OLEH :
LUH PUTU AYU LAKSHEMINI OKA
1403051007
1403051009
1403051011
1. Judul
Nipis
2. Tujuan :
2.1 Mampu Merancang dan membuat sabun dari minyk jelantah beraroma buah
2.2 Mampu melakukan identifikasi pada sabun dengan beberapa uji (uji kadar air,
uji pH, uji kebusaan, uji asam lemak dan alkali bebas, uji kesadahan)
3. Dasar Teori
3.1 Minyak Goreng
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau
hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya
digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak goreng dari tumbuhan biasanya
dihasilkan dari tanaman seperti kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan, jagung,
kedelai, dan kanola.
Minyak goreng umumnya berasal dari minyak kelapa sawit.Minyak kelapa
dapat digunakan untuk menggoreng karena struktur minyaknya yang memiliki
ikatan rangkap sehingga minyaknya termasuk lemak tak jenuh yang sifatnya
stabil.Selain itu pada minyak kelapa terdapat asam lemak esensial yang tidak
dapat disintesis oleh tubuh.Asam lemak tersebut adalah asam palmitat, stearat,
oleat, dan linoleat.
3.2 Minyak Goreng Bekas
Minyak goreng bekas atau yang biasa disebut dengan minyak jelantah
adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti
halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya, minyak ini
merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya.
Sehubungan dengan banyaknya minyak goreng bekas dari sisa industri maupun
rumah tangga dalam jumlah tinggi dan menyadari adanya bahaya konsumsi
minyak goreng bekas, maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk memanfaatkan
minyak goreng bekas tersebut agar tidak terbuang dan mencemari lingkungan.
Pemanfaatan minyak goreng bekas ini dapat dilakukan pemurnian agar dapat
digunakan kembali sebagai media penggorengan atau digunakan sebagai bahan
baku produk berbasis minyak seperti sabun (Susinggih, dkk, 2005).
2.
Netralisasi
3.
Pemucatan (bleaching)
3.4 Sabun
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan.
Sabun
biasanya
berbentuk
padatan
tercetak
yang
Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis
parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.
CH3(CH2)16COONa + H2O
b.
CH3(CH2)16COOH + NaOH
Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini
tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih
setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.
CH3(CH2)16COONa + CaSO4
Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2
c.
Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak)
digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena
sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai
hidrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak
suka air) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa+ sebagai kepala yang
bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air.
3.5 Uji Karakteristik Mutu Sabun
Sabun dapat beredar di pasaran bebas apabila memiliki karakteristik
standar seperti yang telah ditetapkan dalam Dewan Standarisasi Nasional (DSN).
Syarat mutu dibuat untuk memberi acuan kepada pihak industri besar ataupun
industri rumah tangga yang memproduksi sabun mandi untuk menghasilkan
sabun dengan mutu yang baik dan dapat bersaing di pasaran lokal. Sifat mutu
yang paling penting pada sabun adalah total asam lemak, asam lemak bebas, dan
alkali bebas. Pengujian parameter tersebut dapat dilakukan sesuai dengan acuan
prosedur standar yang ditetapkan SNI. Begitu juga dengan semua sifat mutu pada
sabun yang dapat dipasarkan, harus memenuhi standar mutu sabun yang
ditetapkan yaitu SNI 0635321994. Syarat mutu sabun mandi padat menurut
SNI 06-3532-1994 dapat dilihat pada tabel 1.
No
Uraian
Satuan
Tipe I
Tipe II
Superfat
Kadar air
Maks
Maks
Maks 15
15
15
>10
64 - 70
>70
Alkali
Maks
Maks
Maks 0,1
bebas
(dihitung
sebagai NaOH)
4
0,1
0,1
< 2,5
< 2,5
2,5 - 7,5
Negatif
Negatif
Negatif
lemak netral
5
Minyak mineral
KCl + H2O
molekul rendah akan memiliki bilangan penyabunan lebih tinggi daripada minyak
yang mempunyai berat molekul tinggi. Penentuan bilangan penyabunan dapat
dilakukan pada semua jenis minyak dan lemak.
3.5.4 Kadar Air
Air adalah bahan yang menguap pada pemanasan dengan suhu dan
tekanan tertentu. Kadar air pada sabun batang memiliki nilai maksimal 15%
(Wijana, S. 2009). Hal ini menyebabkan sabun yang dihasilkan cukup keras
sehingga lebih efisien dalam pemakaian karena sabun tidak mudah larut dalam air.
Dalam penyimpanan, air dengan kadar tersebut akan menunjukkan daya simpan
lebih baik. Kadar air sabun akan sangat mempengaruhi kekerasan sabun batang
yang dihasilkan (BSN, 1998), penentuan kadar air pada produk sabun padat yang
dihasilkan menggunakan cara Oven Terbuka (air oven method) (Hopper, 1951
dalam Ketaren 1986).
