Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM PILIHAN BEBAS KIMIA ORGANIK


ISOLASI DAN KARAKTERISASI KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI
MAWAR MERAH (Rosa damascena)

OLEH :
I PUTU EKA JULIARTAWAN
PUTU WIDM A DEWI
LUH PUTU AYU LAKSHEMINI OKA

1403051004
1403051005
1403051007

JURUSAN ANALIS KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2016

A. JUDUL : Isolasi danKarakterisasiKomponen Kimia Minyak Atsiri Mawar

B.

Merah (Rosa damascena)


LATAR BELAKANG
Iklim tropis di Indonesia memungkinkan berbagai jenis tumbuhan dapat di

budidayakan dengan baik, bahkan mampu menjadi komoditi ekspor. Ekspor


minyak atsiri Indonesia masih relatif kecil, apabila dilihat dari total ekspor non
migas. Rendahnya nilai ekspor minyak atsiri disebabkan komoditas minyak atsiri
dikembangkan masih terbatas (Prihatman,2000).
Di Indonesia prospek industri minyak bunga mempunyai beragam
keuntungan, termasuk didalamnya perluasan lapangan kerja, peningkatan
pendapatan petani, peningkatan devisa negara dan efisiensi dalam inventasi
agroindustri. Berbagai keuntungan itu telah meningkatkan kebutuhan bunga
mawar potong maupun industri (Effendi dalam Yulianingsih et al.2006). Menurut
Eriyatni (1987) dalam Yulianingsih minyak mawar merupakan salah satu produk
minyak bunga yang memungkinkan untuk produksi di Indonesia dengan kualiatas
ekspor.
Minyak mawar dapat diproduksi dengan menggunakan metode ekstraksi
pelarut diantaranya adalah maserasi. Maserasi merupakan cara ekstraksi sederhana
yang dilakukan dengan cara merendam bahan dalam pelarut selama beberapa hari
pada temperatur kamar dan terlindungi dari cahaya. Proses ini digunakan untuk
mengektraksi minyak bunga mawar yang menghasilkan rendemen minyak yang
rendah. Keuntungan dari metode ini adalah peralatan yang digunakan sederhana
(Amiarsi, Yulianingsih, dan Sabari, 2006).
Komponen utama pada minyak mawar yang berupa cairan berwarna kuning
pucat mengandung fenil etil alkohol, geraniol dan sitonellol. Komponen utama
tersebut merupakan sisa metabolisme tanaman mawar dan mempunyai peran
ganda, seperti menarik serangga atau mengusir serangga (Sudarmo dalam
Amiarsi).
Pemilihan pelarut dalam ekstraksi minyak mawar yang harus diperhatikan
adalah toksisitas, ketersediaan, harga, sifat tidak mudah terbakar, rendahnya suhu
kritis, dan tekanan (Williams dan Yulianingsih). Dengan mempertimbangkan
faktor-faktor tersebut, pelarut yang dipilih untuk ekstraksi pada penelitian ini

adalah n-heksana, karena jumlah dan kualitas minyak yang dihasilkan paling baik
(Atawia dalam Yulianingsih et al. 2006).
Praktikum ini bertujuan mengetahui rendemen yang diperoleh dari minyak
atsiri mawar merah (Rosa damascena) melalui ekstraksi dengan pelarut nheksana, serta mengetahui komponen minyak atsiri mawar merah (Rosa
damascena) yang terambil dengan pelarut h-heksana.
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan praktikum ini adalah :
1. Mengisolasi minyak atsiri dari bunga mawar merah dengan metode maserasi
2.
3.

(Rosa damascena)
Menentukan kadar minyak atsiri yang didapatkan
Mengidentifikasi komponen minyak atsiri mawar merah (Rosa damascena)
yang terambil dengan pelarut n-heksana menggunakan analisis instrumentasi
GC-MS

D. MANFAAT
Manfaat dari penelitian yang bergerak dalam bidang sains yaitu isolasi komponen
1.

senyawa tumbuhan ini adalah sebagai berikut :


Sebagai informasi mengenai teknik isolasi minyak atsiri mawar merah dengan
metode maserasi, kadar minyak atsiri mawar merah, dan komponen penyusun

2.

minyak atsiri bunga mawar merah


Hasil praktikum ini dapat dimanfaatkan sebagai penambah khazanah ilmu
pengetahuan.

