Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PEMBUATAN SABUN DARI MINYAK JELANTAH BERAROMA


JERUK NIPIS

OLEH :
LUH PUTU AYU LAKSHEMINI OKA

1403051007

NI WAYAN CITRA WIDIASIH

1403051009

NI PUTU CRUSITA MAYASNI PUTRI

1403051011

JURUSAN ANALIS KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2016

1. Judul

: Pembuatan Sabun Dari Minyak Jelantah Beraroma Jeruk

Nipis
2. Tujuan :
2.1 Mampu Merancang dan membuat sabun dari minyk jelantah beraroma buah
2.2 Mampu melakukan identifikasi pada sabun dengan beberapa uji (uji kadar air,
uji pH, uji kebusaan, uji asam lemak dan alkali bebas, uji kesadahan)
3. Dasar Teori
3.1 Minyak Goreng
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau
hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya
digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak goreng dari tumbuhan biasanya
dihasilkan dari tanaman seperti kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan, jagung,
kedelai, dan kanola.
Minyak goreng umumnya berasal dari minyak kelapa sawit.Minyak kelapa
dapat digunakan untuk menggoreng karena struktur minyaknya yang memiliki
ikatan rangkap sehingga minyaknya termasuk lemak tak jenuh yang sifatnya
stabil.Selain itu pada minyak kelapa terdapat asam lemak esensial yang tidak
dapat disintesis oleh tubuh.Asam lemak tersebut adalah asam palmitat, stearat,
oleat, dan linoleat.
3.2 Minyak Goreng Bekas
Minyak goreng bekas atau yang biasa disebut dengan minyak jelantah
adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti
halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya, minyak ini
merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya.
Sehubungan dengan banyaknya minyak goreng bekas dari sisa industri maupun
rumah tangga dalam jumlah tinggi dan menyadari adanya bahaya konsumsi
minyak goreng bekas, maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk memanfaatkan
minyak goreng bekas tersebut agar tidak terbuang dan mencemari lingkungan.
Pemanfaatan minyak goreng bekas ini dapat dilakukan pemurnian agar dapat
digunakan kembali sebagai media penggorengan atau digunakan sebagai bahan
baku produk berbasis minyak seperti sabun (Susinggih, dkk, 2005).

3.3 Pemurnian Minyak Goreng Bekas


Pemurnian merupakan tahap pertama dari proses pemanfaatan minyak
goreng bekas, yang hasilnya dapat digunakan sebagai minyak goreng kembali
atau sebagai bahan baku produk untuk pembuatan sabun cair. Tujuan utama
pemurnian minyak goreng ini adalah menghilangkan rasa serta bau yang tidak
enak, warna yang kurang menarik dan memperpanjang daya simpan sebelum
digunakan kembali (Selfiawati E. 2003).
Pemurnian minyak goreng bekas ini meliputi 3 tahap proses, yaitu :
1.

Penghilangan bumbu (despicing)

2.

Netralisasi

3.

Pemucatan (bleaching)

3.4 Sabun
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan.

Sabun

biasanya

berbentuk

padatan

tercetak

yang

disebutbatangkarena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga


telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu
permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah
dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah
menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan.
3.4.1 Sifat-Sifat Sabun
Sifat sifat sabun yaitu :
a.

Sabun bersifat basa.

Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis
parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.
CH3(CH2)16COONa + H2O
b.

CH3(CH2)16COOH + NaOH

Sabun menghasilkan buih atau busa.

Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini
tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih
setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.
CH3(CH2)16COONa + CaSO4

Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2

c.

Sabun mempunyai sifat membersihkan.

Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak)
digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena
sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai
hidrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak
suka air) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa+ sebagai kepala yang
bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air.
3.5 Uji Karakteristik Mutu Sabun
Sabun dapat beredar di pasaran bebas apabila memiliki karakteristik
standar seperti yang telah ditetapkan dalam Dewan Standarisasi Nasional (DSN).
Syarat mutu dibuat untuk memberi acuan kepada pihak industri besar ataupun
industri rumah tangga yang memproduksi sabun mandi untuk menghasilkan
sabun dengan mutu yang baik dan dapat bersaing di pasaran lokal. Sifat mutu
yang paling penting pada sabun adalah total asam lemak, asam lemak bebas, dan
alkali bebas. Pengujian parameter tersebut dapat dilakukan sesuai dengan acuan
prosedur standar yang ditetapkan SNI. Begitu juga dengan semua sifat mutu pada
sabun yang dapat dipasarkan, harus memenuhi standar mutu sabun yang
ditetapkan yaitu SNI 0635321994. Syarat mutu sabun mandi padat menurut
SNI 06-3532-1994 dapat dilihat pada tabel 1.

No

Uraian

Satuan

Tipe I

Tipe II

Superfat

Kadar air

Maks

Maks

Maks 15

15

15

Jumlah asam lemak

>10

64 - 70

>70

Alkali

Maks

Maks

Maks 0,1

bebas

(dihitung

sebagai NaOH)
4

Asam lemak bebas atau

0,1

0,1

< 2,5

< 2,5

2,5 - 7,5

Negatif

Negatif

Negatif

lemak netral
5

Minyak mineral

3.5.1 Asam Lemak Bebas (ALB)


Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada dalam sabun yang
tidak terikat sebagai senyawa natrium ataupun senyawa trigliserida (DSN, 1994).
Tingginya asam lemak bebas pada sabun akan mengurangi daya membersihkan
sabun tersebut, karena asam lemak bebas merupakan komponen yang tidak
diinginkan dalam proses pembersihan. Pada saat sabun digunakan, sabun tersebut
tidak langsung menarik kotoran (minyak), tetapi akan menarik komponen asam
lemak bebas yang masih terdapat dalam sabun, sehingga mengurangi daya
membersihkan sabun tersebut. Trigliserida apabila bereaksi dengan air maka
menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas ( Ketaren. 1986). Acuan pengujian
kadar ALB dilakukan sesuai dengan SNI 06-3532-1994.
3.5.2 Alkali Bebas
Alkali bebas adalah alkali dalam sabun yang tidak terikat sebagai
senyawa. Kelebihan alkali dalam sabun mandi tidak boleh melebihi 0,14% untuk
sabun Kalium (Kamikaze, 2002). Hal ini disebabkan karena alkali memiliki sifat
yang keras dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Kelebihan alkali pada sabun
dapat disebabkan karena konsentrasi alkali yang terlalu pekat atau penambahan
alkali yang berlebihan pada proses penyabunan. Sabun dengan kadar alkali yang
lebih besar biasanya digolongkan ke dalam sabun cuci (Wijana, S. 2009). Acuan
pengujian kadar alkali bebas adalah SNI 06-3532-1994. Dasar pelaksanaannya
adalah menghitung kelebihan basa/alkali yang berada dalam sabun sebagai alkali
bebas. Alkali bebas bereaksi dengan HCl dengan indikator pp.
Reaksi: KOH + HCl

KCl + H2O

3.5.3 Bilangan Penyabunan


Bilangan penyabunan adalah jumlah alkali yang dibutuhkan untuk
menyabunkan sejumlah contoh minyak. Bilangan penyabunan diuji berdasarkan
buku panduan minyak dan lemak pangan dalam Ketaren (1986). Bilangan
penyabunan umumnya dinyatakan dalam jumlah miligram KOH/NaOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram minyak atau lemak. Besarnya bilangan
penyabunan tergantung dari berat molekul minyak. Minyakyang mempunyai berat
4