3.5.5 Derajat Keasaman (pH)
Berdasarkan SNI 0635321994, pH sabun mandi tidak ditetapkan
standarnya.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu minyak goreng bekas,
NaOH, Indikator PP, arang, aquadest, kertas whatman dan alkohol.
5. Prosedur Kerja
5.1 Pengambilan Ekstrak Buah Jeruk Nipis
Pengambilan sari buah jeruk nipis dilakukan dengan cara memeras buah
jeruk nipis yang telah dibersihkan. Setelah itu dilakukan pemisahan kotoran lain
dengan cara menyaring kembali sari jeruk nipis yang telah didapat. Setelah
disaring barulah diperoleh sari murni jeruk nipis (tanpa serat).
5.2 Pemurnian Minyak Jelantah
Pemurnian minyak goreng bekas dengan arang aktif. Disiapkan minyak
goreng
bekas
200 ml,
selanjutnya
minyak
goreng disaring
untuk
Keterangan :
W1 : Berat sampel + wadah (gram)
W2 : Berat sampel setelah di oven + wadah (gram)
W : Berat sampel (gram)
5.4.4 Uji pH
Uji pH dilakukan dengan menggunakan aquadest, timbang sabun sebanyak 1
gram dan dilarutkan dengan akuadest, kemudian pH diukur dengan menggunakan
kertas inikator universal.
5.4.5 Uji dengan Air Sadah
6. Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dianalisis dengan cara sebagai
berikut.
1. Data analisis uji evaluasi meliputi uji kebusaan secara kualitatif
2. Data analisis uji evaluasi meliputi uji alkali bebas dan asam lemak bebas
secara kualitatif
3. Data analisis uji evaluasi meliputi uji kadar air secara kualitatif
4. Data analisis uji evaluasi meliputi uji pH (Keasaman) secara kualitatif
7. Hasil dan Pembahasan
7.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Pembuatan Sabun
No
Perlakuan
Pengamatan
1.
2.
3.
Disaring
Minyak
goreng
hasil
filtrasi
5.
Campuran mengental
6.
Campuran
menjadi
beraroma
jeruk
7.
UJI 2
UJI 3
Tinggi busa
2,5 cm
+
Hasil
Pengamatan
Terbentuk
Berwarna
busa
merah muda
UJI 4
pH 13
UJI 5
-
Menunjukkan
pH basa
Keterangan :
1. Uji 1 : Uji kebusaan
2. Uji 2 : Uji alkali bebas dan asam lemak bebas
3. Uji 3 : Uji kadar air
4. Uji 4 : Uji pH
5. Uji 5 : kesadahan
= 5,37%
10
tinggibusaakhir
tinggibusaawal
1,5cm
2,5cm
= 0,6 cm
7.3 Pembahasan
7.3.1 Pembuatan Sabun
Dalam percobaan ini, sabun yang dibuat adalah sabun natrium dengan
menggunakan larutan NaOH. Proses ini dinamakan proses safonifikasi.
Saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan
mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan
sabun dan hasil samping berupa gliserol Apabila lemak ditambah dengan NaOH
dan garam maka akan menghasilkan zat padat (sabun) setelah dipanaskan dan
apabila zat padat itu dilarutkan dalam air maka akan menghasilkan buih/busa. Hal
ini disebabkan karena lemak dapat dihidrolisa dengan dipanaskan pada temperatur
dan tekanan yang tinggi. Hidrolisa ini dilakukan dengan adanya penambahan basa
kuat yaitu NaOH. Sehingga dihasilkan sabun yang terdiri dari gliserol dan garam.
Sabun ini dapat larut dalam air sehingga dapat menghasilkan buih.
Pada pembuatan sabun praktikum ini menggunakan minyak jelantah.
Minyak jelantah tersebut dimurnikan dengan menggunakan adsorben karbon aktif.
Menggunakan karbon aktif karena memiliki daya serap warna keruh yang tinggi
pada minyak goreng sehingga minyak goreng menjadi jernih dan dapat
menghilangkan bau pada minyak bekas. Selain itu pengolahan dengan karbon
aktif dapat meningkatkan kualitas minyak karena asam lemak bebasnya akan
11
terserap oleh karbon aktif. Pada pembentukan sabun terjadi reaksi sebagai berikut
:
O
O
O
OR
OR
CH 2 OH
CHOH
3NaOH
CH 2 OH
OR
Trigliserida
Natrium
Hidroksida
R1
R2
R3
O
O
Na
Na
Na
Pada pratikum pembuatan sabun mandi padat ini pratikan mendapatkan hasil
sabun dengan kriteria warna coklat krim , tekstur keras dan beraroma minyak.