E. KAJIAN TEORI
Mawar Merah (Rosa damascena)
Menurut BPPT (2011), mawar merupakan
tanaman bunga hias berupa herba dengan batang
berduri. Mawar yang dikenal nama bunga rose
atau Ratu Bunga merupakan simbol atau lambang
kehidupan religi dalam peradaban manusia.
Mawar berasal dari daratan Cina, Timur Tengah
dan Eropa Timur. Dalam perkembangannya, menyebar luas di daerah-daerah
beriklim dingin (sub-tropis) dan panas (tropis). Daerah pusat tanaman mawar

terkonsentrasi di kawasan Alaska atau Siberia, India, Afrika Utara dan Indonesia.
Sentra penanaman bunga potong, tabur dan tanaman pot di Indonesia dihasilkan
dari Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jakarta.
Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), mawar diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom:Plantae
Divisi

:Spermatophyta

SubDivisi:Angiospermae
Kelas

:Dicotyledonae

Ordo

:Rosanales

Famili

:Rosaceae

Genus

:Rosa

Species

:Rosa damascena Mill, R. Multiflora Thunb, R. hybrida Hort, dll


Di Indonesia berkembang aneka jenis mawar hibrida yang berasal

dari Holand (Belanda). Mawar merah mengandung antosianin flavonoid jenis


sianidin, dimana sianidin ini memiliki gugus=O atau OH. Ugus-gugus tersebut
mampu mmebentuk kelat dengan situs Ti (IV) pada permukaan TiO (Gratzel dan
Smestad, 1998). Struktur molekul antosianin pada bunga mawar merah (Rosa
damascena Miil).
Maserasi
Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam) :
adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu
direndam menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air,
misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam
buku resmi kefarmasian (Farmakope Indonesia, 1995). Apa yang disebut bahan
nabati, dalam dunia farmasi lebih dikenal dengan istilah simplisia nabati.
Langkah kerjanya adalah merendam simplisia dalam suatu wadah menggunakan
pelarut penyari tertentuk selama beberapa hari sambil sesekali diaduk, lalu
disaring dan diambil beningannya. Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk
mengekstraksi zat aktif dari suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut
yang cocok. Pelarut-pelarut tersebut ada yang bersifat bisa campur air
4

(contohnya air sendiri, disebut pelarut polar) ada juga pelarut yang bersifat tidak
campur air (contohnya aseton, etil asetat, disebut pelarut non polar atau pelarut
organik). Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarut
non-polar. Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam dalam
pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada
pertemuan antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya
larut dalam penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya
akan mengandung zat aktif, katakan 100%, sementara penyari yang berada di luar
sel belum terisi zat aktif (nol%) akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di
dalam dan di luar sel ini akan muncul gaya difusi, larutan yang terpekat akan
didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat
aktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah
terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya jenuh).
Dalam kondisi ini, proses ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat aktif di
dalam dan di luar sel akan memiliki konsentrasi yang sama, yaitu masing-masing
50%. Keuntungan dari metode ini Unit alat yang dipakai sederhana, hanya
dibutuhkan bejana perendam, biaya operasionalnya relatif rendah, prosesnya
relatif hemat penyari dan tanpa pemanasan
Minyak mawar
Minyak mawar memiliki potensi strategis di pasar dunia sebagai bahan
pengikat aroma wangi pada parfum dan kosmetika (Direktorat Jenderal
Perkebunan, 2005, Dewi,dkk. 2006). Prospek ekspor minyak mawar di masa
datang masih cukup besar sejalan dengan semakin tingginya permintaan terhadap
parfum dan kosmetika, trend mode, dan belum berkembangnya materi subsitusi
minyak mawar di dalam industri parfum maupun kosmetika, di samping sebagai
bahan pembuatan aroma terapi. Minyak mawar diperoleh dari hasil penyulingan
daun, batang dan cabang tumbuhan mawar. Aromanya segar dan khas dan
mempunyai daya fiksasi yang kuat, sehingga sulit digantikan oleh bahan sintetis
(Rusli dan Hobir, 1990)

Minyak mawar adalah minyak atsiri bunga mawar yang didapat dari ekstraksi
bunga

mawar,

terutama

dari

spesies rosa

damascena.