molekul rendah akan memiliki bilangan penyabunan lebih tinggi daripada minyak
yang mempunyai berat molekul tinggi. Penentuan bilangan penyabunan dapat
dilakukan pada semua jenis minyak dan lemak.
3.5.4 Kadar Air
Air adalah bahan yang menguap pada pemanasan dengan suhu dan
tekanan tertentu. Kadar air pada sabun batang memiliki nilai maksimal 15%
(Wijana, S. 2009). Hal ini menyebabkan sabun yang dihasilkan cukup keras
sehingga lebih efisien dalam pemakaian karena sabun tidak mudah larut dalam air.
Dalam penyimpanan, air dengan kadar tersebut akan menunjukkan daya simpan
lebih baik. Kadar air sabun akan sangat mempengaruhi kekerasan sabun batang
yang dihasilkan (BSN, 1998), penentuan kadar air pada produk sabun padat yang
dihasilkan menggunakan cara Oven Terbuka (air oven method) (Hopper, 1951
dalam Ketaren 1986).
3.5.5 Derajat Keasaman (pH)
Berdasarkan SNI 0635321994, pH sabun mandi tidak ditetapkan
standarnya.

Walaupun demikian, tingkat keasaman (pH) sabun sangat

berpengaruh terhadap kulit pemakainya. Umumnya, sabun yang dipasarkan di


masyarakat mempunyai nilai pH 9-10,8. Sabun yang memiliki pH tinggi dapat
meningkatkan pertumbuhan bakteri Propionibacterium dan membuat kering kulit.
Hal ini terjadi karena sabun dengan pH tinggi dapat membengkakkan keratin
sehingga memudahkan masuknya bakteri yang menyebabkan kulit menjadi kering
dan pecah-pecah, sedangkan sabun dengan pH terlalu rendah dapat menyebabkan
iritasi pada kulit (Harnawi, T. 2004).
3.5.6 Uji Kesadahan
Pada awalnya, kesadahan air didefinisikan sebagai kemampuan air untuk
mengendapkan sabun, sehingga keaktifan/ daya bersih sabun menjadi berkurang
atau hilang sama sekali. Sabun adalah zat aktif permukaan yang berfungsi
menurunkan tegangan permukaan air, sehingga air sabun dapat berbusa. Air
sabun akan membentuk emulsi atau sistem koloid dengan zat pengotor yang
melekat dalam benda yang hendak dibersihkan.
5

Kesadahan terutama disebabkan oleh keberadaan ion-ion kalsium (Ca2+) dan


magnesium (Mg2+) di dalam air. Keberadaannya di dalam air mengakibatkan
sabun akan mengendap sebagai garam kalsium dan magnesium, sehingga tidak
dapat membentuk emulsi secara efektif. Kation-kation polivalen lainnya juga
dapat mengendapkan sabun, tetapi karena kation polivalen umumnya berada
dalam bentuk kompleks yang lebih stabil dengan zat organik yang ada, maka
peran kesadahannya dapat diabaikan. Oleh karena itu penetapan kesadahan hanya
diarahkan pada penentuan kadar Ca2+ dan Mg2+. Kesadahan total didefinisikan
sebagai jumlah miliekivalen (mek) ion Ca2+ dan Mg2+ tiap liter sampel air
(Anonim, 2008).
Kesadahan atau hardness adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air.
Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+, Mg2+. Atau dapat
juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal (logam
bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam sulfat,
klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil.
Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium dikenal
sebagai air sadah, atau air yang sukar untuk dipakai mencuci. Senyawa kalsium
dan magnesium bereaksi dengan sabun membentuk endapan dan mencegah
terjadinya busa dalam air. Oleh karena senyawa-senyawa kalsium dan magnesium
relatif sukar larut dalam air, maka senyawa-senyawa itu cenderung untuk
memisah dari larutan dalam bentuk endapan atau presipitat yang akhirnya
menjadi kerak.
Pengertian kesadahan air adalah kemampuan air mengendapkan sabun, di
mana sabun ini diendapkan oleh ion-ion yang saya sebutkan diatas. Karena
penyebab dominan/utama kesadahan adalah Ca2+ dan Mg2+, khususnya Ca2+,
maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai sifat / karakteristik air yang
menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion Ca2+ dan Mg2+, yang dinyatakan
sebagai CaCO3.
4. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu gelas beaker, magnetic stirer,
corong saring, cetakan plastik, batang pengaduk, gelas ukur, elenmeyer, neraca
analitik, hot plate, termometer, oven , cawan petri dan desikator.
6