Kriteria yang di tetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional dengan SNI 06
3532-1994 untuk sabun mandi padat sebagai berikut :
No
Uraian
Satuan
Tipe I
Tipe II
Superfat
Kadar air
Maks 15
Maks 15
Maks 15
>10
64 - 70
>70
Alkali
Maks
Maks
Maks 0,1
sebagai NaOH)
0,1
0,1
< 2,5
< 2,5
2,5 - 7,5
Negatif
Negatif
Negatif
bebas
(dihitung %
lemak netral
5
Minyak mineral
Pada praktikum pembuatan sabun mandi padat kali ini dilakukan beberapa
pengujian yaitu sebagai berikut :
7.3.2 Uji Evaluasi sabun
7.3.2.1 Uji Kebusaan
Uji stabilitas busa bertujuan untuk mengetahui kestabilan busa yang
dihasilkan oleh sabun padat minyak jelantah.
beranggapan bahwa sabun yang baik adalah sabun yang menghasilkan banyak
busa, padahal banyaknya busa tidak selalu sebanding dengan kemampuan daya
12
bersih sabun. Karakteristik busa sendiri dipengaruhi oleh adanya bahan aktif
sabun atau surfaktan, penstabil busa, serta komposisi asam lemak yang digunakan.
Hasil pengamatan terhadap tinggi busa menggunakan air suling.
Pada uji kebusaan, pertama-tama 5 gram sabun ditambahkan dengan
aquades sebanyak 20 mL kemudian larutan sabun diukur didapatkan tinggi larutan
adalah 1,5cm selanjutnya diaduk selama 10 menit kemudian diukur kembali
tingginya menghasilkan 2,5 cm. Setelah itu didiamkan selama 2 menit kemudian
diukur kembali tingginya menghasilkan 1,5cm, sehingga memiliki penurunan
sebanyak 0,6 cm. Hal ini dapat disebabkan dari kekuatan pengocokkan sabun
yang tidak sama dikarenakan menggunakan tenaga manual (dengan menggunakan
tangan) yang mempengaruhi hasil akhir dari tinggi busa yang terbentuk. Nilai
tinggi busa tidak tersedia di standar mutu sabun transparan. Semakin banyak
penambahan minyak pada formula sabun maka tinggi busa semakin sedikit.
Sangat berbanding terbalik dengan toeritis yang menyatakan bahwa semakin
banyak penambahan minyak kelapa pada formula maka tinggi busa akan
terbentuk lebih banyak. Disamping itu, penurunan daya buih juga dipengaruhi
oleh kandungan asam lemak bebas yang terdapat dalam sabun yang dihasilkan,
karena asam lemak bebas yang terdapat dalam sabun dapat menghambat daya
bersih dari sabun itu yang ditandai dengan sedikitnya buih yang diliasilkan. Sabun
menghasilkan buih atau busa.
kandungan airnya, warna merah nya akan berbeda ketika dibandingkan dengan
warna merah jika tercampur air. Warna merah jika ada kandungan airnya akan
berwarna merah tua keungu-unguan. Jika hasil dari uji secara kualitatif ini
berwarna merah, maka sabun mengandung alkali bebas sedangkan jika tak
berwarna maka mengandung asam lemak bebas. Pada hasil uji yang telah
dilakukan sabun yang dihasilkan positif mengandung alkali bebas. Alkali bebas
bisa timbul didalam sabun jika jumlah NaOH berlebih pada saat pembuatan
sabun. Ketika melarutkan sabun, menggunakan Alkohol netral, alkohol ini bersifat
asamkarena mengandung radikal asam yang banyak. Selain untuk melarutkasn
sabun, Alkohol netral ini berfungsi untuk penetralan.
(RCOO)2Ca + 2Na+
(RCOO)2Mg + 2Na+
(RCOO)2Fe + 2Na+
R C OH+ + Na+
8. Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan
beberapa hal yaitu :
1. Pada pembuatan sabun praktikum ini menggunakan minyak jelantah. Minyak
jelantah tersebut dimurnikan dengan menggunakan adsorben karbon aktif.
Reaksi antara minyak jelantah dan NaOH disebut reaksi saponifikasi . Reaksi
antara minyak dengan NaOH akan menghasilkan gliserol dan molekul sabun
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R. J dan Fessenden, J. 1994.Kimia Organik . Edisi Ketiga. Penerbit
Erlangga. Jakarta
Harnawi, T. 2004. Studi Pembuatan Sabun Cair dengan Bahan Baku Minyak
Goreng Hasil Reproseing. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Brawijaya. Malang
Ketaren. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press.
Jakarta
Inayah, Sufi dan Ika Novarita. 2011. Pengaruh konsentrasi NaOH dan KOH serta
Kecepatan Pengadukan terhadap Pembuatan Sabun dari Minyak Jelantah.
Laporan Penelitian Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Indralaya
Wijana, S., Soemarjo, dan T. Harnawi. 2009 Studi Pembuatan Sabun Mandi
Cair dari Daur Ulang Minyak Goreng. Jurnal Teknologi Pertanian. Jakarta
17