 atau 17.
Lemak yang terbentuk oleh asam karboksilat sejenis (R1=R2=R3) dinamakan lemak
sederhana. Apabila terbentuk dari dua atau tiga jenis asam karboksilat dinamakan
dengan campuran. Penamaan lemak dimulai dengan menggunakan kata gliseril yang
kemudian diikuti oleh nama asam lemaknya.

Penamaan lemak dan minyak sering diberikan menurut asam penyusunnya.


contohnya; tristearin berasal dari gliserol dan tristearat, dan tripalmitin berasal dari
gliserol dan tripalmiat. Disamping itu minyak dan lemak juga bisa diberikan nama
dengan cara yang umumnya dipakai pada penamaan suatu ester contohnya; gliseril
stristearat dan gliseril tripalmiat (Amin, 2020).

E. Analisis Lipida secara Kualitatif beserta Dasar Reaksi dan Reaksinya

1. Uji Akrolein, prinsip kerja uji ini adalah larutan uji ditambah dengan sesendok
spatula kristal KHSO4 kemudian dipanaskan. Dalam uji ini terjadi dehidrasi gliserol
dalam bentuk bebas atau dalam lemak yang menghasilkan aldehid akrilat atau
akrolein. Menurut Scy Tech Encyclopedia, uji akrolein digunakan untuk menguji
keberadaan gliserin atau lemak. Ketika lemak dipanaskan setelah ditambahkan agen
pendehidrasi (KHSO4) yang akan menarik air, maka bagian gliserol akan
terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak jenuh atau dikenal sebagai akrolein yang
memiliki bau seperti lemak terbakar dan ditandai dengan asap putih (Nugroho,
2017).

Gambar 2. Reaksi Uji Akrolein (Nugroho, 2017).


2. Uji Ketidakjenuhan Minyak, uji ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui
asam lemak yang diuji apakah termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan
menggunakan pereaksi Iod Hubl. Iod Hubl ini digunakan sebagai indikator
perubahan. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan ganda pada gugus
hidrokarbonnya. Reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak ditandai dengan
timbulnya warna merah asam lemak, lalu warna kembali lagi ke warna awal kuning
bening. Warna merah yang kembali pudar menandakan bahwa terdapat banyak
ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak. Pada uji ketidakjenuhan,
pereaksi iod huble akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap
pada molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna merah muda yang hilang selama
reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi iod
huble (Mamuaja, 2017).

Gambar 3. Reaksi Uji Ketidakjenuhan Minyak (Tiara, 2015)

3. Uji Peroksida, uji ini untuk menentukan derajat ketidak jenuhan asam lemak.
Iodium dapat bereaksi dengan ikatan rangkap dalam asam lemak. Tiap molekul
iodium mengadakan reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap. Oleh karenanya makin
banyak ikatan rangkap, makin banyak pula iodium yang dapat bereaksi.

Cara yang sering digunakan untuk menentukan angka peroksida adalah dengan
metoda titrasi iodometri. Dalam metode ini minyak dilarutkan ke dalam larutan
asam asetat glasial dn kloroform yang kemudian ditambahkan KI. Dalam
campuran tersebut akan terjadi reaksi KI dalam suasana asam dengan peroksida
yang akan membebaskan I2. Kemudian I2 yang dibebaskan selanjutnya dititrasi
dengan larutan standar natrium tiosulfat (Najih, 2015).
4. Uji Penyabunan, lemak dan minyak dapat terhidrolisi menghasilkan asam lemak
dan gliserol. Proses hidrolisi yang disengaja biasa dilakukan dengan penambahan
basa kuat, seperti NaOH atau KOH, melalui pemanasan dan menghasilkan gliserol
dan sabun. Proses hidrolisi minyak oleh alkali disebut reaksi penyabunan atau
saponofikasi (Nugroho, 2017).