Minyak

mawar

mengandung geraniol dan citronellol dengan konsentrasi keduanya mencapai


75% dari minyak. Selain itu, juga terdapat linalool, citral dan phenyl ethyl
alcohol, nerol, farnesol, eugenol, serta nonylic aldehyde dalam jumlah sedikit
(BugBad, 2007).
Minyak mawar terdiri dari geraniol beraroma wangi yang mempunyai rumus
kimia

C10H18O

dengan

rumus

CH3.C[CH3]:CH.CH2.CH2.C[CH3]:CH.CH2OH

dan

l-sitronelol;

bangun
serta

rose

camphor (parafin tanpa bau) ( Robinson, T. 1995).


Standar mutu minyak mawar :
N
o
1
2
3
4
5
6
7

Karakteristik

SNI 06-3735-1998

Keadaan (warna,
bau)
Berat jenis 20/200
Indek bias
Kelarutan dalam
etanol 90% pada suhu
200
Putaran optik
Sisa penguapan
Bilangan asam

Tak berwana - kuning bening


Berbau khas mawar
0,888 - 1,02
1,6615
1 : 0,11
81
92,2%
6,6

Pelarut
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau
gas, yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam
kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah
pelarut organik (mengandung karbon). Pelarut biasanya memiliki titik didih
rendah dan lebih mudah menguap, meninggalkan substansi terlarut yang
didapatkan. Untuk membedakan antara pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut
biasanya terdapat dalam jumlah yang berlebihan tidak akan mengekstrak lebih
banyak, dalam jumlah tertentu pelarut dapat bekerja dengan optimal (Susanto,
1999).

Jumlah pelarut berpengaruh terhadap efisiensi ekstraksi, tetapi jumlah


berlebihan tidak akan mengekstrak lebih banyak, dalam jumlah tertentu pelarut
dapat bekerja optimal (susanto, 1999). Jumlah pelarut berpengaruh terhadap
banyaknya mawar yang diekstrak sampai titik keseimbangan, namun pada
ekstraksi multi tahap kepekatan dari zat yang akan diperoleh pada tingkat
ekstraksi berikutnya selalu menjadi lebih rendah, karena itu bahan pelarut tidak
terpakai secara optimum (McCabe, et al 1999).
Pemilihan pelarut
Ada beberapa syarat ideal untuk menjadikan suatu pelarut organik menjadi
pelarut pada pengambilan minyak atsiri dari bunga mawar atau bunga apapun
yang nantinya akan mempengaruhi kualitas minyak bunga yang di ekstrak, berikut
sehingga banyak faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut
(Guenther, 2006).
- Harus dapat melarutkan zat wangi bunga secara cepat dan sempurna
dansedikit mungkin melarutkan bahan seperti lilin, pigmen, senyawa albumin
- Harus mempunyai titik didih yang cukup rendah agar pelarut mudah
diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi
- Pelarut tidak boleh larut dalam air
- Pelarut harus bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan komponen
minyak bunga
- Pelarut harus mempunyai titik didih yang seragam, dan jika diuapkan
tidak akan tertinggal dalam minyak
- Harga pelarut harus serendah mungkin dan tidak terbakar (Guenther
1990).