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu minyak goreng bekas,
NaOH, Indikator PP, arang, aquadest, kertas whatman dan alkohol.
5. Prosedur Kerja
5.1 Pengambilan Ekstrak Buah Jeruk Nipis
Pengambilan sari buah jeruk nipis dilakukan dengan cara memeras buah
jeruk nipis yang telah dibersihkan. Setelah itu dilakukan pemisahan kotoran lain
dengan cara menyaring kembali sari jeruk nipis yang telah didapat. Setelah
disaring barulah diperoleh sari murni jeruk nipis (tanpa serat).
5.2 Pemurnian Minyak Jelantah
Pemurnian minyak goreng bekas dengan arang aktif. Disiapkan minyak
goreng

bekas

200 ml,

selanjutnya

minyak

goreng disaring

untuk

menghilangkan sisa-sisa makanan, minyak goreng bekas selanjutnya ditambah


dengan adsorben arang aktif sebanyak 10 g, kemudian diaduk selama 30 menit,
setelah diaduk kemudian disaring dengan kertas wathman No 1, kemudian
disaring lagi dengan kertas wathaman No 42, dihasilkan minyak hasil filtrasi
(Evika, 2011).
5.3 Pembuatan Sabun
Larutkan NaOH (10 g) dalam aquadest (27 mL) didalam sebuah labu
erlenmeyer, perhatikan apakah proses tersebut menghasilkan panas (isotermik).
Siapkan minyak goreng (60 g) dalam sebuah gelas kimia dan panaskan di atas
hotplate hingga suhu 1150C sambil diaduk dengan menggunakan magnetic strrer.
Pada saat yang bersamaan panaskan larutan NaOH ke dalam minyak panas. Aduk
dan sambil sesekali goyang campuran 5 10 menit, amati perubahan yang terjadi.
Kemudian, tambahkan ekstrak buah jeruk nipis sedikit demi sedikit hingga timbul
aroma dari buah. Selanjutnya dilakukan pemanasan dan pengadukan selama
sekitar 30 menit, setelah itu tuangkan campuran ke dalam sebuah cetakan plastic
yang sebelumnya telah ditimbang. Diamkan campuran selama satu minggu
5.4 Uji Evaluasi
5.4.1 Uji kebusaan
Sebanyak 5 gr sampel dimasukan kedalam gelas kimia.Ditambahkan 20 ml
air, Diaduk selama 10 menit. Didiamkan selama 2 menit, Diamati volume busa
(Suryani, 2007)
7

5.4.2 Uji Alkali Bebas dan Asam lemak bebas


Contoh sabun diparut/ dipotong halus Timbang sabun sebanyak 0,1 gram
sabun,masukkan kedalam tabung rekasi yang bersih dan kering. Larutkan sabun
dengan 2 ml Alkohol netral (bila perlu dipanaskan diatas penangas air). Kemudian
dibubuhi 1-2 tetes indicator PP Penetapan kuantitatif dilakukan dengan cara
mengamati hasil dari uji kualitatif. Jika setelah dibubuhi indicator PP larutan
sabun tidak berwarna merah berarti sabun mengandung asam lemak bebas atau
netral. Apabila sabun berwarna merah berarti sabun mengandung alkali bebas.
5.4.3 Uji Kadar Air
a. Ditimbang 4 gram sampel yang telah disiapkan, dengan cawan penguap +
tutup yang telah diketahui berat tetapnya.
b. Dipanaskan atau di oven pada suhu 105oc selama 2 jam, kemudian didiamkan
dalam desikator selama 15 menit sebanyak 2 kali.
c. Dipanaskan atau di oven pada suhu 105oc selama 2 jam, kemudian didiamkan
dalam desikator selama 15 menit sebanyak 2 kali.
d. Diperhitungkan