Gambar 4. Reaksi Uji Penyabunan (Nugroho, 2017)

F. Analisis Lipida secara Kuantitatif beserta Dasar Reaksi dan Reaksinya

1. Penentuan Angka Asam, penentuan metode analisa kuantitatif lemak dengan


angka asam dengan menambahkan jumlah milligram reagen yang digunakan yaitu
KOH untuk menetralkan asam lemak bebas yang berasal dari 1 gram lemak. Angka
asam tersebut untuk menentukan berat molekul lemak / minyak (Fessenden, 1999).

Gambar 5. Reaksi Penentuan Angka Asam (Yusuf, 2018)

2. Penentuan Angka Penyabunan, angka penyabunan digunakan metode kuantitatif


dari proses penyabunan dengan menambahkan jumlah milligram KOH untuk
menyabunkan 1 gram minyak/lemak. Angka tersebut digunakan untuk menentukan
besarnya berat molekul minyak/lemak (Fessenden, 1999).

Gambar 6. Reaksi Penentuan Angka Penyabunan (Ketaren, 1986)

3. Penentuan Angka Iod, percobaan ini bertujuan untuk menentukan derajat


ketidakjenuhan asam lemak. Angka iod merupakan jumlah gram iodium yang diserap
oleh 100 gram lemak tak jenuh. Prinsip yang digunakan dalam percobaan ini adalah
reaksi halogenasi, yaitu reaksi pemutusan ikatan rangkap (reaksi adisi) dengan
menggunakan senyawa halogen, seperti Br2 dan I2. Metode yang digunakan adalah
titrasi iodometri, yaitu titrasi redoks untuk menetapkan senyawa yang mempunyai
potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem iodium iodida atau senyawa yang
bersifat oksidator (Poedjiadi, 1994).

Gambar 7. Reaksi Penentuan Angka Iod (Fessenden, 1982)


III. Metode Kerja

Uji Akrolein

Alat : Tabung reaksi, pemanas bunsen, penjepit tabung, pipet ukur, pipet tetes
Bahan : Minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak biji bunga matahari,
minyak krengseng, gliserol, KHSO4

Cara kerja:

Uji Ketidakjenuhan Minyak

Alat : Tabung reaksi, pipet ukur, pipet tetes


Bahan : Minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak biji bunga matahari,
minyak krengseng, lemak, kloroform, larutan brom

Cara kerja:
Uji Peroksida

Alat :Tabung reaksi, pipet ukur


Bahan: Minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak biji bunga matahari,
minyak krengseng, lemak, minyak kelapa ‘tengik’, asam asetat glasial, larutan
KI 10%, kloroform

Cara kerja:

Uji Penyabunan

Alat :Tabung reaksi, pipet ukur, pipet tetes, erlenmeyer, penangas air
Bahan :Minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak biji bunga matahari,
minyak krengseng, lemak, KOH alkoholis 5,6%

Cara kerja:
Penentuan Angka Asam

Alat : Pipet tetes, erlenmeyer, buret, pendingin balik, penangas air, statif
dan klem, timbangan analitik, gelas ukur, botol timbang
Bahan : Lemak, KOH 0,5 N, alkohol 95%, indikator metil merah

Cara kerja:

Penentuan Angka Penyabunan

Alat : Pipet tetes, erlenmeyer, buret, pendingin balik, penangas air, statif
dan klem, timbangan analitik, gelas ukur, botol timbang, tabung reaksi
Bahan : Lemak, KOH 0,5 N, KOH alkoholis 5,6%, aquades, indikator PP
1% dalam alfanaftol 5%, larutan HCL 0,5 N
Cara kerja:

Penentuan Angka Iodium

Alat : Pipet tetes, pipet volume, labu ukur, erlenmeyer, buret, penangas air,
statif dan klem, timbangan analitik, gelas ukur, botol timbang, tabung reaksi, botol
kaca gelap bertutup
Bahan : Lemak, KOH alkoholis 5,6%, aquades, indikator kanji, kloroform,
larutan iodium bromida, KI 15%, larutan natrium thiosulfat

Cara kerja:
IV. Pembahasan

Pada praktikum kali ini praktikan diminta untuk menganalisis video


praktikum yang diberikan berupa analisis lipida. Praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui sifat kimia fisika dari lipida dan untuk memahami prinsip dasar metode
analisis kualitatif lipida. Analisis kualitatif yang dilakukan yaitu uji ketidakjenuhan
minyak, uji peroksida, dan uji penyabunan. Sedangkan analisis kuantitatif yang
dilakukan berupa penentuan angka asam. Sampel yang digunakan pada analisis
kualitatif lipida yaitu minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak krengseng,
minyak biji bunga matahari, dan lemak sapi. Sedangkan pada analisis kuantitatif
sampel yang digunakan berupa minyak/lemak cair.