Jenis Bahan Pelarut


Heksana adalah senyawa hidrokarbon golongan alkana dengan rumus
C6H14dengan bobot molekul 86.18 g/mol. Heksana memiliki densitas 0.6548 g/ml,
titik leleh 95C (178 K), merupakan fraksi petroleum eter dengan kisaran titik

didih 65-70oC dan viskositas sebesar 0.294 cP pada suhu 25C (Anonim, 2007).
Heksana merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap, sangat mudah
terbakar, dan larut dalam alkohol, aseton, eter, tetapi tidak larut dalam air.
Keuntungan pelarut ini yaitu bersifat selektif dalam melarutkan zat, menghasilkan
jumlah kecil lilin, albumin, dan zat warna, namun dapat mengekstrak zat pewangi
dalam jumlah besar. Heksana dapat digunakan untuk mengekstraksi minyak
mawar yang dapat digunakan sebagai minyak atsiri (Jos, B., 2004).
Heksana biasa digunakan sebagai solven untuk mengekstrak minyak dari bijibijian dan sayuran seperti kacang kedelai, jagung, dan kacang tanah, pelarut untuk
perekat, tinta, dan sebagai cleaning agent. Selain itu, heksana juga digunakan
sebagai cairan dalam termometer suhu rendah. Sampai sejauh ini tidak ada
informasi mengenai efek karsinogenik pada manusia atau hewan (Anonim, 2007).
Penggunaan pelarut heksana sebagai bahan pengekstrak karotenoid dari minyak
sawit kasar didasarkan atas sifat kelarutan karotenoid. Karotenoid bersifat
nonpolar dan hanya larut dalam pelarut nonpolar (Mappiratu, 1990).
GCMS
GCMS merupakan metode pemisahan senyawa organik yang menggunkan du
a metode analisis

senyawa

yaitu

(GC) untuk menganalisis jumlah senyawa

kromatografi
secara

gas

kuantitatif dan

spektrometri massa (MS) untukmenganalisis struktur molekul senyawa analit.


Gas kromatografi merupakan salah satu teknik spektroskopi yang
menggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan
migrasi komponen-komponen penyusunnya. Gas kromatografi biasa digunakan
untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang terdapat pada campuran gas dan
juga menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam fase gas.
Spektroskopi massa adalah suatu metode untuk mendapatkan berat molekul
dengan cara mencari perbandingan massa terhadap muatan dari ion yang
muatannya diketahui dengan mengukur jari-jari orbit melingkarnya dalam medan
magnetik seragam.

Penggunaan kromatografi gas dapat dipadukan dengan spektroskopi massa.


Paduan

keduanya

dapat

menghasilkan

data yang

lebih

akurat dalam

pengidentifikasian senyawa yang dilengakapi dengan struktur molekulnya.


Kromatografi gas ini juga mirip dengan distilasi fraksional, karena kedua
proses memisahkan

komponen dari

campuran terutama

berdasarkan

pada

perbedaan titik didih (atau tekanan uap). Namun, distilasi fraksional biasanya
digunakan untuk memisahkan komponen-komponen dari campuran pada skala
besar, sedangkan GC dapat digunakan padaskala yang lebih kecil (yaitu mikro)
(Pavia:2006).
F.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian


Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Teknis dan Laboratorium
Instrumentasi Jurusan Analis Kimia Universitas Pendidikan Ganesha. Praktikum
ini dilaksanakan dari minggu ke-2 bulan Mei sampai Minggu ke-2 bulan Juni.
Subjek dan Objek Penelitian
Subjek praktikum ini adalah Minyak Atsiri bunga mawar merah (Rosa
damascena), sedangkan objek praktikum ini adalah komponen minyak atsiri
mawar merah (Rosa damascena) yang terambil dengan pelarut n-heksana.
Bahan dan Alat Penelitian
Alat

Bahan

Gelas kimia 250 ml

Mahkota mawar merah

Batang pengaduk

n-hexana

Kain penyaring
Corong
Labu alas bulat 250 ml
Instrumentasi GC-MS
Botol vial
Rotary Evaporator Vacum