Keterangan :
W1 : Berat sampel + wadah (gram)
W2 : Berat sampel setelah di oven + wadah (gram)
W : Berat sampel (gram)

5.4.4 Uji pH
Uji pH dilakukan dengan menggunakan aquadest, timbang sabun sebanyak 1
gram dan dilarutkan dengan akuadest, kemudian pH diukur dengan menggunakan
kertas inikator universal.
5.4.5 Uji dengan Air Sadah

Dimasukan sabun yang telah dibuat sebanyak 1/3 spatula ke dalam 50 mL


gelas piala yang mengandung 25 mL air, dilakukan pemanasan untuk melarutkan
sabun. Dimasukan masing-masing 5 mL larutan sabun ke 4 buah tabung reaksi,
8

selanjutnya secara berturut-turut

ditambahkan 2 tetes CaCl2 5%, FeCl3 5%,

MgSO4 5% dan air kran. Diamati perubahan yang terjadi

6. Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dianalisis dengan cara sebagai
berikut.
1. Data analisis uji evaluasi meliputi uji kebusaan secara kualitatif
2. Data analisis uji evaluasi meliputi uji alkali bebas dan asam lemak bebas
secara kualitatif
3. Data analisis uji evaluasi meliputi uji kadar air secara kualitatif
4. Data analisis uji evaluasi meliputi uji pH (Keasaman) secara kualitatif
7. Hasil dan Pembahasan
7.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Pembuatan Sabun
No

Perlakuan

Pengamatan

1.

Minyak goreng bekas

Berwarna coklat kehitaman

2.

Minyak goreng bekas + adsorben Minyak goreng tidak larut


arang aktif

3.

Disaring

Minyak

goreng

hasil

filtrasi

berwarna kuning agak kecoklatan


4.

NaOH (10 g) dalam aquades (27 mL)

Menghasilkan panas ( isotermik)

5.

NaOH dalam minyak goreng panas

Campuran mengental

6.

Ditambahkan ekstrak jeruk

Campuran

menjadi

beraroma

jeruk
7.

Campuran dalam cetakan plastik ( 1 Terbentuk sabun , bagian atas


minggu)

kental bagian bawah masih belum


membentuk sabun

Tabel 2. Hasil Uji Sabun


UJI 1
Nilai

UJI 2

UJI 3

Tinggi busa
2,5 cm
+

Hasil
Pengamatan

Terbentuk

Berwarna

busa

merah muda

UJI 4
pH 13

UJI 5
-

Menunjukkan
pH basa

Keterangan :
1. Uji 1 : Uji kebusaan
2. Uji 2 : Uji alkali bebas dan asam lemak bebas
3. Uji 3 : Uji kadar air
4. Uji 4 : Uji pH
5. Uji 5 : kesadahan

7.2 Analisis Data


Perhitungan Kadar Air
Diketahui :
Berat cawan (W) = 12,9488 gram
Berat sampel (W1) = 4,0340 gram
Berat konstan -cawan (W3) = 16,7658 12,9488
= 3,817 gram
Penyelesaian:
Kadar air