Uji ketidakjenuhan minyak/lemak dilakukan dengan prinsip berdasarkan pada


struktur kimia minyak atau lemak yang dapat tersusun oleh asam lemak tidak
jenuh/jenuh berdasarkan ada atau tidaknya ikatan rangkap. Asam lemak tidak jenuh
yaitu yang memiliki ikatan rangkap dapat menghilangkan larutan brom karena dapat
bereaksi dengan brom. Parameter dari uji ini adalah banyak sedikitnya larutan brom
yang diteteskan pada sampel untuk menghasilkan warna merah dari larutan brom
tidak hilang. Semakin banyak tetesan larutan brom yang diperlukan maka semakin
banyak pula ikatan rangkap yang terdapat dalam sampel, sehingga sampel semakin
tidak jenuh.

Sampel yang diujikan pada uji ketidakjenuhan yaitu minyak kelapa, minyak
kelapa sawit, minyak krengseng, minyak biji bunga matahari, dan lemak sapi sebagai
sampel dan pembanding. Berdasarkan hasil praktikum, tetesan brom paling banyak
yaitu pada sampel minyak biji bunga matahari sebanyak 19 tetesan. Lalu minyak
kelapa yaitu 14 tetesan, lalu minyak kelapa sawit yaitu 13 tetesan, lalu minyak
krengseng yaitu 11 tetesan, dan yang terakhir pada lemak sapi yaitu 7 tetesan.
Disimpulkan urutan sampel minyak/lemak dari yang paling tidak jenuh yaitu minyak
biji bunga matahari, minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak krengseng dan
terakhir lemak sapi, dikarenakan semakin banyak larutan brom yang diteteskan maka
semakin banyak pula ikatan rangkap pada sampel tersebut, sehingga memerlukan
larutan brom yang banyak untuk bisa bereaksi adisi dengan brom yang ditandai
warna merah dari brom yang tidak hilang.
Kandungan asam lemak terbanyak dari minyak kelapa yaitu asam lemak jenuh
asam laurat (C12H24O2) sebesar 47,79%. Minyak kelapa sawit yaitu asam lemak jenuh
asam palmitat (C16H32O2) sebesar 44%. Minyak biji bunga matahari yaitu asam
lemak tak jenuh asam linoleat (C18H32O2) sebesar 55%. Minyak krengseng yaitu
asam lemak jenuh asam laurat (C12H24O2) sebesar 47,61%. Lemak sapi yaitu asam
lemak jenuh asam stearat (C18H36O2) sebesar 31,26%.

Asam Laurat Asam Palmitat

Asam Stearat

Uji peroksida atau uji ketengikan bertujuan untuk mengetahui tingkat kerusakan
lemak/ minyak karena peristiwa oksidasi dan hidrofilik. Prinsip dari uji ini adalah
minyak/lemak mengalami oksidasi menghasilkan peroksida, asam lemak, aldehid,
dan keton. Peroksida yang terbentuk kemudian mengoksidasi Kalium Iodida dan
akan dibebaskan Iodium. Bau tengik yang dihasilkan adalah karena pembentukan
aldehid/keton dari asam lemak. Semakin tengik bau yang dihasilkan maka intensitas
warna kuning-merah yang dihasilkan semakin pekat. Warna kuning-merah ini
menandakan Iodium yang dibebaskan. Parameter dari uji ini adalah tingkat intensitas
warna yang dihasilkan yaitu kuning-merah.