Tahap Pelaksanaan Penelitian


Preparasi sampel
Prosedur awal yaitu memisahkan bunga mawar segar dari tangkai dan
kelopaknya dan dipilih mahkotanya. Mahkota mawar kemudian dipotong kecilkecil dan ditimbang sebanyak 100 gram dengan menggunakan neraca analitik,
selanjutnya ditampung dalam wadah enampung (erlenmeyer). (Kusumawardhani,
dkk., 1992; Amarsih, dkk.. 2006; Yulianingsih, dkk., 2006; dan Anonymous,
2009)
Tahap Maserasi
Tahap maserasi dimulai dengan penambahan pelarut berupa n-heksana
sebanyak 100 ml. Perbandingan untuk massa mawar berbanding volume pelarut
yang digunakan adalah 1:3. Kemudian dilakukan proses, maserasi dengan
pengadukan selama 1 menit secara manual pada suhu ruang dan tanpa terkena
cahaya (ditempat tertutup dan gelap) didiamkan selama 12 jam. Kemudian ekstrak
mawar dipisahkan dengan cara penyaringan dan pemerasan sehingga diperoleh
ampas dan filtrat.(Astrilia, 2012)
Tahap Penguapan Pelarut
Filtrat yang mengandung minyak bunga mawar dievaporasi dengan rotary
vacum evaporator pada suhu 50-600C, untuk memisahkan antara pelarut dengan
minyak mawar concrete. Setelah didapatkan minyak mawar concrete , selanjutnya
dihitung rendemennya.(Astrilia, 2012)
Analisis Kromatografi Gas Spektrometri Massa (GC-MS)
Selanjutnya dilakukan preparasi sampel ke dalam GC-MS, sampel dilarutkan
dengan DCM kemudian diambil sebanyak 2L. Lalu disaring dengan penyaring
whatman. Setelah itu sampel diencerkan dengan 0,9 mL DCM dan 0,1 mL sampel
dan dimasukkan ke dalam GC-MS
Metode GC-MS
[AOC-20i+s]
# of Rinses with Presolvent

# of Rinses with Solvent(post)

10

# of Rinses with Sampel

Plunger Speed(Suction)

High

Viscosity Comp. Time

0.2 sec

Plunger Speed (Injection)

High

Syringe Insertion Speed

High

Injection Mode

Normal

Pumping Times

Inj. Post Dwell Time

0.3 sec

Terminal Air Gap

No

Plunger Washing Speed

High

Washing Volume

8 L

Syringe Suction Position

0.0 mm

Syringe Injection Position

0.0 mm

Solvent Selection

Only A

Colomn Oven Temp.

70.0C

Injection Temp.

200.00C

Injection Mode

Split

Flow Control Mode

Pressure

Pressure

100.0 kPa

Total Flow

35.2 mL/min

Column Flow

1.53 mL/min

Liniear Velocity

45.5 cm/sec

Purge Flow

3.0 mL/min

Split Ratio

20.0

High Pressure Injection

OFF

Carrier Gas Saver

OFF

Splitter Hold

OFF

[GC-2010]

11

Oven Temp. Program


Rate
20.00
20.00
<Ready Check Heat Unit>

Temperature(C)
70.0
180.0
250.0

Column Oven

Yes

SPL 1

Yes

MS

Yes

Yes

Yes

No

3.0 min

IonSourceTemp

230.00 C

Interface Temp.

260.00 C

Solvent Cut Time

2.50 min

Detector Gain Mode

Relative

Detector Gain

1.00kV+0.00 kV

Threshold

<Ready
Detector(FTD)>
<Ready Check
Drift>
<Ready Check
Flow>
SPL 1 Carrier

Check
Baseline
Injection

SPL 1 Purge
<Ready Check APC Flow>
<Ready Check Detector APC
Flow>
External Wait
Equilibrium Time

[GC Program]

[GCMS-QP2010 Ultra]

[MS Table]

12

Hold Time(min)
2.00
3.00
27.00

--Group 1 Event 1 -Start Time

3.00 min

End Time

26.50 min

ACQ Mode

Scan

Event Time

0.30 sec

Scan Speed

1666

Start m/z

35.00

End m/z

500.00

Sampel Inlet Unit

GC

OFF

[MS Program ]
Use MS Program

(Muderawan, 2010)
G. JADWALPENELITIAN
Tabel Jadwal Penelitian

No

Juni (Minggu

Mei (Minggu ke -)