= 5,37%
10

Perhitungan Uji Busa


Diketahui :
Tinggi akhir busa : 1,5 cm
Tinggi awal busa : 2,5 cm
Penyelesaian:
Uji busa (%) =

tinggibusaakhir
tinggibusaawal

1,5cm
2,5cm

= 0,6 cm
7.3 Pembahasan
7.3.1 Pembuatan Sabun
Dalam percobaan ini, sabun yang dibuat adalah sabun natrium dengan
menggunakan larutan NaOH. Proses ini dinamakan proses safonifikasi.
Saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan
mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan
sabun dan hasil samping berupa gliserol Apabila lemak ditambah dengan NaOH
dan garam maka akan menghasilkan zat padat (sabun) setelah dipanaskan dan
apabila zat padat itu dilarutkan dalam air maka akan menghasilkan buih/busa. Hal
ini disebabkan karena lemak dapat dihidrolisa dengan dipanaskan pada temperatur
dan tekanan yang tinggi. Hidrolisa ini dilakukan dengan adanya penambahan basa
kuat yaitu NaOH. Sehingga dihasilkan sabun yang terdiri dari gliserol dan garam.
Sabun ini dapat larut dalam air sehingga dapat menghasilkan buih.
Pada pembuatan sabun praktikum ini menggunakan minyak jelantah.
Minyak jelantah tersebut dimurnikan dengan menggunakan adsorben karbon aktif.
Menggunakan karbon aktif karena memiliki daya serap warna keruh yang tinggi
pada minyak goreng sehingga minyak goreng menjadi jernih dan dapat
menghilangkan bau pada minyak bekas. Selain itu pengolahan dengan karbon
aktif dapat meningkatkan kualitas minyak karena asam lemak bebasnya akan
11

terserap oleh karbon aktif. Pada pembentukan sabun terjadi reaksi sebagai berikut
:
O

O
O

OR

OR

CH 2 OH

CHOH

3NaOH

CH 2 OH

OR

Trigliserida

Natrium

(lemak atau minyak)

Hidroksida

R1

R2

R3

O
O

Na
Na
Na

Gliserol 3 molekul sabun

Pada pratikum pembuatan sabun mandi padat ini pratikan mendapatkan hasil
sabun dengan kriteria warna coklat krim , tekstur keras dan beraroma minyak.
Kriteria yang di tetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional dengan SNI 06
3532-1994 untuk sabun mandi padat sebagai berikut :

No

Uraian

Satuan

Tipe I

Tipe II

Superfat

Kadar air

Maks 15

Maks 15

Maks 15

Jumlah asam lemak

>10

64 - 70

>70

Alkali

Maks

Maks

Maks 0,1

sebagai NaOH)

0,1

0,1

Asam lemak bebas atau %

< 2,5

< 2,5

2,5 - 7,5

Negatif

Negatif

Negatif

bebas

(dihitung %

lemak netral
5

Minyak mineral

Pada praktikum pembuatan sabun mandi padat kali ini dilakukan beberapa
pengujian yaitu sebagai berikut :
7.3.2 Uji Evaluasi sabun
7.3.2.1 Uji Kebusaan
Uji stabilitas busa bertujuan untuk mengetahui kestabilan busa yang
dihasilkan oleh sabun padat minyak jelantah.

Pada umumnya banyak yang

beranggapan bahwa sabun yang baik adalah sabun yang menghasilkan banyak
busa, padahal banyaknya busa tidak selalu sebanding dengan kemampuan daya
12