Hasil praktikum menunjukkan urutan intensitas warna kuning-merah dari yang


terpekat yaitu minyak biji bunga matahari, minyak kelapa tengik, minyak kelapa
sawit, minyak kelapa, untuk lemak sapi dan minyak krengseng tidak menunjukkan
warna kuning-merah, hanya menunjukkan kekeruhan saja. Urutan intensitas tersebut
menunjukkan pula urutan kerusakan lipida, karena warna tersebut menunjukkan
Iodium yang dibebaskan dari proses oksidasi dan hidrofilik yang menyebabkan
kerusakan lipida, jadi semakin banyak yang teroksidasi maka akan makin pekat,
makin tengik dan makin banyak yang rusak lipidanya. Dapat disimpulkan pula,
dengan adanya urutan kerusakan akan berpengaruh pada kualitas minyak/lemak.
Semakin pekat warna intensitas kuning-merah, maka semakin buruk kualitas dari
minyak/lemak tersebut karena makin banyak yang rusak lipidanya, dan kebalikannya,
semakin terang warnanya maka akan semakin baik kualitasnya, dalam hal ini lemak
sapi dan minyak krengseng, lemak sapi sendiri merupakan sumber protein hewani
yang bersumber dari alam, sedangkan pada minyak krengseng, telah melewati proses
uji pabrik dan lainnya, sehingga menghasilkan minyak yang berkualitas.

Uji penyabunan, uji ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya reaksi hidrolisis
oleh alkali (saponifikasi). Minyak/lemak dapat terhidrolisis oleh alkali (NaOH/KOH)
menghasilkan garam asam lemak (sabun) dan gliserol. Parameter pada uji
penyabunan adalah dari basa yang dihasilkan oleh tiap sampel, sampel yang
digunakan yaitu minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak krengseng, minyak biji
bunga matahari, dan lemak sapi.

Hasil percobaan menunjukkan semua sampel bereaksi positif, karena


terbentuknya busa ditiap tabung reaksinya. Artinya semua sampel dapat bereaksi
hidrolisis yaitu minyak oleh alkali, atau terjadinya saponifikasi yang pada akhirnya
menghasilkan sabun dan gliserol ditandai dengan terbentuknya busa. Intensitas
banyaknya busa menandakan jumlah asam lemak yan g terkandung, semakin banyak
kandungan asam lemaknya, maka busa yang dihasilkan akan semakin banyak,
dibuktikan pada percobaan kali ini, busa terbanyak dihasilkan oleh sampel minyak
kelapa sawit dan busa paling sedikit yaitu pada minyak kelapa, namun intensitas busa
ini tidak bisa dijadikan parameter yang tepat untuk melihat seberapa banyak
kandungan asam lemak, karena bisa jadi perlakuan tiap tabungnya berbeda, ketika
ada guncangan dan tidak itu mungkin juga bisa berpengaruh pada terbentuknya busa.

Pada metode analisis kuantitatif lipida, dilakukan perhitungan angka asam dan
FFA dari minyak kedelai. Angka asam sendiri dinyatakan sebagai sejumlah mg KOH
yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram
minyak/lemak. Angka asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar
yang berasal dari suatu hidrolisa minyak atau karena proses pengolahan yang kurang
baik. Semakin tinggi angka asam, maka semakin rendah kualitas minyak/lemak
tersebut, untuk FFA juga sama, semakin banyak kadarnya maka makin rendah
kualitas minyak/lemak tersebut. Penentuan nilai angka asam dan FFA dilakukan
dengan menitrasi sampel yang telah direaksikan dengan alkohol netral 95%, indikator
PP, dan KOH 0,5 N, dengan titran larutan KOH 0,5N. Titrasi dilakukan sampai tepat
berwarna merah jambu tidak hilang. Dilakukan replikasi 3 kali untuk meminimalisir
kesalahan percobaan.

Berdasarkan percobaan diperoleh nilai angka asam pada minyak kedelai sebesar
0,995 mg/g, dan %FFA sebesar 0,497%. Nilai angka asam minyak kedelai pada
referensi resminya sebesar 0,3-3%, dan menunjukkan hasil percobaan berhasil karena
sesuai, nilai angka asam tersebut manunjukkan kualitas dari minyak kedelai yang
cukup baik, karena masuk dalam range rendah, sehingga jumlah asam lemak
bebasnya kecil.