Kegiatan
2

Penyusunan

praktikum
Praktikum

GC-MS)
Penyusunan laporan akhir

praktikum
Presentasi hasil praktikum

ke-)
5

proposal
(Maserasi

H.
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA
Tabel 1. Tabel hasil pengamatan minyak atsiri bunga mawar
NO
1
2
3
4

DESKRIPSI
Berat kelopak mawar
Berat vial kosong
Berat vial dan minyak mawar
Berat minyak atsiri mawar

PENGAMATAN
100 gram
13.2737 gram
14.4985 gram
1.2248 gram

13

% minyak mawar

1.2248 %

a.

b.
I.

PEMBAHASAN

Pada proses perlakuan bahan, bahan yang digunakan adalah bunga mawar
tabur merah dengan tingkat kemekaran bunga 50-70% (setengah mekar) yang
diperoleh di Toko Bunga X. Bunga mawar dipotong kecil-kecil dengan
menggunakan pisau. Proses pengecilan ukuran bertujuan agar kelenjar minyak
pada bunga dapat terbuka sebanyak mungkin sehingga laju penguapan minyak
atsiri pada proses ekstraksi bahan menjadi cepat (Munawaroh, 2009). Setelah
diperoleh potongan bunga mawar, kemudian dilakukan proses maserasi. Proses
maserasi ini menggunakan pelarut menguap karena lebih menguntungkan
daripada menggunakan penyulingan, karena pada proses maserasi dapat mengatasi
hidrolisis ester yang terkandung dalam minyak atsiri pengaruh air dan panas
(Amiaersi et al. 2006).
Proses pemungutan minyak bunga mawar dilakukan dengan metode
maserasi menggunakan jenis pelarut organik yaitu n-heksana. Pada maserasi
minyak mengguanakan alat rotary vacum evaporator untuk memisahkan antara
pelarut dan minyak mawar. Penggunaan alat ini dipilih karena mampu
menguapkan pelarut dibawah titik didih sehingga zat yang terkandung di dalam
minyak tidak rusak oleh suhu tinggi (Pangestu & Handayani, 2011). Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium D3 Analis Kimia dan Lab Instrumen FMIPA
UNDIKSHA.
Pada proses pemungutan minyak mawar dilakukan dengan menggunakan
pelarut n-heksana 150 mL, sehingga diharapkan pada kondisi tersebut n-heksana
dapat menguap dan minyak dapat terambil semaksimal mungkin. Pada metode
maserasi membutuhkan berat bahan 100 g dan volume 150 mL. Metode yang
digunakan dalam proses ekstraksi ini yaitu metode maserasi, dengan cara
merendam bahan ke dalam pelarut. Proses maserasi dilakukan selama 12 jam
didalam tempat yang tertutup dan gelap dengan tujuan terhindar dari cahaya atau
penerangan, agar proses dapat berlangsung secara efektif. Setelah 12 jam proses
maserasi dihentikan, diperoleh ekstraksi bunga mawar kemudian dilanjutkan
dengan penyaringan. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan antara ampas
bunga dan filtrat bunga. Pada penelitian dengan menggunakan pelarut n-heksana

14

ini filtrat yang didapat berupa 2 lapisan yaitu lapisan atas berwarna kuning bening
sedangkan lapisan bawah berwarna merah tua pekat seperti didih.
Proses selanjutnya yaitu memisahkan cairan berwarna kuning bening dan
cairan berwarna merah tua secara manual, kemudian dilanjutkan dengan
mengevaporasi filtrat bunga yang berwarna kuning bening menggunakan alat
rotary vacum evaporator yang bertujuan memisahkan minyak mawar dari pelarut
n-heksana. Filtrat yang mengandung minyak mawar merah ini kemudian di
evaporasi pada suhu 55 C. Pada maserasi waktu yang digunakan yaitu 10 menit.
Pada penelitian maserasi dengan pelarut n-heksana, waktu yang dibutuhkan untuk
menguapkan pelarut lebih cepat, dikarenakan sifat n-heksana yang stabil dan
mudah menguap (Munawaroh, 2009). Minyak atsiri mawar yang diperoleh
menggunakan n-heksana
berwarna kuning bening. Maserasi minyak mawar menghasilkan minyak
sebanyak 1,2 gram.