bersih sabun. Karakteristik busa sendiri dipengaruhi oleh adanya bahan aktif
sabun atau surfaktan, penstabil busa, serta komposisi asam lemak yang digunakan.
Hasil pengamatan terhadap tinggi busa menggunakan air suling.
Pada uji kebusaan, pertama-tama 5 gram sabun ditambahkan dengan
aquades sebanyak 20 mL kemudian larutan sabun diukur didapatkan tinggi larutan
adalah 1,5cm selanjutnya diaduk selama 10 menit kemudian diukur kembali
tingginya menghasilkan 2,5 cm. Setelah itu didiamkan selama 2 menit kemudian
diukur kembali tingginya menghasilkan 1,5cm, sehingga memiliki penurunan
sebanyak 0,6 cm. Hal ini dapat disebabkan dari kekuatan pengocokkan sabun
yang tidak sama dikarenakan menggunakan tenaga manual (dengan menggunakan
tangan) yang mempengaruhi hasil akhir dari tinggi busa yang terbentuk. Nilai
tinggi busa tidak tersedia di standar mutu sabun transparan. Semakin banyak
penambahan minyak pada formula sabun maka tinggi busa semakin sedikit.
Sangat berbanding terbalik dengan toeritis yang menyatakan bahwa semakin
banyak penambahan minyak kelapa pada formula maka tinggi busa akan
terbentuk lebih banyak. Disamping itu, penurunan daya buih juga dipengaruhi
oleh kandungan asam lemak bebas yang terdapat dalam sabun yang dihasilkan,
karena asam lemak bebas yang terdapat dalam sabun dapat menghambat daya
bersih dari sabun itu yang ditandai dengan sedikitnya buih yang diliasilkan. Sabun
menghasilkan buih atau busa.

7.3.2.2 Uji Alkali Bebas dan Asam Lemak Bebas


Pada percobaan penetapan alkali bebas atau asam lemak bebas, pada
praktikum ini kita melakukan penetapan secara kualitatif , dengan tujuan
mengetahui apakah contoh sabun kita termasuk kedalam sabun alkali atau asam.
Cara penetapannya dengan mengambil sejumput contoh sabun yang akan di uji.
Masukkan contoh sabun kedalam tabung reaksi yang sudah bersih dan
kering. Pada percobaan ini ada hal yang harus diperhatikan yaitu tabung reaksi
harus dalam keadaan kering. Karena jika masih ada kandungan uap airnya maka
akan mempengaruhi hasil akhir. Jika didalam tabung masih ada air, maka ketika
sabun dilarutkan Alkohol netral dan sudah dipanaskan kemudian dibubuhi
indicator PP, maka akan berwarna merah. Berbeda halnya jika sudah tidak ada
13

kandungan airnya, warna merah nya akan berbeda ketika dibandingkan dengan
warna merah jika tercampur air. Warna merah jika ada kandungan airnya akan
berwarna merah tua keungu-unguan. Jika hasil dari uji secara kualitatif ini
berwarna merah, maka sabun mengandung alkali bebas sedangkan jika tak
berwarna maka mengandung asam lemak bebas. Pada hasil uji yang telah
dilakukan sabun yang dihasilkan positif mengandung alkali bebas. Alkali bebas
bisa timbul didalam sabun jika jumlah NaOH berlebih pada saat pembuatan
sabun. Ketika melarutkan sabun, menggunakan Alkohol netral, alkohol ini bersifat
asamkarena mengandung radikal asam yang banyak. Selain untuk melarutkasn
sabun, Alkohol netral ini berfungsi untuk penetralan.

7.3.2.3 Uji Kadar Air


Pada pratikum pembuatan sabun mandi padat dengan uji kadar air ini
pratikan mendapatkan hasil sabun dengan sampel awal 4,0340 gram kemudian
dengan dimasukan ke dalam porselen didapatkan sampel 16,9828 gram.
Selanjtnya di panaskan dalam oven suhu 105C selama 2 jam dengan bertujuan
agar air dapat hilang dalam sampel, karena pada suhu 105C air dapat menguap
sempurna. Kemudian di didiamkan di desikator untuk menyerap sisa air. Dan dari
sampel tersebut didapatkan hasil pertama yaitu 16,7658 gram. Diulang kembali
dan mendapatkan hasil kedua yaitu 16,6435 gram. Hasil analisa dari hasil sabun
padat memiliki kadar air sekitar 5,37% . Kadar air ini cukup baik, karena untuk
sabun padat memiliki kadar air dibawah 40% (SNI). Kadar air sabun padat sangat
dipengaruhi oleh kecepatan mixing dan konsentrasi.

