Anda di halaman 1dari 2

Masa Muda Saatnya Menjadi Pemimpin

Bukan Menjadi Pengantin

Di Indonesia masih ditemukan beberapa kasus perkawinan usia dini.


Meskipun persentasi perkawinan anak telah menurun dalam beberapa tahun tetapi
masih dikategorikan tinggi. Tak dapat dipungkiri bahwa Indonesia menduduki
peringkat ke dua tingkat perkawinan anak se-ASEAN. Apakah kita bangga atau
justru malu akan hal itu?

Perkawinan anak merupakan masalah yang mengkhawatirkan bagi


perkembangan pembangunan bangsa Indonesia. Dengan terjadinya perkawinan
anak dengan berbagai alasan yang ada, menjadikan Indonesia kekurangan sumber
daya manusia sebagai generasi penerus bangsa.

Tingginya angka perkawinan anak disebabkan oleh berbagai faktor.


Masalah kemiskinan menyebabkan banyak anak perempuan yang menjadi korban
untuk dikawinkan agar mengurangi tanggungan keluarga dan tidak perlunya biaya
pendidikan. Tidak hanya itu, akibat pergaulan bebas pun remaja Indonesia banyak
yang harus melakukan perkawinan usia dini.

Perkawinan anak menyebabkan berbagai dampak buruk. Remaja yang


melakukan perkawinan belum siap secara fisik dan psikis. Hal ini menyebabkan
dampak negatif bagi diri mereka maupun lingkungannya. Remaja usia dini belum
dewasa dalam mengambil sikap dan mengendalikan dirinya, maka seringkali terjadi
perkawinan mereka berakhir dengan perceraian. Tak jarang juga terjadi kekerasan
dalam rumah tangga pada perkawinan usia dini akibat gangguan psikis seperti labil,
kurang mengontrol emosi, depresi, dan lain-lain.

Anak anak yang telah terpaksa melakukan perkawinan dini akan


kehilangan masa muda dan bahkan impian mereka. Waktu bagi mereka untuk
bermain, belajar, dan mengembangkan karakter diri harus digantikan dengan beban
dan tanggung jawab sebagai suami istri. Mereka akan kurang percaya diri untuk
bersosialisasi mengikuti lembaga ataupun organisasi yang ada di lingkungan
mereka.
Inilah salah satu penyebab berkurangnya sumber daya manusia di
Indonesia. Tak hanya pendidikan rendah, dan kurangnya karakter pada generasi
muda tetapi juga adanya perkawinan usia dini. Generasi muda yang seharusnya
membangun negara dan menjadi seorang pemimpin malah hanya akan menambah
permasalahan sosial yang ada. Malu menjadi cerminan pengantin-pengantin muda
yang membawa nama negara di mata dunia karena tidak adanya pengontrolan diri
secara pribadi yang berdampak terhadap kehidupan sosial.

Perlu adanya solusi untuk mengatasi permasalah ini. Anak laki-laki maupun
perempuan sebagai penerus bangsa harus memiliki pendidikan yang tinggi dan
karakter yang kuat untuk dipersiapkan menjadi seorang pemimpin. Mereka tidak
harus dihambat masa depannya dengan perkawinan usia dini. Sungguh memilih
perkawinan usia dini pada anak bukan merupakan suatu solusi dalam sebuah
permasalahan.

Daftar Pustaka

https://www.unicef.org/indonesia/id/Laporan_Perkawinan_Usia_Anak.pdf, telah
diakses 26 Desember 2016.

Anda mungkin juga menyukai