Gambar 1. Kromatogram Minyak mawar dengan pelarut n-heksana

Puncak
1

Waktu retensi
(menit)
8,305

Nama senyawa

Kemiripan

BM

12,700

4-(2,6,6-Trimethylcyclohex-1-enyl)-2butanone
1,2-benzene dicarbonitrile

83%

96(C13H24O)

0,89

95%

264 (CClN)

0,32

12,905

z-5-Nonadecene

96%

266 (CH)

0,92

13,095

Heptadecane

96%

240 (CH)

0,36

14,590

Heneicosane

97%

296 (CH)

4,38

15

Area (

16,415

Tetrocosane

96%

338 (CH)

8,67

18,891

Tetrocosane

96%

338 (CH)

10,0

22,919

Tetrocosane

96%

338 (CH)

68,3

25,595

Tetrocosane

95%

338 (CH)

6,10

Tabel 2. Hasil uji GC-MS Minyak mawar dengan pelarut N-Heksana

Hasil maserasi minyak atsiri mawar dengan pelatut n-heksana diperoleh


rendemen sebanyak 1,2 %. Uji GC-MS dilakukan di Lab Instrumen FMIPA
UNDIKSHA. Menurut Perumal dan Khan, komponen utama minyak atsiri minyak
mawar merah (Rosa damascena) adalah phenyl ethy alcohol. Hasil uji GC-MS
maserasi minyak mawar dengan pelarut n-heksana menunjukan bahwa komponen
yang terdeteksi adalah komoponen minyak mawar yang tidak sesuai dengan
literatur.
Hasil uji GC-MS minyak mawar dengan pelarut n-heksana menunjukan
bahwa kandungan minyak atsiri dan mawar merah (Rosa damascena) yang
terdeteksi berjumlah 9 komponen, dengan komponen utama tetracosane (68,32
%). Sedangkan komponen yang termasuk didalam referensi Perumal diantaranya
phenyl ethyl alcohol (3,43 %), nonadecane (0,95%), dan eicosane (1,13%).
Tabel 2 terlihat bahwa pada maserasi dengan pelarut n-hexana komponen
utama tetracosane yang terdeteksi sebanyak 68,32 %. Hal ini membuktikan
bahwa pelarut n-heksana selektif dalam mengektraksi sejumlah kecil zat lilin serta
dapat mengekstraks zat pewangi dalam jumlah besar, sehingga pengambilan
komponen utama minyak atsiri menjadi maksimal. Jika dibandingkan dengan
penelitian yang telah dilakukan komponen utama minyak atsiri bunga mawar
merah yaitu phenyl ethyl alcohol sebanyak 31,69% dan rendemen sebesar 0,34%
(Astrilia,2012)
Tabel 3. Perbandingan hasil penelitian mengenai Minyak Atsiri Bunga Mawar
Merah (Astrilia,2012) dengan hasil praktikum yang didapat
Jumlah

senyawa

yang terdeteksi
Kandungan utama
Presentase
Rendemen (%)