7.3.2.4 Uji Kesadahan


Dalam eksperimen selanjutnya adalah pengamatan pengendapan sebuah
surfaktan saat bereaksi dengan larutan CaCl2, MgCl2, FeCl2 dan air keran yang
ditambahkan pada masing masing tabung reaksi yang telah berisi larutan sabun
kalium, sabun natrium dan sabun deterjen. Fungsi penambahan larutan CaCl2,
MgCl2, FeCl2, dan air kran pada larutan sabun K, sabun Na, dan detergen adalah
untuk mengetahui pengaruh kesadahan air (Mg2+, Fe2+, Ca2+) terhadap sabun dan
detergen.
14

Dari hasil pengamatan yang diperoleh, pada larutan sabun terjadi


pengendapan pada penambahan larutan CaCl2, MgCl2, FeCl2 dan air keran.
Endapan yang diperoleh berwarna putih keruh dan pada FeCl2 berwarna kuning .
Hal tersebut menandakan bahwa sabun tidak mampu bekerja secara efektif pada
air yang sadah. Air sadah adalah air yang mengandung mineral kalsium,
magnesium dan besi dalam jumlah yang cukup banyak. Disebut air sadah karena
membuat sabur sukar berbuih. Ketika dilakukan penambahan air kran sabun
menghasilkan endapan putih di dasar tabung. Dengan melihat pembahasan di atas,
jika terbentuk endapan pada tabung reaksi, maka larutan yang ditambahkan
mengandung ion sadah. Dalam hal ini, air kran yang ditambahkan mengandung
ion sadah (air sadah) karena menyebabkan terbentuknya endapan pada larutan
sabun.
Reaksi sabun natrium dengan ion Ca2+
2RCOONa + Ca2+

(RCOO)2Ca + 2Na+

Reaksi sabun natrium dengan ion Mg2+


2RCOONa + Mg2+

(RCOO)2Mg + 2Na+

Reaksi sabun natrium dengan ion Fe2+


2RCOONa + Fe2+

(RCOO)2Fe + 2Na+

Reaksi sabun natrium dengan air keran


R C O Na+ + H+

R C OH+ + Na+

8. Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan
beberapa hal yaitu :
1. Pada pembuatan sabun praktikum ini menggunakan minyak jelantah. Minyak
jelantah tersebut dimurnikan dengan menggunakan adsorben karbon aktif.
Reaksi antara minyak jelantah dan NaOH disebut reaksi saponifikasi . Reaksi
antara minyak dengan NaOH akan menghasilkan gliserol dan molekul sabun

15

2. Pada masing-masing uji pembuatan sabun praktikum ini mendapatkan hasil


yang positif pada uji secara kualitatif diantaranya : uji alkali bebas dan asam
lemak bebas, dan uji kesadahan. Dan pada uji secara kuantitatif diantaranya :
uji kadar air sabun mengandung kadar air sekitar 5,37% , uji pH menyatakan
sabun yang dihasilkan memiliki pH 13, dan uji kebusaan mendapatkan nilai
penurunan kadar busa sebanyak 0,6 cm.

16

DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R. J dan Fessenden, J. 1994.Kimia Organik . Edisi Ketiga. Penerbit
Erlangga. Jakarta

Harnawi, T. 2004. Studi Pembuatan Sabun Cair dengan Bahan Baku Minyak
Goreng Hasil Reproseing. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Brawijaya. Malang
Ketaren. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press.
Jakarta
Inayah, Sufi dan Ika Novarita. 2011. Pengaruh konsentrasi NaOH dan KOH serta
Kecepatan Pengadukan terhadap Pembuatan Sabun dari Minyak Jelantah.
Laporan Penelitian Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Indralaya

Wijana, S., Soemarjo, dan T. Harnawi. 2009 Studi Pembuatan Sabun Mandi
Cair dari Daur Ulang Minyak Goreng. Jurnal Teknologi Pertanian. Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai