Percobaan I
GRANULASI
NIM : 1900023017
Kelas/Golongan/Kelompok : 3A/1/4
III. PERALATAN
1.Timbangan
2.Baskom
3.Oven
4.Sendok
5.Gelas ukur
6.Gelas beaker
7.Piring
8.Batang pengaduk
9.Mortir dan Stemper
10.Cawan petri dan penutup
11.Mesin tablet
12.Ayakan no.122 mesh
13.Ayakan no. 14/30 mesh
Hal 2
IV. PENIMBANGAN
Tgl: 26 November 2020
Kode bahan Nama bahan Jumlah yg Jumlah yg Ditimbang Diperiksa
di butuhkan di timbang oleh oleh
PCT005 Paracetamol 275 g
LKTS3 Laktosa 55 g
SOLG5 Solutio gelatin 5% 3,75 g
AMLM6 Amilum kering 16,5 g
TALK9 Talk 5,5 g
V. PROSEDUR PENGOLAHAN
10. Tambahkan amilum kering dan talk ke dalam granul kering campur
hingga homogen
Amilum kering
=berat granul yang dihasilkan/berat granul teoritis x
jumlah amilum yg ditambahkan
=570/603,25 x 30 = 28,35 g
Talk
=berat granul yang dihasilkan/berat granul teoritis x
jumlah talk yg ditambahkan
=570/603,25 x 10 = 9,45 g
Pada percobaan granulasi kali ini, praktikan diminta untuk mengamati video pembuatan
granul dan menganalisisnya, tujuan percobaan kali ini yaitu mengetahui dan memahami
proses pembuatan granul. Granul dapat diperoleh dengan cara granulasi kering dan granulasi
basah, namun yang dilakukan pada percobaan kali ini hanya granulasi basah saja. Alasan
digunakannya metode granulasi basah pada proses granulasi PCT kali ini dikarenakan zat aktif
dalam dosis tinggi dan punya sifat alir dan kompresibilitas rendah, sehingga dapat dibuat dengan
metode granulasi basah dengan membutuhkan bahan pengikat yaitu solutio gelatin yang lebih sedikit
karena digunakan dalam bentuk larutan.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya pada prosedur pengolahan, proses pembuatan
granul diawali dengan menimbang bahan yang dibutuhkan yaitu PCT 500 mg yang berfungsi
sebagai bahan aktif, laktosa 100 mg sebagai bahan pengisi, sol gelatin 5% q.s sebagai bahan
pengikat, amilum 30 mg sebagai bahan penghancur dan talk 10 mg sebagai bahan pelicin.
Tahap selanjutnya yaitu mencampur parasetamol dengan laktosa hingga homogen, lalu
menambahkan solutio gelatin sedikit demi sedikit sampai diperoleh masa yang kempal, diuji
dengan banana breaking test, ketika dipatahkan dan tidak ada serpihan maka dikatakan telah
kempal, lalu diayak masa basah dengan ayakan no. 12 mesh, menimbang granul basah yang
diperoleh, kemudian keringkan dalam almari pengering dengan suhu 50 derajat celcius
selama 24 jam (hitung MC), lamanya pengeringan ditentukan dengan bahan yang digunakan
pula, ketika menggunakan alkohol yang cepat kering maka dapat dipastikan waktu
pengeringannya juga semakin cepat, diperlukan juga perhitungan MC dan LOD untuk
memperkirakan apakah granul tersebut telah sepenuhnya kering atau belum, dengan diuji
pada waktu-waktu tertentu, lalu diayak granul kering dengan ayakan no. 14/30 mesh,
menimbang granul kering untuk memperhitungkan berat amilum kering dan talk yang
diperlukan, menambahkan amilum kering dan talk ke dalam granul kering campur hingga
homogen, setelah itu dilakukan uji kandungan lembab granul menggunakan halogen moisture
analyzier dengan cara memasukkan sekitar 2 gr granul, meng on kan alatnya, lalu di mode
MC pada menu setting. Lalu, alat dibuka, dimasukkan granul dan ditunggu sampai gambar
berkedip di pojok kiri atas display baru kemudian dituutp alatnya. Lalu ditunggu angka pada
display sampai konstan, kemudian granul dikeluarkan dan alat di off kan. Lalu akan muncul
LOD dan MC nya.
Dapat dilihat pada grafik dibawah, kurva laju pengeringan pada sampel 1 yang
berlangsung lima tahap, yaitu tahap awal pada 0 jam, laju konstan pada 1 jam dan 3 jam,
penurunan laju pertama pada 6 jam, penurunan laju kedua pada 24 jam, dan kandungan
lembab setimbang saat 48 jam.
Bahan aktif dan pengisi dicampur saat awal, karena mereka berperan sebagai fase dalam
yang nantinya akan dicampur kembali dengan disintregan serta glidan yang berperan sebagai
fase luarnya, dan akan lebih baik terhadap kekerasan tablet serta kemudahannya untuk
dikeluarkan dibandingkan dengan metode penambahan lubrikan saat dilakukan granulasi,
alasan amilum dan talk dicampur saat akhir juga karena mareka memiliki sifat hidrofobik,
sehingga ketika dicampur diawal akan memengaruhi waktu hancur dan disolusi tablet
nantinya.
Pada praktikum kali ini, praktikan juga diberi data untuk menganalisis nilai MC dari
granul kering yang dicantumkan, dan diperolah untuk sampel 1,2 dan 3 yang MC nya baik
yaitu rata-rata saat 48 jam, atau sekitar dua hari, dengan nilai MC 0,85% dan 1,68%. Untuk
MC yang baik secara teoritis yaitu sebesar 2-4% atau ada juga yang mengatakan 1-5%, dan
pada data tersebut dianggap yang baik yaitu yang mendekati nilai 2%, karena kemungkinan
kurangnya ketelitian dari praktikan saat proses pembuatan granul, atau bahkan alat yang
digunakan.
Praktikan juga diberikan data untuk menghitung jumlah amilum serta talk yang
dibutuhkan untuk ditambahkan ke granulasi kering, dan didapatkan amilum yang harus
ditambahkan sebesar 28,35 g dan talk 9,45 g, dan untuk berat per tabletnya adalah 643,25 mg.
Perlunya ketelitian, kesabaran, serta penguasaan ilmu tentang proses granulasi sangatlah
penting saat praktikum dilaksanakan, yang akan menentukan keberhasilan dan kemaksimalan
proses granulasi ini.
C. KESIMPULAN
1. Berdasarkan data diperoleh MC paling optimal pada 48 jam, yaitu sebesar 0,85% pada
sampel 1, 0,85% pada sampel 2 dan 1,68% pada sampel 3. Sehingga diperoleh rata-rata
MC nya, 1,13%.
2. Diperoleh amilum sebesar 28,35 g dan talk 9,45 g, yang harus ditambahkan, dan berat
masing-masing tabletnya 643,25 mg
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta
Rowe, Raymond C, Paul J Sheskey Dan Marian E Quinn, 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipient 6th Edition. UK: Pharmaceutical Press.