Perlunya ketelitian, penguasan ilmu, dan etos kerja yang tinggi dalam melakukan
percobaan kali ini, karena akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan hasil
percobaan.

V. Kesimpulan

1. Lipida merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam air, namun larut
dalam pelarut organik. Kelarutan asam lemak dalam air berkurang dengan
bertambahnya panjang rantai C.

2. Prinsip dasar reaksi uji ketidakjenuhan yaitu susunan asam lemak tidak
jenuh/jenuh berdasarkan ada atau tidaknya ikatan rangkap. Prinsip dasar reaksi
uji peroksida yaitu minyak/lemak mengalami oksidasi menghasilkan peroksida,
asam lemak, aldehid, dan keton. Peroksida yang terbentuk kemudian
mengoksidasi Kalium Iodida dan akan dibebaskan Iodium. Prinsip dasar reaksi
uji penyabunan yaitu minyak/lemak mengalami hidrolisis oleh alkali (KOH)
menghasilkan garam asam lemak (sabun) dan gliserol.

3. Nilai angka asam 0,995 mg/g dan %FFA 0,497%. Hasil angka asam tersebut
menunjukkan kualitas minyak kedelai hasil percobaan cukup baik, karena masuk
range nilai angka asam dari referensi yaitu 0,3-3 mg/g.
DAFTAR PUSTAKA

Amin. 2020. Pengertian, Turunan dan Struktur Lipid. rumushitung.com, diakses 22


Oktober 2020 pukul 20.29

Asyuriyah, K. 2018. Makalah Farmakognosi “Penggolongan Lipid”. Fakultas


Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional. wordpress.com, diakses 22
Oktober 2020 pukul 20.00

Mamuaja, F. 2017. Lipida. Universitas Sam Ratulangi. Unsrat Press. repo.unsrat.ac.id,


diakses 22 Oktober 2020 pukul 20.50

Najihullah. 2015. Analisa Kualitatif Dan Kuantitatif (Praktikum


Biokimia ).najih.web.id, diakses 22 Oktober 2020 pukul 21.30

Nugroho, W. 2017. Uji Lipid Biokimia. Universitas Negeri Jakarta. slideshare.net,


diakses 22 Oktober 2020 pukul 20.10

Poedjiadi, A. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Bandung: UIP.


Tiara, K. 2015. Biokimia Pangan. scribd.com, diakses 22 Oktober 2020 pukul 20.50

Yusuf, M. 2018. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dan Bilangan Penyabunan
pada Ester Dari Sampel RBDPO di PT. Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Departemen Kimia Repository Institusi USU. repository.usu.ac.id, diakses 22
Oktober 2020 pukul 22.00
LAMPIRAN

A. Analisis Kualitatif

Hasil Praktikum
Sampel Ketidakjenuhan Peroksida Penyabunan
(Jumlah Tetesan) (Intensitas Warna (Terbentuknya
Kuning-Merah) Sabun)
Minyak kelapa 14 tetes +++ +

Minyak kelapa sawit 13 tetes ++++ ++++

Minyak biji bunga 19 tetes ++++++ ++


matahari
Minyak krengseng 11 tetes - +++

Lemak Sapi 7 tetes + +++

Minyak kelapa tengik +++++


(Uji Peroksida saja)

B. Analisis Kuantitatif
Sampel : minyak kedelai. Minyak yang ditimbang 4,5 gram. Jumlah titran (KOH 0,5
N) : 0,16 mL
Angka asam
mL KOH X N KOH X BM KOH / Bobot (g)
0,16 X 0,5 X 56 / 4,5 = 0,995 mg/g

FFA
mL KOH X N KOH X BM Asam lemak bebas / Bobot (g) X 10
0,16 X 0,5 X 280 / 4,5 X 10 = 0,497%

Anda mungkin juga menyukai