(Astrilia,2012)
9

Hasil yang didapat


9

Phenyl ethyl alcohol


31.69
0.34

Tetracosane
68.32
1.2

16

Perbedaan hasil yang didapat dimungkinan karena preparasi sampel dan


metode pada saat analisis GC-MS digunakan metode yang berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Astrilia,2012). Pada jurnal penelitian yang
diterbitkan tidak terdapat metode preparasi sampel kedalam GC-MS serta metode
analisis GC-MS yang digunakan. Kemungkinan lain terjadinya perbedaan hasi ini
dikarenakan kondisi sampel mawar yang digunakan tidak sama dengan sampel
mawar yang digunakan pada penelitian yang telah dilakukan. Begitu pula proses
maserasi yang dilakukan memiliki perbedaan waktu, praktikum yang dilakukan
kali ini melebihi 12 jam karena terkendala dengan jadwal praktikum yang telah
ditentukan sehingga dimungkinkan senyawa fenil etil alkohol yang seharusnya
terikat pada rentang waktu 12 jam telah menguap dan tidak terdapat dalam
sampel. Tidak adanya komponen utama minyak mawar merah yaitu fenil etil
alkohol juga ditandai dengan tidak adanya aroma wangi yang dikeluarkan oleh
minyak atsiri bunga mawar seharusnya.
J.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut, maserasi minyak mawar dengan pelarut n-heksana menghasilkan
rendemen sebanyak 1.2% dan komponen utamanya adalah tetracosane
(tetrakosana) dengan presentase sebesar 68.32%
DAFTAR PUSTAKA

Amiarsi, D.et al. 2006.Pengaruh Jenis dan Perbandingan Pelarut terhadap Hasil
Ekstraksi Minyak Atsiri Mawar. In J. Hort 16(4): 356-359.
Anis, S.et al. 2011.Optimalisasi Fungsi Pigmen Bunga Mawar Sortiran sebagai
Zat Pewarna Alami dan Bioaktif Pada Produk Industri. Jurnal Teknik
Industri 12(2): 96-104.
Munawaroh, S. 2009. Ekstraksi Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut (Cit-rushystix
D.C.) dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana. Tugas Akhir. Universitas
Negeri Semarang.
Pangestu, A & Setyo Wuri Handayani. 2011. Rotary Evaporator and UI- traviolet
Lamp. Instutute Pertanian Bogor.
Prihatman, K. 2000. MAWAR (Rosa damascena Mill). Sistim Informasi
Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS.

17

Yulianingsih, et al. 2006. Seleksi Jenis Bunga untuk Produksi Mutu Minyak
Mawar. In J. Hort. 16(4): 345-348.
Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Ed ke6. Padmawinata K, penerjemah; Bandung: Penerbit ITB. Terjemahan
dari: Organic Constituent of Higher Plants.
Rusli, S. dan Hobir, 1990. Hasil penelitian dan pengembangan tanaman minyak
atsiri Indonesia. Simposium I Hasil Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Industri. Puslitbangtri Bogor.
BugBand. 2007. What Is Geraniol?, (Online), (www.bugband.net/what-isgeraniol.htm, diakses 3 Maret 2007).
Ribkahwati, 2013. Profil Minyak Atsiri Bunga Mawar (Rosa hybrida L.) Kultivar
Lokal. Fakultas Pertanian Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Anonimus. 2009.Minyak Atsiri. Trubus Infokit. Vol. 07 : 72 73, 111 112, 147
161.
Kusumawardhani, A.L., S. Sumarsono dan A.G. S. Murdwiwanti. 1992.
Penerapan Extractor Pembuatan Minyak Mawar bagi Pengrajin di
Boyolali. Departemen Perindustrian
Pengembangan

Industri.

RI.

Badan

Penelitian

No. DP/Bd/BISm/1/1992. 10 29.

18

dan

LAMPIRAN

19

N
o.

Perlakuan

Pemilihan bunga mawar yang akan


digunakan.

Bunga mawar yang sudah dipotongpotong dandimasukan ke dalam


Erlenmeyer.

Penambahan pelarut n-heksane.

Gambar

20

Hasil penyaringan ektrak bunga


mawar dari proses maserasi.

Minyak atsiri bungamawar yang


masih tercampur dengan pelarut nheksane.

6
7
8

Proses pemisahan pelarut dengan


evaporasi.
Hasil minyak astsiri bunga mawar
setelah pemisahan dari pelarut
dengan evaporasi.
Minyak atsiri bunga mawar yang
21

sudah difiltrasi dan siap untuk di uji


dengan GC-MS

Proses GC-MS

22

Anda mungkin juga menyukai